Anda di halaman 1dari 3

Natarina Syahputri Sidharta

1706026166
Filsafat Hukum
Kelas B (Paralel)
Natural Law
Apa itu natural law? Dengan sejarah selama 2500 tahun, tidak mengejutkan apabila
pertanyaan tersebut memiliki jawaban yang beragam. Pemikiran mengenai natural law telah
lahir dan berkembang sejak masa Yunani. Pada suatu periode, natural law berakar pada ide
yang religius atau supernatural. Namun, di masa yang telah modern ini, natural law telah
dijadikan landasan ideologis dan moral dalam membenarkan setiap sistem hukum maupun
sistem ekonomi dan sosial yang ada. Gagasan menegnai natural law sendiri bermula dari
kekuatan konservatif yang ingin membenarkan properti (berupa simbol dari pemerintahan saat
itu) sebagai sebuah hak asasi manusia yang bahkan mengesampingkan hak untuk hidup itu
sendiri.
Natural law merupakan salah satu mahzab dari filsafat hukum. Apabila diterjemahkan
secara harfiah, maka natural law dapat diartikan sebagai "hukum alam". Namun, natural law
bukanlah ilmu yang mempelajari hukum atau hal yang berasal dari kejadian alamiah. Oleh
karena itu, apabila natural law diterjemahkan ke bahasa Indonesia, maka terjemahan yang tepat
adalah "hukum kodrat". Pada dasarnya, natural law tidak dapat merujuk pada hukum kodrat
maupun hukum alam. Namun, natural law harus diartikan berdasarkan keterangan yang
mengikuti di belakangnya. Istilah hukum alam memiliki kaitan yang erat dengan sesuatu yang
bersifat kejadian alamiah dan berkaitan dengan keadaan fisik. Di sisi lain, istilah hukum kodrat
erat kaitannya dengan sesuatu yang sifatnya telah digariskan oleh Tuhan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, teori mengenai natural law telah lahir dan
berkembang sejak masa pemerintahan Yunani Kuno. Pada masa ini, teori natural law (untuk
selanjutnya disebut sebagai teori hukum kodrat), hanya diartikan sebaagaai hukum yang
mengatur seluruh alam semesta, termasuk manusia. Pada masa Yunani Kuno, teori ini masih
berupa pemikiran awal dari suatu filsafat dan belum merupakan konsep dari suatu hak yang
1
dimiliki oleh manusia. Para ahli hukum dan mistik pada masa Yunani Kuno mempercayai
bahwa ada suatu retribusi surgawi yang memainkan peran di dalam persoalan manusia. Plato,
dengan filosofi idealisnya, memasang fondasi untuk spekulasi mengenai hukum kodrat, tetapi
beliau tidak berkata apa-apa perihal hukum kodrat yang dianggap bisa mem-bypass hukum
manusia.
Kemudian, perkembangan teori hukum kodrat berlanjut pada zaman Romawi Kuno.
Pada zaman ini, hukum kodrat dikembangkan oleh seorang ahli bernama Cicero. Menurutnya,

1
Agus Brotosusilo, Purnawidhi Wardhana Purbacaraka, dan M. Sofyan Pulungan, Diktat Filsafat
Hukum untuk Universitas Indonesia Fakultas Hukum, (natural law), hlm. 93-94.
Natarina Syahputri Sidharta
1706026166
Filsafat Hukum
Kelas B (Paralel)
hukum kodrat merupakan the right reason in agreement with nature atau merupakann suatu
kesepakatan yang mempunyai alasan yang benar dengan alam. Cicero meletakan hukum positif
di bawah hukum alam.
Perkembagan teori hukum kodrat kemudian berlanjut pada zaman Abad Pertengahan.
Pada zaman ini, agama Katolik sedang berkembang pesat. Seiring dengan hal tersebut,
perkembangan terhadap hukum kodrat pun mulai dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama
Katolik. Thomas Aquinas berpendapat bahwa hukum pada dasarnya bersumber dari 2 tempat,
yaitu dari wahyu dan dari akal budi manusia. Hukum yang berasal dari wahyu dari wahyu Ilahi
merupakan aturan alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan, dalam hukum abadinya (lex
aeterna) serta hukum tuhan dalam kitan suci (lex divina). Sementara yang berasal dari akal
manusia terdiri dari beberapa macam, diantaranya lex naturalis yang terdiri dari hukum kekal
yang rasional2, lex humana atau hukum positif dan hukum bangsa-bangsa atau ius gentium.3
Menurut Aquinas, Hukum Kodrat sebagai norma yang abstrak harus dimanifestasikan dalam
peraturan yang lebih konkret seperti undang-undang. Aturan yang konkret ini disebut hukum
positif. Thomas Aquinas melihat hubungannya bersifat hierarkis, dimana hukum kodrat
berkedudukan lebih tinggi daripada hukum positif dan yang tertinggi adalah hukum abadi yang
berasal dari Tuhan.4 Oleh sebab itu, apabila hukum positif bertentangan dengan hukum kodrat,
maka yang berlaku adalah hukum kodrat.5
Pada abad ke-19, teori hukum kodrat mengalami penurunan karena adanya mahzab
positivisme. Pada abad ini, berkembang sebuah paham yang dikemukakan oleh Darwin yang
melihat hukum evolusi dan seleksi alam sebagai suatu fenomena sosiologis yang secara
otomatis mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam masyarakat
berkembangnya paham ini menjadi perlawanan terhadap hukum lama demi kepentingan
hukum kasual yang mendominasi jalur peristiwa yang sebenarnya.
Hukum kodrat kembali naik ke permukaan setelah abad ke-20. Lon Fuller berpendapat
bahwa hubungan antara hukum dan moralitas adalah hal penting. Bagi Fuller, ajaran paling
fundamental dari Hukum Kodrat adalah penegasan dari peran pertimbangan dalam pesan
hukum.6 Di sisi lain, Hart mencoba untuk mengemukakan kembali posisi Hukum Kodrat dari
pandangan semi-sosiologis. Hart meletakan penekanan pertama pada asumsi bahwa

2
Finnis, Natural Law and Natural Rights (1980), hlm. 398-399.
3
Ibid., hlm. 28.
4
Ibid., hlm. 96.
5
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar ke Filsafat Hukum, (Jakarta: Prenada,
2010), hlm. 47-51 dan Agus Brotosusilo, Purnawidhi Wardhana Purbacaraka, dan M. Sofyan Pulungan, Diktat
Filsafat Hukum untuk Universitas Indonesia Fakultas Hukum, (natural law), hlm. 95-97.
6
Anatomy of The Law (1968), hal.163
Natarina Syahputri Sidharta
1706026166
Filsafat Hukum
Kelas B (Paralel)
“kelangsungan hidup manusia sebagai keutamaan yang utama”.7 Di lain pihak, Finnis
menyatakan bahwa Hukum Kodrat adalah seperangkat prinsip-prinsip praktek yang bijaksana
dalam mengatur kehidupan dan komunitas manusia.8
Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa natural law atau hukum kodrat
merupakan refleksi dari perkembangan sejarah kemanusiaan secara hukum dan institusi
penegakannya secara universal. Hukum Kodrat membuat kita berpikir tentang kenapa kita
mempunyai hukum, apa yang dapat hukum capai dan apa yang harus kita lakukan ketika kita
berpikir jika hukum tidak berhasil. Hukum kodrat merupakan hal yang idealistik yang berarti
gejala yang terjadi di dunia merupakan perwujudan dari tertib yang lebih tinggi dan sebaliknya,
hukum kodrat menjadi sumber dari terbentuknya hukum nasional.

7
The Concept of Law, hlm.189-195 dan Essays in Jurisprudence and Philosophy (1983), hlm.111-112.
8
Finnis, Natural Law and Natural Rights (1980), hlm. 280.

Anda mungkin juga menyukai