Anda di halaman 1dari 3

Ringkasan Sociological Jurisprudence

Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Aliran Sosiological Jurisprudence


Sosiological Jurisprudence merupakan salah satu dari aliran filsafat hukum yang mencoba
memahami hakikat terdalam dari hukum. Tumbuhnya berbagai aliran filsafat hukum tersebut
merupakan hasil dari dialektika pemikiran hukum yang tidak henti-hentinya dalam lapangan
ilmu hukum. Apabila masa lalu, filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf,
dewasa ini kedudukannya tidak lagi demikian karena masalah-masalah
filsafat hukum telah menjadi bahan kajian tersendiri bagi para ahli hukum .
Aliran sosiological jurisprudence dapat dikatakan sebagai salah satu aliran dari berbagai
pendekatan. Aliran ini tumbuh dan berkembang di amerika, dan dipelopori oleh Roscoe Pound
dengan karya-karyanya yang terkenal seperti Scope and Purpose of sosiological jurisprudence
(1912), Outline of Lectures on Jurisprudence (1903), The Spirit of Common Law(1921), An
Introduction to the Philosophy of Law (1922), The Task of Law(1944), Interpretation of Legal
History (1923), dan lain-lain.
Perbedaan Sociological Jurisprudence dan Sosiologi Hukum
Menurut Paton penggunaan istilah sociological dalam nama aliran ini kurang tepat dan dapat
menimbulkan kekacauan karena dapat menimbulkan kerancuan antara Sociological
Jurisprudence dan Sosiologi Hukum (the Sociology of Law). Paton lebih senang menggunakan
istilah Metode Fungsional, sehingga beberapa penulis juga menyebut aliran ini dengan istilah
Functional Anthropological.

Sociological Jurisprudence dan Sosiologi Hukum sebagaimana dikemukakan oleh Lily Rasjidi
memiliki beberapa perbedaan, antara lain:

1. Sociological Jurisprudence merupakan nama aliran dalam filsafat hukum, sedangkan


Sosiologi Hukum adalah cabang dari sosiologi.
2. Meskipun keduanya mempelajari objek yang berkaitan dengan pengaruh timbal balik
antara hukum dan masyarakat, namun pendekatan yang digunakan berbeda. Sociological
Jurisprudence menggunakan pendekatan hukum ke masyarakat, sebaliknya Sosiologi
Hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke hukum.
Sosiologi Hukum berupaya untuk menciptakan suatu ilmu mengenai kehidupan sosial sebagai
suatu keseluruhan. Pembahasan Sosiologi Hukum meliputi bagian terbesar dari sosiologi dan
ilmu poitik. Penyelidikan Sosiologi Hukum juga menitikberatkan pada masyarakat dan hukum
sebagai suatu manifestasi semata, sedangkan Sociological Jurisprudence menitikberatkan pada
hukum dan memandang masyarakat dalam hubungannya dengan hukum.
Tokoh dan Pemikiran Aliran Sosiological Jurisprudence

Aliran Sosiological Jurisprudence memiliki beberapa tokoh yang banyak menyumbangkan


pemikira tentang ilmu hukum sosiologis, akan tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini
hanya tiga tokoh. Pembatasan ini dilakukan agar penelitian ini tidak terlalu luas dan menurut
penulis ketiga tokoh tersebut mampu merepresentasikan inti pemikiran dari aliran sosiological
jurisprudence. Ketiga tokoh tersebut adalah Eugen Ehrlich, Roscoe Pound, dan Benjamin N.
Cordozo.
1. Eugen Ehrlich
Eugen Ehrlich adalah seorang ahli hukum yang lahir di Czernowitz sekarang dikenal
dengan Chernivtsi Ukraina pada 1862. Daerah Czernowitz dahulu dikenal sebagai bagian
dari provinsi Bukovina, kerajaan Austo-Hungarian. Studi Eugen Ehrlich tentang sosiologi
hukum mempunyai ciri yang berbeda. Tidak seperti studi Max Weber, ia bernaksud untuk
membuktikan teori bahwa : titik berat perkembangan hukum tidak terletak dalam
perundang-undangan juga tidak dalam keputusan pengadilan maupun dalam ilmu
pengetahuan di bidang hukum, tetapi dalam masyarakat itu sendiri.
2. Roscoe Pound adalah salah satu ahli hukum yang beraliran sociological jurisprudence
yang lebih mengarahkan perhatiannya pada ”kenyataan hukum” daripada kedudukan dan
fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada dasarnya adalah kemauan
publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law in books. Sociological
Jurisprudence menunjukkan kompromi yang cermat antara hukum tertulis sebagai
kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum (positivism law) dan
living law sebagai wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam
pembentukan hukum dan orientasi hukum. Peran strategis hakim dalam perspektif
sociological jurisprudence adalah menerapkan hukum tidak melulu dipahami sebagai
upaya social control yang bersifat formal dalam menyelesaikan konflik, tetapi sekaligus
mendesain penerapan hukum itu sebagai upaya social engineering. Tugas yudisial hakim
tidak lagi dipahami sekedar sebagai penerap undang-undang terhadap peristiwa konkrit
(berupa berbagai kasus dan konflik) atau sebagai sekedar corong undang-undang (boncha
de la loi) tetapi juga sebagai penggerak social engineering. Para penyelenggara hukum
harus memperhatikan aspek fungsional dari hukum yakni untuk mencapai perubahan,
dengan melakukan perubahan hukum selalu dengan menggunakan segala macam teknik
penafsiran (teori hukum fungsional).
Sociological jurisprudence menekankan perhatiannya pada kenyataan hukum daripada
kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada dasarnya adalah
kemauan publik, jadi tidak sekedar hukum dalam pengertian law in books tetapi sesuai
kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum (positivism law) dan living law
sebagai wujud penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan
hukum dan orientasi hukum.
Kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence
Aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan cita hukum masyarakat yang terus-
menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu hukum itu menjadi baik dan sesuai dengan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini bukanlah tanpa kritik.
Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan
baik apabila ada hubungan dengan peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara
sosilogis dan antropologis. Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian. Tidak saja
dimungkinkan oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang ada dalam masyarakat sebagai
suatu kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik.
Tetapi sama sekali tidak berarti tidak bisa diterapkan.
Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran Sociological Jurisprudence.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik seperti masyarakat Indonesia dimana nilai-
nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola perilaku yang spesifik pula adalah tidak mudah
menerapkan ajaran Sociological Jurisprudence.
Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri, dan fakta bahwa hubungan
antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut tipe masyarakat yang serba meliputi, yang
terhadapnya negara hanyalah merupakan suatu kelompok yang khusus dan suatu tata tertib yang khusus
pula. Dalam menerapkannya diperlukan berbagai pendekatan untuk memahami dan menginventarisasi
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib
sendiri dan pruralitik.
Kritik yang terbesar yang ditujukan bagi Sociological Jurisprudence adalah dengan pendekatan ini hukum
dapat kehilangan ”taringnya“ dan tidak ajeg. Paradigma ini juga dianggap terlalu meng-andaikan suatu
masyarakat telah demikian berkembang sampai pada tahap dimana tidak lagi ada ketegangan pada pranata
sosial dalam merumuskan tuntutannya, masyarakat dianggap telah mampu menentukan hukumnya
sendiri, dan mengecilkan kedaulatan dari penguasa.
Jadi, aliran Sosiological Yuresprudence berkembang dan membahas tentang hukum yang ada di
masyarakat. Hanya saja dalam aliran Sociological Yurisprudence membahas tentang hukum yang
berkembang atau yang ada di masyarakat itu sendiri. Hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
karena hukum itu lahir, tubuh, dan berkembang di dalam masyarakat dengan dipengaruhi banyak faktor.
Saya pun sependapat dengan Selzick mengenai tahapan perkembangan disiplin yang mendekati antara
hukum dan masyarakat dimana ada hubungan keterkaitan antara Sociological Jurisprudence, Sociology of
Law dan Legal Sociology dimana ketiganya saling bekerjasama menuntaskan masalah yang ada atau
timbul di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai