PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Asas yang juga dikenal
sebagai asas presumption of innocence ini adalah paham yang menyatakan bahwa
yang dengan bukti ini membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi guna
1
Darwin Prints, Tinjauan Umum tentang Praperadilan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
Cet. 1, 1993), hlm. 3.
2
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kasasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), hlm.
3.
3
Pasal 1 angka (2) KUHAP.
1
hukum acara pidana di Indonesia, karena dalam tahap ini pihak penyidik 4
berdasarkan "bukti permulaan yang cukup"6 yang didapat dari hasil penyelidikan
untuk: (i) melakukan penyidikan7 dan (ii) menetapkan status tersangka terhadap
yang dimaksud dengan penyidik adalah orang yang melakukan penyidikan yang
terdiri dari pejabat yaitu Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia ("POLRI")atau
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
4
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.Lihat Pasal
1 angka (1) KUHAP.
5
Pasal 1 angka (14) KUHAP.
6
Yang dimaksud dengan "bukti permulaan yang cukup" ialah bukti permulaan untuk
menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir 14.Pasal ini menentukan bahwa
perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada
mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana. Lihat Penjelasan Pasal 17 KUHAP.
7
Penjelasan Pasal 17 KUHAP jo. Pasal 1 butir 5 KUHAP. Lihat juga Pasal 43A ayat (1)
UU Pajak, Pasal 44 ayat (1) jo. Ayat (4) UU KPK.
8
Pasal 1 angka 14 jo. Penjelasan Pasal 17 KUHAP.
2
untuk melakukan penyidikan.9 Kejaksaan juga mempunyai kewenangan untuk
pidana tertentu yang dimaksud adalah tindak pidana korupsi dan pelanggaran hak
asasi manusia.
karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut, ternyata bukan
merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, dan oleh
atau keluarganya.11
kepastian hukum adalah dalam hal proses penegakan hukum, khususnya dalam
proses hukum acara pidana, dimana seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka
tidak diberikan batas waktu yang pasti kapan status tersangkanya itu berakhir. Hal
ini tentu membawa konsekuensi hukum tersendiri bagi tersangka tersebut, karena
walaupun secara yuridis belum ada kepastian dinyatakan bersalah, akan tetapi
secara sosial orang tersebut sudah dianggap bersalah dan menanggung rasa malu
di masyarakat. Bahkan dalam hal-hal tertentu, di satu sisi tersangka tidak bisa
merugikan dan tidak memberikan rasa keadilan. Pada sisi yang lain, tidak pastinya
9
Pasal 1 angka 1 KUHAP.
10
Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan.
11
Lihat Pasal 109 ayat (2) KUHAP.
3
kapan status tersangka itu akan berakhir sangat berpotensi terjadinya pelanggaran
lembaga untukmenguji suatu proses perkara sampai pada tahap beracara dalam
dipertegas dalam Bab X Bagian Kesatu, yaitu: Pasal 77 sampai dengan Pasal 83
KUHAP merupakan adaptasi atas lembaga habeas corpus dari sistem peradilan
4
peradilan ini jauh lebih terbatas dibandingkan dengan wewenang hakim komisaris
memeriksa sah atau tidaknya upaya paksa (penangkapan dan penahanan) serta
memeriksa dan memutus ganti kerugian dan rehabitilasi.Ganti kerugian dalam hal
ini bukan hanya semata-mata mengenai akibat kesalahan upaya paksa, penyidikan
maupun penuntutan, tetapi dapat juga ganti kerugian akibat adanya pemasukan
disebutkan dapat pula dilakukan atas tindakan kesalahan penyitaan yang tidak
termasuk alat bukti, atau seseorang yang dikenankan tindakan lain tanpa alasan
diterapkan.
terpidana korupsi kasus proyek biomediasi PT. Chevron Bachtiar Abdul Fatah
yang cukup", dan "bukti yang cukup" dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal
15
Hamzah, A., & Surachman, R. M, Pre-trial Justice & Discretionary Justice dalam
KUHAP Berbagai Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm. 106.
16
Lihat Pasal 77-88 KUHAP.
17
Lihat Penjelasan Pasal 95 ayat (1) KUHAP.
5
21 ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184
("Putusan MK").
permulaan yang cukup", dan "bukti yang cukup" dalam Pasal 1 angka 14, Pasal
17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti
sesuai Pasal 184 KUHAP dan menambah objek praperadilan, yaitu penetapan
memberi penjelasan mengenai batasan jumlah (alat bukti) dari frasa "bukti
menganggap syarat minimum dua alat bukti dan pemeriksaan calon tersangka
untuk transparansi dan perlindungan hak asasi seseorang agar sebelum seseorang
2/Pid.Pra/2019/PN Kbj atas Ir. Edy Perin Sebayang selaku wakil direktur CV.
dengan status tersangka Ir. Edy Perin Sebayang yang ditetapkan kepadanya dalam
kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi atas laporan masyarakat pada Pekerjaan
6
Praperadilan memutuskan status tersangka adalah tidak sah dan tidak berkekuatan
Putusan Prapid ini penting untuk diteliti dalam kerangka untuk melihat
2/PID.PRA/2019/PN-KBJ)".
B. Permasalahan
dimaksudkan untuk menegaskan masalah yang akan diteliti, sehingga tujuan yang
akan dicapai menjadi lebih jelas dan sistematis. Dengan demikian diperoleh hasil
yang diharapkan.
7
2. Bagaimana pengaturan hukum lembaga praperadilan sebagai lembaga
2/PID.PRA/2019/PN-KBJ?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas dan pasti agar penelitian
tersebut memiliki arahan dan pedoman yang pasti. Tujuan penelitian pada
prinsipnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai solusi
Adapun Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
2/PID.PRA/2019/PN-KBJ.
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2006), hlm. 1.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penulisan ini penelitian ini agar dapat menambah
2. Manfaat Praktis
masyarakat sekarang.
E. Keaslian Penelitian
Adapun judul penelitian ini memiliki kaitan judul dengan beberapa tesis
9
Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (Studi Penyidikan di Polresta Medan dan
tersebut adalah:
tahun 2012?
02 tahun 2012?
10
3. Penelitian oleh Yoyok Adi Syah, dengan judul tesis: Penegakan Hukum
korupsi?
1. Kerangka Teori
Teori merupakan bagian yang sangat penting dari penelitian ini, dengan
proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
19
Jimly Asshiddiqie dan M.Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, (Jakarta:
Konstitusi Press, 2012),hlm. 56.
11
ilmiah kerangka teori merupakan pemikiran atau butir-butir, pendapat, teori, tesis,
untuk proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya
adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu
kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis,
tentang suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau
merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan
obyek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta atas
penelitian.Penelitian hukum harus berpijak pada teori hukum, karena teori hukum
12
konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang menganalisis secara kritis
hukum secara tersendiri atau menyeluruh, baik dalam konsepsi teoritis maupun
baik dan uraian yang lebih jelas tentang bahan-bahan yuridis ini. 26 Kerangka teori
kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan
yang dinilai wajar.Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti
aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku
25
HR Otje Salman, Teori Hukum, (Jakarta: Refika Aditama, 2012), hlm. 60.
26
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2012), hlm.
87.
27
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum, (Yogyakarta:
Laksbang Pressindo, 2010), hlm. 59.
13
masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.Adanya
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa
adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang
hukum, pasti berbicara dengan penegakan hukum serta siapa yang memberi
kepastian hukum itu sendiri.30Dalam hal ini, seseorang mendapatkan sesuatu yang
tentang sesuatu. Hukum dengan demikian merupakan norma yang dapat dipegang
oleh individu, masyarakat, institusi atau sebagai suatu pedoman yang pakem jika
Dalam teori kepastian hukum juga berarti bahwa terdapat jaminan hukum
28
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 158.
29
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1999), hlm. 23.
30
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana Pranada Media
Group, 2008), hlm. 158.
14
dilakukan oleh pihak lain. Dalam hal ini yang dilaksanakan adalah tujuan hukum,
b. Teori Kewenangan
Seiring dengan pilar utama negara hukum yaitu asas legalitas, maka
kewenangan ini, sehingga F.A.M Stroink dan J.G Steenbeek menyebutnya sebagai
hukum dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum. Hak berisi
dapat berbuat lainselain dari apa yang tercantum dalam isisebuah peraturan.
Wewenang ini sudahditentukan isinya secara rinci, kapan dan dalamkeadaan yang
31
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, cet ke-24, (Jakarta: Pradiya Paramita, 1990),
hlm. 24-25.
32
Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: CV. Haji
Mas Agung, 1998) hlm 12.
15
bagaimana wewenang tersebutdapat digunakan.Sedangkan wewenangdiskresi
Negara yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan Lembaga Negara
perbuatan hukum.34
33
Philipus M. Hadjon, Pengertian-pengertian Dasar tentang Tindak Pemerintahan,
(Surabaya: Djumali, 1985), hlm. 12–13.
34
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia,
(Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm. 154.
16
Kekuasaan Eksekutif/Administratif.Kewenangan adalah kekuasaan
terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap
sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat,
sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja.Di
dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang.Wewenang adalah
kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik."35
Teori ini penting guna menjadi landasan menjelaskan kewenangan jaksa dalam
kerangka penyidikan.
2. Kerangka Konseptual
Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep adalah suatu
konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
penelitian ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini didefinisikan beberapa konsep
dasar atau istilah, agar dalam pelaksanaannya diperoleh hasil penelitian yang
b. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
17
c. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
dan wewenang:40
a) melakukan penuntutan;
undang-undang;
a) sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka
39
Pasal 1 UU Kejaksaan.
40
Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan.
41
Pasal 1 angka 10 KUHAP.
18
d) permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan
ke pengadilan.
G. Metode Penelitian
sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara. Mula-mula
metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi
atau prosedur maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian
Dalam penelitian metode merupakan unsur paling utama dan didasarkan pada
fakta dan pemikiran yang logis sehingga apa yang diuraikan merupakan suatu
kebenaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh
42
Pasal 1 angka 14 KUHAP.
43
Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Medan:
Pustaka Bangsa Press, 2005), hlm. 15.
19
suatu sistem normatif yang bersifat mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan
norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum. Adapun
("KUHAP");
44
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 13-14.
20
f) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
("UU Kejaksaan");
dimana penelitian hukum normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada
doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai
apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum
45
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 14
21
Pada penelitian hukum jenis ini, sebagai sumber datanya hanyalah data
sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, atau data
berikut:47
pada tesis ini yaitu menggunakan penelitian yang menemukan hukum untuk suatu
perkara in concreto.Penelitian ini dikenal sebagai legal research yang mana tujuan
memang dapat atau tidak dapat dipakai untuk memecahkan suatu masalah-
Penelitian ini juga disebut sebagai penelitian hukum klinis (clinical legal
46
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 118-119.
47
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1997), hlm. 81 – 99.
48
Ibid, hlm. 91
22
pemecahannya melalui analisis yang kritis terhadap norma-norma positif yang ada
normatif tertentu dapat atau tidak dapat dipergunakan memecahkan suatu masalah
analisis hukum yang didasarkan pada doktrin dan norma-norma yang telah
ditetapkan dalam sistem hukum, baik yang telah tersedia sebagai bahan hukum
maupun yang dicari sebagai bahan kajian guna memecahkan problema hukum
faktual yang dihadapi oleh masyarakat, maka tidak ada jalan lain hanya
berkenalan dengan ilmu hukum normatif sebagai ilmu hukum praktis normologis
secara konkrit tentang keadaan objek atau masalah yang diteliti tanpa mengambil
memberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan atau gejala-
49
Amiruddin, dan H. Zainal Asikin, Op. Cit., hlm. 125–126
50
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayu
Media Publishing, Cet. Ke - 2, 2006), hlm. 73.
51
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1981), hlm. 10.
23
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penulisan ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan atau literatur yang berkaitan dengan objek
penelitian. Sumber bahan data hukum dalam penelitian ini, antara lain:
lain:
Pidana;
Indonesia;
52
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2014), hlm. 84.
24
majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah
sekunder, dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.53 Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data yang dilakukan maka, peneliti tidak akan
dengan mengumpulkan data dan informasi yang baik berupa buku, karangan
dengan penelitian, yaitu dengan cara mencari, mempelajari, dan mencatat serta
4. Analisis Data
dalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar sehingga, dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.55 Metode
analisis yang akan digunakan untuk penelitian hukum normatif ini adalah dengan
53
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 62.
54
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1994), Cet.Ke-5, hlm. 225.
55
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitaif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,
1991), hlm. 103.
25
menggunakan metode analisis kualitatif. Perolehan data dari analisis kualitatif ini
nonangka, yaitu berupa kata, kalimat, pernyataan dan dokumen. Dalam penelitian
istilah teknisnya, metode analisis data seperti yang disebutkan adalah metode
56
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta, 2013), hlm. 87.
57
Ibid., hlm. 90.
58
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
116.
26
H. Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
01
Penelitian
Penyusunan
02 Proposal
Penelitian
Konsultasi dan
03
Perbaikan
Kolokium
04
Proposal
Perbaikan
05
Proposal
Pelaksanaan
06 Penelitian
Tesis
Konsultasi dan
07
Perbaikan
08 Seminar Hasil
Konsultasi dan
09
Perbaikan
10 Ujian Tesis
27
BAB II
PROSEDUR DAN DASAR HUKUM PENGHENTIAN PENYIDIKAN
A. Prosedur Penyidikan
sempit dan dapat diartikan secara luas.Hukum pidana dalam arti sempit hanya
merupakan hukum pidana materiil saja yakni berisi norma-norma yang mengatur
pidananya.Sedangkan hukum pidana dalam arti luas terdiri dari hukum pidana
(substantif atau materiil) dan hukum acara pidana (hukum pidana formal). 59
berikut:
proses hukum dimulai dari tahap penyelidikan, dalam proses penyelidikan orang
yang berwenang melakukan hal tersebut adalah penyelidik, tugas dan wewenang
dari penyelidik salah satunya adalah menerima laporan atau pengaduan dari
Penyelidik dalam hal ini polisi sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 KUHAP,
atas laporan atau pengaduan tersebut mencari dan menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
59
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 9.
60
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 6.
28
dilakukan penyidikan. Penyidikan didasarkan pada Pasal 1 butir 2 KUHAP adalah
"Serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya."
untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan
apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan bahwa ada terjadi sesuatu
pelanggaran hukum.61
terhadap barang atau bahan yang diduga erat kaitannya dengan tindak pidana yang
terjadi.62
adanya persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam penggunaan upaya paksa
setelah pengumpulan bukti permulaan yang cukup guna membuat terang suatu
Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Jo Pasal 6 ayat (1) KUHAP, ada dua badan
61
R. Tresna, Komentar HIR, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000), hlm. 72.
62
Ali Wisnubroto, Praktek Peradilan Pidana (Proses Persidangan Perkara Pidana),
(Jakarta: PT. Galaxy Puspa Mega, 2002), hlm. 15.
63
Ibid, hlm. 16.
29
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh
undang-undang.
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
diritersangka.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
pemeriksaanperkara.
i. Mengadakan penghentianpenyidikan.
64
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 50.
30
1. Wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku. Ini mengandung arti bukan
2. Wajib membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan (Pasal 8ayat (1) jo.
Pasal 75KUHAP).
106KUHAP).
(Pasal 109KUHAP).
ayat (1) KUHAP yaitu pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
juga termasuk pegawai negeri sipil tertentu dalam lingkungan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
31
Berdasarkan Pasal 11 KUHAP, penyidik pembantu memiliki wewenang
dimungkinkan. Hal itu dikarenakan dlam keadaan yang sangat diperlukan, atau
belum ada petugas penyidik, dan/atau dalam hal lain yang dapat diterima menurut
kewajiban.
hasil pemeriksaan di TKP dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan. Pada berita acara
Pemeriksaan di TKP merupakan alat bukti sah, yakni “surat”. 66Setelah Berita
Pemeriksaan Saksi Pelapor atau Saksi Pengadu. Setelah itu penyidik atau penyidik
prinsipnya semua orang dapat menjadi saksi dan merupakan suatu kewajiban jika
dipanggil oleh Penyidik yang diberi kewenangan untuk itu hal ini berdasarkan
65
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan),
(Jakarta: Sinar Grafika), 2009 hlm. 80.
66
Ibid, hlm. 81.
67
Ibid.
32
Pasal 112 KUHAP. Untuk itu penyidik menerbitkan surat panggilan dengan
bahwa keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu.
dari kejadian/peristiwa tersebut, asal dilihat sendiri atau didengar/ dialami sendiri,
memperhatikan asas cepat, sederhana, dan biaya ringan. Penyidik yang melakukan
pemeriksaan terhadap para saksi perlu menyadari bahwa keterangan saksi yang
Keterangan ahli merupakan urutan kedua sebagai alat bukti yang sah
rahasia. Ini tidak berarti bahwa ahli lain dalam pembuktian tidak diperlukan.
68
Ibid, hlm. 82.
69
Ibid, hlm. 84.
70
Ibid, hlm. 88.
33
digunakan sebagai alat bukti surat. Ahli tersebut dapat dipergunakan sebagai saksi
Berdasarkan Pasal 188 ayat (1) KUHAP yang merupakan petunjuk adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang
satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Mr. M.H
suatu kejadian atau keadaan yang telah terbukti hingga menjelaskan suatu
Penyitaan tersebut dapat dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara RI, PPNS,
PenetapanPengadilan.
71
Ibid, hlm. 92.
72
Ibid, hlm.92, dikutip dari Tirtaamidjaja, Kedudukan Hakim dan Jaksa, (Jakarta: Fasco),
1995), hlm. 92.
34
dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sehinggamjelas hubungan langsung
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang
bahasa Inggris, kata penahanan adalah "arrest" yang dalam "The Lexicon
stop. Dalam bahasa Indonesia, yakni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
73
Ibid, hlm. 95.
74
Ibid, hlm. 106.
75
Ibid, hlm. 117.
35
Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) KUHAP diatur bahwa perintah penahanan
atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang
diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan atau
mengulangi tindak pidana. Penahanan ini tidak hanya dilakukan pada proses
penyidikan saja tapi juga saat proses penuntutan dan pemeriksaan perkara di
20 hari dan dapat diperpanjang selama 40 hari apabila proses pemeriksaan belum
selesai. Jenis penahanan ada tiga yaitu penahanan rumah tahanan negara,
diatur di dalam Pasal 6 ayat (2) jo. Pasal 284 ayat (2) KUHAP.Ketentuan tersebut
sangat berbeda dengan ketentuan yang diatur dalam HIR, bahwa disamping polisi
sebagai penyidik juga jaksa ditentukan sebagai penyidik lanjutan. Tetapi bila
melihat pada peraturan peralihan KUHAP yaitu Pasal 284 ayat (2) KUHAP, maka
tugas jaksa sebagai penuntut umum dan sebagai penyidik masih tetap dan sama
sekali tidak dikurangi yaitu jaksa yang diatur di dalam undang-undang tertentu
Korupsi.76
76
Oemar Seno Adji, Mass Media & Hukum, (Jakarta: Erlangga, 1977), hlm. 14.
36
Berdasarkan Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No. B-
Pidsus"), tahapan penanganan perkara tindak pidana khusus diawali dengan tahap
cepat.79
atau tidak. Hasil penyelidikan harus memberikan gambaran yang jelas sehingga
pimpinan dapat secara tepat menentukan pihak yang akan menindaklanjuti dengan
77
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus No. B-845/F/Fjp/05/2018 tanggal 4
Mei 2018, Perihal: Petunjuk Teknis Pola Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus yang
Berkualitas, hlm. 3.
78
Ibid.
79
Ibid, hlm. 5.
80
Ibid.
37
Setelah serah terima hasil penyelidikan, maka diterbitkan Surat Perintah
XIII/2015 tanggal 11 Januari 2017, penyidik paling lambat dalam waktu 7 (tujuh)
Penyidikan Tindak Pidana Korupsi kepada Ketua KPK. Dalam tahapan ini Jaksa
Penyidik wajib mengkonstruksikan secara jelas dan akurat disertai alat bukti
memperkuat pembuktian.81
dimaksud dalam Putuan MK, oleh karena itu agar penetapan tersangka dilakukan
kecukupan alat bukti yaitu minimal adanya 2 (dua) alat bukti dan Calon
Tersangka terlebih dahulu wajib diperiksa sebagai saksi, kecuali apabila calon
tersangka tersebut telah dipanggil secara patut sesuai Pasal 227 KUHAP tidak
dahulu diuji melalui forum gelar perkara (ekspose) dan mengusulkan penetapan
tersangka.82
penetapan tersangka. Apabila tersangka yang ditetapkan lebih dari 1 (satu) orang
81
Ibid, hlm. 6-7.
82
Ibid, hlm. 7-8.
38
kedua dan seterusnya diterbitkan surat perintah penyidikan atas nama tersangka
dahulu.84
kewenangan yang dimiliki oleh penyidik dalam menghadapi sebuah kasus yang
yang sedang berjalan yang diberikan kepada penyidik dengan rasio atau alasan:86
1. Untuk menegakkan prinsip peradilan yang cepat, tepat dan biaya ringan, dan
83
Ibid, hlm. 8.
84
Ibid, hlm. 10.
85
Anonimous, KUHAP dan KUHP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) hlm. 150.
86
Ibid.
39
penyidik berkesimpulan bahwa berdasar hasil penyelidikan dan penyidikan
tidak cukup bukti atau alasan untuk menuntut tersangka di muka persidangan,
segera tercipta kepastian hukum baik bagi penyidik sendiri, terutama kepada
kalau perkaranya diteruskan, tapi ternyata tidak cukup bukti atau alasan untuk
yang telah ditentukan. Tidak semaunya tanpa alasan yang tidak dapat
landasan perujukan bagi pihak-pihak yang merasa keberatan atas sah tidaknya
penyidik untuk melakukan penghentian penyidikan yang diatur dalam Pasal 109
40
penyidikan dihentikan demi hukum, maka penyidikan memberitahukan hal
itu kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya."
Berdasarkan ketentuan Pasal 109 ayat (2) KUHAP di atas, terdapat
tersedianya minimal dua alat bukti yang sah untuk membuktikan bahwa benar
telah suatu tindak pidana dan tersangkalah sebagai pelaku yang bersalah
dua alat bukti), dihubungkan dengan Pasal 184 dan seterusnya, yang berisi
penegasan dan penggaraisan tentang alat-alat bukti yang sah di depan sidang
pengadilan. Menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang dimaksud dengan alat
a) Keterangan saksi;
b) Keterangan ahli;
41
c) Surat;
d) Petunjuk;
e) Keterangan terdakwa.
apakah alat bukti yang ada di tangan benar-benar cukup untuk membuktikan
penyidik. Karena dalam peraturan hukum terkait dengan hukum acara pidana
normanya yang sangat umum dan membuka peluang bagi penyidik untuk
subyektifitas penyidik.
maupun prapenuntutan jika tidak diketemukan minimum alat bukti, Polisi atau
Jaksa Penuntut Umum (JPU) harus menghentikan perkara pidana, karena akan
87
Yahya Harahap, Op-Cit, hlm. 151.
88
Marfuatul Latifah, Kasus Penghentian Penyidikan dan Penegakan Hukum di Indonesia,
Info Singkat vol V, No. 11/1/P3DI/Juni/2013, Jakarta, hlm. 3.
42
menggunakan dasar bahwa dalam suatu perkara tidak terdapat cukup bukti
pidana seperti yang diatur dalam KUHP, maka penyidik berwenang untuk
menarik garis yang tegas tentang apakah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang termasuk dalam lingkup tindak pidana baik itu kejahatan atau
atau bukan, harus berpegang pada unsur delik dari tindak pidana yang
merupakan lingkup hukum pidana, kecuali bila ditemukan indikasi yang kuat
89
Yahya Harahap, Op-cit, hlm. 152.
90
Marfuatul Latifah, Op-cit, hlm. 3.
43
membuktikan sebaliknya. Berdasarkan ketentuan Pasal 191 ayat (2) KUHAP
yang berbunyi:
ataupun Jaksa Penuntut Umum (JPU) jika menjumpai kondisi semacam ini
harus berpegang pada unsur delik dari tindak pidana yang disangkakan.
Karena dalam sebuah definisi tindak pidana terdapat unsur delik yang harus
tindak pidana.91
Apabila suatu perkara ditutup demi hukum berarti perkara tersebut tidak
a) Nebis in idem
Seseorang tidak dapat lagi dituntut untuk kedua kalinya atas dasar
perbuatan yang sama, terhadap mana atas perbuatan itu orang yang
bersangkutan telah pernah diadili dan telah diputus perkaranya oleh hakim
91
Ibid.
92
Yahya Harahap, Op-Cit, hlm. 152.
44
atau pengadilan yang berwenang untuk itu di Indonesia, serta putusan itu
Azas nebis in idem ini termasuk salah satu hak asasi manusia yang
Apabila terhadapnya telah pernah diputus suatu tindak pidana baik putusan
hukum, dan putusan itu telah memeperoleh keputusan hukum yang tetap,
bersangkutan.
pada abad modern, yakni kesalahan tindak pidana yang dilakukan oleh
93
Ibid., hlm. 153.
45
berhenti dan hapus menurut hukum.Penyidikan dan pemeriksaan tidak
c) Kadaluarsa
dengan alasan tindak pidana tersebut telah melewati batas waktu atau
2) Lewat masa enam tahun bagi tindak pidana yang dapat dihukum
dengan pidana denda, kurungan atau penjara yang tidk lebih dari
3) Lewat tenggang waktu dua belas tahun bagi semua kejahatan yang
4) Lewat delapan belas tahun bagi semua kejahatan yang dapat diancam
5) Atau bagi orang yang pada waktu melakukan tindak pidana belum
94
Djisman Samosir, Segenggam tetang Hukum Acara Pidana, (Bandung: Nuansa Aulia,
2013), hlm. 108.
46
yang disebut pada point 1 sampai 4, dikurangi sehingga menjadi
sepertiganya.
dilakukan.
