Anda di halaman 1dari 11

MAZHAB-MAZHAB PEMIKIRAN DALAM SOSIOLOGI HUKUM

Tugas Terstuktur Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Hukum


Dosen Pengampu : Dr. Bani Syarif Maula, M. Ag.

Disusun oleh:

Luluul Khudzaifah 214110301009

Ismaul Atikoh 214110301030

Syifa Aamalia Arif Fiyanti 214110301053

Devi Ma’rifatun Nisa 214110301054

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM


PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2023
A. PENDAHULUAN
Sosiologi hukum berasal dari kata sosio yang artinya masyarakat dan logos yang
artinya ilmu, dan hukum yang berarti aturan atau norma. Ilmu ini membahas mengenai
perilaku masyarakat akan hukum dan mempelajari tentang hubungan antar gejala-gejala
sosial. yang mana gejala sosial ini muncul karena adanya pranata social. Gejala sosial
merupakan perilaku masyarakat yang timbul karena adanya pranata agama yang menunjukan
keagamaannya, sehingga munculah kelompok-kelompok seperti Nahdatul Ulama,
Muhammadiyah, LDII dan lain sebagianya. Pranata sosial seperti pranata agama yakni
dibuktuikan dengan munculnya tempat-tempat ibadah dan juga pranata Pendidikan dengan
adanya sekolah dan Lembaga Pendidikan tinggi.
Sosiologi hukum adalah bagian dari ilmu sosiologi yang mempelajari masyarakat
dengan hukum dan hukum dengan masyarakat. dahulu sebelum adanya undang-undang lalu
lintas masyarakat tidak memakai helm lalu kemudian masyarakat harus memakai helm
berstandar nasional. Perilaku masyarakat bisa berubah karena adanya suatu hukum yang
berlaku.
Ketertarikan antara masyarakat dengan hukum membuat masyarakat patuh pada
hukum yang berlaku masyarakat juga bisa meengubah suatu peraturan yang sedang dibuat
atau direncanakan. Undang-undang nomer 1 tahun 2023 RUU KUHP. “masyarakat
mempengaruhi hukum dengan acara melakukan demontrasi yang mana jika peraturan tersebut
dirasa merugikan warga negara” 1 . Contohnya peraturan yang dulu memuat peraturan
mengenai usia perkawinan yangmana usia minimal untuk seorang perempuan menikah adalah
16 tahun dan usia laki-laki siap menikah adalah 17 tahun dan diganti dengan peraturan baru
usia perempuan siap menikah adalah 21 tahun dan laki-laki 22 tahun.

1
Undang-undang nomor 1 tahun 2023 RUU KUHP
B. PEMBAHASAN
1. ALIRAN-ALIRAN DALAM SOSIOLOGI HUKUM

Sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh seseorang berkebangsaan


Italia yang bernama Anzilotti pada tahun 1882. Sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil-
hasil pemikiran para ahli pemikir baik di bidang filsafat (hukum), ilmu maupun sosiologi.

1. Mazhab Formalistis
Kaum Positivis Berpendapat bahwa hukum dan moral merupakan dua bidang yang
terpisah serta harus dipisahkan. Beberapa pendapat para ahli John Austin mengatakan bahwa
hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang
memegang kedaulatan. Hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur makhluk
berpikir, dimana perintah dilakukan oleh makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai
kekuasaan.
Hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup, dan oleh karena
itu ajarannya dinamakan analytical jurisprudence. Analytical Jurisprudence dibagi dua yaitu
hukum yang dibuat oleh Tuhan dan hukum yang disusun oleh Manusia. Hukum yang disusun
oleh manusia dibedakan menjadi dua, yaitu hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak
sebenarnya. 2 Hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dibuat oleh penguasa bagi
pengikut- pengikutnya dan hukum yg disusun oleh individu- individu guna melaksanakan
hak-hak yang diberikan kepadanya. Hukum mengandung empat unsur, yaitu perintah, sanksi,
kewajiban dan kedaulatan. Hukum yang tidak sebenarnya bukanlah merupakan hukum yang
secara langsung berasal dari penguasa, akan tetapi merupakan peraturan- peraturan yang
disusun oleh perkumpulan- perkumpulan atau badan- badan tertentu. Suatu sistem hukum
sebagai suatu sistem pertanggapan dari kaidah- kaidah dimana suatu kaidah hukum tertentu
akan dapat dicari sumbernya pada kaidah hukum yg lebih tinggi derajatnya. Kaidah yg
merupakan puncak dari sistem pertanggapan dinamakan kaidah dasar
atau Grundnorm.Penamaan teori murni tentang hukum murni mempunyai makna tersendiri
untuk menyatakan bahwa hukum berdiri sendiri terlepas dari aspek- aspek kemasyarakatan

2
Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta), 1994 hal 44.
yang lain. Yang bermaksud menunjukkan bagaimana hukum itu sebenarnya tanpa
memberikan penilaian apakah hukum itu cukup adil atau kurang adil.
2. Mazhab Sejarah dan Kebudayaan
Hukum hanya dapat dimengerti dengan menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan
dimana hukum itu timbul. Beberapa pendapat para ahli Friedrich Karl Von Savigny seorang
ahli ilmu sejarah hukum mengatakan Hukum merupakan perwujudan dari Kesadaran hukum
masyarakat (volksgeit) Semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan bukan dari
pembentuk UU. Dan juga Sir Henry Maine dalam bukunya Ancient Law Perkembangan
hukum dari status ke kontrak yang sejalan dengan perkembangan masyarakat sederhana ke
masyarakat yang modern dan kompleks. Hubungan-hubungan hukum yang didasarkan pada
status warga- warga masyarakat yang masih sederhana, berangsur- angsur akan hilang apabila
masyarakat tadi berkembang menjadi masyarakat yang modern dan kompleks3.
3. Aliran Utilitarianism
Tokohnya yaitu Jeremy Bentham. Teorinya mengatakan bahwa manusia bertindak
untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. setiap kejahatan harus
disertai dengan hukuman yang sesuai dengan kejahatan tersebut, dan derita yang dijatuhkan
tidak lebih dari pada apa yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Pembentuk
hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga masyarakat secara
individiual.4 Kelemahannya setiap manusia tidak mempunyai ukuran yang sama mengenai
keadilan, kebahagiaan dan penderitaan.
4. Aliran Sociological Jurisprudence
Pelopor aliran ini yaitu Eugen Ehrlich, Teorinya menjelaskan mengenai pembedaan antara
hukum positif dengan Hukum yang hidup (living law) atau pembedaan antara kaidah- kaidah
hukum dengan kaidah- kaidah sosial lainnya. Bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila
selaras dengan hukum yang ada dalam masyarakat. Pusat perkembangan dari hukum bukanlah
terletak pada badan-badan legislatif, keputusan- keputusan badan yudikatif ataupun Ilmu
hukum, akan tetapi terletak justru terletak dalam masyarakat itu sendiri. Dan sependapat
dengan Roscoe Pound yang mengatakan bahwa hukum harus dilihat dan dipandang sebagai
suatu lembaga Kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan
Sosial, sedangkan tugas dari ilmu hukum yaitu untuk memperkembangkan suatu kerangka
dimana kebutuhan- kebutuhan Sosial terpenuhi secara maksimal. Konsepnya yg terkenal

3
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 1997, hal 76.

4
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 1997, hal 77.
adalah law as a tool of Social engineering artinya hukum sebagai alat untuk mewujudkan
perubahan- perubahan di bidang sosial. maknanya saat itu bahwa fungsi hukum adalah untuk
Merubah perilaku (sikap mental) warga masyarakat Amerika serikat yg rasial dan
diskriminasi.
5. Aliran Realisme Hukum
Para tokohnya yaitu, Karl Llewellyn, Jerome Franks, Justice Oliver Mendell. Teorinya
mengenai konsep yang radikal tentang proses peradilan dengan menyatakan bahwa hakim-
hakim tidak hanya menemukan hukum akan tetapi membentuk hukum. Seorang hakim harus
selalu memilih, dia yang menentukan prinsip-prinsip mana yg dipakai dan pihak- pihak mana
yang akan menang. Keputusan- keputusan hakim seringkali mendahului penggunaan prinsip-
prinsip hukum yg formal. Keputusan- keputusan pengadilan dan doktrin hukum Selalu dapat
diperkembangkan untak menunjang perkembangan atau hasil- hasil proses hukum. Karl
Llewellyn mengembangkan teori tentang hubungan antara peraturan- peraturan hukum
dengan perubahan- perubahan sosial yg terjadi dalam masyarakat. Pendapatnya bahwa tugas
pokok dari pengadilan adalah menetapkan fakta dan rekonstruksi dari kejadian-kejadian yang
telah lampau yang menyebabkan terjadinya perselisihan.

2. PELETAK-PELETAK DASAR SOSIOLOGI HUKUM


1) Durkheim di Eropa
Durkheim banyak memberikan . Sosiologi hukum itu harus membedakan antara jenis-
jenis hukum. Klasifikasi pertama yang perlu diadakan ialah antara hukum yang bersesuaian
dengan kesetiakawanan mekanis atau kesetiakawanan karena perbedaan. Hukum yang
bersesuaian dengan kesetiakawanan mekanis ialah hukum pidana dan hukum yang
bersesuaian dengan kesetiakawanan organis ialah hukum keluarga, kontrak dan dagang,
hukum prosedur, hukum administratif dan konstitusionil5.
Sanksi yang sifatnya mengekang (repressive) adalah suatu sanksi yang berarti suatu
celaan dari masyarakat, suatu penghinaan terhadap kehormatan, baik dalam bentuk hukuman
mati atau hukuman badan, penghapusan kemerdekaan dan lain-lain atau semata-mata
pencelaan dimuka umum. Sebaliknya sanksi-sanksi yang bersifat memulihkan, melindungi
diferensiasi masyarakat dalam fungsi-fungsi yang khusus, dalam kelompok-kelompok yang
kecil, dalam kegiatan-kegiatan pribadi. Mazhab-Mazhab Pemikiran Dalam Sosiologi Hukum

5
Shalihah, fithriartus, sosiologi hukum. Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2017, hal 18
yang diindividualiskan. Hukum restitutif menjamin pembagian bebas kerja sosial, yang
sendirinya merupakan suatu akibat: “diasosiasikan dengan idaman kolektif yang lebih luwes,
yang membolehkan pengkhususan”.
2) Max Weber
Menurut Max Weber semua sosiologi hukum dieduksikan menjadi kemungkinan-
kemungkinan atau “kesempatan-kesempatan” dari kelakuan sosial. menurut suatu sistem yang
koheren dari aturan-aturan yang diselenggarakan oleh ahli hukum bagi suatu tipe masyarakat
tertentu. Pendekatan Weber terhadap penggunaan metode pemahaman secara interpretatif
dalam arti-arti bathin perbuatan-perbuatan untuk sosiologi, suatu metode yang bermanfaat
bagi perdamaian dan kerjasama antara sosiologi hukum dan filsafat hukum6.
3) Benjamin Cardoso
Benjamin Cardoso Sosiologi hukum Hakim Cardoso ini bertolak dari perenungan
tentang perlunya memperbaharui teknik hukum yang actual dengan menutup jurang antara
teknik hukum itu dan kenyataan hukum yang hidup saat ini. Karyanya pertamanya, yang
diberi judul The Nature of Judicial Proses bertujuan untuk menunjukan bahwa
“ketidaktetapan yang semakin bertambah oleh keputusan pengadilan” adalah suatu
manisfestasi yang tidak dapat dicegah dari kenyataan bahwa proses pengadilan “bukanlah
penemuan, melainkan penciptaan” penciptaan yang diperhebat oleh situasi sesungguhnya dari
kehidupan hukum. Situasi ini terdiri atas kenyataan “bahwa untuk setiap tendensi
kelihatannya orang harus mencari tendensi-lawan, dan bagi setiap peraturan harus dicarikan
lawannnya pula. Ia menyatakan bahwa “adat kebiasaan” hanya menjadi hukum jika menadpat
sanksi atau mampu mengadakan sanksi demi pengadilan. Ia bersandar pada definisi Holmes
tentang hukum sebagai suatu ramalan tentang apa yang akan dilakukan oleh pengadilan.
Menurut Cardozo, cukup memadai untuk menentapkan kemungkinan berhasil bahwa adat
kebiasaan pada suatu hari akan dapat berwujud sebagai suatu pertimbangan untuk
menganggapnya sebagai hukum7.
Buku Cardozo, Paradoxes of Legal Sciences yang paling berkesan dari antara karya-
karyanya, maju selangkah lagi ke arah sosiologi hukum yang bebas dari tehnik yuridis
(yurisprudensi) dan yang bertugas sebagai satu dasarnya. Bahwa sosiologi hukum haruslah
dibimbing oleh kesadaran. Dinamisme yang serba nisbi dan anti konseptualisme mulai
menguasai pemikiran-pemikiran terkahir Cardozo, yang disokong oleh suatu renungan

6
Shalihah, fithriartus, sosiologi hukum. Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2017, hal 24
7
Fitriatus, Shalihah, sosiologi hukum. Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2017 hal 27
tentang partikularisme, kekhususan, nilai-nilai konkret, dan oleh pluralisme, kemajemukan
sosiologis8.

