Anda di halaman 1dari 20

Hukum sebagai

sarana rekayasa
sosial
Dibuat oleh kelompok 3
Anggota Kelompok
Dearmon Harianja Nauval Ahmad

Firmansyah Jerry Leonardo


Isi Presentasi

Latar belakang Tujuan

Rumusan masalah Kesimpulan

Pembahasan Saran
Latar Belakang
Hukum merupakan aturan yang terbentuk melalui kebiasaan dan
perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara
diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya
dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga
masyarakat. Dan masih banyak definisi-definisi yang lain mengenai
hukum. Untuk itu agar lebih memudahkan batasan atas yang lain
mengenai hukum memiliki beberapa unsur, ciri-ciri, sifat, tujuan dan
fungsi. Salah satu fungsi dari hukum adalah sebagai rekayasa sosial.
Rumusan Masalah

1. Bagaimana Roscoe Pound memberikan gambaran mengenai hukum


sebagai rekayasa sosial?

2. Bagaimana konsep hukum Roscoe Pound tentang law as a tool of


social engineering?
Tujuan

Poin Pertama
1. Memberikan penjelasan tentang hukum sebagai rekayasa sosial menurut Roscoe pound

Poin Kedua
2. Memberikan penjelasan tentang konsep hukum Roscoe Pound tentang law as a tool
of social engineering
PEMBAHASAN
Hukum Sebagai Rekayasa Sosial Menurut Roscoe Pound

Roscoe Pound adalah sarjana yang mengemukakan pemikiran mengenai penggunaan


hukum sebagai sarana atau alat untuk melakukan rekayasa sosial, dengan
mengemukakan konsep “Law as tool of social engineering”. Pound menyatakan bahwa,
hukum tidak hanya sekedar dapat digunakan untuk melanggengkan kekuasaan, namun
hukum dapat berfungsi sebagai alat rekayasa sosial (law as tool of social engineering).
Roscoe Pound dalam sebuah pernyataan bahwa fungsi hukum adalah social engineering atau rekayasa
sosial. Dalam pemikirannya ia menyatakan bahwa putusan hukum yang dijatuhkan oleh hakim
diharapkan mampu merubah perilaku manusia. Pendapat Roscoe Pound tersebut benar ketika ia
memandang hukum sebagai sebuah putusan-putusan hakim dalam sistem hukum aglo saxon atau
common law.
Roscoe Pound sendiri memberikan gambaran tentang apa yang sebenarnya diinginkan dan apa yang tidak
diinginkan oleh penggunaan hukum sebagai alat rekayasa sosial sebagai berikut:
1. Mempelajari efek sosial yang nyata dari lembaga-lembaga serta ajaran- ajaran hukum.
2. Melakukan studi sosiologis dalam rangka mempersiapkan perundang- undangan. Membuat undang-undang
dengan cara membanding-bandingkan selama ini dianggap sebagai cara yang bijaksana. Namun demikian adalah
tidak cukup jika kita hanya membanding-bandingkan satu peraturan dengan yang lain.
3. Melakukan studi tentang bagaimana membuat peraturan-peraturan hukum menjadi efektif. Selama ini
tampaknya orang menganggap bahwa, apabila peraturan sudah dibuat, maka ia akan berkerja dengan
sendirinya.
4. Memperhatikan sejarah hukum, yaitu studi itu tidak hanya mengenai bagaiman ajaran-ajaran itu terbentuk
dan mengenai bagaimana ajaran- ajaran itu berkembang yang kesemuanya dipandang sekedar sebagai bahan
kajian hukum, melainkan tentang efek sosial apa yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran hukum itu pada masa
lalu
Pound mengajukan 3 (tiga) kategori kelompok kepentingan yaitu:
1. Kepentingan umum yakni kepentingan-kepentingan negara sebagai badan hukum dalam
mempertahankan kepribadian dan hakikatnya serta sebagai
penjaga kepentingan-kepentingan sosial.
2. Kepentingan pribadi terdiri dari kepentingan-kepentingan dalam hubungan
rumah tangga serta kepentingan subtansi yang meliputi perlindungan hak milik, kebebasan
menyelesaikan warisan dan lain-lain.
3. Kepentingan sosial meliputi 6 (enam) jenis kepentingan:
a. Kepentingan sosial dalam kepentingan umum
b. Kepentingan sosial dalam hal keamanan intuisi sosial.
c. Kepentingan sosial menyangkut moral umum.
d. Kepentingan sosial menyangkut pengamanan sumber daya sosial.
e. Kepentingan sosial menyangkut kemajuan sosial.
f. Kepentingan sosial menyangkut kehidupan individual
Secara sistematis pound mengemukakan 6 (enam) langkah yang harus dilakukan dalam mewujudkan hukum sebagai sarana
perubahan sosial yaitu:
1. Mempelajari efek sosial yang nyata dari lembaga-lembaga serta ajaran- ajaran hukum.

2. Melakukan studi sosiologis dalam rangka mempersiapkan perundang- undangan untuk mempelajari pelaksanaannya
dalam masyarakat serta efek yang ditimbulkan untuk kemudian dijalankan.
3. Melakukan studi tentang bagaimana peraturan hukum menjadi efektif.
4. Memperhatikan sejarah hukum, artinya mempelajari efek sosial yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran hukum pada masa
lalu dan bagaimana cara menimbulkan nya. Artinya studi untuk menunjukkan bagaimana hukum pada masa yang lalu itu
tumbuh dari kondisi sosial, ekonomi, dan
psikologis, dan bagaimana ia menyesuaikan diri pada semua itu.
5. Pentingnya melakukan penyesuaian individual berdasarkan nalar, bukan berdasarkan peraturan hukum semata. Artinya,
hukum diberi keleluasaan untuk memutuskan perkara berdasarkan nalar yang umum untuk
memenuhi tuntutan keadilan dari pihak-pihak yang bersengketa.
6. Mengusahakan secara lebih efektif agar tujuan-tujuan hukum dapat
tercapai.
Konsep Hukum Roscoe Pound Tentang Law as A Tool of Social Engineering

Law as a tool of social engineering merupakan teori yang dikemukakan oleh Roscoe Pound, yang berarti hukum sebagai alat
pembaharuan dalam masyarakat. Dalam istilah hukum diharapkan dapat berperan merubah nilai-nilai sosial dalam
masyarakat. Dengan disesuaikan situasi dan kondisi di indonesia, konsep “Law as a tool of social engineering” yang
merupakan inti pemikiran dari aliran progmatic legal realism itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja kemudian dikembangkan di
Indonesia.
Dalam penggunaan hukum sebagai alat/instrumen rekayasa sosial, pemahaman terhadap kondisi sosial masyarakat dan analsis
fungsional effektivitasnya harus mendapat perhatian dengan seksama. Oleh karena itu, dalam melakukan identifikasi permasalahan
hukum yang dinilai memerlukan prioritas untuk dilakukan pembaharuan perlu dibedakan antara:
a. Masalah-masalah yang langsung menyangkut kehidupan pribadi seseorang dan erat kaitannya dengan kehidupan budaya dan
spiritual masyarakat yang sering diistilahkan dengan bidang hukum yang Non-Netral, karena mengandung aspek emosional,
psikologis, dan magis religius;
b. Masalah-masalah yang bertalian erat dengan kemajuan masyarakat pada umumnya, misalnya hukum perseroan, hukum kontrak,
hukum lalu lintas, atau lebih dikenal dengan istilah bidang hukum yang Netral yang dilihat dari aspek budaya akan lebih mudah untuk
ditangani.
Langkah yang diambil dalam Sosial Engineering itu bersifat sistematis,
dimulai dari identifikasi problem sampai kepada jalan pemecahannya, yaitu:
1. Mengenal problem yang dihadapi sebaik-baiknya. Termasuk di dalamnya
mengenali dengan seksama masyarakat yang hendak menjadi sasaran dari
penggarapan tersebut.
2. Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini penting dalam
hal Social Engineering itu hendak diterapkan pada masyakat dengan sector-
sector kehidupan majemuk, seperti: tradisional, modern dan perencanaan.
Pada tahap ini ditentukan nilai-nilai dari sector mana yang dipilih.
3. Membuat hipotesa-hipotesa dan memilih mana yang paling layak untuk
dilaksanakan.
4. Mengikuti jalannya penerapan hukum dan mengukur efek-efeknya.
KESIMPULAN
Bagi Pound hukum tidak boleh dibiarkan mengawang dalam konsep-konsep logis analisis
ataupun tenggelam dalam ungkapan-ungkapan teknis yuridis yang terlampau eksklusif.
Sebaliknya hukum itu harus di dunia nyata yaitu dunia sosial yang penuh sesak dengan kebutuhan
dan kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Bagi Pound, antara hukum dan masyarakat
terdapat hubungan yang fungsional. Dan karena kehidupan hukum terletak pada karya yang
dihasilkannya bagi dunia sosial, maka tujuan utama dalam social engineering adalah
mengarahkan kehidupan sosial itu kearah yang lebih maju. Law as a tool of social engineering
dapat pula diartikan sebagai sarana yang di tujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
SARAN
Semoga setelah kita mempelajari hukum sebagai
rekayasa sosial kita dapat memahami lebih jauh lagi dan
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai