Anda di halaman 1dari 5

Tugas Filsafat Hukum Nama : Yesi Yuliana

Rabu, 08 Mei 2019 NRP : 124218511

Tanda Tangan :

Ringkasan tentang Perbedaan Reaslime Amerika dengan Realisme Skandinavia, dan

Freirechtslehre.

a. Realisme Amerika

Menurut Oliver Wendell Holmes, yang disebut dengan hukum dalam realisme Amerika

adalah apa yang diputuskan oleh pengadilan, dan hukum mengikuti peristiwa-peristiwa konkret

yang muncul, jadi hukum yang diberlakukan tidak hanya berdasarkan ketentuan-ketentuan

hukum diatas kertas, tetapi juga dilakukan pendekatan yang interdisipliner dengan

memanfaatkan berbagai ilmu lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, dan kriminologi. Intinya

adalah hukum akan dapat bekerja secara efektif apabila penegakan hukum dijalankan dengan

menyesuaikan antara apa yang dikehendaki hukum dengan fakta atau realita kehidupan sosial.

Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim. Sebagaimana menurut John

Chipman Gray : All the law is judge-made-law, semua yang dimaksud dengan hukum adalah

putusan hakim. Hakim dianggap sebagai penemu hukum daripada pembuat hukum yang

mengandalkan peraturan perundang-undangan.

Pokok-pokok pendekatan kaum realis menurut Karl Liewellyn, sebagaimana dikutip oleh

R.W.M. Dias dalam bukunya Jurisprudence, adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya konsepsi harus menyinggung hukum yang berubah-ubah dan hukum yang

diciptakan oleh pengadilan ;


2. Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan-tujuan sosial ;

3. Hukum berubah lebih cepat dari hukum dan oleh karenanya selalu ada kebutuhan untuk

menyelidiki bagaimana hukum itu menghadapi problem-problem sosial yang ada ;

4. Guna keperluan studi, untuk sementara harus ada pemisahan antara is and ought ;

5. Tidak mempercayai anggapan bahwa peraturan-peraturan dan konsep-konsep hukum itu

sudah mencukupi untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh pengadilan ;

6. Menolak teori tradisional bahwa peraturan hukum itu merupakan faktor utama dalam

mengambil keputusan ;

7. Mempelajari hukum hendaknya dalam lingkup yang lebih sempit, sehingga lebih nyata.

Peraturan-peraturan hukum itu meliputi situasi-situasi yang banyak dan berlain-lainan, oleh

karena itu bersifat umum, tidak konkret, dan tidak nyata ;

8. Hendaknya hukum itu dinilai dari efektivitasnya dan kemanfaatannya untuk menemukan

efek-efek tersebut.

2. Realisme Skandinavia

Menurut Karl Olivecrona, hukum dalam realisme Skandinavia dapat persamakan dengan

perintah-perintah yang bebas, ia menolak untuk mengidentikan pemberi perintah dari hukum itu

dengan negara atau rakyat, menurutnya identifikasi demikian merupakan abstraksi dan tidak

realistis. Ketentuan undang-undang itu sendiri hanyalah kata-kata diatas kertas, kenyataan yang

berkenaan dengan pembicaraan ilmiah tentang hukum haruslah berkenaan dengan reaksi-reaksi

prikologis dari para individu, yakni ide tentang tindakan apa dan perasaan apa yang timbul

apabila mereka mendengar atau melihat suatu ketentuan.


Menurut Alf Ross, hukum adalah realitas sosial,ross berusaha membentuk suatu teori

hukum yang empiris belaka, tetapi juga yang dapat mempertanggungjawabkan keharusan

normative sebagai unsur mutlak dari gejala hukum, hal ini hanya dapat terjadi jika keberlakuan

normatif dari peraturan-peraturan hukum ditafsirkan sebagai rasionalisasi atau ungkapan

simbolis dari kenyataan-kenyataan fisio-psikis, maka dalam realitas hanya terdapat kenyataan-

kenyataan saja, keharusan normatif yang berupa rasionalisasi dan symbol itu bukan realitas

melainkan bayangan manusia tentang realitas.

Perkembangan hukum menurut Ross, melewati empat tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Hukum adalah suatu sistem paksaan yang actual ;

2. Hukum adalah suatu cara berlaku sesuai dengan kecenderungan dan keinginan anggota

komunitas, tahapan ini akan diterapkan apabila orang mulai takut akan paksaan, sehingga

selanjutnya paksaan itu mulai ditinggalkan ;

3. Hukum adalah suatu yang berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang benar, ini terjadi

karena anggota komunitas sudah terbiasa dengan pola ketaatan terhadap hukum ;

4. Supaya hukum berlaku, harus ada kompetensi pada orang-orang yang membentuknya.

Teori Ross memiliki unsur-unsur yang menerangkan timbulnya peraturan-peraturan hukum

tertentu, namun menurut Huijbers, ajaran Ross masih kurang memuaskan, Ross mau menerima

norma hukum, akan tetapi norma-norma itu ditafsirkan sebagai gejala psikologis belaka, itu

berarti bahwa norma-norma itu sebenarnya bukan norma yang sesungguhnya dan juga Ross

dinilai tidak memahami terkait gelaja etis itu sendiri.


c. Perbedaan Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia

Berdasarkan uraian mengenai Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia tersebut,

dapat diketahui bahwa :

Realisme Amerika memberikan perhatian pada pelaksanaan hukum atau praktik

hukumnya, bagaimana putusan pengadilan memberikan dampak yang efisien bagi kehidupan

sosial, dalam hal ini pengadilan sebagai lembaga negara diberika tugas yudikatif untuk

menerima, mengadili dan memutuskan perkara yang diajukan kepadanya. Hakim yang akan

menilai berdasarkan fakta-fakta konkrit yang terdapat dalam persidangan atas kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih.

Sedangkan Realisme Skandinavia memberikan perhatian pada prilaku manusia ketika

berada dalam penguasaan hukum, yang kemudian dengan pendekatan psikologi aliran ini

mengkaji prilaku manusia terhadap hukum untuk menemukan arti hukum yang sebenarnya,

sederhananya menurut realisme skandinavia, hukum itu berfungsi hanya untuk memberikan rasa

takut kepada perintah atasan atau takut terhadap sanksi dari penguasa, jadi realisme skandinavia

lebih menekankan pada prilaku manusia dalam kenyataan empiris untuk menemukan arti hukum

yang sebenarnya. Realisme skandinavia menitikberatkan pada prilaku-prilaku hakim, sementara

realisme amerika melakukan penyelidikan terhadap hukum yang tumbuh dari perhatian hak-hak

dan kewajiban subjek hukum atau dengan kata lain lebih berfokus pada gejala hukum di

masyarakat.
d. Freirechtslehre

Freirechtslehre (ajaran hukum bebas) merupakan penentang paling keras terhadap

positivisme hukum, Freirechtslehre sejalan dengan kaum realis di Amerika, bedanya adalah

aliran realisme menitik beratkan pada penganalisisan hukum sebagai kenyataan dalam

masyarakat.

Aliran hukum bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan hukum.

Penemu hukum yang bebas tugas bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan

penyelesaian yang tepat untuk peristiwa konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat

dipecahkan menurut norma yang telah diciptakan oleh hakim.

Menurut ajaran hukum bebas ini, hukum hanya dijadikan pedoman dan tidak mengikat

seperti positivisme, dan juga dapat digugat, yaitu gugatan uji materiil, yang kemudian diperiksa

oleh Mahkamah Konstitusi terhadap peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945..

Anda mungkin juga menyukai