Anda di halaman 1dari 4

Sociological Jurisprudence

Pendasar aliran ini, antara lain: Roscoe Pound, Eugen Ehrlich, Benjamin
Cardozo, Kontorowics, Gurvitch dan lain-lain. Aliran ini berkembang di Amerika,
pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kata
“sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di
dalam masyarakat. Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran
dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat.

Roscoe Pound, hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga


kemasyarakatan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, dan
adalah tugas ilmu hukum untuk mengembangkan suatu kerangka dengan mana
kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal.

Roscoe Pound menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa


sosial (Law as a tool of social engineering and social controle) yang bertujuan
menciptakan harmoni dan keserasian agar secara optimal dapat memenuhi
kebutuhan dan kepentingan manusia dalam masyarakat. Keadilan adalah lambang
usaha penyerasian yang harmonis dan tidak memihak dalam mengupayakan
kepentingan anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk kepentingan yang
ideal itu diperlukan kekuatan paksa yang dilakukan oleh penguasa negara.

Menurut Pound, kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum


secara sistematis dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

1. Kepentingan umum (public interest), meliputi:


- Kepentingan negara sebagai badan hukum dalam memertahankan
kepribadian dan substansinya.
- Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.
2. Kepentingan masyarakat (social interest), yaitu:
- Kepentingan masyarakat akan keselamatan umum, seperti keamanan,
kesehatan dan kesejahteraan, serta jaminan bagi transaksi-transaksi
dan pendapatan.
- Perlindungan bagi lembaga-lembaga sosial yang meliputi
perlindungan dalam perkawinan, politik dan ekonomi.
- Pencegahan kemerosotan akhlak, seperti korupsi, perjudian,
pengumpatan terhadap Tuhan, transaksi-transaksi yang bertentangan
dengan moral atau peraturan yang membatasi tindakan-tindakan
anggota trust.
- Pencegahan pelanggaran hak (abuse of right)
- Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti perlindungan
hak milik, perdagangan bebas dan monopoli, kemerdekaan industri,
serta penemuan baru.
- Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual,
seperti perlindungan terhadap kehidupan yang layak, kemeredekaan
berbicara dan memilih jabatan.
3. Kepentingan pribadi (private interest), terdiri dari:
- Kepentingan kepribadian (interest of personality), meliputi
perlindungan terhadap integritas (keutuhan) fisik, kemerdekaan
kehendak, reputasi (nama baik), terjaminnya rahasia-rahasia pribadi,
kemerdekaan untuk menjalankan agama yang dianutnya dan
kemerdekaan mengemukakan pendapat.
- Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest of domestic),
meliputi perlindungan bagi perkawinan, tuntutan bagi pemeliharaan
keluarga dan hubungan hukum antara orang tua dan anak-anak.
- Kepentingan substansi (interest of substance), meliputi perlindungan
terhadap harta, kemerdekaan dalam penyusunan testamen,
kemerdekaan industri dan kontrak, serta pengharapa legal akan
keuntungan-keuntungan yang diperoleh.

Penggolongan kepentingan yang dibuat oleh Roscoe Pound tersebut


menghubungkan antara prinsip hukum dengan praktik hukum, karena
penggolongan kepentingan yang dibuat oleh Pound akan membantu menjelaskan
premis-premis hukum yang dapat digunakan oleh para praktisi hukum seperti
pembentuk undang-undang, hakim, pengacara dan pengajar hukum untuk
menyadari prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkait dalam tiap persoalan khusus.

Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the
positive law) dengan hukum yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari
proses dialektika antara (tesis) Positivisme Hukum (antitesis) dan Mazhab
Sejarah. Sebagaimana diketahui, Positivisme Hukum memandang tiada hukum
kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a command of law givers),
sebaliknya Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama
dengan masyarakat.

Kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence

Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal


dengan cita hukum masyarakat yang terus-menerus berubah karena
mengutamakan bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sosiologi jurisprudence
Pound, lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :

1. Menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin
hukum, karena itu , lebih memandang kerjanya hukum dari pada isi
abstraknya.
2. Mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan
pada tujuan sosial yang hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada
sanksi.
3. Menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya.
4. Membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan
mendesak supaya ajaran hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak
dapat berubah.
5. Meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar
usaha untuk mencapai maksud serta tujuan hukum lebih efektif.

Sosiologis jurisprudence Pound kelihatan berpengaruh dalam


pandangannya yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering
serta ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum
yang baik itu adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam
masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan
peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan
antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian.

Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk


memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan,
secara teoritis karya Ehrlich, menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap
ajaran sociological jurisprudence yang dikembangkan Ehrlich, yang semuanya
disebabkan oleh keinginanannya meremehkan fungsi negara dalam pembuatan
undang-undang.

Kelemahan itu adalah :

1. Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma


hukum dari norma sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat
dipertukarkan, sesuatu yang merupakan fakta historis dan sosial, tidak
mengurangi perlunya pengujian pernedaan yang jelas. Sesuai dengan itu
sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu dalam garis besar,
sosilogi umum.
2. Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat
kebiasaan sebagai satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti
halnya dalam hukum internasional pada zaman ketika adat istiadat
dipandang baik sebagai sumber hukum maupun sebagai bentuk hukum
yang paling penting. Di negara modern peran masyarakat mula-mula
masih penting, tetapi kemudian berangsur berkurang. Masyarakat modern
menuntut sangat banyak undang-undang yang jelas dibuat oleh pembuat
undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu derajat
bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya
sebagai hukum bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini
merembes ke seluruh karya Ehrlich.
3. Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan
norma-norma hukum negara yang khas dan norma-norma hukum dinama
negara hanya memberi sanksi pada fakta-fakta sosial. Konsekwensinya
adalah adat kebiasaan berkurang sebelum perbuatan udang-undang secara
terperinci, terutama undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat mempengaruhi kebiasaan dalam masyarakat sama banyaknya dengan
pengaruh dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai