PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945, yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM),
sebagaimana yang tercantum dalam pasl 27 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
pemimpin dan kekuasaan tersebut berasal dari aspirasi dari segala kalangan yang
yang berlaku di Negara itu sendiri. Namun dalam menjalankan kekuasaan tersebut,
Kekuasaan tersebut merupakan sebuah instrumen yang menjamin segala hak yang
melekat dalam diri rakyatnya, oleh sebab itu instrumen tersebut merupakan hal yang
Hukum merupakan wujud dari perintah dan kehendak negara yang dijalankan
1
baik di dalam maupun di luar wilayah Negara tersebut. Dalam menjalankan
mendasar yang menjamin untuk menciptakan keamanan tersebut adalah hak asasi
manusia. Sebab hak asasi manusia adalah hal yang paling mendasar yang melekat
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh
karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Hak ini
sifatnya mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan
hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan mansuia.2
Setiap orang yang disangka memiliki Hak Asasi Manusia (HAM) yang sama
dengan setiap orang pada umumnya. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-
manusia, dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum. Demikian pun dengan
Hak dari Tersangka yang tertulis secara jelas dalam Kitab Undang-undang Hukum
memberikan jaminan hukum atas diri tersangka guna mendapat perlindungan atas
hak-haknya dan mendapat perlakuan yang adil didepan hukum, pembuktian salah
2
Effendi, A Masyhur. 1994. Perkembangan Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum
Nasional dan Internasional. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2
atau tidaknya seorang tersangka atau terdakwa harus dilakukan didepan sidang
“due process of law” dengan memberikan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi
peradilan pidana, “due process of law” diartikan sebagai suatu proses hukum yang
baik, benar dan adil. Proses hukum yang demikian terjadi, bila aparat penegak hukum
yang terkait dengan proses tersebut, tidak hanya melaksanakan tugasnya sesuai
dengan aturan yang ada, tetapi juga memberikan semua hak tersangka/ terdakwa yang
melandasi proses hukum yang adil tersebut meskipun asas atau prinsip tersebut tidak
tersebut, tentunya haruslah melalui prosedur hukum yang benar sesuai dengan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan juga
negara hukum benar-benar terwujud. Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP yang berbunyi:
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya”
3
Di dalam hukum acara pidana terdapat asas praduga tidak bersalah
depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan
Bersumber pada bunyi pasal dan penjelasan diatas maka jelas dan sewajarnya
"ditelanjangi" hak tersangka yang melekat pada dirinya. Hak-hak Yuridis yang diatur
Penyidik dalam KUHAP Pasal 1 ayat (1) adalah pejabat polisi Negara
Republik atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
penyidik memang memiliki wewenang khusus yang telah diatur dalam undang-
dilakukan oknum polisi pada proses penyidikan yang tersebar di wilayah Indonesia.
4
Terkait dengan pelanggaran hak-hak tersangka yang di lakukan oknum polisi, terjadi
di kota kupang (maulafa) pada tahun 2020, kasus pelanggaran hak-hak tersebut yaitu
penyiksaan terhadap Frengky Riwu oleh anggota kepolisian pada proses penangkapan
Kejadian ini cukup menarik perhatian masyarakat dan juga menjadi Isu
melindungi hak-hak tersangka yang telah diatur secara jelas oleh undang-undang.
KUHAP telah mengatur secara jelas dan tegas, berkaitan hak-hak tersangka (Pasal 50
sampai 68 KUHAP), dan aparat penegak hukum wajib menghormati hak-hak yuridis
menurut KUHAP yang telah diberikan Negara kepada tersangka dalam rangka
sangat jelas. Polisi benar-benar gagal dalam melaksankan penyidikan yang menjadi
tinggi HAM pada proses penyidikan. Berdasarkan apa yang diuraikan diatas, maka
B. RUMUSAN MASALAH
3
https://regional.kompas.com/read/2020/04/28/17042411/pria-yang-dianiaya-oknum-polisi-di-
polresta-kupang-dipukul-balok-dan-pipa?page=all
4
M. Yahya Harahap. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Penyidikan dan
Penuntutan, Cetakan Pertama. Edisi Kedua. Sinar Grafika. Jakarta.
5
Dari pemaparan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah pokok
2. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan bagi penyidik pada saat proses
1. Tujuan Penilitian
penyidikan
2. Kegunaan Penilitian
Hasil penilitian ini diharapkan dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkompoten di bidang hukum pada
umumnya, hasil penilitian ini juga sebagai sarana memperluas wawasan bagi para
Penyidikan.
D. KEASLIAN PENILITIAN
6
Bahwa penilitian ini berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka
Pada Saat Proses Penyidikan Perkara Pidana” sejauh penelusuran peneliti di Fakultas
Hukum Universitas Nusa Cendana belum ada tulisan yang menggangkat tulisan atau
judul yang sama. Di fakultas-fakultas lainnya di luar fakultas hukum universitas nusa
cendana kupang, juga tidak ditemukan tema atau topik yang sama. Oleh karena itu
penulis ini adalah satu-satunya yang akan di kaji dan diteliti. Dengan demikian
penulis ini merupakan asli buah karya peneliti serta dapat dikatan baru dan dapat
E. METODE PENILITIAN
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitis, yakni: "Suatu
tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis
pustaka terhadap aspek yuridis dan melakukan wawancara terhadap aspek empiris di
1. Lokasi Penelitian
2. Spesifikasi Penelitian
Yang menjadi spesifikasi penelitian ini adalah hukum empiric yaitu penelitian
tentang efektifitas hukum dan penerapannya dilapangan, dalam hal ini mengenai
7
perlindungan hukum terhadap tersangka pada saat proses penyidikan di Polres
Kupang Kota.
a. Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari responden atau
b. Data sekunder yakni data penunjang dan data pelengkap yang diperoleh
4. Aspek Penelitian
b. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan bagi penyidik pada saat proses
a. Populasi
b. Sampel
8
Tersangka : 1 orang
Penyidik : 1 orang
Jumlah : 2 orang
A. Pengumpulan Data
a) Studi Kepustakaan
b) Studi Lapangan
B. Pengolahan Data
data.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum dalam bahasa inggris dikenal istilah “protection of the law”.
Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun
adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan pemerintah berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar)”, elemen pokok negara hukum adalah pengakuan dan
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, hak yang harus
dilindungi pemerintah terkait perlindungan hukum terhadap diri pribadi manusia atau
a. Hak Pelindungan
10
b. Hak Rasa Aman
Berhak atas rasa aman dan tentram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu (Pasal 30 UU No.39 Tahun 1999).
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani
pada seseorang untuk memproleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari
orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang
didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan
tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan darim dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat publik (Pasal 1 butir 4 UU No.39 Tahun 1999).
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
11
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi manusia menekankan
eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya
sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan diatas semua organisasi
politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini,
maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi
manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak- hak
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum bagai
rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat dan “Rule of The Law”.
dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
5
Philipus M. Hadjon, 2017, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:Bina Ilmu, hal. 38.
12
Soetjipto rahardjo mengemukakan bahwa perlndungan hukum adalah upaya
pula bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah
Lebih lanjut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban
dua, yaitu:
6
Soetjipto Rahardjo, 2013, Persoalan Hukum Di Indonesia, (Bandung:Alumni), hal. 121.
7
Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta;Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret), hal. 3.
8
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi investor di Indonesia, (Surakarta; Magister
Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret), hal. 14.
13
a. Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah
tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan
suatu pelanggaran9.
Penggunaan kekerasan oleh polisi dalam penyidikan. Dapat ditelusuri dari dua
hal:
Pertama, dari segi historis. Muculnya polisi dilihat sebagai suatu badan spesial
distingtif di masyarakat, suatu badan publik yang menjalankan fungsi yang
spesifik. Fungsi tersebut adalah “menjaga keamanan domestik” yang berbeda
dengan cara penjagaan keamanan yang lama. Penjagaan kemanan dan
penumpasan kejahatan dijalankan dengan cara-cara gampang, tidak
membutuhkan pemikiran panjang, yaitu dengan menggunakan kekerasan.
9
Muchsin, Ibid, hlm. 20.
14
praktiknya masih terus diterapkan, bahkan menjadi modus utama untuk
memproleh pengakuan tersangka10.
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) sejauh ini sudah di kemukakan oleh
banyak penulis, salah satunya adalah Suryadi Radjab menurutnya Hak asasi manusia
(human rights) merupakan hak dimana manusia dikaruniai hati nurani dan akal
universal yang berarti melampaui batas-batas negeri, kebangsaan, dan ditujukan pada
setiap orang, baik miskin maupun kaya, laki-laki atau perempuan, normal atau
penyandang cacat atau sebaliknya. Dikatakan universal karena hak-hak itu dinyatakan
sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli apapun warna
kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang kultur dan agama atau
kepercayaan spiritualitasnya11.
Hak atas kedudukan yang sama di dalam hukum atau hak asasi manusia untuk
mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum, seperti halnya
menyatakan; sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas
10
Sadjipto Raharjo, “Polisi Berwatak Sipil”, Makalah Seminar Nasional Membangun
Polisi Indonesia yang Berkarakter Sipil, diselenggakan oleh Pusat Studi Kepolisian
15
perlindungan hukum yang sama dengan tak ada perbedaan, Convnan on civil and
political right, pasal 26 yang menyatakan, semua orang adalah sama terhadap hukum
penyidikan, perlu diketahui bahwa kedudukan tersangka telah tercantum dan diatur
Kekuasaan Kehakiman, secara jelas tertulis dalam Pasal 37 sampai 40. Dengan
bagi setiap orang dalam mencari keadilan, diubah menjadi UU Nomor 48 Tahun 2009
hukum acara pidana mempunyai arti yang sangat penting sekali, karena sebagian
besar dalam rangkaiaan proses dari hukum acara pidana ini menjurus kepada
yang dalam bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak tersangka, namun belum
sendiri.
16
Dengan adanya perlindungan dan pengakuan hak-hak yang melekat pada diri
disangka atau didakwa melakukan sesuatu tindak pidana dilindungi oleh hukum
Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan salah
satu sumber hukum acara pidana, terdapat suatu asas fundamental yang sangat
berkaitan dengan hak-hak tersangka yaitu asas praduga tak bersalah yang berbunyi;
tetap”.
Berdasarkan asas tersebut di atas telah jelas bahwa seseorang yang di sangka
2. Tersangka
a. Pengertian Tersangka
Tersangka dalam Pasal 1 ayat (14) KUHAP, adalah seseorang yang karena
17
harus dilakukan dalam proses peradilan yang jujur dengan mengedepankan asas
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai tindak pidana, sedangkan terdakwa
adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, diadili dan di sidang pengadilan.
b. Klasifikasi Tersangka
sidang pengadilan.
Untuk tersangka tipe II ini, maka pemeriksaan dilakukan secara hati-hati melalui
metode yang efektif untuk dapat menarik keyakinan kesalahan tersangka, sehingga
dapat dihindari kekeliruan dalam menetapkan salah atau tidaknya seseorang yang
c. Hak-Hak Tersangka
12
Suharto, Y.B. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
18
KUHAP telah menempatkan tersangka sebagai manusia yang utuh, yang memiliki
harkat, martabat dan harga diri serta hak asasi yang tidak dapat dirampas darinya.
penyidikan
telah di tangkap harus segera diperiksa oleh penyidik dan selanjutnya dapat
13
Bawengan, Gersan W. 1989. Penyidik Perkara pidana dan Teknik introgasi. Pradnya Paramita.
Jakarta.
19
berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim
(Pasal 52).
4. Hak untuk mendapat juru bahasa dalam setiap pemeriksaan pada tingkat
5. Hak untuk dapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan. Guna
hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum selama selama dalam waktu
dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata yang diatur dalam undang-
7. Hak untuk berubah menjadi wajib untuk mendapatkan bantuan hukum. Wajib
bagi tersangka untuk mendapat bantuan hukum bagi tersangka dalam semua
mati atau ancaman pidana minimal 15 tahun atau lebih (Pasal 56).
20
9. Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghungi atau
tentang penahanan atas dirirnya oleh pejabat yang berwenang, pada semua
tingkat pemeriksaan dalam proses pengadilan, kepada keluarga atau orang lain
11. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan dari
12. Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantara
dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara tersangka atau
(Pasal 61).
13. Tersangka atau terdakwa berhak secara langsung atau dengan perantaraan
penasehat hukumnya dan menerima surat dari penasehat hukumnya dan sanak
keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya, untuk keperluan itu bagi
14. Tersngka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjunga dari
21
15. Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi
16. Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66)
17. Tersangka atau terdakwa berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi
(Pasal 68).
3. Peyidikan
a. Pengertian Penyidikan
sehingga dapat diketahui peristiwa pidana apa yang dilakakan dan siapa pelakunya.
Polisi sebagai apparat penegak hukum yang diberi wewenang oleh peraturan
wenang. Dalam hal ini apparat penegak hukum adalah Polisi Republik Indonesia
(POLRI) sebagai penyidik, yaitu perilaku dan tindakan apparat penegak hukum
sering kali menggunakan cara kekerasan dan penyiksaan. Padahal polisi sebagai
apparat penegak hukum wajib menghormati dan melimdungi hak orang yang
mencari serta mengumpulkan bukti yang mana dengan bukti itu membuat terang
22
b. Pejabat Penyidik dan Wewenang Penyidik
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang.
pidana;
tersangka;
g. Memanggil prang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
pemeriksaan perkara;
c. Tahap Penyidikan
23
Di dalam pemeriksaan pendahuluan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan
hasil-hasil investigasi yang dibuat secara tertulis dari pihak tersangka. Dalam tahapan
ini dikumpulkan bahan-bahan yang yang menjadi barang bukti dalam suatu rangkaian
berkas perkara, serta kelengkapan pemeriksaan lainnya dengan maksud untuk dapat
adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara-cara yang diatur
dalam undang-undang untuk mencari mengumpulkan, dan dengan bukti itu membuat
syarat seorang dapat ditangkap yaitu, sudah ada bukti permulaan yang cukup, adanya
secara fisik.
14
Hartanti, Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafik. Jakarta. hlm 43.
24
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan kemudian diundangkan pada
HAM di Indonesia yang berwenang mengadili para pelaku pelanggaran hak asasi
manusia.
terhadap hak-hak tersangka. Berbicara mengenai hak tersangka tak terlepas dari asas-
asas hukum acara pidana yang menjadi dasar perlindungan hukum bagi tersangka.
Asas-asas hukum acara pidana yang wajib diberikan kepada tersangka sebagai hak
mutlak yang harus tersangka peroleh dan tidak boleh diabaikan. Asas-asas yang
dimaksud adalah Asas Legalitas (Pasal 1 ayat satu (1) KUHP), Asas Perlakuan Yang
sama Di Muka Hukum (Equality Before The Law), Asas Praduga Tak Bersalah
hukum yang tertulis secara jelas dalam undang-undang yaitu Pasal 50 sampai Pasal
68 KUHAP.
Secara umum fungsi dari undang-undang hukum acara pidana adalah untuk
para tersangka dari tindakan aparat penegak hukum dan pengadilan. Dengan
asasi warganya. Dengan kata lain, hukum acara pidana adalah alat yang memberi
kekuasaan terutama kepada penegak hukum yang juga sekaligus alat hukum untuk
25
Pada hakekatnya hak tersangka / terdakwa adalah hak yang diperoleh selama
Nomor 8 Tahun 1981 atau yang lebih dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP). Perlindungan hak tersangka tidak terlepas dari pelaksanaan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma oleh Advokat bukan merupakan belas
kasihan, tetapi lebih kepada penghargaan terhadap hak asasi manusia dalam
Kalau selama ini wewenang dan fungsi Pengadilan Negeri mengadili dan
memutus perkara pidana dan perkara perdata sebagai tugas pokok maka terhadap
tugas pokok tadi diberi tugas tambahan untuk menilai sah atau tidaknya penahanan,
Praperadilan. Hal yang diuraikan di atas, dapat dibaca dalam rumusan Pasal 1 butir
26
3. Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau
harus diakui dan dihormati oleh aparat penegak hukum dalam hal ini adalah penyidik
kepolisian (POLRI) maupun setiap personilnya, maka hak-hak tersangka tidak boleh
diabaikan.
dimaksudkan adalah pelaksanaan hak yang dimiliki tersangka, antara lain: hak
masyarakat hukum dijelaskan oleh Barda Nawawi bahwa berkaitan dengan masalah
perlindungan hukum ada 4 (empat) aspek dari perlindungan hukum yang perlu
seseorang.
reaksi dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat pada umumnya.
15
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafik. Jakarta.
27
4. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau
adanya kejahatan16.
Terkait dengan masalah perlindungan hukum terhadap hak tersangka, maka dapat
peraturan yang mengatur tata kehidupan masyarakat yang diakui dan diikuti oleh
hak tersangka, sehingga dapat di katakan bahwa perlindungan hukum bagi tersangka
telah terpenuhi, karena dalam setiap proses-proses yang dilalui, tersangka telah
menerima hak-haknya, dan itu adalah suatu pencapaian dalam hal perlindungan
hukum.
16
Barada Nawawi Arief. 1998. Polisi Sebagai Penegak Hukum Masalah-Masalah Hukum, Undip,
Semarang.
28
BAB III
yang harus diakui dan dihormati oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini adalah
Tujuan hukum untuk mencari dan mendapatkan kebenaran, yakni kebenaran dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur
dan tepat dengan tujuan agar mencari pelaku yang dapat didakwakan melakukan
pelanggaran hukum.
Asas-asas hukum acara pidana yang mengatur mengenai hak-hak dari terangka
atau terdakwa demi mewujudkan tujuan hukum di atas, dalam hal mencari keberanan
Tersangka memiliki hak asasi yang sama dengan manusia pada umumnya, dan
undang-undang pun telah menagtur secara jelas dengan adanya asas-asas hukum
acara pidana, sehingga asas-asas tersebut menjadi dasar pedoman yang mengandung
tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum
bukti permulaan. Di pertegas lagi dengan asas praduga tidak bersalah, dalam Pasal 8
29
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
dituntut, dan/ atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
Tersangka yang diadili pun harus diperlaukan sama di muka hukum sesuai dengan
asas perlakuan yang sama di muka hukum (Equality Before The Law) yang tertulis
jelas dalam undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 ayat satu (1), harus
diterapkan kepada semua tersangka tanpa harus di beda-bedakan tiap orang dalam
setiap perlakuan.
Setiap proses yang dilalui seorang tersangka, harus sesuai dengan aturan atau
hukum yang berlaku, yaitu dari proses penangkapan, proses penyidikan, proses
penahanan di tingkat Kepolisian, harus diperhatikan oleh polisi dalam hal ini adalah
melanggar hukum, harus disertai dengan surat perintah penangkapan yang resmi dari
dilakukan pemeriksaan adalah 1 x 24 jam, jika tidak terdapat alasan untuk ditahan
maka tersangka dapat dilepaskan, tetapi jika memenuhi unsur penahanan maka yang
17
Pasal 8 Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan
Kehakiman.
30
bersangkutan dapat ditahan. Masa penahan di tingkat Kepolisian, paling lambat 20
hari dan dapat di perpanjang paling lama 40 hari oleh Penuntut Umum.
tersangka wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan dari Majelis Hakim
dan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk itu perlu adanya perlindungan
hukum bagi seorang tersangka, sehingga hak-hak tersangka yang di atur dalam
tersangka telah terpenuhi. jika dalam setiap proses penyidikan yang dilalui dan
tersangka menerima hak-haknya, maka itu adalah suatu pencapaian hukum dalam hal
perlindungan hukum.
Polres kupang kota BRIPKA Yandri Yandri Perin S.H, menyampaikan bahwa dalam
setiap melaksanakan tugas sebagai penyidik, tentu selalu memperhatikan hak-hak dari
tersangka agar tidak menyimpang dari aturan yang tertulis dalam KUHAP mengenai
hak-hak yang harus dihargai dan dilaksankan. Beliau pun menjelaskan tata cara
tanpa tekanan dari siapapun dan dengan bentuk apapun juga, memberikan
18
Hasil wawancara dengan bapak Yandri Perin S.H, sebagai BA sat reskrim Polres kupag kota, pada
tanggal 22 Agustus 2022.
31
keterangan harus bebas berdasar kehendak dan kesadaran nurani, tidak
dipaksa dengan cara apapun baik dengan penekanan fisik dengan tindakan
pihak luar. Dalam pelaksanaan proses pemeriksaan sangat sulit bagi tersangka
hasil paksaan dan tekanan. Kontrol yang tepat untuk menghindari terjadinya
dilakukan dengan tekanan, ancaman atau paksaan maka hasil pemeriksaan itu
tidak sah. Penasihat hukum dapat menempuh jalur praperadilan atas alasan
berdasarkan Undang-undang;
isi acara tersebut. Persetujuan ini bisa dengan jalan membacakan isi berita
32
tersangka, apakah ia menyetujui isinya atau tidak. Kalau tersangka tidak
tertera dalam berita acara, tersangka dan penyidik membubuhkan tanda tangan
3) Melaksanakan Pasal 114 KUHAP yang isinya bahwa "Dalam hal seorang
Pasal 56, Hak tersangka untuk memperoleh bantuan hukum dalam proses
ancaman pidananya 5 tahun atau lebih dan tersangka merupakan prang yang
33
penasihat hukum pada tindak pidana yang ancamannya dibawah 5 tahun
Data kasus yang sering terjadi 3 bulan terkahir terhitung dari watu penelitian
yang di lakukan oleh penulis terdapat total kasus 384 kasus, kasus yng paling sering
34
ditemukan adalah pengeroyokan, pencurian dan penganiayaan. Maka pelanggaran
yang sering terjadi terhadap tersangka perihal dengan pengabaian hak-hak tersangka,
terhadap hak asasi. Pelanggaran tersangka dapat dikategorikan dalam 2 (dua) bagian,
yaitu:
dalam bentuk yang ringan sampai dengan kasus yang tergolong pelanggaran
prosedural yang berat. Beberapa jenis kasus yang tergolong ringan, dimana hak-hak
asasi tersangka diabaikan secara sengaja yang disebabkan oleh tingkah laku penyidik,
Penasehat Hukum
mendapatkan bantuan hukum dari seorang penasihat hukum selama dalam waktu dan
35
pada setiap tangka pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-
undang ini”. Hal ini berhubungan dengan Pasal 114 KUHAP sebagai kewajiban
melakukan tindak pidana sebelum dimulai pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib
hukum itu bersifat wajib ataukah baru diwajibkan setelah beberapa syarat tertentu
dipenuhi. Bantuan hukum adalah instrument penting dalam system Peradilan Pidana
dengan asas legalitas. Ketentuan ini mempunyai substansi dan tujuan yang sama,
yaitu sebagai wujud perlindungan hukum atas hak-hak kebebasan dan hak atas jiwa-
raga seorang tersangka. Dengan demikian maka layak apabila bantuan hukum
merupakan bagian dari subsistem penegakan hukum yang dilaksanakan oleh advokat
atau penasehat hukum. Hal ini dapat ditelusuri dari penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan “Dalam usaha
bernegara, peran dan fungsi Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri dan
36
bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga peradilan dan
instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan. 19Melalui jasa hukum yang
hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan, merupakan salah satu
Apabila Pasal 54 KUHAP dikaji dan ditelusuri maknanya lebih jauh, menjadi
jelas bahwa pada prinsipnya hak atas bantuan hukum itu diakui, tetapi tidak termasuk
ke dalam hak yang bersifat “wajib”. Ada kondisi atau persyaratan tertentu yang harus
dipenuhi sebelum hak atas bantuan hukum tersebut menjadi “wajib” atau keharusan.
Syarat khusus tersebut menyangkut; (i) kemampuan finansial; serta (ii) ancaman
hukum bagi tindak pidanan yang disangkakan sebagaimana di maksud pada Pasal 56
berakibat pada tidak dapat diterima atau tidak sahnya tuntutan Jaksa Penuntun
dipenuhi seperti halnya penyidik tidak menunjukan penasehat hukum bagi tersangka
19
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
20
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1565 K/Pid/1991. Tanggal 16 September 1993.
37
Berdasarkan hasil wawancara dengan tersangka Polce (Senin, 22 Agustus
2022) di Polres Kupang Kota. Tersangka mengatakan bahwa saat diawal pemeriksaan
penyidik telah menjelaskan tentang hak untuk memberikan keterangan secara bebas,
hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak keluarga, tapi tidak
menjelaskan tentang hak tersangka untuk mendapat bantuan hukum (Pasal 114
Polres Kupang Kota. Tersangka Ferdinan juga mengatakan bahwa pada saat
tersangka. Tentang hak untuk memberi keterangan secara bebas, hak untuk
menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak keluarga, hak untuk mendapat
bantuan hukum22. Tetapi saat penulis menjelaskan bahwa bantuan hukum yang
dimaksud dalam Pasal 54 KUHAP adalah bantuan hukum yang akan bersifat wajib
jika memenuhi suatu kondisi atau persyaratan tertentu, dimana tindak pidana yang
dilakukan diancam dengan pidana mati atau pidana lima tahun penjara. Setelah
mengatakan bahwa ia baru mengerti, karena saat penyidik menjelaskan secara umum
sehingga tersangka berpikir bahwa ia akan mendapat bantuan hukum secara Cuma-
Cuma, padahal tuduhan tindak pidana yang dilakukan adalah penganiayaan diancam
21
Hasil waancara dengan Polce sebagai tersangka, pada tanggal 22 Agustus 2022.
22
Hasil wawancara dengan ferdinan sebagai tersangka, pada tanggal 22 Agustus 2022.
38
Menurut penulis bahwa pengabaian dalam penerapan bantuan hukum masih
terjadi, pada saat tersangka ditangkap dan diintrogasi penyidik tidak memberitahukan
kepadanya tentang hak tersangka untuk mendapat bantuan hukum (Pasal 114). Hal
yang didapat ketahui dari wawancara dengan Bapak Leonard Ndoen selaku BA Sat
Reskrim Polres Kupang berkaitan mengenai hasil wawancara penulis dan tersangka.
dilakukan oknum itu pada proses penyidikan itu masih ada. Tersangka mengatakan
bahwa tindak pidana yang dilakukan tersangka hanya kasus ringan, yaitu
pengeroyokan atau main hakim sendiri (Pasal 351 ayat (1) KUHP).
Penyidikan
Penuntut Umum”. Penerapan batas maksimal 60 hari jangka waktu penahanan pada
tahap Penyidikan yang diatur dalam Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), merupakan
23
Hasil wawancara dengan bapak Leonard Ndoen sebagai BA Sat Reskrim Polres kupang kota, pada
tanggal 22 Agustus 2022.
39
Dengan alasan untuk kepentingan Penyidikan dan alasan lain yang
diperiksa dalam rangka pembuatan BAP hanya beberapa kali saja dan tidak selama
tidak pasti sehingga sulit membedakan antara seorang tersangka yang diduga
melakukan tindak pidana yang sederhana, dengan tindak pidana Yang rumit dan
berat. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
hukum itu untuk memedomani asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta
penyelesaian perkara pidana yang disengaja oleh apparat penegak hukum merupakan
terlaksananya hak yang dimiliki tersangka, yang diatur dalam Pasal 50 KUHAP,
menyebutkan:
Umum,
40
3) Terdakwa berhak segera diadili oleh Pengadilan. Dari pasal tersebut di atas
waktu yang singkat. Tujuan dari hak ini adalah agar adanya kepastian hukum
penyidikan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Keteranga tersangka pun di
kelengkapan dalam BAP agar tidak terjadi penolakan oleh Kejaksaan. Hal ini
berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan oleh KUHAP, bahwa pengakuan
tersangka tidak lagi menjadi hal utama, akan tetapi bergeser ke arah keterangan
tersangka.
tentang hak memberi keterangan secara bebas. Sedangkan hal yang diharapkan
penyidik pada saat pemeriksaan adalah keterangan dari tersangka karena dari
keterangan tersebut diharapkan dapat memberikan titik terang atas perkara tersebut.
Sebagai bukti bahwa hak untuk memberikan keterangan secara bebas di jamin oleh
24
Hasil wawancara dengan bapak sixtus tobe, sebagai Penyidik Pembantu di Polresta kupang kota,
pada tanggal 23 Agustus 2022
41
hukum, Pasal 52 KUHAP yang berbunyi, sebagai berikut; “Dalam pemeriksaan pada
keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim”. Hal ini juga di atur dalam
Pasal 117 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut; “Keterangan tersangka dan atau
saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk
apapun”.
hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini”.
Hal ini berhubungan dengan Pasal 114 KUHAP sebagai kewajiban penyidik terhadap
tersangka, yang berbunyi: “Dalam hal seorang disangka melakukan tindak pidana
kepada tersangka tentang haknya mendapatkan bantuan hukum atau wajib didampingi
terdapat dalam pasal 56. Mengenai hak ini telah diatur dalam Pasal 56 KUHAP yang
berbunyi: Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman 15 tahun atau lebih
bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tindak pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum
bagi mereka. Setiap penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimana
42
Tujuan diberikan hak ini kepada tersangka adalah untuk menghindari
merugikan tersangka. Dengan adanya pembela atau penasihat hukum dari tahap
dilakukan oleh penyidik, yang kurang menghargai hak-hak dari pada tersangka.
tidak sesuai dengan wewenang resmi sebagai penyidik. Hal ini dapat dikatakan
dan bahkan menjadi modus utama untuk memperoleh pengakuan dari tersangka yang
diperiksa, hal ini berkaid erat dengan kekuasaan dan wewenang yang ada pada
penyidik.
mengalami tindakan main fsik dan non fisik pada saat proses penyidikan:
Kota. Pengakuan dari tersangka Dens bahwa adanya tekanan yang diberikan
Oebobo, Kupang. Dens mengaku di tekan oleh penyidik saat proses BAP.
25
Hasil wawancara dengan dens sebagai tersangka kasus pengeroyokan, pada tanggal 22 Agustus
2022.
43
Ancaman yang diberikan membuat tersangka memiliki rasa takut akan
tersangka.
pada dirinya26. Erik di bentak serta ditampar karena saat ditanya Erik diam.
Hal ini berbanding terbalik dengan keterangan yang diberikan oleh pada saat
wawancara (Rabu, 24 Agustus 2022) dengan Bapak Leonard Riwu selaku Kasat
Reskrim Polres Kupang Kota27. Beliau tidak setuju adanya paksaan atau tekanan yang
karena hal tersebut telah melanggar aturan mengenai hak-hak tersangka yang perlu di
lindungi28. Bapak Leonard Riwu berkata “Sebagai seorang penyidik, kami melakukan
44
kepada seorang tersangka. Penyidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan
kepada tersangka mengenai hak yang dimiliki tersangka dan penyidik pun melakukan
pemeriksaan tersangka yang berkaitan dengan penyidikan harus sesuai dengan aturan
hukum bagi tersangka yang diharapkan dapat terlaksana sesuai undang-undang yang
berlaku.
Konsep perlindungan hukum memiliki dua makna, yakni abstrak dan konkrit.
Perlindungan hukum yang berbentuk abstrak bagi tersangka dalam penyidikan adalah
yang harus diakui dan dihormati oleh penyidik. Beberapa hak tersangka yang harus
dihormati oleh penyidik dan menjadi fokus dalam pembahasan ini adalah hak untuk
segera di periksa (Pasal 50 KUHAP), hak untuk memberikan keterangan secara bebas
tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun (Pasal 52 dan Pasal 117),
dan hak tersangka untuk mendapatkan bantuan hukum (Pasal 54-55 dan Pasal 114).
Perlindungan hukum dalam arti konkrit berupa perwujudan dari hak-hak yang
apa yang abstrak menjadi konkrit. Negara menjamin pemenuhan hak-hak tersangka
dalam setiap tahap pada proses penyidikan, agar terwujudnya proses hukum yang
adil. Tekanan ataupun kekerasan yang diterima tersangka dalam proses penyidikan di
Polres Kupang Kota, sebagaiman tergambar pada hasil penelitian tersebut diatas,
membuktikan bahwa telah terjadinya pelanggaran HAM atas hak-hak tersangka yang
45
Beberapa hak-hak tersangka / terdakwa yang diatur dalam KUHAP, dapat
ditentukan
berlaku
c. Hak menghubungi
disinilah peran penyidik dalam memberikan jaminan pelaksanaan hak bagi tersangka
landasan prinsip legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua tingkat, dengan
pemeriksaan sebagai manusia yang mempunyai hak asasi dan harkat martabat harga
diri. Sebagai perisai untuk membela dan mempertahankan hak asasi dan harkat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 ayat (3) KUHAP. Di dalam rumusan
46
tersangka tidaklah dipergunakan sebagai alat bukti. Pengakuan tersangka menempati
urutan terakhir sebagai alat bukti seperti dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, dengan
Adapun sanksi pidana atas perbuatan tercela atau penyimpangan yang telah
tahun;
47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
penegak hukum dalam praktik, pada dasarnya sudah dilaksanakan, namun belum
dilakukan dengan baik atau secara menyeleuruh oleh setiap personil. masih dijumpai
kekerasan baik yang bersifat fisik maupun nonfisik yang dilakukan oleh oknum
aparat, selain itu masih diabaikannya pemberian hak-hak yuridis yang dimiliki oleh
tersangka seperti hak memberikan keterangan secara bebas tanpa tekanan, hak
48
B. Saran
2. Tidak melakukan pelanggaran berupa tekanan atau paksaan baik fisik maupun
dilakukan oleh tersangka menjadi terang sehingga dapat diberikan hukuman yang
setimpal dengan perbuatan yang dilakukannya akan tetapi disisi lain tersangka juga
mempunyai hak untuk supaya perbuatannya dapat dihukum yang lebih ringan bahkan
bila bisa bebas dari jeratan hukum. Dari dua kepentingan ini, maka penyidik harus
perbutan tersangka dapat dilakukan dengan baik. Untuk melakukan penyidikan oleh
tersangka tidaklah semudah yang kita bayangkan, hal ini karena terdapat tersangka
oleh penyidik dalam menghindari tuntutan yang lebih berat, sehingga terdapat
kendala-kendala yaitu:
49
1. Barang bukti tidak ditemukan atau hilang.
3. Minimnya saksi atau saksi berada di luar wilayah hukum atau luar pulau.
4. Faktor aparat penegak hukum proses penyelesaian suatu perkara tindak pidana
juga perlu ditunjang dengan adanya aparat penegak hukum. Berhasil dengan
5. Faktor sarana dan prasarana Tanpa adanya sarana atau fasilitas yang
pelaksanaan tugas, hasilnya tentu tidak seperti yang diharapkan. Sarana atau
fasilitas tersebut antara lain organisasi yang baik, peralatan yang memadai
serta keuangan yang cukup. Kalau hal tersebut tidak terpenuhi maka mustahil
rendah juga ada faktor lain seperti kesibukan atau karena di ancam oleh
50
proses penyidikan tindak pidana yaitu dengan cara menegakan hukum kepada
penyidik pembantu.;
51
melakukan perbuatan pidana dapat terlaksana dan berjalan sesuai dengan perundang-
52