Anda di halaman 1dari 2

Sociological Jurisprudence, Socio-Legal Studies, and The Sociology of Law

Auguste Comte merupakan seorang pelopor Mazhab Ilmu Hukum Sosiologis. Ia juga
merupakan filsuf yang menggunakan istilah sosiologi untuk menamai ilmu-ilmu sosial yang
bermetodologi ilmiah. Terdapat empat langkah dalam penelitian sosial menurut Auguste Comte
yakni observasi, eksperimen, komparasi, dan penelitian historis. Keempat langkah tersebut yang
akhirnya secara tradisional menjadi metode penelitian yang sangat khas sosiologis.data yang
diperoleh dari hasil observasi kemudian diuji berhadapan dengan hukum kodrat alam.

Namun, dalam perkembangannya Comte merumuskan tahap-tahap perkembangan


masyarakat, yaitu tahap teologis (fenomena dijelaskan dengan mengacu pada keberadaan yang
lebih tinggi), tahap metafisis (fenomena dijelaskan dengan mengacu pada entitas yang abstrak
sifatnya seperti kodrat atau alam), dan yang terakhir adalah tahap scientific atau positif (pada
tahap ini manusia mulai mengobservasi fenomena yang dijelaskan tadi).

Selain Auguste Comte, terdapat tokoh lain yakni Herbert Spencer. Pada tahun 1855, Ia
menulis Principles of Psychology yang mengurai suatu teori tentang pikiran sebagai bagian
biologis dari tubuh, bukan sebagai lawan darinya. Pada tahun 1962, Spencer menerbitkan First
Principles yang menjelaskan tentang pandangan evolusionernya mengenai dasar-dasar dari
domain realitas, yang memengaruhi karya-karya besar Charles Darwin. Pada tahun 1902, sesaat
sebelum Spencer wafat, ia dinominasikan untuk menerima penghargaan Nobel dalam bidang
sastra. Hingga ia wafat di usianya yang ke 83 tahun, ia tetap berkarya baik dengan menulisnya
langsung maupun mendiktekannya.

Pada saat itu, Teori Darwinisme merambat ke berbagai bidang termasuk bidang sosial
dan ekonomi yang tercermin dalam semboyan laissez faire. Spencer percaya bahwa bersamaan
dengan proses evolusi biologis akan terjadi proses evolusi sosial pula yang merupakan proses
yang otomatis dan independen. Spencer melihat bahwa kemanusiaan yang merupakan bagian
dari proses sosial bukanlah barang jadi yang dapat dilihat dan diprediksi, tetapi sesuatu yang
masih dalam proses pembentukan. Spencer juga melihat bahwa manusia tidak dapat
mendeterminasi dirinya. Alam adalah faktor yang determinan dari hidup manusia.
Pendekatan sosiologis modern menolak prinsip seleksi alam yang terkandung dalam teori
laissez faire. Pendekatan sosiologis modern lebih melihat bahwa kesadaran manusia mempunyai
peran dalam evolusi masyarakat. Teori laissez faire dilandasi oleh pemaparan dari Mandeville
yang melihat bahwa kebutuhan manusia yang cenderung untuk memikirkan dirinya sendiri,
manusia dirinya untuk melayani sesamanya secara proporsional dan menjaga harmoni dalam
relasinya dengan manusia lain, sehingga kepentingannya terlindungi dan kebutuhannya
terpenuhi.

Hukum dan masyarakat merupakan dua hal yang saling memengaruhi dan tidak dapat
dilepaskan satu dengan yang lainnya. Dalam mencari hubungan antara hukum dan masyarakat
dapat dilihat dalam berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah Sociological Jurisprudence.
Sociological Jurisprudence merupakan cabang dari ilmu normatif yang memfokuskan diri pada
pembuatan hukum dan prinsip-prinsipnya dan keberlakuan efektif di masyarakat. Para pemikir
Sociological Jurisprudence melihat bahwa hukum harus berjalan seiring dengan perubahan
masyarakat. Selanjutnya ada disiplin ilmu lainnya yaitu Sociology of Law. Disiplin ini berangkat
dari metode sosiologi yang melihat bahwa hukum merupakan bagian dari masyarakat.

Kemudian, ada pula Legal Sociology yang merupakan disiplin ilmu yang sukar untuk
didefinisikan, bahkan keberadaannya secara faktual dalam dunia ilmiah diragukan karena
metodologinya yang belum terbentuk secara afirmatif. Legal Sociology mencoba
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan dalam Sociological Jurisprudence dan Sociology of
Law. Legal Sociology dapat dianggap sebagai jembatan yang baik antara ilmu hukum sebagai
ilmu normatif dengan ilmu empiris.

Anda mungkin juga menyukai