Seorang penderita sakit jiwa, baik yang terus menerus maupun yang
pasti apakah perbuatannya itu dilakukan secara sadar stau apakah ia paham
akibat dari perbuatan yang akan dilakukannya. Mengenai hal ini diatur
identik dengan sistem penegakan hukum pidana dan juga diidentikkan dengan
47
c. Kekuasaan mengadili/menjatuhkan putusan oleh badan peradilan, dan;
hukum pidana yang integral, dan sering disebut dengan istilah Sistem Peradilan
sistem peradilan pidana terpadu atau SPPT yang sesungguhnya, bukan saja
yang terpadu juga mencakup makna substansial dari urgensitas simbolis prosedur
yang terintegrasi tetapi juga menyentuh aspek filosofis mengenai makna keadilan
hukum pidana materiil yang dikawal dan dibingkai oleh norma peraturan
96
Barda Nawawi Arief, Reformasi Sistem Peradilan (Sistem Penegakan Hukum Di
Indonesia), (Semarang: BP Undip, cet. 2, 2011), hlm. 7.
97
Edi Setiadi, Kristian, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem Penegakan Hukum
di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, edisi pertama, 2017), hlm. 31.
48
3. Perwira TNI AL (Pasal 14 Undang-Undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona
2004 tentang Perikanan 98, Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang No. 5 tahun 1990
tentang Pelayaran100.
khusus terhadap perkara tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia. 101 Dalam
(2)disebutkan:
"(a) Yang dimaksud dengan semua perkara adalah perkara yang telah
dilimpahkan kepengadilan;
(b). Yang dimaksud dengan “ketentuan khusus acara pidana sebagaimana
tersebut pada undang-undang tertentu” ialah ketentuan khusus acara
pidana sebagaimana tersebut pada, antara lain :
1. Undang-Undang tentang pengusutan penuntutan dan peradilan
tindak pidana ekonomi (Undang- Undang Nomor 7 tahun 1955);
2. Undang-Undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
(Undang-Undang Nomor 3 tahun 1971);"
tersebut pada undang-undang tertentu akan ditinjau kembali, diubah, atau dicabut
98
Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan menyebut tiga
pejabat penyidik yaitu PPNS, Perwira TNI AL dan Pejabat Polri.
99
Pasal 39 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konversi Hayati
menyebut tiga pejabat penyidik yaitu Pejabat Polri, PPNS, Perwira TNI AL.
100
Pasal 99 Undang-Undang No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran menyebut tiga pejabat
penyidik yaitu Pejabat Polri, PPNS, Perwira TNI AL.
101
Pasal 30 ayat (1) huruf d UU Kejaksaan.
49
Republik Indonesia nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, Pasal 17
disebutkan:
Mengacu pada Pasal 284 ayat (2) KUHAP dan Pasal 17 PP No. 27 tahun
1983 tentang pelaksanaan KUHAP tersebut, itulah yang menjadi dasar hukum
bagi Kejaksaan untuk menjadi penyidik dalam perkara tindak pidana korupsi.
dibedakan atas:102
1. Wewenang terikat: wewenang dari pejabat atau badan pemerintah yang wajib
dilaksanakan atau tidak dapat berbuat lain selain dari apa yang tercantum
dalam isi sebuah peraturan. Wewenang ini sudah ditentukan isinya secara
rinci, kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat
digunakan.
dilaksanakan oleh penyidik atau Jaksa Penuntut Umum (JPU) jika menemui
kondisi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP.
102
Philipus M Hadjon, Pengertian-Pengertian Dasar tentang Tindak Pemerintahan,
(Surabaya: Djumali, 1985), hlm. 12-13.
50
Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP 3) diberikan dengan merujuk
tersangka/keluarganya;
2) Penuntut umum.
dimiliki oleh penyidik dalam menghadapi sebuah kasus yang dianggap tidak perlu
ketentuan Pasal 109 ayat (2) KUHAP, terdapat beberapa keadaan dimana sebuah
menghentikan penyidikannya dan hal ini telah ditegaskan dalam Pasal 109 ayat
51
pada permulaan tindakan penyidikan, melainkan juga pada tindakan penghentian
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus dan apabila penghentian dilakukan
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus maka harus dengan persetujuan Jaksa
korupsi dilakukan sesuai ketentuan KUHAP sepanjang tidak diatur dalam undang-
104
Dewa Gede Dana Sugama, Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP 3) Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jurnal, Universitas Udayana, Bali, 2014, hlm. 4.
105
Ibid, hlm. 5.
106
Petunjuk Teknis Tindak Pidana Khusus, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
Kejaksaan Agung RI, (Jakarta, 2004), hal.181.
107
Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: Kep-518/A/J.A/11/2001
tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: Kep-
132/A/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara TindakPidana.
52
undang pemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan demikian syarat-syarat
maupun tata cara penghentian penyidikan tindak pidana korupsi tidak berbeda
"Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih
unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara
nyata telah terjadi kerugian keuangan negara, maka penyidik segera
nenyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau
diserahkankepadainstansiyangdirugikanuntukmengajukangugatan."
Pasal 33:
"Dalam hal tersangka meninggal dunia saat dilakukan penyidikan,
sedangkan secara nyata telah ada kerugian negara, maka penyidik segera
menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk
dilakukan gugatan perdata terhadap ahliwarisnya."
dihentikan tetapi bila dari hasil penyidikan telah ditemukan secara nyata terdapat
kerugian negara, yaitu kerugian negara yang sudah dapat dihitung jumlahnya
berdasar temuan instansi yang berwenang (BPK/ BPKP) atau akuntan publik,
tahappenyidikan.
53
BAB III
PRAPERADILAN SEBAGAI LEMBAGA PENGAWASAN TERHADAP
UPAYA PAKSA
Pada dasarnya lahirnya KUHAP dilandasi pada dua alasan, yaitu alasan
suatu peradilan pidana yang adil (fair trial) dan alasan adanya kepentingan
HIR belum memberikan jaminan dan perlindungan yang cukup terhadap hak-hak
menempati posisi sentral dan determinan dalam penegakan hukum yang bersandar
proses of law yang dalam bahasa Indonesia kiranya dapat diterjemahkan dengan
istilah proses hukum yang adil. Lawannya adalah arbitrary process atau proses
108
___________, Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.01.PW.07.03 Tahun 1982
tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dalam,
KUHAP Lengkap: Pelaksanaan KUHAP, Pedoman Pelaksanaan KUHAP, Tambahan
Pedoman Pelaksanaan KUHAP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 205-206.
109
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana,
Kumpulan Karangan, Buku Ketiga, (Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian
Hukum (d/h Lembaga Kriminologi) Universitas Indonesia, 2007), hlm. 27
54
hukum yang adil tidaksajaberupa penerapan hukum atau perundang-undangan
(yang diasumsikan adil) secara formal tetapi juga mengandung jaminan hak atas
yang adil dan manusiawi dalam negara hukum perlu mengatur perangkat
kearah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia,
Salah satu lembaga baru yang diatur dalam KUHAP adalah praperadilan.
tiap orang yang diajukan sebagai terdakwa telah melalui proses awal yang wajar
mengadopsiprinsiphabeascorpusdiusulkanolehYapThianHienagarperlu segera
memuatmateritentang“writofhabeascorpus”darihakimuntukmemeriksa legalitas
110
Ibid, hlm. 49.
111
Al Wisnubroto dan G Widiantara, Pembaharuan hukum Acara Pidana, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 2.
55
penahanan seseorang.112Prinsip dari habeas corpus menciptakan gagasan untuk
memberikan hak dan kesempatan kepada orang yang sedang dibatasi atau
upaya paksa sebagaimana disebutkan dalam hukum acara pidana. 114 Perlindungan
hak asasi manusia dari tindakan sewenang-wenang aparat penegak hukum yang
melakukan upaya paksa tersebut akan diberikan oleh lembaga praperadilan dalam
KUHAP.
bertujuan bagi perlindungan hak asasi tersangka dalam proses yang dahulu
halnya Rechter Commissaris institusi ini mempunyai wewenang yang luas dalam
pemeriksaan pendahuluan. namun tidak semua perkara harus melalui institusi ini.
112
H. Harris, Pembaharuan Hukum Acara Pidana Yang Terdapat dalam HIR, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Binacipta, Cet. l November 1978), hlm. 191.
113
Adnan Buyung Nasution, Praperadilan vs Hakim Komisaris, Komisi Hukum
Nasional, (Jakarta: edisi April 2002), hlm.11.
114
Luhut MP Pangaribuan, Interpretasi Pihak Ketiga Yang Berkepentingan Dalam
Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Kajian Putusan Pengadilan, LeIP, Edisi 2, (Jakarta: 2004),
hlm. 29.
56
Hanya perkara besar dan sulit pembuktianya yang ditangani olehnya.selebihnya
yang berasal dari ide Prof. Oemar Seno Adji. Ide tersebut bermaksud untuk
memberi perlindungan hak asasi manusia kepada setiap orang yang menghadapi
dilaksanakansesuaidenganhukumataubertentangandenganhukum;
paksa;
pencarikeadilan.
pemeriksaansuratataspermintaanpenyidikmaupunmenentukanpenyidikmanayang
115
Oemar Seno Adji, dan Indriyanto Seno Adji, Peradilan Bebas & Countem of
Court, (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 135.
116
Loebby Loqman, Pra-Peradilan di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990),
hlm.29-30.
57
paling berwenang melakukakan penyidikan), sehingga
pelanggaran hakasasitersangka.117
kontra diantara kalangan ahli hukum.Ada pendapat yang menyetujui dan ada pula
Pihak yang tidak menyetujui mengatakan bahwa telah banyak instansi yang
akan menambah hambatan birokratis. Selain itu adanya keberatan dari Kejaksaan
pemerintah melalui Menteri Kehakiman ke DPR pada akhir tahun 1979 muncul
Persatuan Advokat Indonesia, maupun dari kalangan pers dan akademisi. Mereka
RUU. Dalam pertemuan antara Komite, Peradin dengan Pemerintah yang diwakili
117
Oemar Seno Adji dan Indrianto Seno Adji, Op.cit, hlm. 136.
118
Loebby Logman, Op.Cit., hlm. 30-31.
58
Undang-Undang Hukum Acara Pidana namun menyetujui membuat draft baru
RUU dengan rnengakomodir usulan dan masukan dari masyarakat, termasuk dari
draft baru yang dibuat langsung di DPR oleh Pansus DPR bersama Pemerintah
Acara Pidana yang tidak mencantumkan hakim komisaris, namun lebih mengarah
kepada pengawasan dan ganti rugi atau rehabilitasi dalam melindungi hak-hak
paksa tetapi hanya sebagian dari upaya paksa yaitu tentang penangkapan serta
penahanansaja.
antara konsep tahun 1974 dengan konsep tahun 1979,120 dimana konsep tahun
119
Adnan Buyung Nasution, Op.Cit., hlm. 10.
120
Ibid., hlm. 40-41.
59
atau terdakwa.Praperadilan diatur dalam Bab I Pasal 1 angka 10 dan Bab X
maksud dan arti harfiahnya. Pra artinya sebelum atau mendahului, berarti
tentang telah terjadinya suatu tindak pidana yang sedang dalam tahap penyidikan
atau penuntutan.122
negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-
undang tentang, sah tidaknya penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka, sah atau tidaknya
tegaknya hukum dan keadilan, serta permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi
oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya
yang melekat pada pengadilan negeri yang merupakan bagian dari pengadilan
negeri yang administrasi, personal, peralatan dan keuangan menjadi satu dan
121
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ed. Kedua, (Jakarta:Sinar Grafika,
2008), hlm. 187.
122
Darwan Prinst, Praperadilan dan Perkembangannya di dalam Praktek, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 1.
123
Pasal 1 butir 10 KUHAP.
60
berada di bawah pimpinan, binaan serta pengawasan ketua pengadilan negeri
dimanatatafungsiyustisialnyaadalahbagiandarifungsiyustisialpengadilan negeri.124
maupun penuntutan, mengingat tindakan upaya paksa pada dasarnya melekat pada
merupakan salah satu model pengawasan secara horizontal yang diakomodir oleh
KUHAP.HalinitergambardaridalamPasal80KUHAPmenyebutkanbahwa:
pengadilan maka praperadilan sama dengan tiga lembaga di Amerika Serikat yang
bersalah atau tidak, apabila menyatakan tidak bersalah maka akan dilanjutkan
hakim untuk mendapat penilaian apakah ada alasan kuat untuk meyakini
seseorang melakukan tindak pidana sehingga ada alasan kuat untuk ditahan dan
124
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan SidangPengadilan,Banding,Kasasi,danPeninjauanKembali,
(Jakarta:SinarGrafika,2000), hlm.1.
125
Loebby Loqman, Op. Cit., hlm. 50.
61
terutama mengenai pembuktian dan pihak-pihak yang berperkara untuk
Tabel 1
Perbedaan Praperadilan, Rechter Commissaris, Habeas Corpus, dan Judge d”Instruction
Judge d'
Praperadilan Rechter Commisariss Habeas Corpus
Instruction
Memerikasa dan Melakukan Pengawasan Melakukan Melakukan
memutus sebagian semua upaya paksa Pengawasan pemeriksaan
upaya paksa: terhadapsemua pendahuluan:
a. Pengawasan terhadap
upaya paksa. sah a. Terhadapterdakwa
a. sah tidaknya, semua upaya paksa; sah
tidaknya
penangkapan tidaknya, penyitaan, , saksi- saksi, dan
penangkapan,
penahanan, penggeledahan, alat bukti lain,
penahanan,
penghentian penangkapan
penyitaan, b. Membuat BAP
penyidkan, penahanan,penghentian
penggeledahan penggeledahan,
penghentian penyidkan, penghentian
sebelum penyitaan, dan
penuntutan; penuntutan;
dilakukan upaya menutup tempat
b. ganti kerugian atau b. Memanggil,memeriksa paksa. tertentu,
rehabilitasi dan melakukan c. menentukansuatu
seseorang yang penahanan terhadap perkara
perkara pidanya seseorang.(saksi/ dilanjutkan atau
dihentikan secara tersangka); tidak,
sah, atau akibat c. Menetapkan apakah
tidak sahnya d. sebelum
perkara dapat diteruskan
penangkapanatau dilakukanupaya
ke Pengadilan Negeriatau
penahanan; paksa.
tidak;
c. Setelahdilakukan d. Melakukan pengawasan
upayapaksa thdp tugas jaksa;
e. Sebelumdilakukanupaya
paksa.
Dari uraian di atas ternyata pengertian praperadilan dalam hukum acara
126
Ibid.
62
lingkup praperadilan ternyata lebih sempit dibandingkan rechter commissaris,
mempunyai arti yang sama sebagai sebuah lembaga yang berperan sebelum
persidangan dimulai, namun ruang lingkup praperadilan lebih sempit karena tidak
sama dengan tujuan dibentuknya KUHAP. Menurut Yahya Harahap tujuan yang
terhadap tindakan upaya paksa yang dilakukan penyidik dan penuntut umum
meningkatkan sikap mental aparat penegak hukum, tegaknya hukum dan keadilan,
kepastianhukum.128
127
Ibid.
128
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan
Dan Penuntutan, Op.Cit., hlm. 59-80.
63
Sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan maka nilai-nilai tersebut
lebih lanjut dalam norma hukum.129 Sebagai bentuk perlindungan terhadap harkat
f. Asas legalassistance;
g. Asas pemberitahuan yang jelas mengenai dakwaan terhadap terdakwa dan hak-
h. Asaspresentasi;
i. Asasketerbukaan;
j. Asaspengawasan.
dan undang-undang.131
129
Al Wisnubroto dan G. Widiantara, Op.Cit., hlm.11-12
130
Ibid.
131
M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Pemeriksaan SidangPengadilan,Banding,Kasasi,danPeninjauanKembali,Op.Cit, hlm. 4.
64
Wewenang praperadilan diatur dalam Pasal 1 butir 10 KUHAP dan diatur
lebih lanjut, dalam pasal 77 KUHAP serta Pasal 95 KUHAP. Pasal 1 butir 10
menyatakan:
65
yangbersangkutan.
(5) Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana pada ayat (4)
mengikuti acarapraperadilan."
Dari ketentuan Pasal 1 butir 10, Pasal 77 dan Pasal 95 di atas dapat
penghentian penuntutan;
c. Memeriksa dan memutus ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang
d. Memeriksa dan memutus tuntutan ganti kerugian yang diajukan oleh tersangka
atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa
penyitaan dan tindakan lain yang bersifat pemeriksaan pendahuluan serta tidak
berwenang menentukan apakah suatu perkara cukup alasan ataukah tidak untuk
132
S. Tanubroto, Peranan Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana, (Bandung:
Alumni, 1983), hlm. 74.
133
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, ed. Kedua, Op. Cit., hlm. 189.
66
perkara cukup alasan ataukah tidak untuk diteruskan ke pemeriksaan
sidangpengadilan.
Pada bulan April tahun 2015 terdapat suatu putusan Mahkamah Konstitusi
diajukan oleh seseorang yang bernama Bachtiar Abdul Fatah, yang merupakan
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terhadap Undang–
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ("Putusan MK"). Adapun
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat
tidak dimaknai bahwa "bukti permulaan", "bukti permulaan yang cukup", dan
"bukti yang cukup" adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal
2. Frasa "bukti permulaan", "bukti permulaan yang cukup", dan "bukti yang
cukup" sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17, dan Pasal
67
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tidak
"bukti permulaan", "bukti permulaan yang cukup", dan "bukti yang cukup"
adalah minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 Undang-Undang
danpenyitaan;
perlakuan yang adil bagi seseorang yang sedang menjalani proses pidana. Dengan
harkat, martabat, dan kedudukan yang sama di hadapan hukum. Dengan demikian
tersangka menjadi objek yang didalili oleh pranata praperadilan adalah beralasan
68
ketentuan Pasal 77 huruf a Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
penyitaan.134
Praperadilan
tugas dan fungsi dengan pengadilan negeri.Kegiatan dan tata laksana yustisial
praperadilanberadadibawahruanglingkupketuaPengadilan Negeri.136Pengajuan
permohonan praperadilan tidak terlepas dari tubuh pengadilan negeri dan harus
pengadilan negeri, jika perkara pokok sudah mulai diperiksa maka perkara
Praperadilan gugur.137
yang berwenang memeriksa perkara sesuai dengan Pasal 79, 80 dan 81 KUHAP.
134
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5540aa81ad5fb/npts/lt53b27d9b4702c/
putusan-mahkamah-konstitusi-nomor-21-puu-xii-2014Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
21/PUU-XII/2014 (diakses pada tanggal 3 Januari 2020).
135
R. Soeparmono, Praperadilan dan Penggabungan Perkara Gugatan
GantiKerugiandalamKUHAP,(MandarMaju:Bandung,2003)hlm. 46.
136
Ibid.
137
Pasal 2 ayat (5) Perma 4/2016.
69
pengadilan negeri di wilayah hukum orang yang diduga melakukan tindak pidana
praperadilan dapat dilakukan secara lisan atau tulisan karena tidak ada ketentuan
yang baku untuk hal tersebut. 138Praktik yang terjadi, pendaftaran permohonan
138
DarwanPrints, TinjauanUmumTentangPraperadilan, (Bandung:Citra Aditya Bakti,
cet.1, 1993), hlm. 47.
139
Ibid.
140
Pasal 82 ayat (1) butir (a) KUHAP.
70
tersebut adalah tata cara/prosedur yang berlaku dan dikerjakan dalam praktik yang
terjadi selamaini.
TUNTUTAN
PENUNTUT PASAL DALAM
PRAPERADILAN
PRAPERADILAN KUHAP
DALAM HAL
Sah atau tidaknya - Tersangka;
79 KUHAP
penangkapan/penahanan - Keluarga Tersangka.
- PenuntutUmum;
Penghentian Penyidikan - pihak ketiga yang 79 KUHAP
berkepentingan
141
R.Soeparmono, Op.cit.,hlm 35.
142
Darwan Prints, Op.cit.,hlm. 5-7.
71
- Tersangka;
- pihak ketiga yang
Penghentian penuntutan 80 KUHAP
berkepentingan;
- Penyidik.
Tuntutan ganti kerugian
yang:
- Tersangka;
a. perkaranya tidak 95 ayat (1) dan(2)
- Terpidana;
sampai ke pengadilan KUHAP
- Ahli waris.
- Tersangka;
b. perkaranya sampai ke
- Terpidana; 97 ayat (3) KUHAP
pengadilan
- Ahli waris.
pidana.143Pihak ketiga tersebut adalah saksi korban dari suatu tindak pidana, saksi
pelapor/pengadu, ataukeluarganya.
2. Pada hari itu juga permohonan tersebut setelah dicatat dalam buku register
perkaratersebut.
PengadilanNegeri.
143
Ibid, hlm. 7.
144
HariSasangka,Penyidikan,Penahanan,Penuntutan,danPraperadilan
dalamTeoridanPraktek,(Bandung:MandarMaju,cetke-1,2007), hlm. 201.
72
dengan memanggil pula tersangka, tersangka atau pemohon maupun pejabat
9. Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan dapat diajukan lagi pada tingkat
dengan ketokan palu, dan sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum
termohon praperadilan sudah hadir atau belum. Misalnya belum hadir apakah
sudah dipanggil secara sah atau belum. Jika para pihak diwakili oleh kuasanya
73
5. Replik dari pemohonpraperadilan.
11. Putusanpraperadilan.
146
___________, PedomanPelaksanaanTugasdanAdministrasiPengadilanBukuIIMA-
RI, (Jakarta: MA-RI, cet ke-4, 2003), hlm.193-194.
74
BAB IV
ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KABANJAHE
NO. 2/PID.PRA/2019/PN-KBJ TERKAIT DENGAN PERINTAH
MENGHENTIKAN PROSES PENYIDIKAN MELALUI PRAPERADILAN
A. Posisi Kasus
Bahwa karena ada kendala teknis berupa faktor atau gangguan cuaca,
pengerjaan Proyek menjadi terhambat dan selanjutnya Pemkab Karo dan CV.
Februari 2017.
Pada tanggal 4 Januari 2017, bangunan tugu yang tengah dibangun oleh
CV. Askonas Konstruksi Utama yang pada saat itu telah mencapai kurang lebih
80% (delapan puluh persen) dari target penyelesaian rubuh diterpa angin
147
Lihat Putusan Pengadilan Negeri No. 2/PID.PRA/2019/PN-KBJ tanggal 14 Februari
2019, hlm. 2.
75
kencang.Pada tanggal 5 Januari 2017 CV. Askonas Konstruksi Utama melaporkan
13 Juli 2018 Pemkab Karo telah mengalami kerugian sebesar Rp. 605.437.766,00
(enam ratus lima juta empat ratus tiga puluh tujuh ribu tujuh ratus enam puluh
2. Potongan Pembayaran:
forum ekspose atau gelar perkara internal berkesimpulan telah ditemukan bukti
184 KUHAP antara lain keterangan saksi, surat, dan petunjuk. Sehingga Jaksa
76
dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Karo Nomor
saksi dan ahli yang diajukan ke persidangan oleh Pemohon dan Termohon, maka
Hakim"):150
bahwa pada intinya Termohon telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku
Juli 2018;
149
Ibid, hlm. 10.
150
Ibid, hlm. 32-55.
77
3. Menimbang, bahwa adapun tindakan yang harus dilakukan oleh termohon
penyidikan;
diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1angka
1981);
Tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
sebagai pelaku tindak pidana. (Pasal 1 angka 14 Kitab Undang Undang Acara
Indonesia No.8 tahun 1981 tentang Kitab undang-undang Hukum Acara tidak
78
tentang apa yang dimaksudkan dengan frasa "Bukti Permulaan" yaitu harus
ditafsirkan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang termuat dalam pasal 184
Kitab Undang Undang Acara Hukum Pidana dan disertai dengan pemeriksaan
calon tersangka;
alat bukti dalam pasal 184 Kitab Undang-undang Acara Hukum Pidana
kurangnya 2 (dua) alat bukti yang termuat dalam pasal 184 Kitab Undang
Undang Acara Hukum Pidana, hal ini dapat dimaknai bahwa apabila dalam
79
guilty,asas praduga bersalah. Oleh karena itu keputusan dalam Kitab Undang-
yang cukup. Jadi yang dimaksud disini adalah presumption of guilty. Mengapa
Acara Hukum Pidana disusun tahun 1970 – 1980 dan disahkan dengan
undang-undang, kita tahu persis bahwa rezim yang berkuasa pada saat itu
tidak memberi penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, oleh karena itu
boleh dikatakan bahwa crime control model tersebut lebih menekan hak asasi
due process of law. Due process of law adalah asas umum dalam hukum
pidana yang berlaku secara universal. Oleh karena itu, dapat sepenuhnya
control model menjadi due process model. Oleh karena itu yang menjadi objek
pemeriksaan surat, bahkan penetapan tersangka. Jadi apa yang ada dalam due
process of law?, yang ada dalam due process of law ada tiga, pertama, bahwa
dia menolak kecepatan dalam beracara. Kedua, Karena dia menolak kecepatan
80
Ketiga, dia menitikberatkan pada presumption of innocence. Due process of
Acara Hukum Pidana yang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik
diterima. Suatu bukti relevan belum tentu bisa diterima tetapi bukti yang
diterima sudah pasti bukti yang relevan. Ketiga, exclusionary rules, adalah
undang. Exclusionary rules ini membawa suatu dampak, kalau pada akhirnya
bukti ini diperoleh dengan jalan yang tidak sah maka secara teoritik ini
pembuktian adalah otoritatif dari hakim. Yang menilai bukti kuat atau tidak
adalah hakim. Secara teoritik dapat dijelaskan oleh ahli namun secara subtansi
81
11. Menimbang, bahwa oleh karena dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
mengacu pada keterangan ahli tersebut dapat dimaknai untuk menguji apakah
12. Menimbang, bahwa lahirnya kitab undang undang acara hukum pidana
lahir lembaga kontrol/ alat filter yang dinamakan Lembaga Praperadilan untuk
oleh karena itu menjadi kewajiban bagi Hakim praperadilan untuk menguji
atas, maka yang harus dipertanyakan selanjutnya apakah dalam perkara yang
praperadilan aquo lewat alat bukti yang diajukan pihak pemohon dan
termohon yakni bukti P-1 sampai dengan P-4 dan T-1 sampai dengan T-50
82
tugu/tanda batas (pembuatan Tugu Mejuah-Juah)telah dilakukan penyelidikan
dan penyidikan;
15. Menimbang, bahwa setelah meneliti dengan cermat alat bukti pemohon dan
termohon tersebut di atas tentang kasus dalam perkara yang dikenal dengan
16. Menimbang, bahwa Pemohon adalah Wakil Direktur dari CV. Askonas
Teladan Barat, Kota Medan. Pada tanggal 28 Oktober 2016 Pemohon dalam
ini dibenarkan oleh Peraturan Presiden No: 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Presiden No: 54 tahun 2010, yang pada intinya menyatakan bahwa kontraktor
83
melewati Tahun Anggaran berjalan selama maksimal 50 (lima puluh) hari
kalender;
18. Menimbang, bahwa pada tanggal 4 Januari 2017, bangunan tugu yang tengah
surat kembali dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan No: 01/PPK-
Sumatera Utara;
19. Menimbang, bahwa Pada tanggal 6 Februari 2017, Bapak Radius Tarigan
2017;
84
Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara No:
6 Juni 2017 (Bukti T-7), yang mana diperhitungkan dari kekurangan volume
(lima ratus tujuh puluh satu juta tujuh ratus dua puluh ribu tiga ratus delapan
18 Juli 2017, yang pada intinya menyatakan bertanggung jawab atas kerugian
8);
423.806.436,00 (empat ratus dua puluh tiga juta delapan ratus enam ribu
empat ratus tiga puluh enam rupiah) ke rekening Kas Umum Daerah
(lima ratus tujuh puluh satu juta tujuh ratus dua puluh ribu tiga ratus delapan
85
puluh tujuh koma lima belas rupiah), dicicil per 2 (dua) bulan, dan telah
24. Menimbang, bahwa 6 Juni 2017 Pemohon menerima Surat Panggilan dari
2017 untuk hadir di kantor Termohon guna dimintai keterangan dan pada
Saksi;
25. Menimbang, bahwa Pemohon dipanggil sebagai Tersangka melalui surat No:
86
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Dengan Aparat Penegak
Pasal 7
puluh) hari sejak laporan hasil pemeriksaan APIP atau BPK diterima oleh
87
pejabat atau telah ditindaklanjuti dan dinyatakan selesai oleh APIP atau
BPK;
28. Menimbang, bahwa apabila terjadi kerugian keuangan negara/daerah dan telah
lambat 60 (enam puluh) hari sejak laporan hasil pemeriksaan APIP atau BPK
diterima oleh pejabat atau telah ditindaklanjuti dan dinyatakan selesai oleh
88
"Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara” adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan
hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk."
30. Menimbang, bahwa dari uraian definisi kerugian negara tersebut di atas dapat
"setiap pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar
hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang
merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian dimaksud."
89
diamanatkan penyelesaian kerugian negara/daerah dengan cara
dapat dipulihkan dari kerugian yang telah terjadi. Sehubungan dengan itu,
90
terhadap bendahara(pasal 62 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 2004
bendahara);
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
34. Menimbang, bahwa dalam hal terjadi kerugian negara/daerah, maka harus
dilaksanakan ganti kerugian yakni sejumlah uang atau barang yang dapat
seseorang atau badan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum baik
91
b. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang
berwenang memantau:
yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan
hukum tetap;
berikut:
Pasal 22
92
(3) Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaan dirinya
ditolak, BPK menetapkan surat keputusan pembebanan penggantian
kerugian negara/daerah kepada bendahara yang bersangkutan;
(4) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara
ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah;
(5) Tata cara penyelesaian ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) berlaku pula bagi pengelola perusahaan umum dan perusahaan
perseroan yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia, sepanjang tidak diatur dalam undang-
undang tersendiri."
Pasal 23
"(1) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/direksi perusahaan
negara dan badan-badan lain yang mengelola keuangan negara
melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada BPK selambat-
lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya kerugian
negara/daerah dimaksud;
Keuangan No. 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian
93
c. Menetapkan Surat Keputusan Pembebanan yakni surat keputusan yang
bendahara;
Pasal 3:
"(1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam hasil pemeriksaan
setelah hasil pemeriksaan diterima;
(2) Tindak lanjut atas rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa jawaban atau penjelasan atas pelaksanaan tindak lanjut;
(3) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan
kepada BPK paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima."
Pasal 4:
"(1) Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
dilampiri dengan dokumen bukti pendukung;
(2) Jawaban atau penjelasan yang disampaikan oleh Pejabat kepada BPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan tanda terima
dari BPK;"
Pasal 5:
"(1) Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3),
Pejabat wajib memberikan alasan yang sah;
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kondisi:
a. force majeur, yaitu suatu keadaan peperangan, kerusuhan, revolusi,
bencana alam, pemogokan, kebakaran dan gangguan lainnya yang
mengakibatkan tindak lanjut tidak dapat dilaksanakan;
b. subjek atau objek rekomendasi dalam proses peradilan:
1. pejabat menjadi tersangka dan ditahan;
2. pejabat menjadi terpidana; atau
3. objek yang direkomendasikan dalam sengketa di peradilan;
c. rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti secara efektif, efisien, dan
ekonomis antara lain, yaitu:
1. perubahan struktur organisasi; dan/atau
94
2. perubahan regulasi."
Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
95
Rp 571.720.387,15 (lima ratus tujuh puluh satu juta tujuh ratus dua puluh ribu
tiga juta delapan ratus enam ribu empat ratus tiga puluh enam rupiah) ke
rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Karo (bukti T-8). Adapun sisa
satu juta tujuh ratus dua puluh ribu tiga ratus delapan puluh tujuh koma lima
belas rupiah), akan dicicil per 2 (dua) bulan, dan telah dilunaskan oleh
dengan Peraturan yang berlaku, oleh karena itu prosedur Penyidikan dan
96
43. Menimbang, bahwa dengan demikian surat perintah penyidikan Kepala
2016, Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Karo No: Print-
Juli 2018 yang diterbitkan oleh Termohon haruslah dinyatakan tidak sah, dan
Penetapan Tersangka atas diri Pemohon yang dilakukan oleh Termohon pun
disita) oleh Termohon terhadap Pemohon, serta barang bukti lainya juga
45. Menimbang, bahwa oleh karena itu diperintahkan kepada Termohon untuk
2018, Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Negeri Karo No: Print-
97
47. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka alasan-alasan
48. Menimbang, bahwa walaupun dengan demikian tujuan akhir dari proses
kebenaran, dan manfaat dari Penegakan hukum tersebut sehingga oleh karena
masyarakat (social justice), rasa keadilan moral (moral justice), dan keadilan
diharapkan aparat penegak hukum tersebut tetap bekerja pada ruang lingkup
50. Menimbang, bahwa oleh karena permohonan praperadilan yang diajukan oleh
Pemohon dikabulkan sebagian maka biaya yang timbul dalam perkara ini
98
Undang No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (UU BPK),
Undang Acara Hukum Pidana dan Undang-Undang No. 49 tahun 2009 tentang
151
Ibid, hlm. 56.
99
2. Menyatakantindakan Termohon yang telah menetapkan status Tersangka
terhadap diri Pemohon dalam dugaan Tindak Pidana Korupsi pada Pekerjaan
tujuh puluh sembilan juta lima ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah) pada Dinas
tanggal 31 Juli 2018 adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum;
KBJ
ratus tujuh puluh satu juta tujuh ratus dua puluh ribu tiga ratus delapan puluh
100
tujuh koma lima belas rupiah) dan Jaminan Pelaksanaan belum dicairkan sebesar
Rp. 33.978.650,00 (tiga puluh tiga juta sembilan ratus tujuh puluh delapan ribu
enam ratus lima puluh rupiah) yang mana harus dibayarkan oleh Pemohon
tujuh puluh satu juta tujuh ratus dua puluh ribu tiga ratus delapan puluh tujuh
koma lima belas rupiah), akan dicicil per 2 (dua) bulan, dan telah dilunaskan oleh
pokok perkara, hal ini terlihat dari keseluruhan Pertimbangan Hakim, terlebih
kesimpulan yang diambil oleh Hakim dalam Pertimbangan Hakim poin 42 yang
menyatakan bahwa:
hukum pidana formil dengan waktu yang terbatas dan bukan melakukan
kacau dan tidak pasti jika uji terhadap pencarian kebenaran materiil yang menjadi
tujuan utama hukum acara pidana dalam acara pemeriksaan biasa juga dipaksakan
untuk dijalankan oleh hakim tunggal pra peradilan. Fungsi praperadilan sebagai
152
Fachrizal Afandi, Memeriksa Keabsahan Penetapan Tersangka atau Menguji Pokok
Perkara, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt574e7c88a8193/memeriksa-keabsahan-
penetapan-tersangka-atau-menguji-pokok-perkara-broleh--fachrizal-afandi-/. Terakhir diakses
pada tanggal 10 Januari 2020.
101
examinating judge sering dimaknai hanya sebatas pemeriksaan aspek administratif
hanya menilai aspek formal, yaitu apakah ada paling sedikit 2 (dua) alat bukti
yang sah dan tidak memasuki perkara. 154 Lebih lanjut, Mahkamah Agung
pelaku tindak pidana.156Alat bukti yang diatur dalam KUHAP yaitu keterangan
cukupantara lain:
"Yang dimaksud dengan “bukti permulaan yang cukup” ialah bukti permulaan
untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi Pasal 1 butir
14.Pasal ini menentukan bahwa perintah penangkapan tidak dapat dilakukan
dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-betul
melakukan tindak pidana."
153
Adnan Buyung Nasution, “Praperadilan Versus Hakim Komisaris”,
http://jodisantoso.blogspot.com/2008/02/praperadilan-versus-hakim-komisaris.html. Terakhir
diakses pada tanggal 10 Januari 2020.
154
Lihat Pasal 2 ayat (2) Perma 4/2016.
155
Lihat Pasal 2 ayat (4) Perma 4/2016.
156
Penjelasan Pasal 1 angka 14 KUHAP.
157
Pasal 184 ayat (1) KUHAP.
102
b) Pasal 44 ayat (2) UU KPK:
tahun 1984 pada halaman 14 dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan bukti
penetapan Ir. Edy Perin Sebayang (pemohon praperadilan) sebagai tersangka telah
ketentuan Pasal 1 ayat 5 KUHAP, melalui forum ekspose atau gelar perkara
ketentuan Pasal 184 KUHAP antara lain keterangan saksi, surat, dan petunjuk.
158
Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana,(Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), hlm. 112.
159
Putusan, Op. Cit, hlm. 10.
103
dengan dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Karo
pra peradilan) sebagai tersangka, penyidik telah memiliki alat bukti berupa alat
Tanggal
No Nama Pemeriksaan (BA
1)
1 Radius Tarigan, ST 02-08-2017;
(PPK Pekerjaan Pembuatan Tugu Mejuah-juah 10-04-2018
pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab.
Karo)
2 Nesron Yanta Sukatendel 02-08-2017;
(Bendahara Pengeluaran pada Dinas Kebersihan 27-04-2018
dan Pertamanan Kab. Karo Tahun 2016)
3 Erguna Samuel Sinukaban, ST 02-08-2017;
(Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan I Bid. 11-04-2018;
Kebersihan TA 2016)\ 27-04-2018
4 Chandra Tarigan, ST 11-08-2017;
(Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. 16-04-2018
Karo tahun 2016 / Pengguna Anggaran)
5 Ir. Edy Perin Sebayang 02-08-2017;
(Wakil Direktur I CV. Askonas Konstruksi 03-10-2017;
Utama) 22-09-2017;
13-04-2018
6 Hardiansyah Putra Ginting 11-08-2017;
(Pengawas Lapangan) 24-04-2018
7 Amri Ginting 15-08-2017
(Kuasa BUD Kab. Karo) 25-04-2018
8 Erma Julita, S.Si 03-11-2017;
(Ketua LPSE/ POKJA XV) 10-04-2018
9 JUNI ANTOMI KEMIT, SSTp., M.Si 02-11-2017;
(anggota LPSE/ POKJA XV) 11-04-2018
10 Vovo Dosvana Lingga, ST 03-11-2017;
(Anggota LPSE/ POKJA XV) 11-04-2018
12 Maimun Saleh 12-04-2018
(Pimpinan Seksi Pelayanan Nasabah Bank
Sumut)
160
Ibid, hlm. 11.
161
Ibid, hlm. 12.
104
13 Lely Junita Br. Ginting 16-04-2018
(Anggota LPSE/ POKJA XV)
14 Anthoni Bangun 16-04-2018
(Anggota LPSE/ POKJA XV)
15 Sugianto 16-04-2018
(KA PT Asuransi Recapital Cab. Medan)
16 Rosminda Br. Ginting 25-04-2018
(PPK-SKPD Dinas Kebersihan & Pertamanan
Kab. Karo TA 2016)
17 Evan Deflin Samuel Siahaan 27-04-2018
(Wakil Dir CV. Nasora Maridi 14)
18 Roy Hefry Simorangkir 06-06-2018
(Dirut CV. Askonas Konstruksi Utama)
19 Mirton Ketaren, S.Sos 15-09-2017
(Camat Berastagi)
oleh Sdr. Indra Jaya Pandia, M.T dan Ir. Indra Jaya, M.T.;
tanggal 13 Juli 2018 yang ditandatangani oleh Prof. Dr. Eddy Mulyadi
105
Pada Pertimbangan Hakim tidak satupun membahas tentang keabsahan
dari pengumpulan alat-alat bukti yang telah dikumpulkan oleh Termohon dalam
penetapan tersangka:
parameter pembuktian yang sudah ada. Paling tidak ada enam hal yang menjadi
telah terjadi suatu peristiwa hukum. Apa saja yang merupakan alat bukti yang
163
Eddy O. S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, (Jakarta, Erlangga, 2012), hlm.15–
26.
106
sah di pengadilan, semuanya diatur dalam hukum acara yang dalam konteks
Dalam perkara pidana berlaku asas actori incumbit onus probandi yang berarti
siapa yang menuntut dialah yang wajib membuktikan sehingga jaksa penuntut
kesesuaian antara alat bukti yang satu dengan alat bukti yang lain.
Pidsus sertatelah sesuai dengan Putusan MK. Oleh karena itu Putusan Hakim
107
tanggal 31 Juli 2018 berikut Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri
Hukum.
Atas kekeliruan Hakim ini Termohon dapat tidak dapat mengajukan upaya
hukum apapun termasuk peninjauan kembali.164 Namun, Putusan Hakim ini tidak
alat bukti baru yang sah, berbeda dengan alat bukti sebelumnya yang berkaitan
164
Lihat Pasal 3 Perma 4/2016.
165
Lihat Pasal 2 ayat (3) Perma 4/2016.
108
BAB V
A. Kesimpulan
keluarganya.
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini tentang: sah
tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasatersangka; sah atau
atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas
109
adil bagi seseorang yang sedang menjalani proses pidana. Dengan
3. Putusan Hakim pada dasarnya telah keliru karena memeriksa aspek materil
dari permohonan praperadilan dan tidak mengukur 2 (dua) alat bukti yang
panduan yang digariskan oleh Mahkamah Agung yaitu Pasal 2 ayat (2)
dan (4) Perma 4/2016. Putusan ini tidak dapat diajukan upaya hukum
sedikit dua alat bukti baru yang sah, berbeda dengan alat bukti sebelumnya
B. SARAN
paling sedikit dua alat bukti baru yang sah, berbeda dengan alat bukti
110
2. Hakim harus mematuhi pedoman yang telah digariskan oleh Mahkamah
111
DAFTAR PUSTAKA
___________,
2003.PedomanPelaksanaanTugasdanAdministrasiPengadilanBukuIIM
Adji, Seno, Oemar. 1977. Mass Media & Hukum. Jakarta: Erlangga.
Adji, Seno, Oemar dan Indriyanto Seno Adji. 2007. Peradilan Bebas &
Indonesia.
Djamil, M. Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta Timur: Sinar
Grafika.
112
Edi Setiadi, Kristian. 2007. Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem
Universitas Indonesia.
Jimly Asshiddiqie dan M.Ali Safa’at.2012. Teori Hans Kelsen tentang Hukum.
Indonesia.
113
Marzuki, Peter Mahmud. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Rosdakarya.
Nata, Abuddin. 2003. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Komisi Nasional.
dalamTeoridanPraktek. Bandung:MandarMaju.
114
Samosir, Djisman. 2013. Segenggam tetang Hukum Acara Pidana. Bandung:
Nuansa Aulia.
Persada.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2004. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
Syahrani, Riduan. 1999. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Van Apeldoorn. 1990. Pengantar Ilmu Hukum, cet ke-24. Jakarta: Pradiya
Paramita.
115
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undangundang.
C. INTERNET
116
Fachrizal Afandi, Memeriksa Keabsahan Penetapan Tersangka atau Menguji
Pokok Perkara,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt574e7c88a8193/memeriksa-
keabsahan-penetapan-tersangka-atau-menguji-pokok-perkara-broleh--
fachrizal-afandi-/Terakhir diakses pada tanggal 10 Januari 2020.
117