Tanda Tangan :
Freirechtslehre.
a. Realisme Amerika
Menurut Oliver Wendell Holmes, yang disebut dengan hukum dalam realisme Amerika
adalah apa yang diputuskan oleh pengadilan, dan hukum mengikuti peristiwa-peristiwa konkret
yang muncul, jadi hukum yang diberlakukan tidak hanya berdasarkan ketentuan-ketentuan
hukum diatas kertas, tetapi juga dilakukan pendekatan yang interdisipliner dengan
memanfaatkan berbagai ilmu lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, dan kriminologi. Intinya
adalah hukum akan dapat bekerja secara efektif apabila penegakan hukum dijalankan dengan
menyesuaikan antara apa yang dikehendaki hukum dengan fakta atau realita kehidupan sosial.
Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim. Sebagaimana menurut John
Chipman Gray : All the law is judge-made-law, semua yang dimaksud dengan hukum adalah
putusan hakim. Hakim dianggap sebagai penemu hukum daripada pembuat hukum yang
Pokok-pokok pendekatan kaum realis menurut Karl Liewellyn, sebagaimana dikutip oleh
1. Hendaknya konsepsi harus menyinggung hukum yang berubah-ubah dan hukum yang
3. Hukum berubah lebih cepat dari hukum dan oleh karenanya selalu ada kebutuhan untuk
4. Guna keperluan studi, untuk sementara harus ada pemisahan antara is and ought ;
sudah mencukupi untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh pengadilan ;
6. Menolak teori tradisional bahwa peraturan hukum itu merupakan faktor utama dalam
mengambil keputusan ;
7. Mempelajari hukum hendaknya dalam lingkup yang lebih sempit, sehingga lebih nyata.
Peraturan-peraturan hukum itu meliputi situasi-situasi yang banyak dan berlain-lainan, oleh
8. Hendaknya hukum itu dinilai dari efektivitasnya dan kemanfaatannya untuk menemukan
efek-efek tersebut.
2. Realisme Skandinavia
Menurut Karl Olivecrona, hukum dalam realisme Skandinavia dapat persamakan dengan
perintah-perintah yang bebas, ia menolak untuk mengidentikan pemberi perintah dari hukum itu
dengan negara atau rakyat, menurutnya identifikasi demikian merupakan abstraksi dan tidak
realistis. Ketentuan undang-undang itu sendiri hanyalah kata-kata diatas kertas, kenyataan yang
berkenaan dengan pembicaraan ilmiah tentang hukum haruslah berkenaan dengan reaksi-reaksi
prikologis dari para individu, yakni ide tentang tindakan apa dan perasaan apa yang timbul
hukum yang empiris belaka, tetapi juga yang dapat mempertanggungjawabkan keharusan
normative sebagai unsur mutlak dari gejala hukum, hal ini hanya dapat terjadi jika keberlakuan
simbolis dari kenyataan-kenyataan fisio-psikis, maka dalam realitas hanya terdapat kenyataan-
kenyataan saja, keharusan normatif yang berupa rasionalisasi dan symbol itu bukan realitas
Perkembangan hukum menurut Ross, melewati empat tahapan, yaitu sebagai berikut :
2. Hukum adalah suatu cara berlaku sesuai dengan kecenderungan dan keinginan anggota
komunitas, tahapan ini akan diterapkan apabila orang mulai takut akan paksaan, sehingga
3. Hukum adalah suatu yang berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang benar, ini terjadi
karena anggota komunitas sudah terbiasa dengan pola ketaatan terhadap hukum ;
4. Supaya hukum berlaku, harus ada kompetensi pada orang-orang yang membentuknya.
tertentu, namun menurut Huijbers, ajaran Ross masih kurang memuaskan, Ross mau menerima
norma hukum, akan tetapi norma-norma itu ditafsirkan sebagai gejala psikologis belaka, itu
berarti bahwa norma-norma itu sebenarnya bukan norma yang sesungguhnya dan juga Ross
hukumnya, bagaimana putusan pengadilan memberikan dampak yang efisien bagi kehidupan
sosial, dalam hal ini pengadilan sebagai lembaga negara diberika tugas yudikatif untuk
menerima, mengadili dan memutuskan perkara yang diajukan kepadanya. Hakim yang akan
menilai berdasarkan fakta-fakta konkrit yang terdapat dalam persidangan atas kesalahan-
berada dalam penguasaan hukum, yang kemudian dengan pendekatan psikologi aliran ini
mengkaji prilaku manusia terhadap hukum untuk menemukan arti hukum yang sebenarnya,
sederhananya menurut realisme skandinavia, hukum itu berfungsi hanya untuk memberikan rasa
takut kepada perintah atasan atau takut terhadap sanksi dari penguasa, jadi realisme skandinavia
lebih menekankan pada prilaku manusia dalam kenyataan empiris untuk menemukan arti hukum
realisme amerika melakukan penyelidikan terhadap hukum yang tumbuh dari perhatian hak-hak
dan kewajiban subjek hukum atau dengan kata lain lebih berfokus pada gejala hukum di
masyarakat.
d. Freirechtslehre
positivisme hukum, Freirechtslehre sejalan dengan kaum realis di Amerika, bedanya adalah
aliran realisme menitik beratkan pada penganalisisan hukum sebagai kenyataan dalam
masyarakat.
Aliran hukum bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan hukum.
Penemu hukum yang bebas tugas bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan
penyelesaian yang tepat untuk peristiwa konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat
Menurut ajaran hukum bebas ini, hukum hanya dijadikan pedoman dan tidak mengikat
seperti positivisme, dan juga dapat digugat, yaitu gugatan uji materiil, yang kemudian diperiksa