C. REALISME HUKUM

Realisme berasal dari kata "res" yang merupakan bahasa latin dan memiliki arti benda
atau sesuatu. Sedangkan definisi secara umum dari realisme adalah upaya melihat segala
sesuatu sebagaimana adanya tanpa idealisasi, spekulasi, ataupun idolasi. Realisme juga berarti
penerimaan akan suatu fakta apa adanya sekalipun bukan sesuatu yang baik atau
membahagiakan. Bila dikaitkan dengan definisi hukum, maka realisme hukum berarti suatu
pandangan yang melihat hukum sebagaimana adanya tanpa idealisasi dan spekulasi atau
hukum positif yang berkerja dan berlaku. Dengan ini dapat disimpulkan maka realisme hukum
merupakan pandangan yang mengusahakan menerima sesuatu atau hal apa adanya mengenai
hukum.
Beberapa tokoh pendasar yaitu John Chimpan Gray, Oliver Wendell Holmes, Karl
Liewellyn, Jerome Frank, dll. Menurut Rescound Pound, hukum hanya yang sanggup
menghadapi ujian akal dapat hidup terus. Yang menjadi unsur kekal dalam hukum itu hanya
pertanyaan pertanyaan akal yang berdiri di atas pengalaman dan di uji oleh pengalaman.
Hukum adalah pengalaman yang diatur dan di kembangkan oleh akal, yang diumumkan
dengan wibawa oleh badan yang membuat undang undang atau mengesahkan undang undang
dalam masyarakat yang berorganisasi politik dan dibentuk oleh kekuasaan masyarakat.
Menurut Liewellyn mengemukan ciri ciri dari realisme hukum adalah9 :
1. Realisme bukanlah suatu aliran madzhab, realisme adalah suatu gerakan dalam cara berpikir
dan cara berkerja tentang hukum.
2. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah ubah dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan sosial. Maka tiap bagiannya harus diselidiki mengenai tujuan maupun
hasilnya. Hal ini berarti keadaan Sosial lebih cepat mengalamai perubahan dari pada hukum.
3. Realisme mendasarkan ajaran atas pemisahan sementara antara Sollen dan Sein untuk
keperluan penyidikan. Agar penyidikan mempunyai tujuan, maka hendaknya diperhatikan
adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-nilai harus umum dan tidak boleh dipengaruhi
oleh kehendak pengamat maupun tujuan kesusilaan.

8
Fitriatus, Shalihah, sosiologi hukum. (Depok : PT Raja Grafindo Persada), 2017 hal 28
9
Fitriatus, Shalihah, sosiologi hukum.( Depok : PT Raja Grafindo Persada), 2017, hal 29
4. Realisme tidak mendasar kepada konsep hukum tradisional karena realisme bermaksud
melukiskan apa yang dilakukan sebenarnya oleh pengadilan dan orangnya. Untuk itu, definisi
dalam peraturan yang merupakan ramalan umum tentang apa yang dikerjakan oleh
pengadilan. Sesuai dengan keyakinan ini, maka realisme menciptakan penggolongan perkara
dan keadaan hukum yang lebih kecil jumlahnya dari pada penggolongan di masa lampau.
5. Gerakan realisme menekankan bahwa pada perkembangan setiap bagian hukum haruslah
diperhatikan dengan seksama akibatnya.
Dengan adanya pendapat dari John Chipman Gray dan Oliver Wendell Holmes yang
merupakan eksponen-eksponen gerakan realisme. Barang kali akan lebih jelas dasar
pemikiran hukum yang menjadi inti ajarannya. Kedua tokoh ini, walaupun juga penganut
paham positivisme hukum. Mereka menempatkan undang-undang sebagai sumber utama
hukum. Mereka menempatkan hakim sebagai titik pusat perhatian dan penyelidikan hukum.
Selain unsur logika yang memegang faktor penting dalam pembentukan perundang-
undangan, juga unsur kepribadian, prasangka, dan unsur lain diluar logika berpengaruh sangat
besar10. Gray membuktikan teorinya itu dengan mengemukan contoh dari sejarah hukum di
inggris dan amerika serikat yang menunjukan besarnya pengaruh faktor-faktor politik,
ekonomi, dan kualitas individual hakim, terhadap penyelesaian hal-hal penting bagi jutaan
orang selama ratusan tahun. Slogan terkenal dari John Chimpan Gray adalah All the law is
judge made law sumber hukum pertama adalah putusan-putusan hakim. Selain di Amerika
serikat, di Skandinavia pun berkembang aliran semacam yang dipelopori oleh Axel
Hegerstom, Olivercorna, Lunstedt, dan Ross. Ciri-ciri gerakan ini ialah menolak berlakunya
suatu hukum alam, merupakan filsafat yang mengkritik metafisika umum.

10
Lili Rasjidi., (2019). Filsafat Hukum : Apa itu hukum?, Bandung : PT Raja Grafindo Persada hal. 25
KESIMPULAN

Sosiologi merupakan sebuah bidang ilmu yang membahas mengenai perilaku


masyarakat akan hukum dan mempelajari tentang hubungan antar gejala-gejala sosial. yang
mana gejala sosial ini muncul karena adanya pranata social. Gejala sosial merupakan perilaku
masyarakat yang timbul karena adanya pranata. Sosiologi hukum adalah bagian dari ilmu
sosiologi yang mempelajari masyarakat dengan hukum dan hukum dengan masyarakat.
Sosiologi hukum pada hakikatnya lahir dari hasil- hasil pemikiran para ahli pemikir baik di
bidang filsafat (hukum), ilmu maupun sosiologi.
Aliran-aliran dalam sosiologi hukum yang pertama Mazhab Formalistis, yang
didalamnya terdapat Kaum Positivis yang menganggap bahwa Hukum adalah perintah yang
dibebankan untuk mengatur makhluk berpikir, dimana perintah dilakukan oleh makhluk
berpikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Mazhab sejarah dan kebudayaan
mengatakan Hukum merupakan perwujudan dari Kesadaran hukum masyarakat
(volksgeit) Semua hukum berasal dari adat istiadat dan kepercayaan bukan dari pembentuk
UU. Mazhab utialism mengatakan Pembentuk hukum harus membentuk hukum yang adil
bagi segenap warga masyarakat secara individiual. Aliran Sociological Jurisprudence
Konsepnya yg terkenal adalah law as a tool of Social engineering artinya hukum sebagai alat
untuk mewujudkan perubahan- perubahan di bidang sosial.
Peletak dasar sosiologi hukum anatara lain Max Weber menurutnya semua sosiologi
hukum dieduksikan menjadi kemungkinan-kemungkinan atau “kesempatan-kesempatan” dari
kelakuan sosial. Dukheim banayak memberikan pemikirannya untuk perkembangan sosiologi
hukum yang sistematis dengan menelaah hubungan antara tipe-tipe hukum dan masyarakat-
masyarakat. Benjamin Cardoso Sosiologi hukum Hakim Cardoso ini bertolak dari perenungan
tentang perlunya memperbaharui teknik hukum yang actual dengan menutup jurang antara
teknik hukum itu dan kenyataan hukum yang hidup saat ini.
Realisme hukum berarti suatu pandangan yang melihat hukum sebagaimana adanya
tanpa idealisasi dan spekulasi atau hukum positif yang berkerja dan berlaku. Dengan ini
realisme hukum merupakan pandangan yang mengusahakan menerima sesuatu atau hal apa
adanya mengenai hukum. Hukum adalah pengalaman yang diatur dan di kembangkan oleh
akal, yang diumumkan dengan wibawa oleh badan yang membuat undang undang atau
mengesahkan undang undang dalam masyarakat yang berorganisasi politik dan dibentuk oleh
kekuasaan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson Alvin S., (1994) Sosiologi Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.


Soerjono Soekanto, (1997) Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shalihah, fithriartus,. (2017). sosiologi hukum. Depok : PT Raja Grafindo Persada
Rasjidi, Lili., (2019) Filsafat hukum : Apa itu hukum?, PT. Raja Grafindo Persada
Undang-undang nomor 3 tahun 2023 RUU KUHP

Anda mungkin juga menyukai