Anda di halaman 1dari 4

KEGUNAAN FILSAFAT DI ILMU HUKUM

Filsafat hukum memiliki karakteristik yang bersifat menyeluruh. Dengan cara


berfikir holistic, mahasiswa dapat berfikir dengan berwawasan luas dan terbuka.
Mereka diajak untuk berani menyatakan pendapat, menghargai pendapat,pikiran, dan
pendapat orang lain. Ciri lain dari filsafat hukum adalah memiliki sifat yang
mendasar. Artinya dalam menganalisis suatu masalah kita diajak untuk berfikir secara
radikal dan kritis. Mereka yang mempelajari filsafat hukum diajak untuk memahami
hukum tidak dalam arti hukum positif semata. Sifat filsafat hukum lainnya adalah
spekulatif sifat ini mengajak kita untuk memiliki pikiran yang inovatif dan mencari
hal-hal yang baru. Dengan berfikir spekulatif itulah hukum dapat dikembangkan ke
cita-cita yang kita inginkan yaitu menegakan keadilan Equality before the law. Ciri
filsafat hukum yang lainnya adalah reflektif kritis, yaitu berguna untuk membimbing
kita menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional, lalu menanyakan jawaban
secara terus-menerus. Analisis inilah yang membantu kita untuk bersikap bijak dalam
menghadapai suatu masalah kongkret.
Filsafat hukum juga mempelajari etika dan profesi hukum. Dengan
mempelajari etika dan profesi hukum diharapkan kita calon sarjana hukum dapat
mengemban nilai luhur dari profesi hukum tersebut.Fungsi filsafat hukum sendiri
adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun
tujuan baru. Filsafat tidak artinya sama sekali apabila tidak memiliki nilai yang
universal baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya1.
Jika dikaitkan dengan profesi yang rata-rata digeluti oleh mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan hukum, maka dapat dikatakan bahwa filsafat
hukum tidak memiliki kaitan secara langsung dengan profesi hukum pada umumnya.
Namun perlu diketahui bahwa filsafat hukum dapat membimbing dan menjadi
pelengkap bagi ilmu hukum yang dimiliki oleh seseorang dalam menggeluti
profesinya. Hal ini disebabkan karena filsafat hukum memiliki tiga hal yang sangat
bermanfaat, yaitu:
1. Karakteristik yang bersifat menyeluruh sehingga seseorang yang memiliki
ilmu hukum tidak berrsikap arogan dan apriori terhadap disiplin ilmu lainnya
karena telah belajar untuk berpikir holistik dan terbuka.
2. Bersifat mendasar yang bermanfaat untuk melatih seseorang berpikir

1 Prof. Darmodihardjo,Darji S.H, dan Sidharta S.H M.Hum.Pokok-Pokok Filsafat Hukum.Cet 6.


Jakarta:PT.Gramedia,2006
kritis dan radikal dalam menganalisa suatu masalah hukum yang dihadapi.
3. Bersifat spekulatif yang bermanfaat untuk melatih seseorang berpikir kreatif
dan inovatif. Spekulatif yang dimaksud tersebut adalah spekulatif dalam
makna menyusun tindakan yang terarah dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.2
Fungsi filsafat hukum dalam pembentukan Negara Indonesia bisa diambil
contoh dari rumusan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia yang merupakan produk filsafat hukum negara Indonesia, Pancasila ini
muncul diilhami dari banyaknya suku, ras, kemudian latar belakang, serta perbedaan
ideologi dalam masyarakat yang majemuk, untuk itu muncullah filsafat hukum untuk
menyatukan masyarakat Indonesia dalam satu bangsa, satu kesatuan, satu bahasa, dan
prinsip kekeluargaan, walau tindak lanjut hukum-hukum yang tercipta sering terjadi
hibrida (percampuran), terutama dari hukum Islam, hukum adat, dan hukum barat
(civil law / khususnya negara Belanda, hukum Islam; Al-Qur’an) sering dijadikan
dasar filsafat hukum sebagai rujukan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah
umat muslim. Contoh konkrit dari hukum Islam yang masuk dalam konstitusi
Indonesia melalui produk filsafat hukum adalah Undang-undang No. 1 tahun 1974
tentang Perkawinan yang sampai sekarang masih berlaku tanpa adanya perubahan, ini
bukti nyata dari perkembangan filsafat hukum yang muncul dari kebutuhan
masyarakat perihal penuangan hukum secara konstitusi kenegaraan 3 . Hukum adat
juga sedikit banyak masuk dalam konstitusi negara Indonesia. Contoh adanya
Undang-undang Agraria, kemudian munculnya Undang-undang Otonomi daerah,
yang pada intinya memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang sangat heterogen.
Tugas untuk menyelamatkan nasib negara ditetapkan oleh badan legislatif negara,
termasuk untuk mengatasi ketiadaan hukum umum yang kemudian diambil dari ide
dasar negara (Philip W. Romohr, 2006: 1965).
Filsafat hukum yang dikembangkan melalui ide dasar Pancasila akan dapat
mengakomodir berbagai kepentingan, berbagai suku, serta menyatukan perbedaan
ideologi dalam masyarakat yang sangat beraneka ragam. Sehingga dengan demikian
masyarakat Indonesia akan tetap dalam koridor satu nusa, satu bangsa, satu kesatuan,
satu bahasa, yang menjunjung nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan bertitik tolak dari
kerangka pemikiran filsafat hukum yang bercirikan mendasar, rasional, reflektif dan

2 http://statushukum.com/filsafat-hukum.html (diakses 17 September 2015)


3 http://konsultanku.com/?p=564 (diakses 17 september 2015)
komprehensif, diharapkan dapat membantu semua pihak dapat bersikap lebih arif dan
tidak terkotak-kotak keilmuannya yang memungkinkan dapat menemukan akar
masalahnya. Tahap selanjutnya diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam
mengatasi krisis yang menerpa bangsa Indonesia.
Kalau kita lihat dari fungsi filsafat hukum dalam perkembangan ilmu hukum
yaitu filsafat hukum memiliki beberapa karakteristik yang memberikan fungsi, yang
pertama adalah filsafat hukum dengan karakteristik yang bersifat menyeluruh artinya
adalah manusia yang mempelajari filsafat hukum diajak untuk berwawasan luas dan
terbuka dengan cara menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian orang lain tentu
yang diajarkan adalah pemikiran tentang hukum. Harapannya adalah ketika seseorang
menjadi ahli hukum ia tidak akan bersikap arogan dan apriori bahwa disiplin ilmu
yang dimilikinya lebih tinggi dibanding dengan disiplin ilmu yang lainnya. Yang
kedua adalah filsafat hukum yang memiliki sifat yang mendasar, fungsinya agar ahli
hukum dapat berfikir kritis dan radikal. Artinya adalah dalam menganalisis isu dan
masalah manusia diajak untuk memahami hukum yang tidak dalam arti hukum positif
sementara, karena orang yang mempelajari hukum dalam arti positif semata, ia tidak
akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara baik. Misalnya
apabila ia menjadi hakim, dikhawatirkan ia akan menjadi hakim corong undang-
undang belaka. Karakteristik yang ketiga adalah sifat filsafat hukum yang spekulatif.
Sifat ini mengajak manusia yang mempelajari filsafat hukum untuk berfikir inovatif,
selalu mencari sesuatu yang baru, tidak boleh diartikan sesuatu yang negatif atau
sembarangan meskipun salah satu ciri orang yang berpikir radikal adalah senang
dengan cara yang baru, namun tindakan spekulatif disini adalah tindakan yang terarah
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga hukum dapat
dikembangkan ke arah yang dicita-citakan bersama. Dan karakteristik yang terakhir
adalah filsafat hukum yang reflektif kritis.
Melalui sifat ini, filsafat hukum berfungsi untuk membimbing kita untuk
menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan kemudian mempertanyakan
jawaban itu secara terus-menerus. Jawaban tersebut seharusnya tidak sekadar
diangkat dari gejala-gejala yang tampak, tetapi sudah sampai kepada nilai-nilai yang
ada dibalik gejala-gejala itu. Analisis nilai inilah yang membantu ahli hukum untuk
menentukan sikap secara bijaksana dalam menghadapi suatu masalah yang konkrit
(Darji Darmodiharjo dan Sidharta, 1999: 16-18).
Fungsi filsafat hukum juga dapat ditemukan secara tegas dengan adanya mata kuliah
filsafat hukum dan etika profesi hukum. Mengapa fungsi filsafat hukum dikaitkan
dengan proses akademik pendidikan? Dalam konteks pendidikan, filsafat hukum
dipahami sebagai independen akademik subjek dengan subjek eksklusif yang khas
mencakup khusus bidang pengetahuan yang harus dipelajari dan dikuasai di dunia
profesional, dan sebagai salah satu media yang paling memadai untuk mengajarkan
bagaimana untuk berpikir sehat secara konvensional hukum dan juga dalam cara yang
ilmiah tentang hukum (Csaba Varga, 2009: 166).

Anda mungkin juga menyukai