Sejarah mengatakan bahwa banyak negara di dunia ini yang pada mulanya lahir
karena kediktatoran dari sebuah kekuasaan. Dalam hal ini dapat diperjelas bahwa
instrumen dari suatu negara dalam hal ini adalah masyarakat memiliki posisi yang lemah
dan hanya menjadi objek dari suatu kekuasaan yang menerapakan kebijakan-
kebijakannya tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Hingga muncul suatu pendapat
dari Fichte yang mengatakan bahwa esensi suatu negara bukan hanya memiliki tujuan
yang negatif tetapi juga tujuan yang positif, yakni untuk mewujudkan ketertiban,
ketenteraman dan keamanan. Dari hal ini jelas bahwa sesungguhnyaterdapat suatu tujuan
yang sangat mulia dari suatu negara, hanya saja semuan itu tergantung dari entika yang
dilakukan oleh para penguasa dalam menjalankan kebijakan-kebijakan yang ada. Pada
tahun 1800 Fichte dalam bukunya yang membahas tentang negara dagang yang tertutup,
di mana dalam buku tersebut Fichte membirakan suatu sikap pembelaan terhadap
kebebasan negara dalam bidang ekonomi, serta terdapat pembahasan terkait masalah-
masalah sosial. Dalam buku tersebut dibahas terkait gagasan-gagasan yang ada selama
revolusi Perancis, dapat diartikan bahwa pada masa Konvensi, dikenal sebagai ide
komunis, yaitu bahwa negara adalah penentu segala lini kehidupan, hal ini berimplikasi
pada keadaan suatu masyarakat yang kehilang hak-haknya. Gagasan ini berdasarkan
sejarah bahwa pada tahun 1848 ingin direalisasikan oleh Perancis, sehingga akan
membentuk suatu sistem yang meletakkan sebagai suatu kesatuan yang mengatasinya,
bukan negara sebagai sejumlah individu.1 Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
terjadi suatu kekuasaan negara yang sangat absolut dengan menerapkan hukum negara
yang dengan sepihak dibuat atas dasar pikiran negara.
1
Muhammad Junaidi, “Semangat Pembaharuan dan Penegakan Hukum Indonesia
dalam Perspektif Sociological Jurisprudence”, Jurnal Pembaharuan Hukum, Volume III, Nomor 1,
Tahun 2016, Hlm.49.
pada Negara Indonesia dimana sudah jelas tercermin dlam konstitusi negara bahwa
Negara ditempatkan sebagai agen perekayasa dan sebagai pihak yang mendapat mandat
wewenang dari rakyat untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, 2 dimana
dalam hal ini yang penting digaris bawahi adalah negara harus menempatkan rakyat
sebagai suatu instrumen negara yang hidup, dalam arti bahwa partisipasi rakyat dan
orientasi pada rakyat haruslah menjadi prioritas utama negara khususnya dalam
pelaksanaan hukum.
1. kepentingan-kepentingan umum,
a. Kepentingan terhadap negara sebagai suatu badan yuridis;
b. kepentingan terhadap negara sebagai penjaga dan kepentingan
social
2. Kepentingan sosial
a. Keamanan umum;
b. Keamanan dan institusi-institusi sosial;
c. Moral umum;
d. Pengamanan sumber-sumber daya sosial
6
Ibid., Hlm.56.
7
Ibid., Hlm.58.
1. Sociological Jurisprudence melakukan suatu kajian terhadap dampak
sosial yang nyata, serta peran lembaga dan pemberlakukan doktrin-doktrin
hukum;
2. Mengajukan kajian sosiologis berkenaan dengan studi hukum untuk
mempersiapkan perundang-undangan. Hal ini penting karena hukum
dianggap sebagai bagian dari lembaga sosial yang dapat diperbaiki melalui
usaha-usaha sosial yang bijaksana;
3. Mengembangkan efektivitas studi tentang cara membuat peraturan yang
lebih menekankan pada tujuan sosial untuk dicapai oleh secara hukum, dan
bukan pada sanksi;
4. Melakukan studi sejarah hukum sosiologis tentang dampak sosial yang
ditimbulkan oleh doktrin hukum dan cara mengembangkannya;
5. Membela pelaksanaan hukum yang adil, dengan mendesak agar ajaran-
ajaran hukum harus dianggap sebagai petunjuk pada hasil yang adil bagi
masyarakat
6. Mengusahakan efektifnya pencapaian tujuan hukum.
Buku :
Jurnal :