Anda di halaman 1dari 11

TEORI HUKUM MURNI

HANS KELSEN
(1881 1973 )

Nama : T.M. Rizky Oetama


NIM : 130200405
Group : B

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Hukum

Medan

2013
Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah memberikan kesehatan

dan kesempatan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini sebagai tugas mata kuliah Pengantar

Ilmu Hukum yang ditugaskan oleh Dosen Pengantar Ilmu Hukum Grup B, yaitu Bapak Prof. Dr.

Syafruddin Kalo, SH. M.Hum.

Saya mengambil tema untuk tugas makalah mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum ini yaitu

Teori Hukum Murni menurut Hans Kelsen karena seperti yang kita ketahui, Positivisme Hukum (

Aliran Hukum Positif ) memisahkan antara hukum yang berlaku (das sein) dengan hukum yang

seharusnya (das sollen). Aliran ini dibedakan dalam 2 (dua) corak : Aliran Hukum Positif Analitis

(Analitical Yurisprudebece) dipelopori oleh John Austin dan Aliran Hukum Murni (Reine

Rechtlehre) dipelopori oleh Hans Kelsen.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dari penyusunan makalah ini, kritik dan saran yang

bersifat konstruktif penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan untuk kedepannya.

Melalui kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses pembuatannya,

semoga penyusunan makalah ini dapat diterima semua kalangan masyarakat, baik itu bagi dosen,

teman teman perkuliahan, maupun masyarakat umum, guna menambah wawasan kita kedepannya.

Medan, Desember 2013

Penyusun

T.M. Rizky Oetama


130200405
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teori berasal dari bahasa latin, theoria (perenungan), dan berasal dari bahasa
yunani, thea (cara atau hasil pandang). Teori adalah suatu konstruksi di alam cita atau ide
manusia (realitas in abstracto), dibangun dengan maksud untuk menggambarkan secara
reflektif fenomena yang dijumpai di alam pengalaman (= alam yg tersimak bersaranakan
indera manusia= realitas in concreto). Sedangkan teori hukum, menurut JJH.Bruggink pada
hakikatnya merupakan suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan sistem
konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk
sebagian yang penting dipositifkan.
Arief Sidharta memberikan definisi serupa, menurutnya teori hukum adalah disiplin
hukum yang secara kritis dan perspektif interdisipliner menganalisis berbagai aspek dari
gejala hukum baik secara tersendiri maupun dalam kaitan keseluruhan, baik dalam
konsepsi teoritisnya maupun pengejawantahan praktisnya, dengan tujuan memperoleh
pemahaman yang lebih baik dan penjelasan yang lebih jernih tentang bahan yang tersaji dan
kegiatan yuridis dalam kenyataan kemasyarakatan. Teori hukum yang dipelajari adalah
teori hukum alam dan teori hukum positif.

Positivisme merupakan salah satu aliran yang telah mendominasi pemikiran dan
konsepsi-konsepsi hukum di berbagai negara sejak abad XIX. Penganut paham ini akan
senantiasa menggunakan parameter hukum positif, bahkan cenderung mengagung-
agungkan hukum positif untuk melakukan penilaian terhadap suatu masalah dengan
mekanisme hirarki perundang-undangan. Dengan penggunaan aliran ini dimana
penegakkannya mengandalkan sanksi bagi siapa yang tidak taat, para pengikutnya
berharap (bahkan telah memitoskan) akan tercapai kepastian dan ketertiban serta
mempertegas wujud hukum dalam masyarakat.
Aliran ini mendekonstruksi konsep-konsep hukum aliran Hukum Alam, dari
konsepnya yg semula metafisik (hukum sebagai ius atau asas-asas keadilan yg abstrak) ke
konsepnya yang lebih positif (hukum sebagai lege atau aturan perundang-undangan), oleh
sebab itu harus dirumuskan secara jelas dan pasti. Terdapat tiga aliran hukum positif, yaitu
: Positivisme Hukum Analitis, Positivisme Pragmatis dan Teori Hukum Murni. Pembahasan
makalah ini tentang Teori Hukum Murni.

Hans Kelsen (Reine Recthslehre: I), menyatakan ada dua hal yang penting bagi
seseorang yang mempelajari Teori Hukum : pertama untuk memahami unsur-unsur penting
dari teori hukum (teori hukum murni), kedua untuk merumuskan teori tersebut agar dapat
mencakup masalah-masalah dan institusi-institusi hukum terutama berkaitan dengan
tradisi dan suasana hukum sipil, anglo saxon.
Teori hukum umum menurut Kelsen adalah berguna untuk menerangkan hukum
positif sebagai bagian dari suatu masyarakat tertentu. Jadi teori ini berusaha untuk
menerangkan secara ilmiah tentang tata hukum tertentu yang menggambarkan komunitas
hukum terkait (misalnya: hukum Perancis, hukum Amerika dll). Ini berarti teori hukum
umum bekerja secara analisis komparatf dari sejumlah hukum positif yang berbeda-beda.
Kajian utama dari teori hukum umum adalah norma-norma hukum, unsur-unsur
hukum (norma tersebut), interrelasinya (hubungan antara berbagai tata hukum), tata
hukum sebagai satu kesatuan, strukturnya termasuk hukum dalam pluralitas tata hukum
positif.

Disebut teori hukum murni karena teori ini tidak boleh dicemari oleh motif-motif
yang menggambarkan keinginan atau kepentingan baik individu atau kelompok dari si
pembentuk undang-undang. Jadi titik beratnya adalah substansi serta analisis struktur
hukum positif, bukan kepada kondidisi-kondisi atau penilaian moral atau politik
menyangkut tujuannya.

Kedua hal tersebut di atas di latar belakangi oleh dua hal yang menjadi
pertimbangan entitas (realita),yaitu:

1. Antara hukum disatu pihak yang dipandang hanya sebagai norma (rechts als
norm) dan hukum hukum sebagai kenyataan (rechts als feit) dengan masing-masing
metode pendekatan juridische dogmatisch disatu pihak berhadapan dengan metode
jurisdische histories in ruime zjin di lain pihak.

2. Hukum bersifat non analytical dan hukum bersifat analytical.


Pendapat di atas dikemukakan tentunya dengan beberapa alasan yang menjadi dasar
pertimbangan timbulnya istilah tersebut. Pendapat pertama memiliki latar belakang yang
diawali adanya suatu pemikiran atau asumsi bahwa hukum adalah bersifat imperatif
(pandangan yang bersifat dogmatis) dengan pendapat lain, hukum bersifat fakultatif.
Berangkat dari hal tersebut, maka teori hukum terbagi atas:

1. Seperangkat gagasan tentang bagaimana seharusnya kehidupan masyarakat atau


gagasan bagaimana seharusnya suatu bangunan hukum dalam masyarakat. Jadi teori ini
berkaitan dengan substantif dari suatu hukum yaitu lebih menekankan kepada kajian
hukum normatif. Para ahli hukum menyatakan teori hukum ini disebut teori hukum
tradisional.

2. Seperangkat gagasan tentang bagaimana kenyataan hukum/perilaku kehidupan


masyarakat atau bagaimana hukum dalam kaitannya dengan interaksi masyarakat. Jadi
teori ini berkaitan dengan kenyataan hukum dalam bentuk perilaku, sikap, pendapat, atau
dengan kata lain yuridis empiris. Teori hukum ini disebut teori hukum modern.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Bagaimana Teori Hukum Murni Hans Kelsen?

1.3 METODOLOGI PENELITIAN

Penulisan ini terdiri dari tiga bab. Bab I, Pendahuluan berisi latar belakang masalah
Teori Hukum Murni, Identifikasi masalah dan metodologi penulisan. Bab II, Pembahasan,
berisi tinjauan pustaka tentang sekilas mengenal Hans Kelsen dan Ajaran Hans Kelsen. Bab
III, Penutup, terdiri dari simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI HUKUM MURNI

2.1 SEKILAS TENTANG HANS KELSEN

Teori Hukum Murni (The Pure Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang filsuf
dan ahli hukum terkemuka dari Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di Praha
pada 11 Oktober 1881. Keluarganya yang merupakan kelas menengah Yahudi pindah ke
Vienna. Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum.

Kelsen memulai karirnya sebagai seorang teoritisi hukum pada awal abad ke-20.
Oleh Kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh
ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu
pengetahuan di sisi yang lain. Kelsen menemukan bahwa dua pereduksi ini telah
melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori
hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.

Hans Kelsen meninggal dunia pada 19 April 1973 di Berkeley. Kelsen meninggalkan
hampir 400 karya, dan beberapa dari bukunya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa.
Pengaruh Kelsen tidak hanya dalam bidang hukum melalui The Pure Theory of Law, tetapi
juga dalam positivisme hukum kritis, filsafat hukum, sosiologi, teori politik dan kritik
ideologi. Hans Kelsen telah menjadi referensi penting dalam dunia pemikiran hukum.
Dalam hukum internasional misalnya, Kelsen menerbitkan Principles of International Law.
Karya tersebut merupakan studi sistematik dari aspek-aspek terpenting dari hukum
internasional termasuk kemungkinan adanya pelanggaran atasnya, sanksi-sanksi yang
diberikan, retaliasi, spektrum validitas dan fungsi esensial dari hukum internasional,
pembuatan dan aplikasinya.

2.2 AJARAN HANS KELSEN

Kelsen menemukan bahwa filosofi hukum yang ada pada waktu itu telah
terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi
karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain, dua pereduksi ini telah melemahkan hukum.
Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang
berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.Yurisprudensi ini
dikarakterisasikan sebagai kajian kepada hukum, sebagai satu objek yang berdiri sendiri,
sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodolgikal dasar dari filsafatnya.
Perlu dicatat bahwa paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan
metodoligi melainkan juga substansi. Kelsen meyakini bahwa jika hukum dipertimbangkan
sebagai sebuah praktek normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus
dihilangkan. Akan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi
saja.

Ajaran dari Hans Kelsen ini menimbulkan reaksi terhadap mazhab-mazhab hukum
lain yang telah memperluas batas-batas Ilmu Pengetahuan hukum. Ajarannya didasarkan
pada konsepsi Immanuel Kant, yang memisahkan secara tajam antara pengertian hukum
sebagai Sollen, dan pengertian hukum sebagai Sien. Oleh karena itu ajaran dari Hans Kelsen
disebut sebagai Neo Kantiaan.

Hans Kelsen ingin memurnikan hukum dari unsur-usnur pikiran yang filosofis-
metafisis, dan ingin memusatkan perhatianya pada teori hukum yang abstrak dengan
maksud untuk memperoleh Ilmu pengetahuan hukum yang murni. Ia tidak sependapat
dengan definisi hukum yang diartikan sebagai perintah. Karena itu ajarannya dianggap
reaksi terhadap mazhab-mazhab lain.
Menurut Kelsen, hukum tidak menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi
menentukan peraturan-peraturan tertentu yaitu meletakkan norma-norma bagi tindakan
yang harus dilakukan orang.

Objek ilmu pengetahuan hukum adalah sifat normatif yang diciptakan hukum yaitu
: sifat keharusan untuk melakukan suatu perbuatan sesuai dengan peraturan hukum. Jadi
pokok persoalan ilmu pengetahuan hukum adalah : Norma hukum yang terlepas dari
pertimbangan-pertimbangan semua isinya baik dari segi etika maupun sosiologis. Karena
itu ajarannya disebut dengan Ajaran Hukum Murni (Reine Rechtslehre)

Dinyatakan oleh Kelsen bahwa Hukum adalah sama dengan negara. Suatu tertib
hukum menjadi suatu negara apabila tertib hukum itu sudah menyusun suatu badan-badan
atau lembaga-lembaga guna menciptakan dan mengundangkan serta melaksanakan hukum.
Dinamakan tertib hukum, apabila ditinjau dari sudut peraturan-peraturan yang abstrak.
Dinamakan negara, apabila objek diselidiki adalah badab-badan atau lembaga-lembaga yang
melaksanakan hukum, Setiap perbuatan hukum harus dapat dikembalikan pada suatu
norma yang memberi kekuatan hukum pada tindakan manusia tertentu itu.

Konstitusi menurut Kelsen kekuatan hukumnya berasal dari luar hukum. Yaitu dari
hypotese atau grundnorm yang pertama kali, maka kalau grondnorm itu telah diterima oleh
masyarakat harus ditaati.
Jadi Ilmu Pengetahuan hukum menyelidiki :
1. Tingkatan Norma-norma.
2. Kekuatan berlakunya dari tiap norma yang bergantung dari hubungan yang logis dengan
norma yang lebih tinggi, sampai akhirnya pada suatu hypothese yang pertama.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN

Hans Kelsen ingin memurnikan hukum dari unsur-usnur pikiran yang filosofis-
metafisis, dan ingin memusatkan perhatianya pada teori hukum yang abstrak dengan
maksud untuk memperoleh Ilmu pengetahuan hukum yang murni. Pandangan Kelsen
tentang tata hukum sebagai suatu bangunan norma-norma yang disusun secara hierachis
yang disebut Stufenbau teori. Menurut teori ini, karena ada ikatan asas-asas hukum, hukum
menjadi suatu sistem, ilmu hukum memenuhi syarat sebagai ilmu dengan obyek yang bisa
ditelaah secara empirik, dengan analisa yang logis rational. Yang menjadi obyek studi
adalah hukum positif.

Hukum positip, menurut Hans Kelsen, harus dipahami sebagai suatu sistem norma.
Pemahaman ini penting artinya untuk mencegah terjadinya kontradiksi atau pertentangan
antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma hukum yang lebih rendah, sehingga
hukum dapat berguna bagi masyarakat. Norma-norma yang terkandung dalam hukum
positif harus dapat ditelusuri kembali sampai pada norma yang paling dasar yaitu
Grundnorm.

3.2 SARAN

Menurut teori hukum murni tersebut, aturan hukum harus selalu berdasarkan kaidah yang

lebih tinggi yang akhirnya sampai pada Grundnorm, yang intinya bersifat dasar-dasar

hukum seperti keadilan, keseimbangan, perlindungan, dan lain-lain. Hans Kelsen

mengatakan bahwa hal itu berada di luar ilmu hukum. Oleh karena itu, para penegak

hukum, terutama hakim, dalam bekerja menegakkan hukum sebaiknya bukan hanya

sebagai corong undang-undang saja, tetapi harus memperhatikan nilai-nilai dasar yang

terkandung dalam Grundnorm.


DAFTAR PUSTAKA

Soehino. 1998. Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberty

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Hukum_Murni

http://muhsintanua.wordpress.com/2011/07/07/aliran-filsafat-hukum-dan-

pendapat-para-ahli/

http://teorimurnihanskelsen.blogspot.com
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah3

1.3 Metodologi Penelitian..3

BAB II Pembahasan

2.1 Sekilas Tentang Hans Kelsen4

2.2 Ajaran Hans Kelsen..4

BAB III Simpulan dan Saran

3.1 Simpulan7

3.2 Saran..7

Daftar Pustaka8

Anda mungkin juga menyukai