PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara Hukum, hal ini dijelaskan oleh pasal 1 ayat 3 dari
Konsekuensi dari negara hukum, bahwa segala tindakan yang dilakukan pemerintah
harus didasarkan pada aturan yang tertulis. Salah satu tujuannya adalah untuk
hukum. Diawali dari pendapat Immanul Kant mendefinisikan Negara Hukum sebagai
Negara Hukum Formal atau Negara dengan kedudukan Stagnan ataupun sekedar
yang termasuk pakar hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri negara hukum
Rumusan Negara Hukum yang dikerjakan oleh FJ Stahl lalu dikaji dengan
komisi ahli hukum internasional saat pertemuan yng diadakan diBangkok pada
juga patut memastikan cara prosedural demi mendapatkan perlindungan atas hak
1
yang menjaminnya;
3. Pemilu informal;
4. Bebas berekspresi;
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Maka dari teori rule of law di atas, salah satu kewajiban negara Indonesia
1. Menentukan prilaku apa saja yang tidak untuk diperbuat, mana yang dilarang
dengan mebahayakan atau hukuman seperti kejahatan karena itu untuk siapa saja
2. Menentukan prilaku apa saja yang tidak untuk diperbuat, mana yang dilarang
dengan mebahayakan atau hukuman seperti kejahatan karena itu untuk siapa saja
3. Menentukan pada saat apa saja seseorang tidak mengikuti aturan akan dijatuhkan
2
tentang perilaku tertentu yang dilarang dan orang yang mengingkari larangan itu,
serta Hukuman pidana dan Hukum Pidana Formil untuk mengatur bagaimana negara
Dalam proses peradilan Pidana sangat erat kaitannya dengan penegakan hak
atas seseorang, bukan sekedar tentang korban namun serta terhadap tersangka dan
dimana menghormati terhadap hukum adalah premis untuk jaminan setiap warga
negara. Seiring bersama perbaikan pemahaman bangsa ini kepada hak atas seseorang,
untuk hak atas seseorang. Prihal tercermin sejak seluruh hak atas seseorang yang
tertuang pada kitab hukum acara pidana yang juga diatur oleh dua aturan pada UU
No. 39 T 1999 tentang Hak Asasi manusia4. Perlindungan tersangka dan terdakwa
didasarkan
3
pada asas praduga tak bersalah. Asas Praduga Tak Bersalah diatur pada Pasal 8 (1)
Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 atas putusan pokok kekuasaan kehakiman,
dijerat, dan diajukan ke Pengadilan harus dinyatakan tidak bersalah selagi keputusan
kemampuan Hukum pasti. Oleh karena itu keputusan pada Pasal 8 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009, Terkait juga pada kepolisian yang ditugaskan untuk
pelakunya saat pemeriksaan oleh kepolisian. juga ada penjelasan menurut saksi yang
seseorang yang bernama Iyan, Berengos bersama Jubay. Mencermati seluruh inti dari
kasus ini, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang memikat, serupa dengan
perediksi terdapat kekerasan kepada para terdakwa dan prediksi penangkapan yang
salah pada terdakwa. Oleh karna itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai penegakan
4
menuangkannya dalam skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI ASAS
B. Identifikai Masalah
yaitu:
1. Bagaimana implementasi asas praduga yang dinyatakan tidak bersalah saat proses
2. Bagaimana persoalan asas praduga yang dinyatakan tidak bersalah dalam proses
C. Tujuan Penelitian
Menurut penjelasan diatas, Adapun manfaat penelitian dalam karya ilmiah ini
tersangka di Kepolisian.
5
praduga tidak bersalah pada tersangka di kepolisian.
D. Manfaat Penelitian
khususnya mengenai tinjauan hukum pelaksanaan asas praduga tidak bersalah pada
tersangka di Kepolisian.
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teoritis
acara pidana pada proses perkara pidana atau Asas Praduga Tak Bersalah, asas
hukum acara pidana pada proses perkara pidana atau Asas Praduga Tak Bersalah,
asas akusatoir. Tidak bersalah yaitu bagian yang merupakan tidak terpisahkan oleh
proses hukum Indonesia merupakan bagian dari negara yang menganut hukum
perdata, dasar ini juga tertuang pada pasal 8 ayat (1) undang-undang nomor 48
tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman dan dalam penjelasan umum KUHAP
pengadilan belum di sahkan. Dampak rasional dari Asas Praduga Tak Bersalah
6
adalah terdakwa diberi hak oleh undang-undang untuk melarang mebagikan
tersangka/terdakwa sebagai subjek yang memiliki hak penuh untuk membela diri.
KUHAP:
hakim.”
menjauhkan dari rasa takut. Oleh sebab itu, wajib untuk mencegah adanya
ada desakan dari siapa saja atau wujud apapun begitu juga tujuan pada Pasal 189
ayat (3) KUHAP. Menduduki susunan terakhir sebagai alat bukti sebagaimana
pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyebutkan “pernyataan terdakwa”, bukan
Keberadaan Asas Praduga Tak Bersalah juga prinsip akuatoir ini pada
dasarnya didasarkan oleh penghargaan terhadap hak asasi manu sia. Sebagaimana
Pasal yang menyatakan tentang hak asasi manusia (disingkat dengan HAM) serta
7
mengatur terhadap penghargaan terdapat hak atas seseorang secara khusus bahwa
setiap individu diakui sebagai individu amnusia. Selanjutnya, mereka berhak atas
perlakuan dan keamanan yang pantas dan searah bersama keluhuran manusia
didepan Hukum. Oleh karena itu seseorang berhak atas pertolongan juga
keamanan yang wajar dari pengadilan harus faktual dan adil, karenanya, untuk
mewujudkannya maksud dari menghargaan hak atas seseorang diatur pada Pasal
28D ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 dan pasal yang mengatur HAM dapat
tercipta, aparatur pendiri Hukum dalam melaksanakan persiapan yang sah harus
8
Menjamin keamanan hak asasi tersangka, perkara dan terpidana di tengah
KUHAP. Komitmen tersebut terwujud bagi negara maupun pemerintah pada rencana
2. Kerangka Konseptual
berikut:
undangan.
Kehakiman adalah asas ini berarti seseorang yang diduga bersalah di hadapan
pengadilan.
9
e. Penyidik menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah
Indonesia atau PNS tertentu yang diberi kehendak oleh UU untuk melakukan
perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang hal ini menurut cara
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
2. Pendekatan penelitian
10
yang diteliti secara jelas, sistematis yang kemudian didukung dan dikolerasikan
untuk dianalisis dengan fakta-fakta berdasarkan dari materi hukum, pendapat para,
pengaturan juga berlaku, berhubungan pada penulisan hukum ini. Pendekatan yang
dipakai adalah Pendekatan yuridis empiris yaitu dahulu selanjutnya diteruskan dalam
3. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dari sumbernya, dapat dibagi dengan data yang
diperoleh dari lapangan atau peraturan UU (data Primer) diproleh di studi pustaka,
adalah data yang diproleh dan sudah ada yang mengandung unsur mengikat seperti
perundang-undangan (data Skunder) data Primer adalah data yang diproleh dan
sudah ada yang mengandung unsur mengikat seperti UU dan lain-lain, berikut ini
Data sekuder adalah data yng di peroleh dari studi Pustaka, buku-buku hukum,
11
data dari keduanya yaitu dari data primer dan sekunder dan ada juga yang berupa
kamus besar, jurnal. termasuk peraturan perundang- undangan (data Skunder) data
Primer adalah data yang diproleh dan sudah ada yang mengandung unsur mengikat
penelitian yaitu:
penulisan proposal skripsi yang dilakukan oleh penulis, surat kabar, jurnal,
artikel hukum baik dari internet maupun majalah- majalah dan lain sebagainya,
5. Analisis Data
Analisis Data pada proposal skripsi ini bahwa data penilitian hukum
normative melalui cara data di peroleh di analisa kualitatif yaitu Analisis melalui data
12
BAB II
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa arti dan penjelasan berkaitan
dengan tindak pidana dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) dikenal
dengan istilah Strafbaarfeit dan dikenal dengan istilah delik, sedangan pembuat
kata, yakni:2
Menurut Andi Hamzah, delik adalah tindakan atau kegiatan yang dilarang
13
peristiwa pidana yang ia cirikan sebagai "suatu perbuatan yang melawan hukum”
(wederrechtlijk) terkait dengan perilaku yang disengaja atau tidak disengaja yang
mengacu pada pernyataan Pompe yang melihat Strafbaarfeit juga, secara spesifik
yang dengan kesengajaan atau tidak disengaja yang dilakukan oleh seorang pelaku,
kata perbuatan cabul , kata perbuatan jahat , dan kata perbuatan yang melanggar
“melakukan dan kepada akibatnya”, dan kata perbuatan berarti dibuat oleh seseorang
yang dapat dipidana adalah kepanjangan dari istilah yang merupakan terjemahan dari
straffbaarfeit.8
hukum) , lazim memakai istilah hukum , maka hukum berarti "berecht". Dalam hal
di adili yang sama sekali tidak mesti berhubungan dengan straf, dihukum karena
terjemahan Straffbaar adalah istilah pidana sebagai singkatan dari “yang dapat
dipidana”
14
Yang berarti perbuatan berarti dilakukan oleh seseorang menunjuk pada yang
seseorang atau mungkin juga hewan atau alam dan perkataan tindak berarti Langkah
baru dan tindak tanduk atau tingkah laku. H.J VAN SCHRAVENDIK
mendefinisikan delik yaitu perbuatan yang dapat dihukum, UTRECHT lebih pada
perbuatan (andelen) atau doen positif juga disebut (visun atau nabetan atau metdoen,
S.R. Sianturi berpendapat bahwa tindak pidana adalah sesuatu tindakan baik,
tempat, waktu atau situasi tertentu yang dilarang (atau diharuskan) sehingga diancam
dengan pidana oleh karena berbunyi dinilai bersifat melawan hukum, serta dengan
Sianturi berpandangan jika istilah dari tindak merupakan singkatan dari kata
“tindakan” artiya pada orang yang melakukan tindakan dinamakan sebagai penindak.
Tindakan apa saja yang dilakukan semua orang, akan tetapi dalam banyak hal suatu
jika dilihat dari berdasarkan jenis kelamin misalnya Wanita atau Pria, sedangkan
menurut jenis dalam pekerjaan misalnya seperti buruh, pegawai , dan lain-lain
15
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Undang Hukum Pidana (KUHP) pada umunya dapat dijabarkan ke dalam unsur-
unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan objektif. Unsur subjektif adalah unsur-
unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku,
dan termasuk ke dalamnya yaitu dengan segala sesuatu yang terkandung di dalam
hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan
1. Disengaja atau tidak disengaja (Dolus atau Culpa); maksud atau Voomenen
lain;
16
5. Perasaan takut yang antara lain terdapat didalam rumusan tindak pidana
dalam kejahatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus
terdiri :15
17
2. Kualitas si pelaku, keadaan seseorang sebagai pegawai negeri dalam
KUHP Buku II dan Pelanggaran yang di atur dalam KUHP Buku III. Hal
tindak pidana meteriil dan formil. Tindak pidana materil memiliki ciri khas
yakni larangan yang menciptakan akibat yang tidak diinginkan seperti pasal
18
338 KUHP Pembunuhan dan 351 KUHP tentang penganiayaan. Sementara itu
perbuatan yang dilarang seperti Pasal 362 KUHP Pencurian dan Pasal 378
Penipuan.
antara tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja (dolus) dan tindak pidana
perbuatan yang terjadi secara aktif (Komisi) dan tindak pidana yang terjadi
konteks ini berkaitan dengan tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa
sehingga untuk terwujudnya atau terjadinya dalam waktu seketika atau waktu
singkat saja, disebut juga dengan aflpene delicten. Sebaliknya ada tindak
pidana yang dirumuskan sedemikian rupa. Dalam khasus tindak pidana yang
19
pidana itu masih berlangsung terus, yang disebut dengan voordurende
delichten. Tindak pidana ini dapat disebut tindak pidana yang menciptakan
pidana umum yang diatur dalam KUHP dan tindak pidana khusus yang diatur
yakni tindak pidana dengan mudah dapat dilakukan oleh semua orang.
ini maka dapat dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok, tindak pidana
yang diperberat dan tindak pidana yang diperingan. Dilihat dari beratnya, ada
tindak pidana tertentu yang di bentuk menjadi : (1) Dalam bentuk pokok
disebut juga bentuk sederhana atau dapat juga disebut dengan bentuk standar ;
(2) Dalam bentuk yang diperberat ; dan (3) dalam bentuk ringan.
ini dibedakan dalam hal perlindungan hukum atas keamanan negara dan
20
Tindak Pidana, konteks ini Tindak Pidana tunggal adalah tindak pidana yang
pidana dan dapat dipidananya pelaku cukup diisyaratkan satu kali perbuatan
saja, presentase terbesar tindak pidana dalam KUHP adalah berupa tindak
pidana tunggal. Sementara itu yang dimaksud dengan tindak pidana berangkai
penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan
unsur subjektif dan unsur-unsur yang merupakan unsur objektif, maka penjabarannya
sebagai berikut, Yang merupakan unsur subjektif adalah opzettelijk atau dengan
undang telah dinyatakan secara tegas sebagai unsur-unsur dari delik pembunuhan
seperti yang telah dirumuskan di dalam Pasal 338 KUHP, maka penuntut umum
tersebut adalah :
21
1. Sengaja (opzettelijk)
2. Menghilangkan (beroven)
3. Nyawa (leven)
tuduhan, maka itu juga berarti bahwa keempat unsur dari delik itu oleh penuntut telah
dituduhkan terhadap tertuduh. Dan oleh karena keempat unsur itu telah dituduhkan
dan telah dipenuhi oleh tertuduh, maka dengan sendirinya penuntut umum harus
22
BAB III
Suatu konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari asas legalitas adalah asas
praduga tidak bersalah menurut asas ini, Semua perbuatan dianggap boleh kecuali
dinyatakan sebaliknya oleh suatu nashab hukum. Selanjutnya setiap orang dianggap
pada suatu tanpa adanya keraguan. Jika suatu keragu- raguan yang beralasan muncul,
seseorang tertuduh harus dibebaskan konsep ini telah diletakan dalam hukum islam
jauh sebelum dikenal dalam hukum-hukum pidana positif empat belas abad yang
lalu.
“setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan
bersalah jika belum ada putusan pengadilan yang inkrcaht (berkekuatan hukum tetap)
dalam artian yaitu tidak adanya ataupun tidak melakukan upaya hukum biasa yang
27
Demikian halnya pada Undang-undang RI No.39 Tahun 1999 yaitu sebagai
berikut: “Setiap orang yang di tangkap , ditahan, dan dituntut karena disangka
melakukan suatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannya secarah sah dalam suatu sidang pengadilan dan di berikan segala
peraturan perundang-undangan.” Selain itu , asas praduga tidak bersalah diatur pula
hak-hak seperti: hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan dalam fase penyidikan,
dengan Bahasa yang dimengerti olehnya, hak untuk menyiapkan pembelaannya, hak
keluarga.”
secara tegas, namun hanya terdapat dalam penjelasan umum 3C KUHAP yang
isinya: “ Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau
27
Pasal 14 paragraf 2, international Covenan on civil and Political/Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Hak Politik Tahun 1966, singkatnya yaitu
“Everyone charge with everyone charged with criminal offence shall have the right
dengan asas praduga tidak bersalah tidak bisa diartikan secara letterlijk (apa yang
tertulis). Menurutnya, kalau asas tersebut diartikan secara letterlijk, maka tugas
kepolisian tidak akan bisa berjalan. Presumption of innocent adalah hak- hak
tersangka sebagai manusia. Hak-hak yang dimaksud misalnya kawin dan cerai, ikut
kedudukan manusia yang memiliki harkat dan martabat. Dia harus dinilai sebagai
subjek, bukan objek. Yang diperiksa bukan manusia tersangka. Perbuatan tindak
pidana yang dilakukan nyalah yang menjadi objek pemeriksaan. Ke arah kesalahan
tidak bersalah sesuai dengan asas praduga tidak bersalah sampai diperoleh putusan
tahun 1970 jo. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2004 tentang
mengatakan bahwa “setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan , dituntut dan
27
atau dihadapkan didepan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya
secara tegas namum hanya terdapat dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP yang
isinya : setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan
hukum tetap.
orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan suatu tindak
pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah
dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan
Selain itu, asas praduga tidak bersalah juga diatur dalam Bagian III
karena penyidik membuat dakwaan terhadap pihak yang berperkara, maka penyidik
27
pemeriksaan. Untuk menopang asas praduga tidak bersalah dan prinsip akusatoir
dan dilindungi pihak aparat penegak hukum. Dengan perisai yang di akui hak-hak
pengadilan.28
penyidikan dimulai29.
penyidik pada tahap penyidikan ataupun pada hakim saat proses pemeriksaan
di sidang pengadilan.31
27
bahasa pada setiap tingkatan pemeriksaan , jika tersangka tidak mengerti
diinginkannya 34
bahkan untuk bantuan penasehat hukum, bukan semata-mata
hak yang ada pada tersangka, tetapi sebagaimana ditentukan dalam pasal 56,
hukumnya.
orang yang serumah dengan dia atas penahanan yang dilakukan terhadap
pihak yang memiliki ikatan keluarga atau orang lain guna mendapatkan
keluarga, terlepas dari apakah ini ada atau tidak ada hubungannya dengan
kepentingan tersangka..38
27
diperlukannya dari: penasihat hukum nya dan sanak keluarga. Untuk keperluan
13. Surat-menyurat ini “tidak boleh diperiksa” oleh apparat penegak hukum,
kecuali jika ada terdapat cukup alasan untuk menduga adanya penyalah gunaan
surat-menyurat tersebut.40
14. Terdakwa boleh untuk diadili dalam sidang pengadilan yang “terbuka untuk
umum.”41
17. Terdakwa boleh meminta “ganti rugi” atau “rehabilitasi" atas setiap tindakan
".44
27
27
31
26
1. Tersangka/terdakwa “tidak dibebani kewajiban
pembuktian”.
43
Penuntut umumlah yang dibebani kewajiban
membuktikan
33
kesalahan terdakwa. Atau penyidiklah yang berkewajiban
34
aparar penegak hukum harus tetap menjunjung tinggi hak
asasi tersangka/terdakwa.45
bersalah ini yaitu asas utama proses hukum yang adil (due
pejabat
35
Negara
tidaknya terdakwa
diri sepenuhnya.46
penting.
1. Penyidik
36
pejabat yang untuk itu diunjuk oleh undang-undang negeri
penyidik ialah:
a) “pejabat POLRI”
37
b) “PNS” tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh UU. 48
diatur
Indonesia.
38
Pada Pasal 1 butir 1 KUHAP dikemukakan bahwa
39
melakukan penyidikan”.50
peraturan perundang-undangan”.51
1) Penyidik
2) Jaksa
40
peraturan perundang-undangan.
2. Penyidikan
41
menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini unutk
menemukan tersangkanya.52
42
tercantum pada SPK yang ada pada saat pemeriksaan perkara
43
penyidik/penyelidik pembantu telah dapat membuat “rencana
secara hukum.56
E. PERLINDUNGAN HUKUM
44
TERHADAP TERSANGKA
PENYIDIKAN
45
pasal 56 KUHAP perlindungan, antara lain57: Hal ini
dalam waktu yang singkat. Alasan hak ini agar ada kepastian
dari data ini memberikan titik terang untuk bekerja pada itu
46
diatur dalam Pasal 117 (1) yang berbunyi sebagai berikut :
47
tersangka, yang berbunyi : “Dalam hak seorang tdisangka
48
tersangka. Soal pedoman yang sah menjadi hak tersangka
yaitu:
49
• Komponen berikutnya adalah bahwa tidak semua orang tahu,
Perangkat Pendukung:
50
b. Pendukung tidak dilegitimasi dalam kerangka berpikir itu
untuk
51
mendapatkan pemulihan dengan alasan bahwa daerah
dipertimbangkan meliputi61:
52
dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat pada
umumnya
53
BAB IV
54
penyelesaian kasus tindak pidana yang di sangka kan kepada
Tersangka. 62
Jadi tidak boleh menghakimi tersangka secara
hanya ikut ikut orang lain saja padahal tidak tahu apa yang
55
170, membatasi penggunaan kebiadaban terhadap orang atau
sembilan tahun.
delapan (8) bulan atau denda paling banyak 300 (300) rupiah.
nya seperti Pasal 170 dan pasal 351 KUHP agar masyarakat
56
yang melakukan tindak main hakim sendiri merasa jera atas
57
B. PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH
58
memiliki kontak yang lebih langsung dengan daerah
pada
59
pedoman yang tercantum pada Pasal 18 Kitab Undang-
pada poin c.
60
dalam penyelesaian perkara hukum71. Dimana aparat penegak
61
mengayomi masyarakat dan dari kata menegakkan keadilan di
1980 berisi:
62
Undang-Undang ini adalah tindak pidana suap di luar
63
selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-
HAM 75
. Dan semoga aparat penegak hukum lebih
64
dengan semena-mena.
65
bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau
undang-undang ini.”
66
Pasal 18 KUHAP tentang syarat sahnya penangkapan 78tanpa
ditangkap.
67
E. PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH
perkara tersebut.
berikut :
47
a. Menemukan status perkara pidana atau bukan
47
Gelar perkara biasa pada tahap pertengahan penyidikan
bertujuan untuk :
penyidikan
yang dipersangkakan
bertujuan untuk :
48
d. Pemnyempurnaan berkas perkara
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
48
Perkapolri bila pasal pasal tersebut di praktekan dengan benar
PIDANA DIKEPOLISIAN
49
tersebut seharusnya melandasi pendapatnya dengan asas
juga
50
mengungkap peristiwa kriminal yang sedang ditangani.82
khusus.
51
2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di
penyidikan yaitu:
52
Pernyataan ahli yang sah diharapkan pada tingkat
ada
53
dikumpulkan di depan penyidik untuk memberikan data
dengar, atau
54
alami sendiri dengan merujuk pada penjelasan di balik
dalam Pasal
Keterangan bentuk tertulis dari ahli ini yang wajar ujar dalm
52
beberapa bahkan menyajikan dokumen yang harus dipusatkan
52
pendapatnya tidak memberatkan si Tersangka yang
PIDANA
53
melanggar hukum dan sesuai dengan nilai nilai hak asasi
54
dalam pasal 117 KUHAP : (1) Keterangan tersangka dan atau
55
melakukan tindak pidana tersebut , Padahal seharusnya media
56
berhubungan dengan proses penegakan hukum. Dengan
57
memberikan data selengkap mungkin dengan tujuan agar
58
yang luas, sebelumnya Pasal 3 ayat (7) Peraturan Redaksi
TV tertentu.94
56
dalam pemberitaan mereka.95
56
tidak ada komitmen untuk diam. Sesuai dengan penilaian
seharusnya mereka sudah tahu bahwa ada aturan ini atau asas
landasan moral.96
57
57
57
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
berikut:
58
2. Asas praduga tidak bersalah secara umum
B.
59
Berdasarkan penelitian, berikut adalah saran yang diberikan
penulis:
60