Anda di halaman 1dari 6

ESENSI HUKUM YANG BERORIENTASI PADA KEPENTINGAN

MASYARAKAT DARI KACAMATA SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

Oleh : Adhi Prasetyo

Sejarah mengatakan bahwa banyak negara di dunia ini yang pada mulanya lahir
karena kediktatoran dari sebuah kekuasaan. Dalam hal ini dapat diperjelas bahwa
instrumen dari suatu negara dalam hal ini adalah masyarakat memiliki posisi yang lemah
dan hanya menjadi objek dari suatu kekuasaan yang menerapakan kebijakan-
kebijakannya tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Hingga muncul suatu pendapat
dari Fichte yang mengatakan bahwa esensi suatu negara bukan hanya memiliki tujuan
yang negatif tetapi juga tujuan yang positif, yakni untuk mewujudkan ketertiban,
ketenteraman dan keamanan. Dari hal ini jelas bahwa sesungguhnyaterdapat suatu tujuan
yang sangat mulia dari suatu negara, hanya saja semuan itu tergantung dari entika yang
dilakukan oleh para penguasa dalam menjalankan kebijakan-kebijakan yang ada. Pada
tahun 1800 Fichte dalam bukunya yang membahas tentang negara dagang yang tertutup,
di mana dalam buku tersebut Fichte membirakan suatu sikap pembelaan terhadap
kebebasan negara dalam bidang ekonomi, serta terdapat pembahasan terkait masalah-
masalah sosial. Dalam buku tersebut dibahas terkait gagasan-gagasan yang ada selama
revolusi Perancis, dapat diartikan bahwa pada masa Konvensi, dikenal sebagai ide
komunis, yaitu bahwa negara adalah penentu segala lini kehidupan, hal ini berimplikasi
pada keadaan suatu masyarakat yang kehilang hak-haknya. Gagasan ini berdasarkan
sejarah bahwa pada tahun 1848 ingin direalisasikan oleh Perancis, sehingga akan
membentuk suatu sistem yang meletakkan sebagai suatu kesatuan yang mengatasinya,
bukan negara sebagai sejumlah individu.1 Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
terjadi suatu kekuasaan negara yang sangat absolut dengan menerapkan hukum negara
yang dengan sepihak dibuat atas dasar pikiran negara.

Sebuah absolutisme negara melalui hukum posituf yang diterapkan, tentunya


apabila hukum tursebut tidak berkorelasi baik terhadap masyarakat maka akan
mengakibatkan berbagai macam konflik sosial. Sehingga suatu absolutisme negara
seharusnya untuk dapat dikoreksi apabila ingin menciptakan suatu kehidupan demokrasi
dengan baik, termasuk juga di Indonesia yang mengatut demokrasi, maka sebuah
transparansi serta siap partisipatif masyarakat harus berjalan dengan baik. Jika bercermin

1
Muhammad Junaidi, “Semangat Pembaharuan dan Penegakan Hukum Indonesia
dalam Perspektif Sociological Jurisprudence”, Jurnal Pembaharuan Hukum, Volume III, Nomor 1,
Tahun 2016, Hlm.49.
pada Negara Indonesia dimana sudah jelas tercermin dlam konstitusi negara bahwa
Negara ditempatkan sebagai agen perekayasa dan sebagai pihak yang mendapat mandat
wewenang dari rakyat untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, 2 dimana
dalam hal ini yang penting digaris bawahi adalah negara harus menempatkan rakyat
sebagai suatu instrumen negara yang hidup, dalam arti bahwa partisipasi rakyat dan
orientasi pada rakyat haruslah menjadi prioritas utama negara khususnya dalam
pelaksanaan hukum.

Hukum adalah suatu hal yang esensial di dalam kehidupan bermasyarakat.


Hukum dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan berbagai aktifitas yang ada di
dalam masyarakat. Dikatakan bahwa korelasi yang begitu erat antara hukum dan
masyarakat sudah tidak dapat dipungkiri. Hal ini karena hukum dan masyarakan
merupakan satu kesatuan tak terpisahkan dimana hukum tanpa masyarakat tidak akan
berfungsi, dan sebaliknya masyarakat tanpa hukum akan mengalami kekacauan dalam
kehidupannya. Suatu kegandurngan akan hukum yang senantiasa berorientasi pada
kepentingan rakyat, maka sudah selayaknya suatu hukum dikaji dan dan diuji dari proses
pembentukannya hingga pelaksanaannya. Hal ini selaras dengan apa yang terjadi pada
perkembangan pemikiran-pemikiran hukum hingga terbentuk suatu aliran hukum,
sebagaimana terdapat aliran hukum yang memiliki dasar pemikiran yang selaras dengan
poin pembahasan sebelumnya yaitu hukum yang berorientasi pada kepentingan rakyat,
aliran tersebut adalah Sociological Jurisprudence sebagaiman dipelopori oleh tokoh
filsafat dunia yaitu Rosecou Pound.

Perkembanga pemikiran-pemikiran hukum semakin banyak, hingga pada


abad 20 muncul suatu pemikiran hukum berupa sociological jurisprudence.
Pandangan ini dipelopori oleh Roscoe Pound (1870 – 1964). Pandangannya
dikenal sebagai ilmu hukum sosiologis (sociological jurisprudence) yang
mempunyai implikasi cukup besar hingga saat ini. Roscoe Pound, dalam bukunya
The Task of Law, 1943, Pound memberikan pandangan bahwa sarjana-sarjana
hukum angkatan abad 18 yang memandangkan hukum sebagai suatu perumusan
akal serta terdapat sarjana-sarjana hukum yang berpegangan pada aliran historis
yang mana memandang suatu hukum sebagai perumusan pengalaman, dikatakan
Pound bahwa hal ini telah terjadi sebuah kekeliruan sebab tidak memandang
hukum melalui sudut pandang keseluruhan.3 Menurut Pandangan Pound terhadap
2
Ibid., Hlm.50.
3
Telly Sumbu. Dkk, “Filasfat Hukum”, KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
pemikiran abad 18 yaitu adanya aliran positivisme yang bertumpu pada
rasionalisme (tesis) dan pemikiran abad 19 yaitu adanya aliran sejarah yang
bertumpu pada pengalaman (sintesis), kedua pemikiran tersebut dikatakan Pound
sebagai suatu pemikiran yang saling bertolak belakang dan masing-masing berat
sebelah, sehingga melihat hal tersebut Pound bermaksud untuk berpendapat
bahwa perlu diadakannya suatu pemikiran yang mampu mengakomodasi antara
hukum sebagai akal dan hukum sebagai pengalaman, sebagaiman telah
disinggung sebelumnya yaitu Pound memprakarsai lahirnya aliran sociological
jurisprudence.4

Secara faktual dalam suatu Sociological Jurisprudence Pound


menggunakan istilah “engineering” sebagaiman hal ini menjadi karakteristik khas
dari Sociological Jurisprudence sebagaimana memandang bahwadalam proses
pembentukan hukum tidak jauh berbeda dari upaya menempatkan masyarakat
sebagai aktor dan fokus utama dalam hukum. Tujuan social engineering
sebagaiman diungkapkan Pound bahwa gunta membangun struktur dalam
masyarakat sedemikian rupa, sehingga secara akan dicapai suatu kepuasan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, dengan mengurangi kemungkinan
adanya benturan dan pemborosan. Dalam penguat pendapat terkait pendapat
social engineering, Pound membagi kepentingan kepentingan-kepentingan yang
menjadi fokus dari fungsi hukum, diantaranya adalah5 :

1. kepentingan-kepentingan umum,
a. Kepentingan terhadap negara sebagai suatu badan yuridis;
b. kepentingan terhadap negara sebagai penjaga dan kepentingan
social
2. Kepentingan sosial
a. Keamanan umum;
b. Keamanan dan institusi-institusi sosial;
c. Moral umum;
d. Pengamanan sumber-sumber daya sosial

UNIVERSITAS SAM RATULANGI, Tahun 2016, Hlm.32.


4
Muhammad Junaidi, op. Cit. Hlm.51.
5
Ibid., Hlm.54.
e. Kemajuan sosial dan
f. Kehidupan individu (pernyataan diri kesempatan kondisi
kehidupan)
3. Kepemtingan Perorangan.
kepentingan perorangan terdiri dari:
a. pribadi (fisik, kebebasan kemauan, kehormatan, privacy dan
kepercayaan serta pendapat,
b. hubungan-hubungan domestik (orang tua, anak, suami-isteri, dan
kepentingan substansial (milik, kontrak dan berusaha, keuntungan,
pekerjaan, hubungan dengan orang lain. Kepentingan sosial
meliputi:

Sociological Jurisprudence melihat hukum dari segala sudut pandang atas


diterapkan dan digunakan dalam suatu masyarakat. Pada saat hukum dijalankan
maka akan terjadi suatu interaksi antara hukum dan perilaku masyarakat subjek
dan objek hukum tersebut. Lingkum Sociological Jurisprudence adalah mengenai
makna sosial hukum (the sosial meaning of law). Makna sosial ini terjadi pada
interksi-interaksi sosial yang terjadi dalam masayarakat. Pandangan Sociological
Jurisprudence memandang bahwa peraturan hukum tidak dapat berlaku absolut
dalam pelaksanaannya, melainkan dalam banyak hal dikalahkan oleh struktur
sosial di mana hukum itu dijalankan. Dalam sebuah penelitian tentang budaya
hukum di Indonesia oleh Daniel S. Lev menunjukkan bahwa pengertian hukum,
prosedur hukum di Jawa tersisihkan oleh nilai-nilai sosial setempat. 6 Dari
peristiwa ini terlihat jelas bahwa pada dasarnya sebuah struktur sosial dalam suatu
masyarakat dapat menjadi faktor penentu bagi hukum, serta masyarakat pada
dasarnya juga memiliki andil dalam membentuk hukum dengan memberi makna
sosial kepadanya.

Berikut merupakan tujuan praktis dari Sociological Jurisprudence yang


diungkapkan oleh Pound, diantaranya adalah :7

6
Ibid., Hlm.56.
7
Ibid., Hlm.58.
1. Sociological Jurisprudence melakukan suatu kajian terhadap dampak
sosial yang nyata, serta peran lembaga dan pemberlakukan doktrin-doktrin
hukum;
2. Mengajukan kajian sosiologis berkenaan dengan studi hukum untuk
mempersiapkan perundang-undangan. Hal ini penting karena hukum
dianggap sebagai bagian dari lembaga sosial yang dapat diperbaiki melalui
usaha-usaha sosial yang bijaksana;
3. Mengembangkan efektivitas studi tentang cara membuat peraturan yang
lebih menekankan pada tujuan sosial untuk dicapai oleh secara hukum, dan
bukan pada sanksi;
4. Melakukan studi sejarah hukum sosiologis tentang dampak sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan cara mengembangkannya;
5. Membela pelaksanaan hukum yang adil, dengan mendesak agar ajaran-
ajaran hukum harus dianggap sebagai petunjuk pada hasil yang adil bagi
masyarakat
6. Mengusahakan efektifnya pencapaian tujuan hukum.

Berdasarkan uraian pembahasan sembelumnya dapat ditarik kesimpulan


bahwa dengan adanya pemikiran atau aliran Sociological Jurisprudence, maka
suatu hukum akan dipandang bukan sekedar aturan atas dasar kemauan penguasa
untuk mengatur masyarakat melalui undang-undang, namun dipandang sebagai
suatu satu kesatuan dengan masyarakat yang keduanya saling berkorelasi. Hukum
dianggap sebagai suatu instrumen yang hidup ditengah-tengah masyarakat, maka
dari itu hukum dianggap mampu menjelma sebagai sarana pembaharuan
masyarakat yang sadarakan cita-cita keadilan yang diharapkan Sehingga
kesuksesan hukum dapat diukur dengan tingkat kesesuaiannya terhadap
kepentingan-kepentingan masyarakat.
Daftar Pustaka

Buku :

Sumbu, Telly, Dkk. (2016). Filasfat Hukum. Manado: KEMENTERIAN RISET,


TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SAM RATULANGI.

Jurnal :

Junaidi, Muhammad.(2016). “Semangat Pembaharuan dan Penegakan Hukum


Indonesia dalam Perspektif Sociological Jurisprudence”. Jurnal
Pembaharuan Hukum, Volume III, Nomor 1,

Anda mungkin juga menyukai