Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT HUKUM

Dr. M. S. ANABERTHA SEMBIRING, SH, MH

SESI 3

KEDUDUKAN FILSAFAT
HUKUM DALAM FILSAFAT
DAN ILMU HUKUM

www.esaunggul.ac.id
Pengantar
 Pada awalnya pengetahuan filsafat dan ilmu
merupakan suatu kesatuan, keduanya cukup
disebut filsafat saja. Filsafat adalah studi tentang
semua pengetahuan, sehingga pada zaman
Renaissance /kelahiran kembali filsafat disebut
The Great Mother of the Sience;

www.esaunggul.ac.id
 Terdapat dua kutub berbeda sebagaimana terurai
dalam tulisan I Dewa Gede Atmadja (2013: 4-6);
 Mengutip pendapat dari Bellefroid dan Prof. O.
Notohamidjoyo yang mengelompokkan fisafat
hukum merupakan filsafat karena mengkaji
masalah-masalah hukum yang terpisah dari objek
kajian dari ilmu hukum;
 Pendapat para sarjana terkemuka lain Meuwissen
dan Ahmad Ali mengelompokkan filsafat hukum
adalah bagian dari ilmu hukum karena filsafat
hukum merupakan salah satu bidang kajian dari
ilmu hukum.

www.esaunggul.ac.id
Bellefroid berpendapat filsafat hukum dan sosiologi
hukum tidak dapat diperhitungkan sebagai ilmu-ilmu
hukum, melainkan ilmu-ilmu pembantu bagi ilmu
hukum;
objek ilmu hukum menurutnya meliputi: 1) Ilmu
hukum dogmatik, objeknya hukum positif atau
hukum yang ditetapkan otoritas negara; 2) sejarah
hukum, objeknya sistem hukum masa lampau; 3)
ilmu hukum perbandingan, objeknya dua atau lebih
sistem hukum, 4) politik hukum, objeknya kebijakan
hukum, mengkaji arah pembentukan hukum, 5)
ajaran hukum umum, objeknya pengertian-
pengertian dasar hukum;

www.esaunggul.ac.id
Ahmad Ali, menempatkan filsafat hukum merupakan bagian
dari ilmu hukum yaitu ius constituendum yang mengkaji
tentang hal-hal yang ideal dalam hukum, objeknya law in
idea, selain itu Ilmu hukum lainnya adalah ius constitutum,
dan ius operatum.
Meuwissen, berpendapat filsafat hukum merupakan tataran
abstraksi refleksi teoritikal yang peringkat keabstrakannya
berada pada tataran tertinggi, oleh karena itu meresapi
semua bentuk pengusahaan hukum teoritikal dan
pengusahaan hukum praktikal. Argumentasinya, bahwa
pengembangan hukum teoritikal adalahan kegiatan
memahami, mengusai hukum secara intelektual dengan
metoda logik sistematikal, rasional kritikal, dan refleksi
praktikal adalah kegiatan manusia berkenaan dengan
berlakunya hukum dalam realitas kehidupan sehari-hari.

www.esaunggul.ac.id
[Sugijanti Darmadi, 1998:18],
Pada dimensi lain dari tataran ilmu dan filsafat,
pemisahan antara keduanya hanya bersifat
pemisahan derajat dan bukan pemisahan jenis
(Olson, 1967:16), sehingga filsafat hukum sebagai
suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum
hanyalah suatu pembatasan akademik dan
intelektual saja dalam usaha studi dan bukan
menunjukkan hakekat dari filsafat hukum itu sendiri.

www.esaunggul.ac.id
PERTANYAAN:
FH, APAKAH CABANG DARI FILSAFAT ATAU
ILMU HUKUM?

• FILSAFAT • ILMU HUKUM

www.esaunggul.ac.id
Menurut A. Ghofur Anshori, (2009:7), filsafat dalam hal ini
termasuk filsafat hukum membedakan sifatnya
dengan ilmu-ilmu lain:
• Pertama, Filsafat memililki karakteristik yang bersifat
menyeluruh. Dengan cara berpikir yang
holistikmahasiswa atau siapa saja yang mempelajari
filsafat hukum diajak untuk berwasawan luas dan
terbuka. Mereka diajak untuk menghargai
pemikiran ,pendapat, dan pendirian orang lain,
sehingga sebagai sarjana hukum diharapkan tidak
akan bersikap arogan dan apriori bahwa disiplin ilmu
yang dimilikinya lebih tinggi dibandingkan dengan
disiplin ilmu lainnya;

www.esaunggul.ac.id
• Kedua, filsafat hukum memiliki sifat yang
mendasar, artinya dalam menganilsis suatu
masalah, kita diajak untuk berpikir kritis dan
radikal. Mereka yang mempelajari FH diajak
untuk memahami hukum tidak dalam arti positif
semata. Orang yang mempelajari hukum positif
saja tidak akan mampu memanfaatkan dan
mengembangkan hukum secara baik apabila
menjadi hakim;

www.esaunggul.ac.id
• Ketiga, filsafat bersifat spekulatif. Sifat ini tidak boleh
diartikan secara negatif sebagai sifat gambling. Bahwa
semua ilmu berkembang dan bermula dari sifat
spekulatif. Sifat ini mengajak mereka yang mempelajari
filsafat hukum untuk berpikir inovatif, selalu mencari
sesuatu yang baru, tindakan spekulatif dimaksud
adalah tindakan yang terarah, yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan berpikir
spekulatif dalam arti positif itulah hukum dapat
dikembangkan ke arah yang dicita-citakan bersama.

www.esaunggul.ac.id
 Ciri lain, sifat filsafat yang reflektif kritis. Melalui sifat ini
filsafat hukum berguna membimbing kita untuk
menganalis masalah-masalah hukum secara rasional dan
kemudian mempertanyakan jawaban secara terus
menerus. Jawaban tersebut seharusnya tidak sekedar
diangkat dari gejala gejala yang tampak, tetapi sudah
sampai kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala itu.
Analisis nilai inilah yang membantu kita untuk
menentukan sikap secara bijaksana dalam menghadapi
suatu masalah.

www.esaunggul.ac.id
Ciri-ciri ilmu hukum (Sugianto Darmadi, 1998: 19 – 21);

• Ilmu hukum sebagai ilmu lebih memusatkan perhatian pada gejala-gejala


yang bersifat factual yakni gejala-gejala yang dapat dialamai dan diamati
minimal oleh panca indera manusia, pada gejala-gejala yang bersifat
natural yakni gejala alamiah yang dapat terjadi berulang , teratur,
terukur, dan dapat diramalkan dan terjadi secara kausal;
• Ilmu lebih mementingkan kesetiaan pada kebenaran fakta yang dapat
diukur minimal dengan pancaindera manusia, filsafat selaku mengacu
pada koherensi sebagai wujud sifatnya yang kritis.
• Metode ilmu adanya observasi atau pengamatan, bukan seperti filsafat
dengan metode refleksi atau perenungan yang mempergunakan
pemikiran spekulatif dan kritis;

www.esaunggul.ac.id
Thomas Morawetz , 1980:9, menjelaskan tentang
perbedaan filsafat hukum dan ilmu hukum:
• Tinjauan filosofis terhadap hukum sebagai gejala atau realitas yang
dihadapi manusia tidak terbatas pada mendeskripsikan hukum
sebagaimana dimengerti atau dipraktekkan pada umumnya, melainkan
berusaha memperlihatkan atau memperjelas asumsi dibalik gejala hukum.
• contoh:
 menegakkan hukum. Untuk itu ia berusaha menerapkan norma hukum
sebagaimana disepakati atau ditetapkan oleh badan yang berwenang. Tetapi apa
itu hukum? Setiap hakim dapat saja berbeda pendapat tentang apa itu hukum.
Hakim A mengatakan hukum adalah norma yang ditetapkan oleh penguasa. Hakim
B mengatakan, hukum adalah norma secara niscaya mengandung keadilan. Hakim
C mengatakan bahwa hukum adalah apa saja yang memuat atau atau berisi
keinginan pembuat hukum apa pun bentuknya

www.esaunggul.ac.id
hakim dapat mengklaim bahwa keputusan yang
diambilnya adil, dan ia memang harus mendasarkan
pertimbangannya pada asas keadilan. Akan tetapi
pertanyaan apa itu keadilan bukan focus utama
seorang hakim, maksudnya tugas pokok seorang
hakim bukanlah membedah konsep keadilan atau
menggali secara mendalam pengertian keadilan
meskipun pemahaman tentang keadilan tetap
penting dimilikinya..
seorang pembayar pajak yang mengatakan bahwa
tanggung jawabnya membayar pajak sesuai apa
yang dikatakan hukum, sementara apakah hukum itu
adil atau tidak adil tidak pernah menjadi titik sentral
keperduliannya sebagai pembayar pajak
www.esaunggul.ac.id
(Murphy & Coleman, 1990:2)
 Materi yang menjadi pokok bahasan filsafat
hukum sebetulnya mudah diidentifikasi yakni
ketika seseorang mengajukan pertanyaan
tentang hukum dan di dalamnya tercakup hal
normative atau analisis konsep yang digunakan
dalam dunia hukum, maka orang itu
sesungguhnya sudah memasuki wilayah
filsafat hukum (Murphy & Coleman, 1990:2).

www.esaunggul.ac.id
Terima Kasih

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai