PRAPID
PENUNTUTAN
Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi Revisi, Sinar
Grafika, Cetakan Ketiga, Jakarta.
Simons, 1993, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht, P. Noordhof
N.V., Groningen – Baavia.
M. Taufik Makarao dan Suhasril, 2004, Hukum Acara Pidana Dalam Teori
Dan Praktek, Ghalia Indonesia, .
Van Hattum, 1953, Hand en Leerboek van het Nederlanse Strafrecht l,
S. Gouda uint D. Brouweren Zoon, Arnhem, M.rtinus Nijhoff, s’
Gravenhage.
Wiryono Prodjodikoro, 1967, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Penerbit
Sumur Bandung, Jakarta.
Bambang Poernomo, 1993, Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara
Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta.
Tahap yang mengawali proses hukum acara
pidana adalah diketahui terjadinya tindak
pidana (delik). Perkara pidana disebut ada
jika diketahui adanya tindak pidana atau
peristiwa pidana atau kejahatan yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa
orang. Berbeda dengan perkara perdata, di
mana inisiatif untuk mengajukan perkara
diambil oleh orang-orang yang merasa
dirugikan, maka dalam perkara pidana,
inisiatif untuk mengajukan perkara pidana
diambil oleh negara.
Diketahui terjadinya tindak pidana dari empat
kemungkinan, yaitu:
1. kedapatan tertangkap tangan (Pasal 1 angka
19 KUHAP);
2. karena laporan (Pasal 1 angka 24 KUHAP);
3. karena pengaduan (Pasal 1 angka 25 KUHAP);
4. diketahui sendiri atau pemberitahuan atau
cara lain sehingga penyidik mengetahui
terjadinya delik.
Tertangkap tangan adalah tertangkapnya
seorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana, atau dengan segera sesudah beberapa
saat tindak pidana itu dilakukan, atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai
sebagai orang yang melakukannya, atau
apabila sesaat kemudian padanya ditemukan
benda yang diduga keras telah dipergunakan
untuk melakukan tindak pidana itu yang
menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau
turut melakukan atau membantu melakukan
tindak pidana itu (Pasal 1 angka 19 KUHAP).
Pengertian laporan yang dipaparkan dalam KUHAP Pasal
1 angka 24 adalah sebagai berikut
“Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh
seorang karena hak atau kewajiban bedasarkan undang-
undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa
pidana”.
Pengertian pengaduan dalam Pasal 1 angka 25 KUHAP
sebagai berikut:
“Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan
oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang
berwenang untuk menindak menurut hukum seorang
yang telah melakukan tindak pidana aduan yang
merugikannya”.
Tujuan melakukan penyidikan:
a. Jenis dan kualifikasi TP yg terjadi
b. Waktu tindak pidana dilakukan
c. Tempat terjadinya TP
d. Dengan apa TP dilakukan
e. Alasan dilakukannya TP
f. Pelaku TP
Alasan penghentian penyidikan:
1. Tidak diperoleh bukti yang cukup
2. Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan perbuatan
pidana.
3. Penghentian penyidikan demi hukum
Penangkapan dapat dilakukan
1. Bila telah ada bukti permulaan yang cukup (psl. 17)
2. Bila kepentingan penyelidikan dan penyidikan
menghendaki atau memerlukannya (pasal.16).
3. Bila orang, terhadap siapa penangkapan akan dilakukan
diduga keras telah melakukan kejahatan (pasal.17)
Prosedur penangkapan (pasal 18)
Surat perintah penangkapan berisi
1. Identitas tersangka, nama umur dan tempat tinggal.
2. Menjelaskan dan menyebutkan secara singkat alasan
penangkapan.
3. Menjelaskan uraian singkat perkara TP yang disangkakan
terhadap tersangka.
4. Menyebut tempat dimana pemeriksaan terhadap
tersangka dilakukan.
Penahanan dilakukan
didasarkan kepada;
1. Syarat objektif.
Penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka yang
melakukan TP dan atau percobaan ataupun pemberian
bantuan dalam TP yang diancam dengan pidana penjara
5 tahun atau lebih dan TP tertentu (Pasal 21 Ayat 4).
Pengecualian 296, 454, 455 dan 459
2. Syarat subjektif
Selain didasarkan pd ketentuan hukum yang berlaku
juga didasarkan kepada keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka/terdakwa akan
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang
bukti dan atau mengulangi tindak pidana (Pasal 21 Ayat
1 KUHAP)
Penghentian penuntutan
2) Surat Dakwaan Subsider/Berlapis
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk subsider di dalamnya dirumuskan
beberapa tindak pidana secara berlapis dimulai dari delik yang paling
berat ancaman pidannya sampai dengan yang paling ringan. Akan tetapi
yang sesungguhnya didakwakan terhadap terdakwa terdakwa dan yang
harus dibuktikan di depan sidang pengadilan hanya “satu” dakwaan.
Dalam hal ini pembuat dakwaan bermaksud agar hakim memeriksa Dalam
praktiknya Surat Dakwaan disusun sebagai berikut:
Primair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Lebih Subsidair :
Bahwa ia terdakwa …………………dst (melanggar pasal 355 ayat (2) KUHP)
3) Surat Dakwaan Alternatif
Dalam Surat Dakwaan yang berbentuk alternatif, rumusannya mirip
dengan bentuk Surat Dakwaan Subsidair, yaitu yang didakwakan adalah
beberapa delik, tetapi sesungguhnya dakwaan yang dituju dan yang harus
dibuktikan hanya satu tindak pidana. Jadi terserah kepada penuntut umum
tindakan mana yang dinilai telah berhasil dibuktikan di depan pengadilan
tanpa terkait pada urutan dari tindak pidana yang didakwakan. Sering
terjadi penuntut umum mendapatkan suatu kasus pidana yang sulit
menentukan salah satu pasal diantara 2-3 pasal yang saling berkaitan
unsurnya, karena tidak pidana itu unsure yang menimbulkan keraguan bagi
penuntut umum untuk menentukan diantara 2 pasal atau lebih atas satu
tindak pidana. Dalam praktek disusun sebagai berikut :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 362 KUHP)
Atau
Kedua :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
4) Surat Dakwaan Kumulatif
Dalam Surat Dakwaan Kumulatif didakwakan secara
serempak beberapa delik/ dakwaan yang masing-masing
berdiri sendiri (Samenloop/Concursus/ Perbarengan),
yang dalam praktik disusun sebagai berikut:
Kesatu :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 365
KUHP)
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368
KUHP)
Ketiga:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378
KUHP)
5) Surat Dakwaan Kombinasi
Dalam Surat Dakwaan Kombinasi didakwakan beberapa delik secara
kumulatif yang terdiri dari dakwaan subsider dan dakwaan alternatif
secara serempak/ sekaligus, yang dalam praktik disusun sebagai
berikut :
Kesatu :
Primair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 340 KUHP)
Subsidair:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 338 KUHP)
Kedua :
Pertama:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 368 KUHP)
Atau
Kedua:
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 378 KUHP)
Atau
Ketiga :
Bahwa ia terdakwa………………….dst (melanggar pasal 372 KUHP)
Mengubah surat dakwaan diatur dalam
Pasal 144 KUHAP yang berbunyi:
(1)Penuntut Umum dapat mengubah surat
dakwaan sebelum pengadilan menetapkan
hari sidang, baik dengan tujuan untuk
menyempurnakan maupun untuk tidak
melanjutkan penuntutannya.
(2)Pengubahan surat dakwaan tersebut
dapat dilakukan hanya satu kali
selambatlambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
sidang dimulai. (3)Dalam hal Penuntut
Umum mengubah surat dakwaan, ia
menyampaikan turunannya kepada
tersangka atau penasihat hukum dan
penyidik.
Mengenai waktu TP: