ORGANISASI DAN TATA KERJA BIDANG BIMAS ISLAM DIATUR BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI AGAMA RI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA; UU NOMOR 22 TAHUN 1946 TENTANG PENCATATAN NIKAH, RUJUK DAN TALAK; UU NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN; PMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH; PMA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG WALI HAKIM; PERATURAN BERSAMA KEPALA BKN DAN MENTERI AGAMA NOMOR 20 DAN No. 14A TAHUN 2005; PERMENPAN NOMOR: PER/62/M.PAN/6/2005; KMA No. 517 TAHUN 2001 TETANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KUA KECAMATAN; SURAT EDARAN DIRJEN BIMAS ISLAM NOMOR : DJ.II/PW.01/2734/2015 TENTANG STATUS JABATAN PENGHULU DAN KEPALA KUA KECAMATAN. “Melaksanakan pelayanan dan pembinaan di Bidang Bimbingan Masyarakat Islam serta pengelolaan Sistem Informasi Bimbingan Masyarakat Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah ”. Penyiapan perumusan dan kebijakan teknis 1. dan perencanaan di bidang Bimbingan Masyarakat Islam Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di bidang Urusan Agama Islam, 2. Kepenghuluan dan Pemberdayaan KUA, Peneragan Agama Islam, Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Evaluasi dan penyusunan laporan di Bidang 3. Bimbingan Masyarakat Islam. “TERWUJUDNYA MASYARAKAT ISLAM INDONESIA YANG TAAT BERAGAMA, MAJU, SEJAHTERA, CERDAS DAN TOLERAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM WADAH NKRI ” “MENGOPTIMALKAN PELAYANAN PERKAWINAN, KETAHANAN KELUARGA SAKINAH, PRODUK HALAL, PEMBERDAYAAN MASJID DAN PEMBINAAN SYARIAH MELALUI PENGUATAN SISTEM INFORMASI, SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN DAN PELAYANAN UMUM ” Pegawai Negeri Sipil sebagai pencatat nikah yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Menteri Agama atau pejabat yang ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut Agama Islam dan kegiatan kepenghuluan (PMA No. 30 Tahun 2005) Melakukan perencanaan kegiatan kepenghuluan, pengawasan pencatatan nikah/rujuk, pelaksanaan pelayanan nikah/rujuk, penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk, pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk, pelayanan fatwa hukum munakahat, dan bimbingan muamalah, pembinaan keluarga sakinah, serta pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan (Peraturan MENPAN Nomor : PER/62/M.PAN/6/2005) Pelaksanaan Pencatatan nikah/rujuk bagi umat Islam; Pelaksanaan Nikah Wali Hakim;*) Pengawasan Kebenaran Peristiwa nikah/rujuk; Pembinaan Hukum Munakahat dan Ahwal Syahshiyah; Pembinaan Calon Pengantin; Pembinaan Keluarga Sakinah.
*) Berdasarkan PMA RI No.30 Tahun 2005,yang
ditunjuk sebagai Wali Hakim ialah Kepala KUA Kecamatan. Jika Kepala KUA berhalangan, Kasi Urais an. Kepala Kandepag menunjuk salah satu Penghulu sebagai Wali Hakim Peraturan Bersama Menteri Agama dan Kepala BKN, No. 20 tahun 2005, No. 14A Tahun 2005 tentang Juklak Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya. Pasal 12 ayat (2) “Penghulu dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala KUA”. Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA Kecamatan, Pasal 14 “KUA berubah Eselonisasinya dari IV/a menjadi IV/b”. Kebijakan E-PUPNS bertujuan untuk penataan ulang sistem informasi kepegawaian sesuai amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Oleh karena itu perlu adanya keseragaman nomenklatur jabatan. Berdasarkan KMA 517 Tahun 2001, bahwa KUA Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala sebagai pejabat struktural eselon IVb. Sesuai PMA 11 Tahun 2007, Kepala KUA Kecamatan bertindak sebagai PPN dapat melaksanakan tugas: a) Melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat dan melakukan bimbingan perkawinan. b) Menandatangani akta nikah, akta rujuk, kutipan akta nikah (buku nikah) dan kutipan akta rujuk. c) Dapat mewakilkan tugasnya kepada penghulu Kepala KUA yang melakukan layanan pengawasan dan pencatatan nikah di luar kantor berhak mendapatkan biaya transportasi dan honor yang bersumber dari PNBP NR. Maka Penghulu Fungsional yang diangkat menjadi Kepala KUA Kecamatan agar diberhentikan sementara dari Jabatan Fungsional Penghulu. Bimas Islam sementara melakukan revisi regulasi terkait Organisasi dan Tata Kerja KUA Kecamatan dan Jabatan Fungsional Penghulu. • Kepala KUA adalah pejabat struktural Eselon IV b, kenaikan pangkatnya reguler; • Penghulu yang diberi tugas tambahan sebaai kepala KUA yang telah lulus dalam penilaian angka kredit, maka kenaikan pangkat/jabatannya diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kedua SE tersebut bersifat sementara menunggu diterbitkannya peraturan perundang-undangan; Saat ini telah dilakukan revisi PMA 517 tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan, dan telah masuk ke Kemenpan dan RB. Pada Rapat Pembahasan Jabatan Kepala KUA yang dihadiri Irjen, Direktur Urais & Pembinaan Syari’ah, dan Biro Kepegawaian, maka Kepala KUA ke depan: 1. Jabatan Kepala KUA kedepan dijabat oleh Jabatan Fungsional Penghulu, saat ini KMA No. 517 Tahun 2011 sedang direvisi target Februari sudah selesai; 2. Setelah dikeluarkannya edaran Dirjen dan Sekjen tentang status Jabatan Kepala KUA dan Penghulu, maka Jafung Penghulu yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala KUA yang sudah mengajukan kenaikan pangkat dengan angka kredit akan tetap diproses kenaikan pangkatnya dengan angka kredit; 3. Tahun 2016 akan ada Diklat calon Penghulu baru sebanyak 2500 Orang. Kekurangan SDM KUA untuk mengisi formasi Diklat calon Penghulu akan diambil dari Guru Madrasah yang tidak mendapatkan Sertifikasi akibat kurang Jam mengajar.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor - PER - 62 - M.PAN - 6 - 2005 Tentang Jabatan Fungsional Penghulu Dan Angka Kreditnya - E-Dokumen Kementerian Agama R.I PDF