Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM SARJANA PARALEL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN YANG DIPERLUAS


(EXTENDED SYLLABUS)

MATA KULIAH RUMPUN ILMU-ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

MANUSIA DAN MASYARAKAT INDONESIA


(INDONESIAN PEOPLE AND SOCIETY)

KODE MATA KULIAH UISH600001

FHUI, DEPOK
2017
DAFTAR BAHAN BACAAN

MINGGU POKOK BAHASAN BAHAN BACAAN

I Kuliah Pembuka SAP yang Diperluas

II Asal-usul Manusia Indonesia 1. Solheim II, W.G. 1985. "The Nusantao


Hypothesis: The Origin and Spread of
Austronesian Speakers." Asian Perspectives
XXVI (1): 77-88.
2. Flessen, C.T. 2006. "Bellwood and Solheim:
Models of Neolithic Movements of People in
SOutheast Asia and the
Pacific."<https://files.itslearning.com/data/nt
nu/44801/bellwood-solheim.pdf>
3. Priambodo, B.B. 2014. “Bangsa Besar, Bangsa
Pejuang.” 25-43; dan Wibisono, A. 2014.
“Kebangsaan Masa Depan.” 45-53 dalam B.B.
Priambodo. (ed.) Bersetia Bela Pancasila,
Demi Jaya Indonesia. Depok: BP – FHUI.

III Pandangan Hidup Manusia 1. “Pidato Soepomo dalam Sidang BPUPK pada
Indonesia 31 Mei 1945.” 123-133 dalam Kusuma,
R.M.A.B. 2009. Lahirnya Undang-Undang
Dasar 1945. (Ed. Revisi) Depok: BP – FHUI.
2. Supomo. 1978. Hubungan Individu dan
Masyarakat dalam Hukum Adat. Jakarta:
Pradnya Paramita.
3. Henley,D. 2007. “Custom and Koperasi. The
Co-operative Ideal in Indonesia.” 87-112 in
J.S. Davidson, J.S. and D. Henley (Eds.). The
Revival of Tradition in Indonesian Politics. The
deployment of adat from colonialism to
indigenism. Oxon, New York: Routledge.

IV Kemajemukan Masyarakat 1. Koentjaraningrat. 1979. Manusia dan


Indonesia Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Bab I Pendahuluan. 1-36.
2. Ter Haar, B. 1948. Adat Law in Indonesia.
Translated and Edited byE. Adamson Hoebbel
and A. Arthur Schiller. New York: Institute of
Pacific Relations. Introduction. 1-10.
3. Tehupeiory, V. 2014. “Dalam Cengkeraman
Sang Garuda.” 54-64; dan Priambodo, B.B.
2014. “Mantra yang Terpenggal Itu.” 65-73
dalam B.B. Priambodo. (ed.) Bersetia Bela
Pancasila, Demi Jaya Indonesia. Depok: BP –
FHUI.
V Masyarakat Hukum Indonesia 1. Holleman, JF. (Ed.) 1981. Van Vollenhoven on
Indonesian Adat Law. Dordrecht: Springer.
Chapter IV Law Areas, pp. 41-53.
2. Ter Haar, B. 1948. Adat Law in Indonesia.
Translated and Edited byE. Adamson Hoebbel
and A. Arthur Schiller. New York: Institute of
Pacific Relations. Ch. I Social Organizations.
49-80.
3. Soepomo. “Hukum Adat di Kemudian Hari
Berhubung dengan Pembinaan Negara
Indonesia.” 1-22 dalam Bab-bab tentang
Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Paramita.

VI Pancasila 1. “Pidato Soekarno“Lahirnya Pancasila” dalam


Sidang BPUPK pada 1Juni 1945.” 150-167
dalam Kusuma, R.M.A.B. 2009. Lahirnya
Undang-Undang Dasar 1945. (Ed. Revisi)
Depok: BP – FHUI.
2. Priambodo, B.B. 2014. “Bersetia Bela
Pancasila, Demi Jaya Indonesia.” 1-21 dalam
B.B. Priambodo. (ed.) Bersetia Bela Pancasila,
Demi Jaya Indonesia. Depok: BP – FHUI.
3. Morfit, M. 1981. "Pancasila: The Indonesian
State Ideology According to the New Order
Government." Asian Survey 21 (8): 838-851.

VII UUD 1945 1. 1945 Constitution,Certified English


Translation.
2. Berita Repoeblik Indonesia. Tahoen II No. 7
15 Februari 1946, 591-602 dan; Keppres No.
150/1959 tentang Kembali Kepada Undang-
Undang Dasar 1945. (LNRI Th. 1959 No. 75)
603-624 dalam Kusuma, R.M.A.B. 2009.
Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. (Ed.
Revisi) Depok: BP – FHUI.
3. Priambodo, B.B. 2014. “Kembali ke UUD
1945. Solusi Bagi Keterpurukan Bangsa.” 180-
186 dalam B.B. Priambodo. (ed.) Bersetia Bela
Pancasila, Demi Jaya Indonesia. Depok: BP –
FHUI.

VIII Wawasan Nusantara 1. Sebastian, L.C. Supriyanto, R.A. Arsana, I.M.A.


2014. "Indonesia and the Law of the Sea:
Beyond the archipelagic outlook." National
Security College Issue Brief No. 9, May 2014.
2. Priambodo, B.B. 2014. “Wawasan Nusantara.
Visi Peradaban Bahari.” 393-412 dalam B.B.
Priambodo. (ed.) Bersetia Bela Pancasila,
Demi Jaya Indonesia. Depok: BP – FHUI.
3. Priambodo, B.B. 2013. Ikan untuk Nelayan.
Depok: BP – FHUI. Bab Tujuh Struktur Hak
atas Sumberdaya Ikan di Perairan Indonesia
dan Implikasi Pengelolaannya. 122-141.

IX Ketahanan Nasional 1. Presentasi Ketahanan Nasional


2. van der Kroef, J.M. 1975. "Indonesia:
Strategic Perceptions and Foreign Policy."
Asian Affairs 2 (3): 161-172.
3. BP-7 Pusat. 1994. Bahan Penataran
P4Kewaspadaan Nasional. Jakarta: BP-7
Pusat.

X Pergaulan Antarbangsa 1. Sukma, R. 1995. "The Evolution of Indonesia's


Foreign Policy: An Indonesian View." Asian
Survey 35 (3): 304-315.
2. Sindunegoro, K. 1991. "Indonesia's Foreign
Policy." Pakistan Horizon 44 (1): 19-26, dan
Tan, P.J. 2007. "Navigating a Turbulent Ocean:
Indonesia's Worldview and Foreign Policy."
Asian Perspective 31(3): 147-181.
3. Kochan, R. 1972. "Changing Emphasis in the
Non-Aligned Movement." The World Today
28(11): 501-508, dan Morphet, S. 2004.
"Multilateralism and the Non-Aligned
Movement: What is the Global South Doing
and Where is It Going?" Global Governance
10(2004): 517-537.

XI Pembangunan Ekonomi 1. Suyawan, M. 2013. Hukum dan


Pembangunan Ekonomi.Presentasi.
2. Heryanto, A. Lutz, N. 1988. "The Development
of Development." Indonesia 46 (October
1988): 1-24.
3. Priambodo, B.B. 2013. Ikan untuk Nelayan.
Depok: BP – FHUI. Bab Dua Kontradiksi
Tujuan Pembangunan Sektor Perikanan.
Antara Peningkatan Taraf Hidup Nelayan dan
Peningkatan Devisa Negara. 30-63.

XII Kesejahteraan Sosial 1. Nuswantoro, H.S. 2013. Hukum,


Kesejahteraan Sosial dan Wajah Jaminan
Sosial Indonesia. Presentasi
2. Swasono, Sri-Edi. 2007. "Indonesia is Not for
Sale: Sistem ekonomi nasional untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat." Jakarta:
Bappenas.
3. Nugraha, S. 2004.Privatisation of State
Enterprises in the 20th Century A Step
Forwards or Backwards?. Jakarta: Institute for
Law and Economic Studies. Ch. 3 Theory of
the Welfare State. 43-72.
XIII Perempuan dan Anak 1. Lidwina I. Nurtjahyo. Perempuan dan Hukum
di Indonesia. Presentasi.
2. Hardiyanto, Y. Novirianti, D. Soetono, B.
Zurstrasses, M. 2008. Akses Perempuan
terhadap Keadilan di Indonesia. Studi Kasus
atas Perempuan Desa Pencari Keadilan di
Cianjur, Brebes dan Lombok. Jakarta: Justice
for the Poor.

XIV Bimbingan Makalah Tugas N/A


Pengganti UAS

XV Mengumpulkan Tugas Pengganti N/A


UAS
Minggu Pertama

KULIAH PEMBUKA

1. MATA KULIAH WAJIB RUMPUN ILMU-ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

Mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” merupakan mata kuliah wajib rumpun ilmu-ilmu
sosial dan humaniora di Universitas Indonesia. (UI) Sebagaimana diketahui, program-program studi
di UI dikelompokkan ke dalam rumpun-rumpun ilmu, yaitu:

1. Rumpun Ilmu-ilmu Kesehatan,


2. Rumpun Ilmu-ilmu Pasti (Sains) dan Teknologi, dan
3. Rumpun Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora.

Rumpun Ilmu-ilmu Kesehatan mencakup program-program studi yang diselenggarakan oleh;

a. Fakultas Kedokteran,
b. Fakultas Kedokteran Gigi,
c. Fakultas Ilmu Keperawatan, dan
d. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Rumpun Ilmu-ilmu Pasti (Sains) dan Teknologi mencakup program-program studi yang
diselenggarakan oleh;

a. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


b. Fakultas Teknik,
c. Fakultas Ilmu Komputer, dan
d. Fakultas Farmasi.

Sedangkan Rumpun Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora mencakup program-program studi yang
diselenggarakan oleh;

a. Fakultas Hukum,
b. Fakultas Psikologi,
c. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
d. Fakultas Ilmu Budaya,
e. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan
f. Fakultas Ilmu Administrasi.

Sebagai mata kuliah wajib rumpun, “Manusia dan Masyarakat Indonesia” wajib diikuti oleh seluruh
mahasiswa peserta program-program studi yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum, Fakultas
Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
dan Fakultas Ilmu Administrasi. Di masa mendatang, mata kuliah ini dapat diselenggarakan di mana
pun di antara kelima fakultas tersebut, demikian pula diikuti oleh mahasiswa dari program-program
studi yang diselenggarakan kelima fakultas itu. Akan tetapi, sejak pertama kali dibuka pada Tahun
Ajaran 2013-2014 sehingga kini sudah empat kali diselenggarakan, penyelenggaraan mata kuliah
Manusia dan Masyarakat Indonesia masih diserahkan kepada masing-masing fakultas, termasuk
pengembangan garis besar rancangan pengajaran (GBRP) maupun satuan acara perkuliahan. (SAP)

2. KOMPETENSI UTAMA

Mata Kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” merupakan bagian dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. (KBK) Kurikulum ini —berbeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya yang disusun
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan seni semata-mata —disusun
berdasarkan kompetensi atau kecakapan yang diharapkan dimiliki oleh pembelajar kelak setelah
selesai belajar dan bergabung menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, penyusunan KBK pun
lebih partisipatif, mengikutsertakan pemangku kepentingan yang lebih luas, tidak terbatas pada
pakar ilmu pengetahuan dan pendidikan saja, tetapi, misalnya, calon “pengguna” para pembelajar
kelak setelah selesai belajar di pasar tenaga kerja. Melalui suatu riset awal (baseline research)
dirumuskanlah kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat dari orang-orang yang
belajar ilmu-ilmu sosial dan humaniora, dalam bentuk kompetensi utama, yaitu:

1. Peka terhadap jatidiri (identitas) ke-Indonesia-an, baik sebagai pribadi, masyarakat maupun
budaya.
2. Peka terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar berbangsa dan bernegara Indonesia; dan,
3. Peka terhadap permasalahan-permasalahan (issues) mendasar yang dihadapi oleh
Indonesia sebagai sebuah bangsa yang menegara.

Kurikulum Berbasis Kompetensi tersusun dalam suatu “jejaring kompetensi” yang terdiri dari
kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya. Ketiga kompetensi di atas
termasuk dalam kompetensi utama, artinya bersifat umum dan menjadi dasar maupun landasan
bagi pengembangan kompetensi-kompetensi yang lebih rinci sifatnya. Itulah sebabnya, ketiga
kompetensi tersebut diupayakan pembentukannya dalam suatu mata kuliah yang diwajibkan bagi
semua pembelajar dari rumpun ilmu-ilmu sosial dan humaniora, karena bagaimanapun ahli ilmu-
ilmu sosial dan humaniora yang belajar di Indonesia kelak akan berhadapan dengan manusia
Indonesia, baik sebagai pribadi, masyarakat maupun budaya. Itulah pula yang menjadi latar-
belakang mengapa seseorang mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora di Indonesia, karena ingin
mengenali manusia Indonesia baik sebagai pribadi, masyarakat maupun budaya; nilai-nilai dan
norma-norma dasar yang membentuk pola pikir, pola sikap dan pola perilakunya; beserta
permasalahan-permasalahan mendasarnya.

Terlebih bagi pembelajar ilmu hukum, kompetensi-kompetensi utama di atas merupakan suatu
syarat mutlak (conditio sine qua non) untuk mempelajari hukum dan ilmu hukum di Indonesia,
karena bukan saja hukum tidak pernah bekerja dalam ruang hampa, melainkan juga bagi pembelajar
pada strata satu (S1) titik-berat pembelajaran berada pada hukum positif, yaitu hukum yang berlaku
di sesuatu tempat tertentu, pada waktu tertentu, untuk urusan yang tertentu pula. Untuk dapat
mempelajari sesuatu hukum positif dan perkembangannya, diperlukan suatu kepekaan yang akut
akan jatidiri manusia-manusia yang membentuk dan menghidupi hukum itu baik sebagai pribadi,
masyarakat maupun budayanya; nilai-nilai dan norma-norma dasar apa yang membentuk pola pikir,
pola sikap dan pola perilakunya; dan permasalahan-permasalahan yang dianggapnya mendasar.
Cicero, seorang ahli hukum Romawi kuno pernah menyatakan dalam ungkapannyayang terkenal
“ubi societas, ibi ius,” di mana ada masyarakat, di situlah ada hukum. Globalisasi memang semakin
mengaburkan batas-batas primordial dan membaurkan seluruh umat manusia dalam satu identitas
tunggal sebagai warga global yang tinggal bersama di satu kampung global;demikian pula, berbagai
bidang hukum pun semakin konvergen. Akan tetapi, sampai hari ini hukum pada kenyataannya
masih berlaku terutama dalam batas-batas kedaulatan politik nasional, terlepas dari semakin
canggihnya berbagai inisiatif internasional yang bersifat multilateral. Itulah sebabnya, bagaimanapun
pembelajar hukum di Indonesia kali pertama harus mahir hukum Indonesia terlebih dahulu, dan itu
tidak mungkin dilakukan tanpa kepekaan yang akut akan jatidiri ke-Indonesia-an.

3. DOMAIN AFEKTIF

Dalam Taksonomi Bloom mengenai kompetensi, Kompetensi-kompetensi Utama yang diupayakan


untuk dibentuk melalui mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” termasuk dalam domain
afektif. Bloom membagi kompetensi-kompetensi ke dalam 3 (tiga) domain utama, yaitu (i) kognitif,
(ii) afektif, dan (iii) psikomotor. Jika domain kognitif lebih condong pada pembentukan pengetahuan
ilmiah, domain psikomotor bertitik berat pada pembentukan kemampuan melakukan gerakan atau
menggunakan perkakas, domain afektif berurusan dengan pembentukan rasa, emosi, minat, sikap,
penghargaan, semangat maupun cara penyesuaian diri tertentu. Itulah sebabnya Kompetensi
Utama mata kuliah ini dirumuskan dengan kata “peka,” yang dalam bahasa Inggris dapatlah
diterjemahkan menjadi aware. Dalam mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia,” pembelajar
tidak akan mengasah keterampilan berpikir, memperdebatkan rumusan berbagai pengertian agar
mendapatkan pengetahuan yang akurat, dan sebagainya. Pembelajar, sebaliknya, diajak untuk lebih
menggunakan “rasa” dibanding “rasio”-nya.

Dalam setiap domainnya, kompetensi-kompetensi diperingkatkan dari yang paling elementer sampai
yang paling canggih. Dalam domain afektif, pemeringkatannya adalah sebagai berikut.

1. Penerimaan, artinya kesiap-sediaan untuk menyadari atau mengenali keberadaan suatu


objek, fenomena maupun perilaku tertentu dalam lingkungannya, yang terwujud dalam
kemampuan untuk mengarahkan dan mempertahankan perhatian kepada objek, fenomena
maupun perilaku tersebut.
2. Tanggapan, artinya kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan (stimulus) berupa
objek, fenomena maupun perilaku tertentu dalam lingkungannya, yang dapat berupa
perasaan setuju, menerima, puas atau sebaliknya, ingkar, menolak, resah dan sebagainya.
3. Penghargaan, artinya kemampuan untuk menyematkan nilai tertentu, misalnya benar-salah,
baik-buruk, bermanfaat-merugikan, terhadap objek, fenomena maupun perilaku tertentu
dalam lingkungannya, berdasarkan pada pengalaman menerima dan menanggapi yang telah
terinternalisasi dalam pola-pikir.
4. Pengorganisasian, artinya kemampuan untuk memadu-padankan berbagai nilai yang
berbeda-beda bagi objek, fenomena maupun perilaku yang dipaparkan ke dalam pola pikir
sendiri, seraya menyelesaikan berbagai pertentangan yang timbul dengan cara
membanding-bandingkan, menghubung-hubungkan dan merenungkannya.
5. Pembentukan Karakter, artinya terbentuknya suatu sistem nilai atau keyakinan tertentu
yang mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola perilaku sedemikian rupa sehingga sudah
merupakan watak dan tabiatnya sendiri.
Sampai sejauh mana kompetensi afektif yang diharapkan terbentuk melalui mata kuliah “Manusia
dan Masyarakat Indonesia” ini? Berhubung mata kuliah ini baru diselenggarakan sebanyak dua kali
sejauh ini sehingga masih eksperimental sifatnya, maka tidak terlalu muluk-muluk, penyelenggaraan
mata kuliah ini dapatlah dianggap berhasil jika pembelajar telah mampu menerima dan
menanggapi, artinya segera mengenali berbagai objek, fenomena maupun perilaku yang memang
sudah selayaknya menjadi perhatiannya selaku calon ahli ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang
belajar di Indonesia; di mana setelah mengenali tersebut lantas timbul emosi-emosi tertentu sesuai
dengan yang sepatutnya. Khususnya bagi pembelajar hukum, diharapkan kemampuan-kemampuan
lainnya, yakni menghargai, mengorganisasikan dan terbentuknya karakter dapat dibantu
pembinaannya dalam mata kuliah-mata kuliah lain dalam KBK Fakultas Hukum, sejalan dengan misi
Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) mencetak sarjana hukum yang berintegritas dan
berkompetensi internasional namun tetap kental bercorak kebangsaaan.

4. POKOK BAHASAN

Dalam rangka membentuk Kompetensi-kompetensi Utama tersebut, masing-masing kompetensi itu


kemudian diperikan ke dalam Pokok-pokok Bahasan sebagai berikut.

A. Kepekaan terhadap Jatidiri Indonesia baik sebagai pribadi, masyarakat maupun budaya.
1. Asal-usul Manusia Indonesia.
2. Pandangan Hidup Manusia Indonesia.
3. Kemajemukan Masyarakat Indonesia.
4. Masyarakat Hukum Indonesia.
B. Kepekaan terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar berbangsa dan bernegara.
5. Pancasila, sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
6. UUD 1945, sebagai hukum dasar negara Indonesia.
7. Wawasan Nusantara, sebagai identitas fisik negara-bangsa Indonesia.
8. Ketahanan Nasional, sebagai atribut mental bangsa Indonesia.
C. Kepekaan terhadap permasalahan-permasalahan mendasar yang dihadapi Indonesia sebagai
bangsa yang menegara.
9. Indonesia dalam Pergaulan Antarbangsa.
10. Indonesia dan Pembangunan Ekonomi.
11. Indonesia dan Kesejahteraan Sosial.
12. Perempuan dan Anak Indonesia.

5. DISKUSI KELAS

Metode belajar utama yang digunakan dalam mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia”
adalah diskusi kelas. Metode ini dianggap paling cocok untuk kepentingan menimbulkan kepekaan
dan membangkitkan kesadaran, yang merupakan kompetensi yang ingin dicapai melalui kegiatan
belajar dalam mata kuliah ini. Pelaksanaan metode diskusi kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Peserta mata kuliah kali pertama dibagi ke dalam kelas-kelas paralel sesuai dengan
ketersediaan kelas, waktu dan pengajar/ fasilitator diskusi, kemudian tiap-tiap kelas dibagi
ke dalam 12 (dua belas) kelompok, dengan tiap kelompok bertanggung-jawab atas satu dari
keduabelas Pokok Bahasan.
2. Tiap-tiap dari keduabelas Pokok Bahasan disajikan dan didiskusikan oleh setiap Kelas dalam
tiap Pertemuan di setiap minggunya, di mana tiap kelompok ketika tiba giliran presentasinya
menjadi Penyaji (pembawa makalah sesuai topik yang ditentukan).
3. Kelompok yang sedang giliran presentasi karena itu menyiapkan 2 (dua) (i) ESEI tidak lebih
dari 5 (halaman) mengenai Pokok Bahasan yang dipresentasikannya, dan (ii) PRESENTASI.
4. ESEI HARUS DITULIS BERDASARKAN REFERENSI-REFERENSI YANG DIBERIKAN DALAM
MODUL INI! Menulis esei tanpa didasarkan pada referensi-referensi ini TIDAK AKAN
DINILAI. Esei ditulis mengenai topik yang ditugaskan, namun harus diberi JUDUL YANG
BERBEDA DARI TOPIK itu sendiri—masing-masingnya dibubuhi keterangan “penyaji” dan
“pembanding.”
5. Meskipun TIDAK PRESENTASI, kelompok-kelompok lainnya JUGA MENYIAPKAN ESEI sesuai
topik yang didiskusikan pada tiap-tiap minggunya. Kelompok-kelompok yang tidak presentasi
bertanya, mengomentari, menyanggah guna mempertajam esei-esei yang disampaikan oleh
kelompok yang presentasi berdasarkan esei masing-masing.
6. SEMUA kelompok juga harus menyiapkan NOTULENSI dari tiap-tiap diskusi kelas.
7. Setelah selesai diskusi, semua ESEI—baik yang dipresentasikan maupun tidak—
DIKUMPULKAN KEPADA DOSEN untuk dinilai sebagai komponen diskusi kelas, sedangkan
semua notulensi diserahkan kepada kelompok yang presentasi sebagai masukan guna
menyusun makalah pengganti ujian tengah semester. (UTS)

Dengan demikian, jadwal diskusi kelas adalah sebagai berikut.

Kompetensi
Minggu ke- Pokok Bahasan Tanggal/Bulan Kelompok
Utama

- I Kuliah Pembuka 30/08 -

II Asal-usul Manusia Indonesia 06/09 -

III Pandangan Hidup Manusia Indonesia 13/09 -


Jatidiri
IV Kemajemukan Masyarakat Indonesia 20/09 -

V Masyarakat Hukum Indonesia 27/09 -

VI Pancasila 4/10 -

VII UUD 1945 11/10 -


Nilai dan
Norma Dasar
VIII Wawasan Nusantara 18/10 -

IX Ketahanan Nasional 25/10 -

X Pergaulan Antarbangsa 01/11 -


Permasalahan
XI Pembangunan Ekonomi 08/11 -
Mendasar
XII Kesejahteraan Sosial 15/11 -
XIII Perempuan dan Anak 22/11 -

- XIV Bimbingan Makalah Pengganti UTS 29/11 -

6. TUGAS PENGGANTI UJIAN TENGAH SEMESTER

Sebagai pengganti UTS, tiap Kelompok menulis makalah ringkas tidak lebih dari 10 (sepuluh)
halaman, dengan topik yang menjadi tanggung-jawabnya.

Makalah sekurang-kurangnya berisi bagian-bagian (i) Pendahuluan, yakni argumentasi mengenai


pentingnya tema yang diangkat, penelitian terhadapnya atau perkembangan tema sejauh ini, dan
rumusan masalah (ii) Masalah, yaitu pemaparan mengenai berbagai segi dari tema yang akan
dianalisis; (iii) Analisis, yaitu argumentasi mengenai sudut pandang dan pendirian penyusun makalah
mengenai tema yang diangkat didukung referensi-referensi yang relevan dan (iv) Penutup yang
berisi simpulan dan saran jika ada.

Penilaian terutama didasarkan pada (i) kemampuan untuk “mengerucutkan” topik menjadi
tema/judul makalah ilmiah; (ii) kejelasan perumusan masalah; (iii) kegamblangan dan kerunutan
paparan dan argumentasi mengenai tema yang diangkat beserta analisisnya; (iv) kesesuaian antara
rumusan masalah dan simpulan dan saran jika ada; dan, (v) penggunaan referensi dan kutipan yang
benar dan cerdas. Makalah Pengganti UTS dikumpulkan bersamaan waktu Ujian Akhir Semester
(UAS).

7. UJIAN AKHIR SEMESTER

Ujian Akhir Semester (UAS) akan dilaksanakan berupa ujian tertulis (sit-in written exam) sesuai
dengan jadwal yang akan ditetapkan kemudian.

8. KREDIT, PRASYARAT DAN WAKTU

Mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” berbobot 3 sks. Artinya, dalam seminggu baik
mahasiswa maupun pengajar/ fasilitator harus meluangkan waktunya sebanyak 3 x 150 menit, untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Waktu Mahasiswa Pengajar/ Fasilitator


150 menit Tatap muka di ruang kelas Tatap muka di ruang kelas
150 menit Kegiatan terencana, mengerjakan tugas- Kegiatan terencana, menilai hasil kerja
tugas tugas mahasiswa.
150 menit Kegiatan mandiri, mengulang pelajaran Kegiatan mandiri, mengevaluasi pelajaran
yang lalu, menyiapkan pelajaran yang lalu, menyiapkan pelajaran
berikutnya. berikutnya.

Tatap muka di ruang kelas dilaksanakan dengan kegiatan dan alokasi waktu sebagai berikut

5 menit persiapan
15 menit presentasi esei I
15 menit presentasi esei II
70 menit tanya-jawab
30 menit ulasan diskusi oleh Dosen
15 menit penjelasan mengenai topik minggu depan

Sebagai mata kuliah yang diberikan pada tahun pertama semester pertama, “Manusia dan
Masyarakat Indonesia” tidak memiliki prasyarat.

Kegiatan tatap muka mata kuliah ini dilaksanakan pada waktu-waktu sebagai berikut.

Program Hari Jam


Reguler Rabu 10.00 – 12.30
Paralel Rabu 14.00 – 16.30
KKI Selasa 13.00 – 15.30

9. KOMPONEN PENILAIAN

Nilai minimal kelulusan untuk mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” adalah 5.5 atau C,
yang merupakan rerata dari komponen-komponen penilaian sebagai berikut. Ketidakhadiran
dibawah 50 % otomatis tidak lulus matakuliah ini.

UAS 30 %
Tugas Pengganti UTS 30 %
Diskusi Kelas 30 %
Kehadiran 10 %

10. PENGAJAR

Berikut ini adalah pengajar mata kuliah “Manusia dan Masyarakat Indonesia” di Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, disusun menurut abjad.

1. Afdol, SH., MH. 13. Meliyana Yustikarini, SH., MH.


2. Dr. Andhika Danesjvara, SH., M.Si. 14. M. Sofyan Pulungan, SH., MA.
3. Antarin Prasanthi Sigit, SH., M.Si. 15. Myra R.B. Setiawan, SH., MH.
4. Antonius Cahyadi, SH., LL.M. 16. Dr. Ratih Lestarini, SH., MH.
5. Ari Wahyudi Hertanto, SH., MH. 17. Tien Handayani, SH., M.Si.
6. Bono Budi Priambodo, SH., M.Sc. 18. Iva Kasuma, S.H., M.Si.
7. Budidarmono, SH., MSA., MCL., Ph.D. 19. Tirtawening Parikesit, S.H., M.Si.
8. Heri Tjandrasari, SH., MH. 20. Kris Wojoyo Supandi, SH., MPP
9. Heru Susetyo, SH., LL.M., M.Si., Ph.D. 21. M. Farid Hanggawan, S.H., M.Si.(asisten)
10. Dr. R. Ismala Dewi, SH., MH. 22.Togar Tanjung, S.H., M.E (asisten)
11. Dr. Lidwina Inge Nurtjahjo, SH., M.Si. 23.Rizky Setiawan, S.H. (asisten)
12. Meirani Suyawan, SH., MH.
11. URAIAN SINGKAT POKOK BAHASAN

Berikut ini akan diberikan uraian singkat mengenai tiap-tiap pokok bahasan untuk membantu
mahasiswa merumuskan sendiri masalah-masalah yang akan mereka diskusikan. Oleh karena itu,
uraian singkat mengenai pokok-pokok bahasan ini akan disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat
tanya, yang jawabannya dapat ditemukan, antara lain, dalam bahan-bahan bacaan yang diusulkan.
Akan tetapi, rumusan masalah diskusi tidak harus tepat seperti apa yang diuraikan di sini sepanjang
masih relevan dengan pokok bahasan. Demikian pula, bacaan tidak dibatasi hanya pada bahan-
bahan yang diusulkan dalam SAP yang diperluas ini, asalkan masih terkait dengan pokok bahasan.

Asal-usul Manusia Indonesia

 Sudah berapa lama orang Indonesia ada di muka bumi?


 Bagaimanakah orang Indonesia itu?
 Apakah artinya menjadi orang Indonesia? Apakah yang harus dilakukan untuk menjadi orang
Indonesia? Pentingkah bagi anda menjadi orang Indonesia?

Pandangan Hidup Manusia Indonesia

 Menurut anda, apakah sekelompok orang yang hidup bersama memiliki pandangan yang
sama mengenai diri dan lingkungannya?
 Bagaimana orang Indonesia memandang diri dan lingkungannya? Apa bedanya dengan
bangsa-bangsa lain?
 Apakah orang Indonesia takut kepada Tuhan? Apakah mereka suka saling membantu?
Ataukah mereka orang-orang yang malas dan terbelakang?

Kemajemukan Masyarakat Indonesia

 Seberapa majemukkah Indonesia? Apakah kemajemukan itu tetap seperti sediakala atau
terus berubah sepanjang waktu?
 Apakah kemajemukan ini anugerah atau kutukan? Dapatkah ia menjadi perekat persatuan
nasional atau, sebaliknya, bom yang sewaktu-waktu dapat meledak?
 Bagaimanakah kemajemukan Indonesia ini seharusnya DIKELOLA?

Masyarakat Hukum Indonesia

 Apakah tiap negara-bangsa harus memiliki sistem hukum nasionalnya sendiri? Haruskah kita
memiliki suatu sistem hukum nasional Indonesia?
 Betapakah masyarakat semajemuk Indonesia dapat membentuk suatu negara-bangsa?
Bentuk negara bagaimanakah yang sesuai dengan Indonesia?
 Dapatkah suatu sistem hukum nasional yang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia
mengakomodasi kemajemukannya?

Pancasila

 Apakah Pancasila itu? Nama sebuah ideologi, seperangkat nilai moral, atau apa?
 Apakah fungsi Pancasila? Apakah ia suatu pandangan hidup, (weltanschauung) norma dasar,
(grundnorm) ideologi, atau apa?
 Apakah arti Pancasila bagi anda? Seberapa pentingnyakah?

UUD 1945

 Bagi sebuah negara, apakah “konstitusi” itu? Apa gunanya? Ada berapa macam konstitusi di
dunia?
 Konstitusi yang bagaimanakah UUD 1945 itu? Apakah ia cocok dan memadai bagi Indonesia?
 Sebagai seorang calon ahli hukum, seberapa pentingkah UUD 1945 bagi anda dalam
menjalani profesi kelak?

Wawasan Nusantara

 Apakah orang-orang yang hidup dalam latar geografik, klimatik dan ekologi yang berbeda
memiliki cara yang berbeda pula dalam memahami hidup, diri dan lingkungannya?
 Di manakah letak Indonesia di atas permukaan bola dunia? Dapatkah anda menggambar
suatu peta kasar untuk menunjukkannya? Apakah letak itu berarti sesuatu bagi anda?
 Apakah Indonesia adalah sebuah negara kepulauan, yakni, pulau-pulau yang dikelilingi
lautan, ataukah negara lautan, yakni lautan yang ditaburi pulau-pulau?

Ketahanan Nasional

 Setelah merdeka dari Inggris pada 1776, bangsa Amerika tetap lestari hingga kini. Setelah
berkuasa selama tujuh abad lebih, Turki Utsmaniyah runtuh pada 1923. Setelah merdeka
pada 1945, berapa lama Indonesia akan bertahan hidup?
 Bagaimana cara memastikan kelangsungan hidup Bangsa Indonesia?
 Seberapa pentingkah keberlangsungan Indonesia bagi anda?

Pergaulan Antarbangsa

 Peran apakah yang dimainkan Indonesia dalam pergaulan antarbangsa sejauh ini? Apakah
cukup memuaskan bagi anda?
 Pentingkah, menurut anda, Indonesia memainkan peranan yang lebih penting lagi dalam
dunia internasional?
 Bagaimana meningkatkan sumbangsih Indonesia pada dunia dan umat manusia seluruhnya
di masa depan?

Pembangunan Ekonomi

 Indonesia sudah sejak lama selalu disebut sebagai “negara berkembang” (developing
country) atau “perekonomian yang bangkit.” (emerging economy) Bagaimana PERASAAN
anda mengenainya?
 Pentingkah bagi Indonesia untuk selalu mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi yang
tinggi sehingga memungkinkan rakyat Indonesia mencapai taraf konsumsi massal yang tinggi
pula?
 Apakah pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan itu sendiri, ataukah alat maupun sarana
untuk mencapai suatu tujuan?
Kesejahteraan Sosial

 Menurut anda, apakah “kesejahteraan” itu? Siapakah yang bertanggung-jawab untuk


mewujudkannya, Negarakah, kalangan pengusahakah, atau rakyat sendiri-sendiri?
 Apakah ada hubungan langsung antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan
kesejahteraan sosial yang lebih baik?
 Apakah kemiskinan merupakan akibat dari rendahnya produktivitas, atau sebaliknya,
produktivitas rendah merupakan akibat dari kemiskinan?

Perempuan dan Anak

 Apakah di Indonesia perempuan dan anak diperlakukan tidak setara hanya karena mereka
perempuan dan anak?
 Peran apa yang dapat dimainkan oleh perempuan dan anak untuk memastikan
keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia?
 Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkannya?

Anda mungkin juga menyukai