Semester/Kelas : VIII / Semester Antara Hari/Tanggal : Waktu : Dosen Penguji : Dr. Dyah Ersita Yustanti, S.H., M.H. Jabt. Fungsional Akd. : -
Dilarang membuka buku/catatan.
Cantumkan nomor urut daftar hadir ujian di lembar jawaban. Soal dikumpulkan kembali beserta lembar jawabannya.
Soal Ujian:
NAMA: GERRY M. HISYAM ULAYYA
NPM: 010119323
1. Hugo de Groot (Grotius) dikenal sebagai Bapak Hukum Internasional
karena berhasil meletakkan konsep-konsep hukum dalam hubungan antar negara, seperti hukum perang, hukum damai, serta hukum laut. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang bagaimana politik luar negeri Republik Indonesia dan apa yang saudara ketahui tentang G 20 yang akan diselenggarakan di Indonesia serta bagaimana menurut pendapat kalian tentang posisi Indonesia saat ini di mata dunia. Jawaban: Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna mencapai tujuan nasional. 2. Dalam aliran Hukum Realisme, terkenal dengan konsep yang radikal tentang proses peradilan bahwa hakim itu tidak saja menemukan hukum namun juga menciptatakan hukum (judge made the law). Berikan penjelasan saudara tentang aliran Hukum Realisme yang dianut oleh Indonesia serta berikan nama peraturan perundang-undangnya. Jawaban: Latar belakang realisme hukum dapat diletakkan pada teori keputusan dari John Chipman Gray. Kata-kata terkenal dari John Chipman Gray ialah All the law is Judge-made law. Realisme hukum (legal realism) muncul di awal abad 20. Realisme hukum pada hakikatnya bukan merupakan suatu aliran melainkan suatu gerakan, yaitu gerakan yang dipelopori terutama oleh sejumlah hakim. Gerakan ini diawali oleh sejumlah hakim yang menentang positivisme hukum atau analytical jurisprudence. Gerakan realisme hukum ini berpusat di Amerika Serikat, sehingga di sana dinamakan American Legal Realism, walaupun di beberapa negara Eropa ada pula gerakan-gerakan semacam itu. Oleh Lili Rasjidi dikemukakan ciri-ciri realisme hukum, yaitu sebagai berikut: 1. Realisme hukum bukanlah suatu aliran atau madzab dalam filsafat hukum. Realisme hukum adalah suatu gerakan (movement) dalam cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum; 2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial maka tiap bagiannya harus diselidiki mengenai tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti bahwa keadilan sosial lebih cepat mengalami perubahan daripada hukum; 3. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara Sollen dan Sein untuk keperluan suatu penyelidikan. Agar penyelidikan itu mempunyai tujuan maka hendaknya diperhatikan adanya nilai-nilai itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak pengamat maupun tujuan-tujuan kesusilaan; Contoh: UU Kekuasaan Pokok Kehakiman 3. Berikan penjelasan apa yang saudara ketahui tentang aliran sociological jurisprudence dikaitkan dengan teori hukum pembangunan yang disampaikan oleh Prof. Mochtar Kusuma Atmadja. Jawaban. Tokoh aliran socio;ogical jurfisprudence yang lain adalah Roscoe Pound yangb berpendapat bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu kelembagaan kemasyarakatan yang berfungsi memenuhi kenutuhan sosial. Pokok-pokok pikiran yang melandasi konsep tersebut adalah bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaharuan memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan bahwa hukum dalam arti norma diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan itu. Oleh karena itu, maka diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang berbentuk tidak tertulis itu harus sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Lebih jauh, Mochtar berpendapat bahwa pengertian hukum sebagai sarana lebih luas dari hukum sebagai alat karena: Di Indonesia peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum lebih menonjol, misalnya jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khususnya putusan the Supreme Court) pada tempat lebih penting. Konsep hukkum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penerapan “legisme” sebagaimana pernah diadakan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukkan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu. Apabila “hukum” di sini termasuk juga hukum internasional, maka konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan jauh sebelum konsep ini diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan hukum nasional. 4. Aliran Utilitarianisme adalah aliran hukum yang menempatkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Teori ini digagal antara lain oleh Jeremi Bentham. Menurut Bentham, tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan terbesar kepada sebanyak- banyaknya warga masyarakat. Bagaimana pendapat saudara tentang teori Bentham ini dikaitkan dengan Pancasila yang merupakan falsafah bangsa Indonesia. Jawaban: Menurut pakar sejarah, adalah Richard Cumberland, seorang filosof moral Inggris abad ke 17 yang dianggap sebagai orang pertama yang menggagas paham utilitarianisme. Kemudian Francis Hutcheson memberikan sentuhan teori yang lebih jelas mengenai paham ini. Dia bukan hanya menganalisis bahwa perbuatan yang baik itu adalah yang memberikan manfaat kepada banyak orang (the greatest happiness for the greatest numbers), tapi juga mengusulkan apa yang ia sebut sebagai “moral arithmetic” untuk mengkalkulasinya. Pengembangan teori ini selanjutnya dilakukan oleh David Hume, filosof dan sejarawan Skotlandia. Namun, Bentham dianggap sebagai figur yang secara utuh dan komprehensif mampu memformulasikan dan kemudian mempopulerkan paham utililitarianisme. 5. Salah satu tokoh dari aliran atau mazhab formalisme atau positivisme adalah Hans Kelsen dengan teorinya yaitu teori hukum murni. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang teori hukum murni. Jawaban: Hans Kelsen dalam teorinya yakni teori hukum Murni adalah keinginan untuk membebaskan ilmu hukum dari anasir-anasir atau unsur- unsur social, ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. Hukum diwajibkan bebas nilai, dan harus terbebas dan tidak tercemari oleh unsur- unsur yang bersifat ideologis. Teori Hukum Murni dari Kelsen muncul setelah munculnya teori hukum kodrat, pemikiran tentang moral yang disebut "the Golden Rule", mazhab sejarah hukum, mazhab utilitarianisme hukum, mazhab sosiologi hukum, Analytical Jurisprudence dari Austin dan mazhab realisme hukum Amerika Serikat dan Skandinavia. Teori Hukum Murni adalah suatu teori positivistik di bidang hukum dan merupakan kritik terhadap teori hukum kodrat, teori tradisional di bidang hukum, sosiologi hukum dan Analytical Jurisprudence. Teori Hukum Murni juga tidak sependapat dengan pemikiran realisme hukum Amerika Serikat. Sebagai kritik terhadap teori hukum kodrat, Teori Hukum Murni melepaskan hukum dari relik-relik animisme yang menganggap alam sebagai legislator dan melepaskan hukum dari karakter ideologis menyangkut konsep keadilan dan atau value judgment. Teori hukum murni berupaya menghindari pencampuradukkan dengan berbagai disiplin ilmu yang berlainan metodologi dan membatasi pengertian hukum dalam posisinya yang eksklusif. Bukan lantaran teori ini mengabaikan atau memungkiri kaitannya dengan bidang-bidang yang lain, melainkan karena ia hendak meniadakan batas-batas yang ditetapkan pada ilmu hukum berdasarkan pokok bahsannya. Teori hukum murni adalah teori hukum positif, yang dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan tujuan hukum. teori ini berupaya menjawab pertanyaan apa itu hukum dan bagaimana ia ada, bukan bagaimana semestinya ia ada. Teori hukum murni adalah ilmu hukum (yurisprudensi), bukan politik hukum. Disebut teori hukum "murni" karena ia hanya menjelaskan hukum dan berupaya membersihkan obyek penjelasannya dari segala hal yang tidak bersangkut paut dengan hukum. Tujuan teori ini adalah membersihkan ilmu hukum dari unsur-unsur asing. Inilah landasan metodologis dari teori itu. Buku ini membahas hukum dan alam, mengkaji hukum dan moral, mendiskusikan hukum dan ilmu pengetahuan, menyajikan aspek statis hukum, dsb.