TUJUAN HUKUM
1. Mazhab Hukum Alam
Aliran atau Mazhab Hukum Alam merupakan aliran yang tertua dalam
sejarah pemikiran manusia tentang hukum. Aliran ini berpandangan
bahwa selain hukum positif (hukum yang berlaku di masyarakat) yang
merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang lain yaitu hukum
yang berasal dari Tuhan.
Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam
mencari keadilan yang absolut. Menurut para penganut aliran ini, Hukum
Alam bersifat universal dan abadi, berlaku sepanjang masa dan berlaku
bagi semua bangsa. Hukum Alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang
sengaja dibentuk oleh manusia, sehingga hukum yang berlaku di
masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam.
Pendapat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia. Aquinas
berpendapat bahwa ada dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama,
yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal dan pengetahuan
iman yang berpangkal pada wahyu Ilahi. Menurut Aquinas ada empat
macam hukum, yaitu:
1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex eterna ke
dalam rasio manusia.
4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia
di dunia.
Pelopor Mazhab Sejarah adalah Friedrich Karl von Savigny yang kemudian
dikembangkan oleh Puchta dan Henry Summer Maine.
Mazhab Sejarah dipelopori oleh seorang ahli hukum bangsa Jerman Friedrich
Karl von Savigny. Menurut Savigny di dunia ini terdapat beragam bangsa
dimana tiap bangsa memiliki volksgeist atau jiwa bangsanya masing-masing.
Aneka ragam jiwa bangsa tersebut dapat dilihat melalui berbagai ragam
bahasa, adat istiadat dan organisasi sosial masyarakat yang dimiliki oleh tiap
bangsa. Perbedaan jiwa bangsa tersebut juga menimbulkan perbedaan
pandangan tentang keadilan.
Ada beberapa catatan yang perlu kita ketahui mengenai pemikiran Savigny:
Roscoe Pound terkenal sebagai pencetus teori hukum sebagai alat untuk
merekayasa masyarakat (law as a tool of social engineering). Pemikiran Pound
berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat. Menurut Pound, kepentingan-kepentingan yang harus
dilindungi oleh hukum secara sistematis dapat dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu:
Mazhab hukum positif menurut Hans Kelsen yang diikuti Lili Rasyidi
merupakan suatu teori tentang hukum yang senyatanya dan tidak
mempersoalkan senyatanya itu, yakni apakah senyatanya itu adil atau tidak
adil. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hukum positif merupakan kebalikan
dari hukum alam. Sebab, mazhab ini mengidentikkan hukum dengan
undang-undang. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang
Ada dua corak dalam Positivisme Hukum, yaitu Aliran Hukum Positif Analitis
(Analytical Jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin dan Aliran
Hukum Murni (Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh Hans Kelsen.
Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran
dalam filsafat hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas
antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang
seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme Hukum sangat
mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap bahwa tidak ada
norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam
masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Sikap penganut aliran ini
dilatarbelakangi oleh penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan
yang menciptakan hukum tertulis, mereka menganggap kekuasaan itu
adalah sumber hukum dan kekuasaan adalah hokum.
Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin
John Austin adalah pelopor dari Aliran Hukum Positif Analitis yang
menyatakan bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat
hukum terletak pada unsur perintah itu. Austin memandang hukum sebagai
suatu sistem yang tetap, logis dan tertutup. Hukum adalah perintah yang
mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Ia menyatakan bahwa hukum
dan perintah lainnya berjalan dari atasan (superior) dan mengikat atau
mewajibkan bawahan (inferior). Pihak superior yang menentukan apa yang
diperbolehkan dan kekuasaan superior memaksa orang lain untuk
mentaatinya. Superior mampu memberlakukan hukum dengan cara
menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah laku orang lain ke arah yang
diiinginkannya. Austin berpandangan bahwa hukum adalah perintah yang
memaksa, yang dapat saja bijaksana dan adil atau sebaliknya.
Austin membedakan hukum menjadi dua jenis, yaitu hukum dari Tuhan
untuk manusia dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat
oleh manusia kemudian dibedakan lagi menjadi: