SKRIPSI
Oleh :
FAISAL LUBIS
070200069
Departemen : Hukum Keperdataan
Program Kekhususan :HukumPerdata BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
AKIBAT HUKUM KEPAILITAN TERHADAP HARTA WARISAN DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN
DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
SKRIPSI
Oleh :
FAISAL LUBIS
070200069
Disetujui Oleh :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
Pembimbing I Pembimbing II
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala kemurahan dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis,
Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk
meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatra Utara, dimana hal tersebut
perkuliahannya.
membahas tentang akibat hukum pernyataan pailit terhadap ahli waris debitor
pailit.
Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam
skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
ii
5
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
skripsi ini.
4. Ibu Rabiatul Syahriah, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
dan Ibunda Hj. Mawar Diana Dalimunthe yang telah membesarkan dan
cita-cita.
7. Keluarga Besar Prof. Dr. Darwin Dalimunthe yang telah banyak membantu
8. Kepada Abangku Mhd. Fiza Saktia Lubis dan Kakakku Melza Lubis yang
iii
6
12. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya
Penulis
Faisal Lubis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
v
8
WARISAN .................................................................................... 50
Pailit ........................................................................................ 66
A. Kesimpulan ............................................................................. 69
B. Saran ....................................................................................... 70
vi
ABSTRAK
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia tahun 1945 diarahkan pada terwujudnya sistem hukum nasional, yang
yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh
para pengusaha pada umumnya sebagian besar merupakan pinjaman yang berasal
dari berbagai sumber, baik dari bank, penanaman modal, penerbitan obligasi
1
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran di Indonesia,
(Jakarta:Rajawali Press,1991), hal 10.
1
2
Bahwa krisis moneter yang melanda Negara Asia termasuk Indonesia sejak
apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak lebih luas, antara lain hilangnya
pemerintahan Hindia Belanda, sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan
2
Ibid, hal. 12.
3
yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan
hukum dalam masyarakat, jika ditinjau dari segi materi yang diatur, masih
Syarat utama untuk dapat dinyatakan pailit adalah bahwa seorang Debitor
mempunyai paling sedikit 2(dua) kreditor dan tidak membayar lunas salah satu
adanya putusan pernyataan pailit tersebut, diharapkan agar harta pailit debitor
dapat digunakan untuk membayar kembali seluruh uang debitor secara adil dan
merata serta seimbang. Pernyataan pailit dapat dimohon oleh salah seorang atau
membayar utang-utangnya. 4
3
Mohamad Chaidir Ali, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran,(Bandung:Mandar Maju,
1995),hal 25
4
Ibid. hal. 27.
4
Utang ini di dasarkan pada beberapa asas. Asas-asas tersebut antara lain adalah:
1. Asas Keseimbangan
kepailitan oleh debitor yang tidak jujur, dilain pihak, terdapat ketentuan
3. Asas Keadilan
mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang
4. Asas Integrasi
yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
pembayaran utang mempunyai cakupan yang lebih luas baik dari segi
ketentuan yang selama ini berlaku belum memadai sebagai sarana hukum
untuk menyelesaikan masalah utang piutang secara adil, cepat, terbuka dan
efektif.
pernyataan pailit terhadap harta warisan telah diatur di dalam kasanah hukum
warisan. Hasil penelitian akan dituliskan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, ada beberapa pokok
pailit ?
putusan pailit ?
putusan pailit ?
Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, antara
lain, yaitu:
putusan pailit.
putusan pailit.
7
1. Secara teoretis
2. Secara Praktis
Diharapkan agar tulisan ini dapat menjadi masukan bagi para pembaca,
jawaban ahli waris debitor terhadap putusan pailit dan kedudukan hukum
D. Tinjauan Kepustakaan
Pengertian aspek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu segi
dalam pemandangan terhadap kajian sesuatu hal. 6 Pengertian lain dari hukum
menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
6
Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Jakarta:Lintas Media, 2004),
hal 747.
8
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
Selanjutnya pengertian dari aspek hukum yaitu suatu segi dalam pemandangan
adalah debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
harta warisan adalah kekayaan yang berupa keseluruhan aktiva dan pasiva yang
kekayaan yang berupa aktiva dan pasiva yang menjadi milik bersama ahli waris
disebut Boedel. 10
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini sudah pernah ada dibahas oleh orang lain tetapi saya
mencoba menulis skripsi ini dengan permasalah yang berbeda. Dengan ini penulis
dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis berkeyakinan bahwa penulisan ini adalah jauh dari unsur plagiat. Dalam
penulisan ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip
berdasarkan daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan
7
W.J.S Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2006),
hal 612.
8
Subekti, Kamus Hukum,(Jakarta:Pradnya Paramita, 1980), hal 60.
9
W.J.S. Poerwadarminta, op cit, hal 85.
10
Wahyono Darmabrata, Azas-Asas Hukum Waris( Jakarta:Cetakan Pertama, 1994),
hal 62.
9
masalah dan pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah, pasal-pasal
F. Metode Penelitian
berjudul aspek hukum pernyataan pailit terhadap harta warisan, maka jenis
penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
Untuk memperoleh suatu yang baik dari suatu karya ilmiah, maka didukung
oleh bukti dan fakta atau data yang akurat. Dalam melakukan penulisan ini,
pendukung.
G. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulis membagi skripsi ini dalam beberapa bab dan tiap-
tiap bab dibagi atas sub bab yang terperinci sebagai berikut:
10
Bab I : Pendahuluan
Bab IV : Aspek Hukum dalam Pailit terhadap harta warisan ditinjau dari
saran.
BAB II
yang dinyatakan pailit pada saat ini akan mempunyai imbas dan pengaruh buruk
bukan hanya perusahaan itu saja melainkan berakibat global. Sebagai contoh,
diguncang bom atom lagi. Bahkan dampaknya bersifat mengglobal. Dari kasus ini
dapat dilihat banyak yang akan jadi korban bila perusahaan itu dinyatakan pailit.
Oleh sebab itu, lembaga kepailitan merupakan salah satu kebutuhan pokok
di dalam aktivitas bisnis karenaadanya status pailit merupakan salah satu sebab
pelaku bisnis keluar dari pasar. Apabila pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi
untuk bermain di arena pasar, maka dapat keluar dari pasar. Di dalam hal seperti
dikemas di dalam peraturan hukum maka peraturan itu secara tepat kepentingan
yangdilihat dari sudut pandang ekonomis namun hal seperti ini jelas tidak sesuai
dengan era global seperti sekarang ini. Menurut Peter, aturan main bentuk
21
Sudargo Gautama, Komentar Atas Peraturan Kepailitan Untuk Indonesia,(Bandung:Citra
Aditya Bakti,1998), hal 205.
12
13
legal rules).
Bankcrupty Act. Dalam pengertian kita, merujuk aturan lama yaitu pasal
ayat (1), yang menyebutkan : Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor
dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, baik atas permohonan sendiri, maupun atas
22
Sri Rejeki Hartono, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepaitan Modern,(Jakarta:
Majalah Hukum Nasional, 2000), hal 81.
23
Sri Sumantri Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran,
(Yogyakarta:Liberty, 1981), hal 42.
14
pengetahuan perihal ilmu hukum khususnya hukum kepailitan yang berasal dari
hukum asing, juga istilah pailit yang jarang sekali dikenal oleh masyarakat
kalangan bawah maupun pedesaan yang lebih akrab dengan hukum adatnya,
istilah bangkrut lebih kenal. Masyarakat desa tidak berpikir untuk memohon ke
pengadilan agar dirinya dinyatakan pailit. Para pedagang kecil jika ia sudah tidak
dapat berdagang lagi, karena modalnya habis dan ia tidak dapat membayar utang-
Dilihat dari beberapa arti kata atau pengertian kepailitan tersebut diatas
maka esensi kepailitan secara singkat dapat dikatakan sebagai sita umum atas
harta kekayaan debitor baik yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang
pada waktu kreditor dinyatakan pailit mempunyai hutang, yang dilakukan dengan
pekerjaan sendiri, gaji suatu jabatan/ jasa, upah pensiun, uang tunggu/
uang tunjangan, sekedar atau sejauh hal itu diterapkan oleh hakim.
24
Khairandy, Perlindungan Dalam Undang-Undang Kepailitan,(Jakarta:Jurnal Hukum
Bisnis, 2002),hal 94.
15
Apabila seorang debitor (yang utang) dalam kesulitan keuangan, tentu saja
kepengadilan dengan disertai sita jaminan atas harta si debitor atau menempuh
dinyatakan pailit. 25
Jika kreditor menempuh jalan yang pertama yaitu melalui gugatan perdata,
maka hanya kepentingan kreditor/si penggugat saja yang dicukupi dengan harta si
debitor yang disita dan kemudian dieksekusi pemenuhan piutang dari kreditor,
menyatakan debitor pailit, maka dengan persyaratan pailit tersebut, maka jatuhlah
sita umum atas semua harta kekayaan debitor dan sejak itu pula semua sita yang
Dikatakan sita umum, karena sita tadi untuk kepentingan seorang atau
beberapa orang kreditor, melainkan untuk semua kreditor atau dengan kata lain
25
Ibid, hal 108.
26
Ibid, hal 115.
16
untuk mencegah penyitaan dari eksekusi yang dimintakan oleh kreditor secara
perorangan. Hal lain yang perlu dimengerti bahwa kepailitan hanya mengenai
harta benda debitor, bukan pribadinya. Jadi ia tetap cakap untuk melakukan
perbuatan hukum di luar hukum kekayaan misalnya hak sebagai keluarga, hak
yang timbul dari kedudukan sebagai orang tua, ibu misalnya. Jadi demikian
penyitaan umum atas semua harta orang yang kepentingan semua kreditor yang
dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan, maupun atas permintaan pihak
ini kemudian akan diperkuat dengan suatu pernyataan pailit oleh hakim
menolak permohonan kepailitan yang telah diajukan. Jika kita baca rumusan yang
dalam Pasal 1 UU No. 4 Tahun 1998 dapat kita ketahui bahwa pernyataan pailit
oleh pengadilan, debitor tidak dapat dinyatakan berada dalam keadaan pailit.
seluruh harta kekayaan debitor pailit, yang berlaku umum bagi semua kreditor
tersebut hanya dapat diajukan atas persetujuan suami, kecuali antara suami
hukum dan adanya penyelesaian yang adil sehingga mengikat, oleh karena akan
benda si debitor kepada pihak lain, maka setiap kreditor dapat mengajukan
debitor, atau
memerlukan kurator. 27
mengikat serta sesuai dengan putusan pengadilan terhadap utang piutang mereka.
pailit yaitu:
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo yang dapat ditagih,
27
J. Djohansyah, Pengadilan Niaga,(Bandung,: Alumni, 2001),hal 21.
28
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),hal 73.
19
melalui panitera.
pengadilan mempelajari
29
Ibid, hal 80.
20
niaga.
Hal ini dilakukan kreditor untuk menjaga itikad tidak baik debitor dalam
putusan pernyataan pailit ataupun setiap saat setelah putusan dijatuhkan, atas usul
hakim pengawasan atau permintaan kurator atau salah seorang debitor atau lebih
tahanan baik dalam penjara maupun dalam rumah debitor sendiri dibawah
pengadilan atas dasar debitor pailit dengan sengaja tanpa dasar yang sah, hal ini
sesuai dengan Pasal 88, 101 dan 122 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998. 30
kepada debitor dilengkapi dengan bukti-bukti tagihan yang cukup, kalau tidak
diri si debitor.
yang bersangkutan dengan alasan kepentingan umum. Jadi bila tidak ada lagi
30
Munir Fuady, op. cit, hal 32.
21
permohonan pernyataan pailit atas si debitor, tetapi bila bukan demi kepentingan
niaga, sipailit (debitor) kehilangan hak pengurusan dan penguasaan atas budel.Ia
menjadi pemilik dari budel itu, tetapi ia tidak boleh lagi mengurus dan
hal kreditor dan debitor tidak mengajukan usul pengangkatan kurator lain kepada
Harta Peninggalan (BPH) dimana terhadap seluruh harta kekayaan yang sudah ada
dalam budel
31
Zainal Asikin, op.cit, hal 18.
32
Mohamad Chaidir Ali, op.cit, hal 102.
22
yang merupakan para kreditor, Balai Harta Pengadilan atau kurator dapat
kedalam budel.
perjanjian timbal balik, dalam hal ini dibedakan antara perjanjian timbal
Ayat (1), dalam hal pada saat putusan pernyataan pailit ditetapkan
kemudian.
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dapat meminta kurator untuk
tersebut.
Kemudian perjanjian timbal balik yang terkena pengaruh pailit dalam hal
ini, perjanjian sewa-menyewa dan perjanjian kerja dapat kita lihat dalam
perbuatan itu dianggap curang dan sangat merugikan kreditor) ini dapat
yang diatur dalam ketentuan pasal 1341 ayat (1) KUH Perdata ini
setiap tindakan hukum yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitor,
E. Berakhirnya Kepailitan
33
Sudargo Gautama, op.cit, hal 48.
25
hakim (pengadilan).
seorang pemberes untuk menjual budel itu dan hasilnya dibagi antara
likuidasi (liquidatieaccoord).
Kepailitan pasal-pasal 134 s/d 167 (pasal ini tidak mengalami perubahan),
sebagai berikut:
penawaran itu diterima dan telah disahkan oleh hakim pengawas, maka
termasuk kreditor yang tidak memberikan suara bahkan kreditor yang tidak
diterima, apabila disetujui dalam rapat kreditor oleh lebih dari setengah
34
Wahyono Darmabrata, op.cit, hal 67.
26
jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan haknya sedikit 2/3 dari
jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara
diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat
tersebut. 35
setengah jumlah kreditor yang hadir dalam rapat kreditor dan wakil paling
sedikit setengah dari jumlah piutang para kreditor yang mempunyai hak
pemanggilan. Pada pemungutan suara kedua, para kreditor tidak terikat pada
1. Isi perdamaian.
dalam rapat.
35
Rudhy. A. Lontoh, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit,(Bandung: Alumni,
2001),hal 3.
27
mereka terhadap para penanggung dan semua kawan-kawan debitornya (pasal 155
ayat (1)) Hak-hak yang boleh dilakukan terhadap benda pihak ketiga tetap
dimiliki, seolah-olah tidak ada suatu perdamaian (pasal 155 ayat (2)).
Menurut ketentuan pasal 149 ayat (2) UUK, pengadilan harus menolak
cara lain yang tidak jujur dengan tidak memperdulikan apakah dalam hal
Bila pengesahan perdamaian ditolak oleh hakim, dalam waktu 8 hari setelah
dikabulkan oleh hakim, para kreditor yang menolak perdamaian atau tidak hadir
dalam pemungutan suara dapat mengajukan kasasi dalam waktu 8 hari setelah
penetapan.
28
Para kreditor yang piutang dijamin dengan hak tanggungan, gadai atau hak
istimewa berada di luar perdamaian. Mereka tidak berhak mengeluarkan suara dan
perdamaian tersebut juga tidak mengikat mereka (lihat pasal 139,152 UKK).
terhadap hak para kreditor pemegang hak tanggungan, gadai ataupun hak agunan
atas kebendaan lainnya pemegang hak agunan dan kreditor yang diistimewakan,
termasuk para kreditor yang haknya didahulukan, para kreditor tersebut tidak
mereka telah melepaskan haknya untuk didahulukan demi kepentingan harta pailit
Menurut pasal 152 UUK, perdamaian yang telah disahkan berlaku bagi
semua kreditor yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan tanpa kecuali,
tersebut.
dan telah diumumkan oleh pengadilan, maka rencana tersebut setelah rapat
a) Bila dalam rapat yang sedang diselenggarakan itu diangkat suatu panitia tetap
sedangkan jumlah terbanyak dari kreditor menghendaki panitia yang tetap itu
36
Ibid, hal 4.
29
maupun kurator dalam waktu yang ditentukan dan sebagian besar kreditor
keputusan rencana perdamaian harus ditunda sampai rapat berikutnya, yang harus
Menurut pasal 168 UKK, apabila rencana perdamaian dilakukan pada rapat
pencocokan piutang dan ditolak, maka harta pailit demi hukum berada dalam
perdamaian ditolak, maka debitor pailit tersebut tidak boleh menawarkan lagi
kepailitan berakhir (pasal 156 UUK). Karena itu kurator wajib melakukan
mengembalikan semua barang, uang, buku dan surat yang termasuk harta pailit
Menurut pasal 160 UUK, perdamaian yang telah disahkan dapat dituntut
pembatalan oleh setiap kreditor dengan alasan debitor lalai memenuhi isi
perdamaian. Dan dalam ayat (2) mengatakan apabila ada permohonan pembatalan
memenuhi isi perdamaian itu. Selanjutnya dalam ayat (3), Hakim karena jabatan
37
Ibid, hal 125.
38
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, UMM Press, (Malang: 2008,) hal 175.
30
semula. Akibatnya, semua perbuatan yang dilakukan debitor dalam waktu antara
pailit (bandingkan pasal 41 dan 164 UUK). Selanjutnya setelah kepailitan dibuka
kembali, maka tidak dapat ditawarkan perdamaian atau akur untuk kedua kalinya
perdamaian atau akur dipecahkan karena tidak dipenuhi sebagaimana yang telah
disetujui. Menurut pasal 168 UUK, bila dalam rapat pencocokan utang piutang
tidak ditawarkan perdamaian atau bila perdamaian yang telah ditolak denganpasti
maka demi hukum, harta pailit berada dalam keadaan tak mampu setengah
membayar (insolvensi).
Menurut pasal 168 a ayat (1), bila dalam rapat pencocokan utang piutang
tidak ditawarkan perdamaian, atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak,
maka kurator atau seorang kreditor yang hadir dalam rapat tersebut dapat
dan seorang kreditor yang hadir dalam rapat tersebut sampai pada rapat yang
tersebut harus diterima bila jumlah kreditor yang mewakili lebih dari setengah
39
Ibid, hal 198.
31
dari semua piutang yang diakui dan diterima dengan bersyarat dan tidak dijamin
Bila dalam waktu 8 hari setelah pengesahan perdamaian secara pasti telah
ditolak, kurator atau seorang kreditor yang hadir dapat mengusulkan kepada
hakim pengawas untuk melanjutkan perusahaan debitor pailit. Untuk itu hakim
mengambil keputusan. 40
sebelum rapat diadakan. Atas permohonan seorang kreditor atau kurator, hakim
ini kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit tanpa perlu
waktu diatur dalam undang-undang ini atau usul tersebut telah diajukan
Pasal 170 ayat 2 UUK mengatur tentang pemberian perabot rumah tangga
yang ditunjuk oleh hakim pengawas untuk keperluan debitor pailit. Semua barang
harus dijual dihadapan umum atau secara dibawah tangan, izin dibawah tangan
Menurut pasal 70 UUK, hal itu tidak mempengaruhi keabsahan jual beli
Kemudian dalam pasal 174, pada setiap waktu, bila menurut hakim pengawas
40
Ibid, hal 125.
32
tersedia cukup uang tunai, maka ia memerintahkan suatu pembagian kepada para
kreditor yang piutangnya telah mendapatkan pencocokan. Hal ini berarti setelah
kepailitan selesai, debitor pailit dapat ditagih kembali apabila ia mempunyai uang
yang cukup. Kurator selalu wajib membuat suatu daftar pembayaran untuk
upah kurator);
umum.
kepada kurator, satu salinannya dilampirkan pada surat keberatan dan dalam surat
Mahkamah Agung dapat memanggil kurator atau para kreditor untuk didengar.
Menurut ketentuan pasal 182 ayat (4) UUK, karena lewatnya tenggang
waktu yang tersebut dalam pasal 178 UUK, atau apabila telah dimajukan
33
pasti, maka daftar pembagian tersebut mengikat demi hukum. Selanjutnya kurator
kreditor yang diterima dengan syarat, tidak dapat diberikan pembayaran sepanjang
belum ada keputusan mengenai piutangnya (pasal 184 UUK). Bila pada akhirnya
ternyata ia tidak mempunyai suatu tagihan atau tagihannya kurang dari yang telah
diterima, maka uang yang semula diperuntukkan bagi mereka seluruhnya atau
2. Rehabilitasi
Dalam pasal 205 UUK ditentukan bahwa, debitor pailit atau para ahli
melampirkan bukti yang menyatakan bahwa para kreditor yang diakui sudah
dalam berita negara dan surat kabar yang ditunjuk oleh hakim. Dalam waktu 2
41
Ibid, hal 186.
34
c. Rehabilitasi; 42
samping badan-badan peradilan yang sudah ada dengan cara diatur dalam undang-
undang. Demikian juga dalam pasal 15 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Pasal 15
undang.
42
Rudhy. A. Lontoh, op.cit, hal 11.
35
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
peradilan tata usaha negara) dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Pasal 15 ayat
dari pengadilan khusus. Ada beberapa bentuk pengadilan khusus lainnya, antara
lain:
peradilan umum. 43
Dalam Pasal 8 UU No. 2 Tahun 1986 yang telah diubah dengan UU No.8
undang-undang.
43
Denny Kailimang, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau PKPU,(Bandung:
Alumni, 2001),hal 22.
36
juncto staatsblad Tahun 1906 Nomor 348). IMF merasa bahwa peraturan
memadai dan kurang dapat memenuhi tuntutan zaman. Oleh karena itu, akhirnya
Tahun 1998 (Perpu No. 1 Tahun 1998) dan kemudian dengan Undang-Undang
Perpu No.1 Tahun 1998 jo. UU No. 4 Tahun 1998 tersebut, pengadilan niaga
untuk pertama kali sebagaimana yang dinyatakan secara tegas dalam pasal 281
ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 jo .UU No.1 Tahun 1998 yang berbunyi sebagai
berikut: Untuk pertama kali dengan undang-undang ini, pengadilan niaga dibentuk
berdasarkan Pasal 281 ayat (1) Perpu No.1 Tahun 1998 jo. UU No. 1 Tahun
Ketentuan Penutup Bab VII Pasal 306 UU Kepailitan yang bunyinya sebagai
berikut:
37
Indonesia. Dalam pasal 281 ayat (2) Perpu No.1 Tahun 1998 jo. UU No.1
relative bagi perkara yang diajukan kepada pengadilan niaga menjadi sebagai
berikut :
Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan
Timor Timur.
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat hanya terbatas daerah hukumnya yang
dimaksud dalam pasal 1 pada saat Keputusan Presiden ini ditetapkan telah
44
Ibid, hal 24.
45
Ibid, hal 26.
39
undang-undang.
kewenangan pengadilan niaga saat ini adalah persoalan Hak atas Kekayaan
Intelektual. 46
46
Ibid, hal 35.
40
kepailitan atau PKPU pada tingkat pertama dilakukan oleh hakim majelis.
umum;
pada pengadilan. 48
berikut:
a. Mempunyai keahlian;
47
Ibid, hal 37.
48
Ibid, hal 39.
41
pada pengadilan.
berdasarkan Keputusan Presiden atau usul Ketua Mahkamah Agung baik pada
menjalankan tugasnya, hakim pengadilan niaga dibantu oleh seorang panitera atau
diatur dalam bab kedua peraturan kepailitan yang lama ada perubahan judul
menjadi penundaan kewajiban yang lama ada perubahan judul menjadi Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diatur dalam bab kedua Perpu
Nomor 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan Nomor 4 Tahun 1998, mulai dari
pasal 212-279.
Sementara itu dalam UUK yang baru yaitu UU Kepailitan No.37 Tahun 2004
dalam yang terdiri dari dua bagian, yakni: Bagian Kesatu tentang Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang dan akibatnya (Pasal 222-pasal 264) dan bagian
debitor yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat
42
Dalam UUK No. 37 Tahun 2004 pasal 222 ayat (2) dan (3) pada
prinsipnya mengatur hal yang sama dengan UUK 1998, hanya dalam UUK
pasal 222 ayat (2) yang dimaksud dengan kreditor adalah setiap kreditor
adalah debitor yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak dapat
pasal 222 ayat (1) UUK No. 37 Tahun 2004, PKPU dapat diajukan oleh
Debitor maupun oleh kreditor. Dalam hal debitor adalah bank, perusahan
49
Ibid, hal 165.
43
dalam pasal 3 UUK yang ditanda tangani oleh debitor sendiri dan oleh
disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitor serta
debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 (tujuh)
debitor mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang
debitor beserta surat bukti secukupnya dan bila ada, rencana perdamaian
Menurut pasal 224 ayat (5) UUK 2004 (hal ini sebelumnya diatur
dalam pasal 213 ayat 2 UUK 1998), bahwa pada surat permohonan.
rencana perdamaian. Dalam ayat (6), pasal 224 UUK 2004 disebutkan,
bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara
50
Ibid, hal 235.
44
seseorang, baik berupa barang-barang harta benda yang berwujud, maupun yang
tidak berwujud pada waktu wafatnya kepada orang lain yang masih hidup. Dalam
kehidupan masyarakat yang masih teguh memegang adat istiadat, peralihan hak
dan kewajiban tersebut dalam proses peralihannya dan kepada siapa dialihkan,
serta kapan dan bagaimana cara pengalihannya diatur berdasarkan hukum waris
adat.
Ter Haar dalam Baginselen en stelsel van het adat recht (Soerojo
serta yang akan selalu berjalan tentang penerusan dan pengoperan kekayaan
waris meliputi norma-norma hukum yang menetapkan harta kekayaan baik yang
materiil maupun yang immaterial yang manakah dari seseorang yang dapat
diserahkan kepada keturunannya serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan
mengatur tentang warisan dalam hubungannya dengan ahli waris tetapi lebih luas
dari itu. Hilman Hadikusuma mengemukakan hukum waris adat adalah hukum
adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum
45
46
waris, tentang harta warisan, pewaris, dan ahli waris serta cara bagaimana harta
warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris.
penerusan harta, baik material maupun non material dari suatu generasi kepada
sudah dapat terjadi pengalihan harta kekayaan kepada waris sebelum pewaris
memiliki tiga unsur penting yaitu (1) adanya seseorang yang mempunyai harta
peninggalan atau harta warisan yang wafat, yang disebut dengan si pewaris, (2)
adanya seseorang atau beberapa orang yang berhak menerima harta peninggalan
atau harta warisan, yang disebut waris atau ahli waris, (3) adanya harta
peninggalan atau harta warisan yang ditinggalkan pewaris, yang harus beralih
warisan kepada ahli waris sehubungan dengan unsur di atas sering menimbulkan
peninggal warisan dengan kekayaannya yang dalam hal ini banyak dipengaruhi
bagaimana dan harus sampai dimana harus ada tali kekeluargaan antara peninggal
warisan dan ahli waris, (c) bagaimana dan sampai dimana wujud kekayaan yang
pewarisan lebih lanjut, perlu mengetahui terlebih dahulu beberapa hal pokok
47
diantaranya adalah sistem pewarisan, bentuk dan asal harta warisan, para ahli
waris dimuat dalam buku II. Dengan demikian, maka hak waris dianggap sebagai
hak kebendaan.
Menurut Pitlo, sebabnya hukum waris dimuat dalam buku yang mengatur
bertubuh sebagai suatu barang yang berdiri sendiri, terhadap mana para warisan
mempunyai kebendaan. Lain daripada itu para ahli waris mempunyai hak milik
kuno, orang tidak mengenal suatu waris benda yang berdiri sendiri.Juga tidak
dikenal hak kebendaan khusus bagi para ahli waris. Dan diantara para ahli waris
demikian, ada perbedaan yang sangat prinsipil, antara Hukum Romawi dan
yang sekarang berlaku, pada dasarnya lebih menyerupai hukum Jermanis kuno.
Pengaruh Hukum Jermanis atas susunan hukum waris positif kita, jelas
kematian saja yang membuka warisan. Tetapi dengan demikian, hukum waris
81
Lukman Hakim ,Pembahasan Atas Kerja Tentang Kaitan Undang-Undang Perkawinan
Dengan Penyusunan Hukum Waris, Simposium Hukum Waris Nasional,( Jakarta:2000),hal 80.
48
A. Terbukanya Warisan
diperjanjikan suatu hal yang mengenai warisan itu, sekalipun dengan sepakatnya
orang yang nantinya akan meninggalkan warisan yang menjadi pokok persetujuan
itu.
hukum kekayaan/ harta benda saja yang dapat diwariskan. Tetapi ada beberapa
dan hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak sah dari
bapak atau ibunya ( kedua hak itu adalah dalam lapangan hukum kekeluargaan),
82
Ibid, hal 85.
49
Dan meskipun tidak dikatakan dengan tegas akan tetapi dapat disimpulkan dari
Selama ada anak-anak, tidak ada pihak lain manapun yang berhak atas
peninggalan itu.
sedarah baik sah maupun luar kawin dan si suami atau si istri yang hidup terlama.
atas, adalah:
perkawinan.
suami dan istri yang hidup terlama. Dalam pewarisan karena undang-undang,
berlaku ketentuan, bahwa dengan tidak adanya surat wasiat, maka harta warisan
jatuh pada ahli waris keluarga sedarah. Keluarga sedarah mewarisi bukan secara
keseluruhan, tetapi melalui tingkatan, umpamanya yang pertama ialah : anak, bila
50
tidak ada anak, maka yang maju cucu, kemudian baru kakek dan saudara-
saudara. 83
3. Golongan dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu, yaitu kakek
dan nenek, baik dari garis ibu maupun dari garis bapak.
4. Keluarga kesamping sampai derajat keenam maupun dari sisi ayah juga
Contoh : Ayah dengan anak dihitung satu derajat; Nenek dengan cucu di
hitung dua derajat; Nenek dengan cicitnya dihitung tiga derajat; demikian dengan
seterusnya.
seorang pewaris terhadap harta bendanya, maka sekarang akan dibicarakan segala
seorang pewaris.
sekedar terhadap itu tidak ada ketetapan dalam suatu surat-surat wasiat .
83
Efendi Perangin-angin, Hukum Waris,(jakarta: Universitas Indonesia, 1995),hal 43.
84
Ibid, hal 50.
51
seorang suami atau yang suami atau istri yang meninggal terlebih dahulu,
ketentuan di dalam bab ini, dipersamakan dengan seorang anak yang sah
itu adalah untuk kedua kalinya atau selanjutnya dan dari perkawinan yang
dulu ada anak-anak atau keturunan anak-anak itu, si istri atau suami yang
baru tak akan mendapat bagian warisan yang lebih besar daripada bagian
warisan terkecil yang akan diterima oleh salah seorang anak tadi, atau
dalam hal bila mana anak itu telah meninggal terlebih dahulu, oleh
juga, tak bolehlah bagian, si istri atau suami itu lebih dari seperempat harta
peninggalan si meninggal.
Pasal 875 ini dihubungkan dengan pasal 874, yang menyatakan :Segala
yang berlaku terhadap suatu warisan ialah hukum waris tanpa wasiat.
pikiran, kekayaan seseorang itu pada hakekatnya adalah hasil dari jerih payahnya
selama hidup, dan dapat diterima sebagai hal yang wajar, jika ia dapat
Berkaitan dengan hal wasiat (testamen) ini ada diatur dalam pasal 875
(testamen), ialah suatuakta yang memuat pernyataan seorang tentang apa yang
dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat
dicabut kembali .
Pada waktu membuat wasiat (baik yang lisan maupun yang tertulis) itu,
Dimana pada wasiat satu testamen tertulis para saksi harus ikut
Sedangkan pada wasiat testamen lisan, para saksi cukup mendengarkan saja apa
sangat pribadi dan tidak menjadi soal apakah tindakan pembatalan itu dengan
85
Ibid, hal 55.
53
khusus, hal ini dilakukan dengan sendirinya dan tidak dapat mewakilinya pada
kekayaan seseorang itu pada hakekatnya adalah hasil dari jerih payahnya selama
hidupnya dan dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar, jika leluasa memberikan
untuk menjaga kelangsungan hidup dari para ahli warisnya, maka sipewaris
yang kadangkala dapat mengakibatkan ahli waris terlantar hidupnya dan tidak
menurut undang-undang ialah ahli waris tanpa wasiat yang disebut ahli waris ab
menjadi ahli waris, karena ditunjuk oleh undang-undang. Sedangkan ahli waris
penunjukannya secara surat wasiat dari yang meninggal dunia. Dengan kata lain
dengan sah, maka warisan harus di bagi dengan cara yang ditentukan dalam empat
suami atau istri, anak-anak luar kawin mewaris sepertiga dari bagian yang
mewaris setengah dari warisan; dan jika ada sanak saudara dalam derajat
Dalam segala hal termasuk dalam pasal yang lalu, warisan selebihnya
harus dibagi antara para waris yang sah, dengan cara seperti ditentukan
Jika seorang anak luar kawin meninggal dunia lebih dahulu, maka
sekalian anak dari keturunannya yang sah, berhak menuntut bagian yang
berikut:
86
Wiryono Prodjodikoro, Hukum warisan di Indonesia,(Bandung: Sumur , 1983),hal 79.
55
suami atau isteri, maka anak-anak luar kawin mewaris sepertiga dari
bagian yang mereka sedianya harus mendapatnya andai kata mereka anak-
suami atau isteri, akan tetapi meninggalkan keluarga saudara, dalam garis
keatas, ataupun saudara laki dan perempuan atau keturunan mereka, maka
mereka mewaris setengah dari warisan dan jika hanya ada sanak saudara
Jika para waris yang sah dengan si meninggal bertalian keluarga dan lain-
lain perderajatan, maka si yang terdekat derajatnya dalam garis yang satu,
pun terhadap mereka yang dalam garis yang lainnya, menentukan besarnya
Pasal 865 :
Jika si meninggal sama sekali tidak meninggalkan ahli waris yang sah,
Pasal 866 :
Jika anak luar kawin itu meninggal terlebih dahulu, maka ia dapat
adalah terbatas, yaitu hanya mereka yang termasuk dalam golongan keluarga
sedarah dari yang meninggal dunia, ditambah, suami atau istri yang hidup
terlama.
56
masih ada keluarga semenda, adalah mereka yang karena pertaliannya didasarkan
Yang menjadi ahli waris dalam ahli waris berdasarkan surat wasiat (testament),
tetapi sebagai ahli waris pura-pura telah berkesempatan untuk menguasai semua
harta peninggalan itu atau sebagian dari padanya serta telah menikmati hasil dan
tersebut.
Pada dasarnya semua orang dapat menjadi ahli waris menurut undang-
undang baik melalui ab-intestato maupun secara testamenter, tetapi ada sebagian
ahli waris yang tidak berhak menerima warisan.Mereka ini adalah orang-orang
termasuk dalam bidang hukum waris testamentair; patut masuk hukum waris
menurut undang-undang (tanpa testament, kecuali pasal 912 yang masuk hukum
waris testamentair) kalau tidak cakap, maka pembatalan harus dituntut. Apabila
87
J. Satrio, Hukum Waris,(Bandung: Alumni, 1992), hal 97.
88
Ibid, hal 101.
57
tidak patut, maka hal tersebut dengan sendirinya menjadi batal. Siapa-siapa orang
yang punya pertalian darah dengan pewaris dianggap tidak patut menjadi waris,
sekarang timbul pertanyaan, dapatkah keturunan (anak) orang yang tidak patut
yaitu: untuk penggantian. Yang mewarisi untuk diri sendiri adalah orang yang
orang yang mewarisi karena penggantian, adalah orang yang muncul dalam harta
peninggalan untuk orang lain. Orang lain itu, haruslah terlebih dahulu meninggal
ayahnya, dan karena itu telah dihukum, maka cucu dari A mewarisi harta
peninggalan dari A untuk diri sendiri. Bahwa ayah mereka adalah orang
yang tidak patut menjadi ahli waris untuk menerima warisan dan tidak
ayah yang tidak patut menjadi ahli waris itupun tidak dapat menerima
nikmat dengan jalan tidak langsung dari harta peninggalan itu, dan karena
itu kepada mereka tidak diberikan hak orang tua untuk menikmati hasil
dari barang-barang yang diwarisi oleh anak mereka dari ayahnya. Disini
89
Ibid, hal 103.
59
orang tua yang digantikannya. Bahwa orang yang digantikan itu tidak
tidak patut seseorang atau beberapa orang ahli waris menerima warisan karena
kematian. Oleh karena peristiwa ini serupa dengan penolakan oleh seorang atau
beberapa orang ahli waris sehingga banyak alasan untuk memakaikan akibat
penolakan secara analogis pada akibat dari masalah tidak patut. Penolakan adalah
lain sama sekali daripada alasan tidak patut. Penolakan adalah suatu perbuatan
yang dilakukan dengan sukarela oleh para ahli waris misalnya: tetapi tidak patut,
memang ada kemungkinan, bahwa dalam keadaan tertentu, pelaksanaan atas hal
tidak patut dari suatu aturan penolakan tertentu, akan mengakibatkan hal-hal yang
tidak diterima.
melakukannya, bahwa seorang yang tidak patut dengan jalan berputar-putar dapat
tidak patut menjadi ahli waris dalam harta peninggalan dari A, dan C menerima
90
Ibid, hal 104.
BAB IV
mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, (dapat) dinyatakan pailit dengan putusan
perlu diketahui siapa saja yang disebut kreditor, dan siapa saja yang disebut
tersebut.
Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-
Dalam KUH Perdata tidak dapat dipakai isitilah debitor dan Kreditor,
Menurut Pasal 1235 KUH Perdata dihubungkan dengan Pasal 1234 KUH Perdata,
101
Victor. M. Situmorang, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia,(Jakarta: Rineka
Cipta, 1994),hal 83.
102
Ibid, hal 85.
60
61
dan Pasal 1239 KUH Perdata, si berutang adalah pihak yang wajib memberikan,
berbuat atau tidak berbuat sesuatu berkenaan dengan perikatannya, baik perikatan
demikian dapat dilakukan oleh para kreditor dari almarhum. Dalam bab ini
pernyataan pailit terhadap seseorang yang telah meninggal dunia dan mengenai
status hukum dari harta warisan dalam hal pewaris tersebut dinyatakan sebagai
yang meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit, apabila dua atau beberapa
membuktikan bahwa :
Utang orang yang meninggal, semasa hidupnya tidak dibayar lunas; atau
103
Sutan Remi Sjademi, Hukum Kepailitan ,(jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002),hal 118.
62
sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 harus diajukan kepada pengadilan yang
dengan juru sita.Hal itu sesuai dengan Pasal 208 ayat (2) UUK-PKPU. Menurut
Pasal 208 ayat (3), surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
menyebutkan nama masing-masing ahli waris, kecuali nama mereka itu dikenal.
meninggal dan setiap penerima hibah wasiat dapat menuntut para kreditor ahli
warisnya agar harta peninggalan orang yang meninggal itu dipisahkan dari harta
dengan Pasal 177, tidak berlaku terhadap kepailitan harta peninggalan, kecuali
apabila warisannya telah diterima oleh ahli waris secara murni (zuivere
aanvaarding). 105
104
Ibid, hal 121.
105
Wahyono Darmabrata, op.cit, hal 51.
63
Harta warisan seseorang yang meninggal dunia, menurut hukum adat dan
hukumIslam yang beralih pada hakikatnya hanya sisa dari harta warisan setelah
Perdata (Burgerlijk Wetbook), yang beralih pada hakikatnya adalah semua harta
benda itu mudah menimbulkan sengketa para ahli waris sepeninggal si pewaris,
sebab pada hakikatnya semua harta peninggalan, baik aktiva maupun pasivanya
beralih kepada ahli waris. Menurut KUH Perdata yang diwarisi adalah aktiva dan
pasiva, sedangkan menurut hukum adat dan hukum Islam yang diwarisi adalah
budel.Budel adalah suatu saldo atau apa yang dari kekayaan si meninggal tersisa
setelah dibayar semua utang dari si meninggal dan semua hibah wasiat diberikan
kepada yang berhak, jadi mungkin yang diwarisi itu suatu minus. 106
106
Ibid, hal 52.
64
ahli waris;
warisan tersebut.
Sikap ahli waris terhadap warisan yang ditinggalkan oleh pewaris, masing-
dalam utang harta peninggalan. Sedangkan apabila ia menolak, maka ia tidak akan
harta peninggalan sebanyak nilai aktiva dari harta peninggalan. Jika ada saldo
Bagi ahli waris diberikan suatu jangka waktu untuk menyelidiki mana
sebagaimana diatur dalam pasal 1023 KUH Perdata mengatakan bahwa si ahli
waris berhak untuk meminta agar kalau dianggap perlu warisan pewaris didaftar
dulu, baru nanti sesudah ia melihat keadaan warisan, menentukan sikap dan hak
waris ini dijamin oleh undang-undang dan Pewaris tidak boleh membatasi hak
107
Ibid, hal 54.
65
Pasal 1025 jo. Pasal 1089 KUH Perdata mengatakan bahwa ahli waris yang
pengadilan, yang mengenai orang dalam kualitasnya sebagai ahli waris yang
jatuh kepada debitor pailit, oleh kurator tidak boleh diterima, kecuali apabila
dimengerti karena tidak mustahil debitor pailit bukan menerima warisan berupa
piutang tetapi menerima warisan utang. Apabila debitor pailit menerima warisan
berupa piutang (tagihan) maka warisan tersebut akan menguntungkan harta pailit.
Akan tetapi, apabila debitor pailit menerima warisan berupa utang, maka warisan
tersebut akan membebani harta pailit. Sudah tentu hal tersebut bukan saja
Sementara itu, pasal 40 ayat (2) menentukan bahwa untuk tidak menerima
suatu warisan, kurator memerlukan izin dari hakim pengawas. Ketentuan Pasal
40 ayat (2) terkesan kontradiktif dengan ketentuan Pasal 40 ayat (1). Disatu pihak
Pasal 40 ayat (1) menentukan, kurator tidak boleh menerima warisan yang jatuh
kepada debitor pailit (dengan kata lain kurator harus menolak) selama debitor
namun dipihak lain untuk tidak menerima suatu warisan (dengan demikian berarti
108
Ibid, hal 57.
109
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan,(jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2007),hal 278.
66
permohonan kurator untuk tidak menerima warisan yang merugikan harta pailit?
Apabila tujuan ketentuan Pasal 40 ayat (2) adalah untuk memastikan tindakan
kurator tidak merugikan harta pailit, sebaiknya bukan saja dalam hal kurator tidak
menerima (menolak) tetapi juga apabila kurator menerima suatu warisan yang
jatuh kepada debitor pailit. Dengan demikian baik penolakan atau penerimaan
warisan yang dilakukan kurator itu tidak sampai merugikan harta pailit karena
kekeliruan pertimbangan kurator atau karena kurator beritikad tidak baik. 110
jawaban atas perbuatan orang lain adalah hal yang agak penting dalam hukum
dengan yang telah di atur dalam kesepakatan yang mereka perbuatan yang segala
Namun bila timbul dimana salah satu pihak tidak melakukan sesuatu yang
sampai kepada pihak yang tidak melaksanakan prestasi itu dapat diminta
pertanggung jawabannya. Adalah suatu hal yang wajar bila seseorang yang telah
melakukan prestasi kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain mendapatkan
prestasi tersebut melakukan kontra prestasi dilindungi dari hal-hal yang tidak
110
Ibid, hal 280.
111
Ibid, hal 283.
67
prestasi yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan Prinsip kedudukan seimbang
disebabkan adanya kerugian yang dialami seseorang baik dari segi materil
maupun sprituil. Pertanggung jawaban atas perbuatan orang lain biasanya praktis
baru ada apabila orang lain itu melakukan perbuatan melawan hukum
Persoalan pertanggung jawaban tidak terlepas atu tidak terlepas dari masalah
ganti rugi. Masalah ganti rugi ini dalam Buku III KUH Perdata bervariasi, jika
ganti rugi disandarkan kepada adanya wanpretasi maka bentuk ganti ruginya
ditekankan pada nilai uang, sementara bila perbuatan melawan hukum yang
semula
hukum
tidak ada perbedaan dengan suatu penerimaan warisan dengan hak pendaftaran.
pailit sesuatu warisan, sedangkan sudah ada cara penyelesaian segala urusan
dengan suatu penerimaan oleh waris dengan hak pendaftaran ialah : para crediteur
dari pewaris diberi kemungkinan untuk menuntut pailit terhadap suatu warisan,
jika timbul keragu-raguan tentang kejujuran waris yang menerima warisan dengan
berakibat demi hukum dipisahkannya harta kekayaan orang yang meninggal dari
harta kekayaan ahli warisnya. Sehingga pertanggung jawaban ahli waris debitor
terhadap putusan pailit demi hukum sudah dipisahkan dari harta kekayaan orang
pailit tidak bertentangan dengan UUK-PKPU maka fungsi Check List sebaiknya
112
Ibid, hal 284.
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 207 UUK-PKPU, harta kekayaan orang yang
meninggal harus dinyatakan dalam keadaan pailit, apabila dua atau beberapa
kepada debitor pailit, oleh kurator tidak boleh diterima, kecuali apabila
dapat dimengerti karena tidak mustahil debitor pailit bukan menerima warisan
warisan berupa utang, maka warisan tersebut akan membebani harta pailit.
Sudah tentu hal tersebut bukan saja merugikan debitor pailit, tetapi juga para
kreditornya.
3. Bila merujuk pada pasal 209 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
69
70
debitor terhadap putusan pailit demi hukum sudah dipisahkan dari harta
B. Saran
2. Apabila gugatan pailit para kreditor diterima oleh pengadilan negeri niaga
Fuady, Munir, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 1999.
Hartono, Sri Rejeki, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern,
Jakarta, Majalah Hukum Nasional, 1981.
71
72
Sjadeni, Sutan Remi, Hukum Kepailitan, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 2002.