Anda di halaman 1dari 18

HUKUM ACARA PIDANA

Disajikan pada Pendidikan Khusus Profesi Advokat Angkatan XXII 2022


Oleh :
Arsyid Zakaria,SH.,MH.
HUKUM ACARA PIDANA
 Hukum Acara Pidana Formil
 Hukum Acara Pidana Materil
Hukum Acara Pidana Formil yaitu Aturan hukum yang mengatur tata cara/prosedur penegakan hukum
pidana materil.
Pengertian Hukum Pidana Materil yaitu : Ilmu Hukum Acara Pidana mempelajari:
 Peraturan-peraturan yang diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadinya pelanggaran UU
Pidana.
 Peraturan tersebut mengatur serangkaian kegiatan yang terdiri dari :
1. Negara melalui alatnya, Menyidik, Kebenaran;
2. Yang disidik adalah pelaku perbuatan pelanggar UU Pidana;
3. Mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk menangkap pelaku pelanggar UU Pidana;
4. Mengumpulkan bahan-bahan atau bukti yang diperoleh pada saat penyidikan guna dilimpahkan
kepada pengadilan;
5. Pengadilan (Hakim) memberi putusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang dituduhkan
kepadanya;
6. Upaya hukum untuk melawan putusan tersebut;
7. Melaksanakan putusan tersebut.
FUNGSI HUKUM PIDANA MATERIL
 Mencari dan menemukan kebenaran;
 Pemberi putusan oleh hakim;
 Pelaksanaan putusan.

TUJUAN HUKUM ACARA PIDANA


Untuk mencari dan untuk mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materil yaitu
kebenaran yang sebenar-benarnya dari suatu perkara pidana yang dilaksanakan secara jujur dengan
tujuan untuk mencari siapakah pelakunya dan pada akhirnya Pengadilan menemukan bahwa suatu
tindak pidana telah dilakukan oleh pelaku tindak pidana.
KUHAP (UU No.8 Tahun 1981) Pengganti HIR dengan tujuan memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang ada dalam HIR, yaitu :
1. Dapat memberikan jaminan atau pengakuan dalam HAM (UU 39 Tahun 2019) pada seorang
tersangka/terdakwa melalui jaminan (terutama jaminan hak tersangka/terdakwa dalam tahanan;
2. Adanya pembatasan-pembatasan masa penahanan pada tiap-tip jenjang pemeriksaan;
3. Pemeriksaan tersangka dengan menggunakan metode kebebasan.
Azas-azas Hukum Acara Pidana
 Azas legalitas;
 Azas keseimbangan;
 Azas praduga tak bersalah;
 Azas ganti rugi dan rehabilitasi;
 Azas unifikasi;
 Azas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan;
 Azas oportunitas;
 Azas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum.
 Azas Legalitas
1. Konsideran KUHAP bahwa negara RI adalah negara hukum
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung
tinggi HAM serta menjamin segala hak warga negara serta
bersamaan hak dan kedudukannya dihadapan hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecualinya;
2. Bahwa pelaksanaan dan penerapan KUHAP harus bersumber
satu titik yaitu : the rule of law, sehingga setiap tindakan para
penegak hukum harus :
• Berdasarkan hukum dan UU;
• Menempatkan kepentingan hukum dan per-UU-an di atas
kepentingan segala-galanya.
 Azas Keseimbangan
Konsideran KUHAP huruf c
Bahwa setiap upaya penegakan hokum harus selalu
mengusahakan adanya keseimbangan antara :
 Perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban
masyarakat;
 Perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.
 Azas praduga tak bersalah
Penjelasan Umum UU No.8 Tahun 1981 butir 3
Ditinjau dari segi teknis yuridis atau dari segi teknis penyidikan
dinamakan prinsip AKUSATUR (sesuai prosedur), yaitu :
1. Menempatkan tersangka/terdakwa dalam setiap jenjang
pemeriksaan sebagai subyek dan bukan sebagai obyek,
sehingga tersangka/terdakwa harus diperlakukan sebagai
layaknya manusia mempunyai harkat dan martabatserta harga
diri seperti manusia pada umumnya.
2. Menjadi obyek dalam pemeriksaan adalah kesalahan/tindak
pidana yang dituduhkan tersangka/terdakwa.
 Azas ganti rugi dan rehabilitasi
Sesuai petunjuk Pasal 95 sampai pasal 97 KUHAP.
 Pasal 95 ganti rugi dapat dilakukan oleh tersangka/ terdakwa maupun
terpidan atas akibat adanya penangkapan, penahanan, penuntutan dan
pengadilan serta tindakan lain yang :
• Tanpa alasan berdasarkan UU;
• Kekeliruan hukum yang diterapkan.
 Tuntutan ganti rugi dapat diajukan pada siding pra peradilan;
 Pasal 97 KUHAP rehabilitasi dapat diajukan oleh setiap orang yang
telah di putus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum atas
putusan hakim yang incracht.
 Permintaan rehabilitasi tersangka atas penangkapan atau penahanan
tanpa alasan yang berdasarkan UU atau kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan yang tidak diajukan ke PN, di
putus melalui siding Pra Peradilan (Pasal 97 ayat 3).
 Azas Unifikasi
Pengganti Pluralisme Hukum.

 Azas peradilan cepat, sederhana & Biaya


ringan
Pasal 50 KUHAP – setiap tersangka/terdakwa berhak :
 Segera mendapat pemeriksaan dari penyidik;
 Segera diajukan kepada JPU oleh Penyidik;
 Segera diajukan ke Pengadilan oleh JPU;
 Segera diadili oleh Hakim Pengadilan.
Permasalahan KUHAP tidak mengatur sanksi apabila
ketentuan dalam Pasal 50 dilanggar.
 Azas Opurtunitas/Deponering
 Hak yang dimiliki oleh Kejaksaan selaku Penuntut
Umum untuk tidak mengajukan tuntutan suatu perkara
ke PN atas pertimbangan kepentingan umum.
 Hak tersebut dapat dilihat dalam Pasal 8 UU Pokok
Kejaksaan.
 Azas Pemeriksaan Pengadilan secara terbuka untuk
umum
Pasal 153 (3)
 Untuk memenuhi tuntutan demokrasi dan transparansi dalam
persidangan tidak boleh ada yang dirahasiakan, segala sesuatu
yang menyangkut pemeriksaan Tersangka/Terdakwa.
 Kecuali ada kekecualian sidang-sidang : Kesusilaan & Kasus
anak dibawah umur.
 Apabila azas ini dilangar, maka putusan hakim batal demi
hukum bukan demi keadilan (ayat 4);
Prinsip-Prinsip Hukum Acara Pidana
1. Prinsip pembatasan penahanan;
2. Prinsip penggabungan pidana dengan tuntutan ganti rugi;
3. Prinsip diferensiasi fungsional;
4. Prinsip saling koordinasi.

Pembatasan Masa Penahanan


o Guna memperkecil bahaya perampasan dan pembatasan kebebasan dan hak asasi melalui
penahanan secara sewenang-wenang serta menjamin kepastian hukum.
o Pasal 24 penahanan Polisi 20 hari dan diperpanjang 40 hari oleh JPU;
o Pasal 25 penahanan PU 20 hari diperpanjang 30 hari oleh Ketua PN;
o Pasal26 penahanan Hakim 30 hari diperpanjang 60 hari oleh Ketua PN;
o Pasal 27 penahanan PT 30 hari diperpanjang 60 hari oleh Ketua PT;
o Pasal 28 penahanan MA 50 hari diperpanjang 60 hari oleh Ketua MA;
o Apabila melebihi batas waktu tahanan tersebut pada pasal-pasal di atas, maka
konsekwensinya tersangka/terdakwa harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
Kewenangan Penyelidikan (Pasal 5)
1. Menerima laporan/pengaduan;
2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Memberhentikan seseorang yang dicurigai dan memeriksa tanda pengenal
diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Tugas dan Perintah Penyidik


1. Melakukan penangkapan dan larangan meninggalkan tempat penggeledahan
dan penyitaan;
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
4. Membawa dan menghadap seseorang pada penyidikan.
PENAHANAN
Jenis-jenis Penahanan (Pasal 22)
 Tahanan Rutan;
 Tahanan Rumah;
 Tahanan Kota.

PRA PENUNTUTAN
Pasal 14 huruf b
 Tindakan PU untuk memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan
penyidikan oleh Penyidik;
 Guna menghindari kesan bahwa Jaksa atau PU mempunyai wewenang
untuk melakukan penyidikan lanjutan.
PENUNTUTAN
Pasal 1 angka 7 adalah merupakan tindakan PU untuk melimpahkan
perkara pidana ke PN yang berwenang/kompetensi absolut agar
diperiksa dan di putus oleh Hakim.
SURAT DAKWAAN (Pasal 143)
 Di buat oleh JPU, harus diberi tanggal, nama lengkap, tempat lahir,
umur, tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan tempat tinggal,
agama dan pekerjaan;
 Uraian surat dakwaan, secara cermat, jelas, dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
 Jika surat dakwaan tidak memenuhi hal-hal diatas, maka surat
tersebut batal demi hokum.
 Karena surat dakwaan adalah dasar hokum untuk pemeriksaan
sebagai dasar hakim untuk menjadikan putusan benar tidaknya
tersangka/terdakwa melakukan tindak pidana yang di
dakwakan oleh JPU/PU.
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT
 Tindak Pidana Ringan (TIPIRING) Ancaman Pidana penjara/Kurungan Max 3 bulan denda
max 7.500 atau tindak pidana ringan (penghinaan) (pasal 205 ayat 1);
 Perkara pelanggaran LL UU No 22 Tahun 2009 (Pasal 211).

PUTUSAN HAKIM
 Putusan adalah pernyataan Hakim yang yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka
yang dapat berupa pemidanaan atau bebas/lepas dari segala tuntutan hukum dan dalam hal
serta menurut cara yang diatur dalam pasal 1 angka 11.
 Isi putusan hakim
1. Pemidanaan;
2. Putusan bebas;
3. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
SEKIAN DAN SELAMAT
BERJUANG DEMI TEGAKNYA HUKUM

Anda mungkin juga menyukai