Anda di halaman 1dari 36

PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN

PRAPID
PENUNTUTAN

DR ( C) HERY FIRMANSYAH SH.M.Hum.,MPA


Program S-1 FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2020
REFERENSI

 Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi, Sinar
Grafika, Cetakan Ketiga, Jakarta.
 Simons, 1993, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht, P. Noordhof
N.V., Groningen – Baavia.
 M. Taufik Makarao dan Suhasril, 2004, Hukum Acara Pidana Dalam Teori
Dan Praktek, Ghalia Indonesia, .
 Van Hattum, 1953, Hand en Leerboek van het Nederlanse Strafrecht l,
S. Gouda uint D. Brouweren Zoon, Arnhem, M.rtinus Nijhoff, s’
Gravenhage.
 Wiryono Prodjodikoro, 1967, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Penerbit
Sumur Bandung, Jakarta.
 Bambang Poernomo, 1993, Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara
Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta.
Tahap yang mengawali proses hukum acara
pidana adalah diketahui terjadinya tindak
pidana (delik). Perkara pidana disebut ada
jika diketahui adanya tindak pidana atau
peristiwa pidana atau kejahatan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang. Berbeda dengan perkara perdata, di
mana inisiatif untuk mengajukan perkara
diambil oleh orang-orang yang merasa
dirugikan, maka dalam perkara pidana,
inisiatif untuk mengajukan perkara pidana
diambil oleh negara.
 Diketahui terjadinya tindak pidana dari empat
kemungkinan, yaitu:
1. kedapatan tertangkap tangan (Pasal 1 angka
19 KUHAP);
2. karena laporan (Pasal 1 angka 24 KUHAP);
3. karena pengaduan (Pasal 1 angka 25 KUHAP);
4. diketahui sendiri atau pemberitahuan atau
cara lain sehingga penyidik mengetahui
terjadinya delik.
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya
seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukannya, atau
apabila sesaat kemudian padanya ditemukan
benda yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau
turut melakukan atau membantu melakukan
tindak pidana itu (Pasal 1 angka 19 KUHAP).
 Pengertian laporan yang dipaparkan dalam KUHAP Pasal
1 angka 24 adalah sebagai berikut
 “Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh
seorang karena hak atau kewajiban bedasarkan undang-
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana”.
 Pengertian pengaduan dalam Pasal 1 angka 25 KUHAP
sebagai berikut:
 “Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan
oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang
berwenang untuk menindak menurut hukum seorang
yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikannya”.
Tujuan melakukan penyidikan:
a. Jenis dan kualifikasi TP yg terjadi
b. Waktu tindak pidana dilakukan
c. Tempat terjadinya TP
d. Dengan apa TP dilakukan
e. Alasan dilakukannya TP
f. Pelaku TP
Alasan penghentian penyidikan:
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan perbuatan
pidana.
3. Penghentian penyidikan demi hukum
Penangkapan dapat dilakukan
1. Bila telah ada bukti permulaan yang cukup (psl. 17)
2. Bila kepentingan penyelidikan dan penyidikan
menghendaki atau memerlukannya (pasal.16).
3. Bila orang, terhadap siapa penangkapan akan dilakukan
diduga keras telah melakukan kejahatan (pasal.17)
Prosedur penangkapan (pasal 18)
Surat perintah penangkapan berisi
1. Identitas tersangka, nama umur dan tempat tinggal.
2. Menjelaskan dan menyebutkan secara singkat alasan
penangkapan.
3. Menjelaskan uraian singkat perkara TP yang disangkakan
terhadap tersangka.
4. Menyebut tempat dimana pemeriksaan terhadap
tersangka dilakukan.
Penahanan dilakukan
didasarkan kepada;
1. Syarat objektif.
Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka yang
melakukan TP dan atau percobaan ataupun pemberian
bantuan dalam TP yang diancam dengan pidana penjara
5 tahun atau lebih dan TP tertentu (Pasal 21 Ayat 4).
Pengecualian 296, 454, 455 dan 459
2. Syarat subjektif
Selain didasarkan pd ketentuan hukum yang berlaku
juga didasarkan kepada keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka/terdakwa akan
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana (Pasal 21 Ayat
1 KUHAP)
Penghentian penuntutan

Pasal 140 Ayat 2


“Dalam hal PU memutuskan untuk
menghentikan penuntutan krn tidak terdapat
cukup bukti atau peristiwa tersebut
bukanmerupakan tindak pidana atau perkara
ditutup demi hukum, PU menuangkan hal
tersebut dalam surat ketetapan”.
 Kompetensi absolut atau wewenang mutlak
adalah menyangkut kekuasaan antar badan-badan
peradilan, dilihat dari macamnya pengadilan,
menyangkut pemberian kekuasaan untuk
mengadili, dalam bahasa Belanda disebut
atributie van rechtsmachts. Kompetensi absolut
atau wewenang mutlak, menjawab pertanyaan:
badan peradilan macam apa yang berwenang
untuk mengadili perkara. Kompetensi relatif atau
wewenang relatif, mengatur pembagian
kekuasaan mengadili antar pengadilan yang
serupa (mengenai Pengadilan Negeri yang mana
berwenang untuk mengadili suatu perkara).
Praperadilan

 Praperadilan membawa pengawasan


tertentu dari cara bekerja pejabat
pelaksana UU serta kemungkinan untuk
memberikan rehabilitasi dan ganti
kerugian.
 Praperadilan tidak diatur didalam HIR.
Pasal 1 butir 10 KUHAP mengatur praperadilan
adl wewenang PN untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam UU
ini tentang:
a. Sah atau tidaknya penangkapan atau
penahanan atas permintaan tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas kuasa
tersangka;
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan
atau penghentian penuntutan atas permintaan
demi tegaknya hukum dan keadilan;
c. Permintaaan ganti kerugian atau rehabilitasi
oleh tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atas kuasanya yang perkaranya tidak
dilanjutkan ke pengadilan.
Pasal 77 KUHAP PN berwenang untuk
memeriksa dan memutus:
a. Sahtidaknya penangkapan, penahanan,
penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan.
b. Gantirugi atau rehabilitasi bagi seseorang
yang perkara pidananya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan.
Kehadiran lembaga praperadilan memberikan
peringatan:
1. Agar penegak hukum harus berhati-hati dalam
melakukan tindakan hukumnya setiap tindakan
hukum harus didasarkan kepada ketentuan hukum
yang berlaku, dalam arti dia harus mampu
menahan serta menjauhkan diri dari tindakan
kesewenang-wenangan.
2. Ganti kerugian dan rehabilitasi merupakan upaya
untuk melindungi warganya yang diduga melakukan
kejahatan yang ternyata tanpa didukung dengan
bukti yang meyakinkan sebagai akibat dr sikap dan
perlakuan aparat penegak hukum yang tidak
mengindahkan prinsip HAM.
3.Hakim Dalam menentukan ganti kerugian
harus memperhatikan dan
mempertimbangkan orang yang dirugikan
maupun dari sudut kemampuan finansial
pemerintah dalam memenuhi dan
melaksanakan keputusan hakim.
4.Dengan rehabilitasi berarti orang itu
dipulihkan haknya sesuai dengan keadaan
semula diduga telah melakukan kejahatan.
5.Kejujuran yang menjiwai KUHAP harus
diimbangi dengan integritas dan dedikasi dari
aparat penegak hukum, karena tanpa adanya
keseimbangan itu semuanya akan sia-sia
belaka.
Yang berhak mengajukan
permintaan pra peradilan;
a. Tersangka, keluarganya atau kuasanya terhadap
sah atau tidaknya suatu penangkapan atau
penahanan (Pasal 79 KUHAP);
b. Penyidik atau PU dan pihak ketiga yang
berkepentingan terhadap sah tidaknya
penghentian penyidikan atau penuntutan (Pasal
80);
c. Tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan
terhadap permintaan ganti kerugian dan atau
rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan,
penahanan atau akibatnya sahnya penghentian
penyidikan atau penuntutan (Pasal 81).
Upaya hukum terhadap
putusan pra peradilan
1. Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding
(Pasal 83 Ayat (1) KUHAP), kecuali terhadap putusan
yang menyatakan“tidak sahnya” penghentian
penyidikan dan penuntutan (Pasal 83 Aayat (2)).
2. Dalam hal permohonan banding terhadap putusan pra
peradilan sebagaimana dimaksud Pasal 83 Ayat (1)
KUHAP, maka permohonan tersebut harus dinyatakan
tidak diterima.
3. PT memutus permintaan banding tentang tidak sahnya
penghentian penyidikan dan penuntutan dalam tingkat
akhir.
4. Terhadap putusan praperadilan tidak dapat diajukan
upaya hukum kasasi.
 Surat dakwaan ketika berlaku HIR disebut
surat tuduhan (Acte Van Beschulding).
 Mekanisme pembuatan surat dakwaan diatur
melalui ketentuan SE JAGUNG RI No.
SE-004/J.A/11/1993 dan SE JAGUNG MUDA
TPU No.B-607/E/11/1993 tanggal 22
November 1993.

Beberapa hal penting dalam surat dakwaan:


1. Perumusan surat dakwaanharus konsisten dan
sinkron dengan hasil pemeriksaan penyidikan.
2. Surat dakwaan merupakan landasan
pemeriksaan disidang pengadilan
SURAT DAKWAAN

Pengertian surat dakwaan adalah berupa surat


akta yang memuat rumusan TP yang didakwakann
kepada terdakwa, perumusan mana ditarik dan
disimpulkan dari hasil pemeriksaan dan penyidikan
dihubungkan dengan unsur delik pasal TP yang
dilanggar dan didakwakan kepada terdakwa dan
surat dakwaan ini menjadi dasar pemeriksaan bagi
hakim dipengadilan.
Syarat Formil

Syarat formil memuat hal yang berhubungan


dengan:
a. Diberinya tanggal dan ditandatangani PU
b. Syaratdakwaan memuat nama lengkap,
tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tenpat tinggal, agama dan
pekerjaan.
Syarat Materiil

Syarat materiil memuat dua unsur:


a. Suratdakwaaan memuat uraian secara
cermat, jelas, lengkap mengenai TP yang
didakwakan;
b. Menyebut waktu dan tempat TP itu
dilakukan.
Dalam praktek hukum dikenal beberapa bentuk surat dakwaan antara lain :
1)      Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan tunggal terhadap terdakwa hanya didakwakan
melakukan satu tindak pidana saja yang mana penuntut umum merasa
yakin bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana yang didakwakan
tersebut, misalnya penuntut umum merasa yakin apabila terdakwa telah
melakukan perbuatan “pencurian” sebagaimana diatur dalam pasal 362
KUHP maka terdakwa hanya didakwa dengan pasal 362 KUHP.

2)     Surat Dakwaan Subsider/Berlapis
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan
beberapa tindak pidana secara berlapis dimulai dari delik yang paling
berat ancaman pidannya sampai dengan yang paling ringan. Akan tetapi
yang sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa terdakwa dan yang
harus dibuktikan di depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan.
Dalam hal ini pembuat dakwaan bermaksud agar hakim memeriksa  Dalam
praktiknya Surat Dakwaan disusun sebagai berikut:
 Primair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 340 KUHP)
 Subsidair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 338 KUHP)
 Lebih Subsidair :
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 355 ayat (2) KUHP)
3)     Surat Dakwaan Alternatif
 Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk alternatif, rumusannya mirip
dengan  bentuk Surat Dakwaan Subsidair, yaitu yang didakwakan adalah
beberapa delik, tetapi sesungguhnya dakwaan yang dituju dan yang harus
dibuktikan hanya satu tindak pidana. Jadi terserah kepada penuntut umum
tindakan mana yang dinilai telah berhasil dibuktikan di depan pengadilan
tanpa terkait pada urutan dari tindak pidana yang didakwakan. Sering
terjadi penuntut umum mendapatkan suatu kasus pidana yang sulit
menentukan salah satu pasal diantara 2-3 pasal yang saling berkaitan
unsurnya, karena tidak pidana itu unsure yang menimbulkan keraguan bagi
penuntut umum untuk menentukan diantara 2 pasal atau lebih atas satu
tindak pidana. Dalam praktek disusun sebagai berikut :
 Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 362 KUHP)
 Atau
 Kedua :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
 Atau
 Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
4)     Surat Dakwaan Kumulatif
 Dalam Surat Dakwaan Kumulatif didakwakan secara
serempak beberapa delik/ dakwaan yang masing-masing
berdiri sendiri (Samenloop/Concursus/ Perbarengan),
yang dalam praktik disusun sebagai berikut:
 Kesatu :
 Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 365
KUHP)
 Kedua:
 Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368
KUHP)
 Ketiga:
 Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378
KUHP)
5)     Surat Dakwaan Kombinasi
 Dalam Surat Dakwaan Kombinasi didakwakan beberapa delik secara
kumulatif yang terdiri dari dakwaan subsider dan dakwaan alternatif
secara serempak/ sekaligus, yang dalam praktik disusun sebagai
berikut :
 Kesatu :
 Primair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 340 KUHP)
 Subsidair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 338 KUHP)

 Kedua :
 Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
 Atau 
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
 Atau 
 Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
Mengubah surat dakwaan diatur dalam
Pasal 144 KUHAP yang berbunyi:
(1)Penuntut Umum dapat mengubah surat
dakwaan sebelum pengadilan menetapkan
hari sidang, baik dengan tujuan untuk
menyempurnakan maupun untuk tidak
melanjutkan penuntutannya.
(2)Pengubahan surat dakwaan tersebut
dapat dilakukan hanya satu kali
selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
sidang dimulai. (3)Dalam hal Penuntut
Umum mengubah surat dakwaan, ia
menyampaikan turunannya kepada
tersangka atau penasihat hukum dan
penyidik.
Mengenai waktu TP:

a. Berlakunya Pasal 1 ayat 1 KUHP


b. Penentuan residivis
c. Penentuan tentang daluarsa
Mengenai Tempat:

a. Kompetensi relatif dari pengadilan


b. Ruang lingkup berlakunya UU pidana
c. Berkaitan dengan unsur yang
disyaratkan delik yang bersangkutan.
PU dapat mengubah surat dakwaan atas
inisiatif sendiri atau atas saran hakim.
1. PU dapat mengubah surat dakwaan
sebelum pengadilan menetapkan hari
sidang baik dengan tujuan untuk
menyempurnakan maupun untuk tidak
melanjutkan tuntutannya;
2. Perubahan surat dakwaan tersebut hanya
dapat dilakukan sekali yaitu selambat-
lambatnya 7 hari sebelum sidang dimulai;
3. Dalam hal PU mengubah surat dakwaan, ia
menyampaikan turunannya kepada
tersangka atau PH dan penyidik.
Landasan Kekuasaan
Peradilan:
1.Landasan Konstitusi
a. UUD 1945
b. UU No.19 Tahun 1964
c. UU No. 14 Tahun 1970
d. UU No. 48 Tahun 2009
2. Landasan Filosofis, yaitu Pancasila.
36

Anda mungkin juga menyukai