Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DAN JAWABAN TUTORIAL 1

NAMA: ULIL AFDAL


NIM: 043128705
ASAL: UBPJJ-UT MAKASSAR
MATA KULIAH: HUKUM ACARA PIDANA
Izin Menjawab

SOAL

1. Mengapa dalam proses Penegakan hukum pidana masih memerlukan hukum acara
pidana ?
2. Coba anda uraikan kewenangan penuntut umum berdasarkan ketentuan Pasal 14
KUHAP ?
3. Pada prinsipnya persidangan perkara pidana harus terbuka untuk umum kecuali hal-
hal yang diatur oleh undang-undang karena untuk menjamin objektivitas
pemeriksaan. Apakah akibat hukum bila dalam proses persidangan dilakukan secara
tertutup tanpa ada pengecualian dari undang- undang?

Jawaban:

1. Penegakan hukum pidana masih memerlukan hukum acara pidana


A. Tujuan Hukum Acara Pidana
Timbulnya penemuan hukum baru dan pembentukan peraturan perundang-
undangan baru terutama sejak Pemerintah Orde Baru cukup
menggembirakan dan merupakan titik cerah dalam kehidupan hukum di
Indonesia, termasuk di dalamnya adalah disusunnya KUHAP. Apabila diteliti
beberapa pertimbangan yang menjadi alasan disusunnya KUHAP maka secara
singkat KUHAP memiliki lima tujuan sebagai berikut.
1) Perlindungan atas harkat dan martabat manusia (tersangka atau
terdakwa).
2) Perlindungan atas kepentingan hukum dan pemerintahan.
3) Kodifikasi dan unifikasi Hukum Acara Pidana.
4) Mencapai kesatuan sikap dan tindakan aparat penegak hukum.
5) Mewujudkan Hukum Acara Pidana yang sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945.
Dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP telah dirumuskan mengenai
tujuan Hukum Acara Pidana yakni "Untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan Hukum Acara Pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk
mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu
pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari
pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana
telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan."
Jika menilik rumusan tersebut di atas maka dapat dirinci tujuan
Hukum Acara Pidana sebagai berikut.
1) Suatu kebenaran materil, yaitu kebenaran hakiki dan lengkap dari suatu
perkara pidana melalui penerapan ketentuan Hukum Acara Pidana secara
tepat dan jujur.
2) Menentukan subjek hukum berdasarkan alat bukti yang sah, hingga dapat
didakwa melakukan suatu tindak pidana.
3) Menggariskan suatu pemeriksaan dan putusan pengadilan, agar dapat
ditentukan apakah suatu tindak pidana telah terbukti dilakukan orang
yang didakwa itu.

Tujuan hukum acara pidana telah ditentukan di dalam KUHAP yang


telah dijelaskan sebagai berikut: "Tujuan dari hukum acara pidana adalah
untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran
yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari
siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran
hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan
guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan
dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan."

Menurut Van Bemmelen mengemukakan tiga tujuan hukum acara


pidana yaitu:
1) Mencari dan mengemukakan kebenaran.
2) Pemberian keputusan oleh hakim.
3) Pelaksanaan keputusan.
Dari ketiga tujuan tersebut, yang paling penting karena menjadi
tumpuan kedua fungsi berikutnya, ialah mencari kebenaran. Fungsi mencari
dan menemukan kebenaran ini selaras dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP,
dan tujuan Hukum Acara Pidana adalah menemukan hakikat kebenaran
material sesungguhnya dan tidak tepat jika "mendekati kebenaran material"
atau terlebih lagi bukan "setidak-tidaknya mendekati kebenaran material".
Setelah menemukan kebenaran yang diperoleh melalui alat bukti dan bahan
bukti itulah hakim akan sampai kepada putusan (adil dan tepat) yang
kemudian dilaksanakan oleh jaksa. Sehingga mencapai suatu ketertiban,
ketenteraman, kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan dalam masyarakat.
Hakim dalam mencari kebenaran materil, ia tidak harus melemparkan
sesuatu pembuktian kepada hakim perdata. Putusan hakim perdata tidak
mengikat pidana, meskipun KUHAP tidak mengatakan hal ini, namun dapat
diketahui dari doktrin dan dalam Memorie van Toelichting Ned Sv, dijelaskan
hal itu.
Disamping bertujuan menegakkan ketertiban hukum dalam
masyarakat, hukum acara pidana juga bertujuan melindungi hak asasi
manusia tiap individu baik yang menjadi korban, maupun si pelanggar
hukum. Apabila kita simak definisi hukum acara pidana sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, maka kita dapat mengambil sebuah kesimpulan
bahwa tujuan atau fungsi dari hukum acara pidana adalah untuk menegakkan
atau mengonkretkan hukum pidana materil.
B. Fungsi Hukum Acara Pidana
Pada uraian di atas telah dijelaskan, bahwa hukum pidana itu dibagi
atas dua macam, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formal.
Fungsi hukum pidana materiil atau hukum pidana adalah menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang dapat dipidana, siapa yang dapat dipidana
dan pidana apa yang dapat dijatuhkan, sedangkan fungsi hukum pidana
formal atau hukum acara pidana adalah melaksanakan hukum pidana
materiil, artinya memberikan peraturan cara bagaimana negara dengan
mempergunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memberi pidana atau membebaskan pidana. Dalam mewujudkan wewenang
tersebut di atas, ada dua macam kepentingan yang menuntut kepada alat
negara, yaitu:
1. Kepentingan umum, bahwa seorang yang melanggar suatu peraturan hukum
pidana harus mendapatkan pidana yang setimpal dengan kesalahannya untuk
mempertahankan keamanan umum, dan
2. Kepentingan orang yang dituntut, bahwasanya orang yang dituntut perkara itu
harus diperlakukan secara jujur dan adil, artinya harus dijaga jangan sampai
orang yang tidak bersalah dijatuhi pidana, atau apabila ia memang bersalah,
jangan sampai ia memperoleh pidana yang terlampau berat, tidak seimbang
dengan kesalahannya.

Van Bemmelen° dalam bukunya "Leerboek van het Nederlandes Straf-


procesrecht", yang disitir Rd. Achmad S.Soema Dipradja', mengemukakan
bahwa pada pokoknya Hukum Acara Pidana mengatur hal-hal:

1. Diusutnya kebenaran dari adanya persangkaan dilarangnya Undang-


undang Pidana, oleh alat-alat negara, yang khusus diadakan untuk
keperluan tersebut.
2. Diusahakan diusutnya para pelaku dari perbuatan itu.
3. Diikhtiarkan segala daya upaya agar para pelaku dari perbuatan tadi,
dapat ditangkap, jika perlu untuk ditahan.
4. Alat-alat bukti yang telah diperoleh dan terkumpul hasil pengusutan dari
kebenaran persangkaan tadi diserahkan kepada hakim, demikian juga
diusahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim.
5. Menyerahkan kepada hakim untuk diambil putusan tentang terbukti
tidaknya daripada perbuatan yang disangka dilakukan oleh tersangka dan
tindakan atau hukuman apakah yang lalu akan diambil atau dijatuhkan.
6. Menentukan daya upaya hukum yang dapat dipergunakan terhadap
putusan yang diambil Hakim.
7. Putusan yang pada akhirnya diambil berupa pidana atau tindakan untuk
dilaksanakan.
Maka berdasarkan hal-hal di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan,
bahwa tiga fungsi pokok hukum acara pidana, yaitu:
1. Mencari dan Menemukan Kebenaran.
2. Pengambilan putusan oleh hakim.
3. Pelaksanaan daripada putusan yang telah diambil.
Demikian pula menurut Rd. Achmad S.Soema Dipradja, bahwa hukum
acara pidana adalah “untuk menentukan, aturan agar para pengusut dan
pada akhirnya Hakim, dapat berusaha menembus ke arah ditemukannya
kebenaran dari perbuatan yang disangka telah dilakukan orang"
Sedangkan menurut Bambang Poernomo bahwa tugas dan fungsi
hukum acara pidana melalui alat perlengkapannya, ialah':
1. untuk mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran;
2. menerapkan hukum dengan keputusan berdasarkan keadilan;
3. melaksanakan keputusan secara adil.

2. Kewenangan Penuntut Umum Berdasarkan Ketentuan Pasal 14 KUHAP


Penuntut umum mempunyai wewenang:
a. menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau
penyidik pembantu;
b. mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya
dilimpahkan oleh penyidik;
d. membuat surat dakwaan;
e. melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan
waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada
terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah
ditentukan;
g. melakukan penuntutan;
h. menutup perkara demi kepentingan hukum; i. mengadakan tindakan lain
dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut
ketentuan undang-undang ini;
i. melaksanakan penetapan hakim.

3. Persidangan di pengadilan pada prinsipnya dilaksanakan secara terbuka, kecuali


dalam perkara mengenai asusila atau terdakwanya anak-anak. Prinsip ini dijelaskan
dalam Pasal 153 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Pasal tersebut
menjelaskan bahwa untuk keperluan pemeriksaan Hakim Ketua sidang, membuka
sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai
kesusilaan atau terdakwanya adalah anak-anak. Pengecualian sidang terbuka untuk
umum sehingga sidang dinyatakan tertutup untuk umum adalah untuk kasus-kasus
dalam ranah hukum keluarga, pidana anak, kasus kesusilaan, dan kasus tertentu
yang diatur dalam beberapa ketentuan. Pasal 70 ayat (2) UU PTUN menjelaskan,
apabila Majelis Hakim memandang bahwa sengketa yang disidangkan menyangkut
ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup
untuk umum.
Kemudian, Pasal 80 ayat (2) UU Peradilan Agama menjelaskan, pemeriksaan gugatan
perceraian dilakukan dalam sidang tertutup. Lalu, pada Pasal 141 ayat (2) dan (3) UU
Peradilan Militer menjelaskan :
 (2) untuk keperluan pemeriksaan, Hakim Ketua membuka sidang dan
menyatakan sidang terbuka untuk umum, kecuali dalam perkara kesusilaan
sidang dinyatakan tertutup untuk umum
 (3) dalam perkara yang menyangkut rahasia militer dan/atau rahasia negara,
Hakim dapat menyatakan sidang tertutup untuk umum

Selanjutnya dalam Pasal 54 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Sidang
Anak, menjelaskan Hakim memeriksa perkara anak dalam sidang yang dinyatakan
tertutup untuk umum, kecuali pembacaan putusan. Ketentuan dalam sidang terbuka
untuk umum ini diperuntukkan untuk pers menyiarkan persidangan, termasuk
melakukan siaran langsung. Berbagai sidang di pengadilan yang telah terjadi,
beberapa kali disiarkan secara langsung ataupun tidak langsung oleh pers.

Mengenai siaran langsung di persidangan ini, memiliki ketentuan. Hal ini diatur
dalam Pasal 36 ayat (4) UU Penyiaran yang menyatakan bahwa isi siaran wajib dijaga
netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Pasal
ini menjelaskan, adanya penyiaran secara langsung dari pengadilan dilarang memuat
komentar-komentar publik atau ahli yang menyebabkan adanya peradilan oleh
publik, dan hal ini membuat ketidaknetralan suatu lembaga penyiaran.

Kemudian, selain siaran harus netral, isi siaran juga dilarang memuat fitnah,
menghasut, menyesatkan, dan atau bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, penyalahgunaan narkoba, atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan
golongan. Pengadilan merupakan badan atau instansi resmi yang melaksanakan
sistem peradilan berupa memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Bentuk dari
sistem peradilan yang dilaksanakan di pengadilan adalah sebuah forum publik yang
resmi dan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku di Indonesia.
Masyarakat umum atau publik boleh hadir dalam proses persidangan di pengadilan
yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh Hakim, namun tidak dapat hadir di dalam
sidang yang tertutup untuk umum sehingga yang bukan merupakan pihak yang
berperkara atau dalam kapasitas sebagai kuasa hukum tidak diperbolehkan hadir. Di
dalam ketentuan Pasal 195 KUHAP menyatakan bahwa semua putusan pengadilan
hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka
untuk umum, dan berlaku untuk semua proses persidangan baik yang terbuka
maupun tertutup untuk umum.

Dengan demikian dapat saya jelaskan bahwa persidangan yang dilakukan secara
tertutup tanpa ada pengecualian dari undang- undang dapat memicu komentar
negatif dari masyarakat maupun media, dimana sekarang media sangat menyoroti
proses hukum yang ada diindonesia, dan apabila persidangan yang dilakukan secara
tertutup itu adalah kasus yang viral pastinya masyarakat akan menunggu
perkembangannya dan tidak segan-segan untuk memberikan komentar buruk
bahkan sampai membuat konte atau video yang menyoroti kasus tersebut.
Terima kasih atas kesempatannya dan mohon maaf apabila ada kekurangan ataupun
kesalahan dari jawaban yang saya berikan, mohon koreksinya.

Anda mungkin juga menyukai