Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aditya Risky Prasetyo

Nim : D10121675
Kelas : Pancasila BT3/C

Bab I
Landasan dan tujuan pendidikan pancasila
1. Landasan Historis
Bangsa indonesia telah mengalami perjalanan sejarah perjuangan kebangsaan yang
panjang. Ketika bangsa indonesia ingin mendirikan negara, tata nilai kebudayaan
yang tumbuh subur diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa sebagai dasar
filsafat negara. Oleh Ir. Soekarno rumusan dasar negara ini diberi nama pancasila, dan
diterima dalam sidang BPUPKI yang secara resmi ditetapkan oleh PPKI pada tanggal
18 agustus 1945. setelah indonesia merdeka, pancasila yang disepakati sebagai dasar
negara sudah semestinya harus diwujudkan secara nyata.
2. Landasan Kultural
Pancasila sebagai dasar negara baru ada setelah negara indonesia berdiri, namun
unsur-unsur ajaran pancasila sudah tumbuh berkembang jauh sebelum negara
indonesia berdiri. Kepercayaan adanya zat yang maha kuasa yang berada diluar
kekuatan manusia sudah tumbuh dalam kebudayaan indonesia kuno, demikian juga
ajaran tentang kemanusiaan. Benih rasa persatuan juga sudah muncul dengan
dijadikannya bahasa melayu sebagai pengantar dalam perdagangan antar pulau. Rasa
persatuan ini diperkuat dengan berdirinya kerajaan-kerajaan nasional. Semangat
musyawarah pun sudah tumbuh lama dalam budaya bangsa indonesia.
3. Landasan Yuridis
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV tentang tujuan nasional,
diantaranya ialah mencerdaskan kehidupan bangsa
b. UUD 1945 pasal 31 mengatur lebih lanjut tentang hak tiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan
c. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional :
-BAB I (ketentuan umum) pasal 1 ayat 2
- BAB II (dasar, fungsi, dan tujuan) pasal 2
4. Landasan filosofis
Nilai-nilai pancasila secara intrinsik berwujud dan bersifat filosofis, merupakan
kebulatan ajaran tentang berbagai bidang kehidupan masyarakat bangsa indonesia.
Ajaran filsafat itu sedemikian kuat mempengaruhi alam pikiran manusia indonesia,
berupa cara pandangnya mengenai arti hidup dan kehidupan masyarakat dan negara.
Sebagai manifestasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai
pancasila diyakini sebagai nilai dasar, dan puncak budaya bangsa, jiwa, dan
kepribadian bangsa
• Tujuan Pendidikan Pancasila
1. Tujuan nasional
Tujuan nasional bangsa indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea
IV
2. Tujuan Pendidikan nasional
Berdasarkan UU No 20/2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
3. Tujuan Pendidikan Pancasila
Memahami, menghayati, dan melaksanakan jiwa pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sebagai warga negara Republik Indonesia.

BAB II
Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
• Sebagaimana kita ketahui, wilayah yang sekarang menjadi teritori NKRI berbentuk
kepulauan dan terbentang luas dari barat ke timur, utara ke selatan. Terletak di Asia
Tenggara diantara samudera hindia dan samudera pasifik, kepulauan kita meliputi
17.508 pulau dengan panjang garis pantai 54.716 km dan luas total wilayah hampir
dua juta kilometer persegi. Fakta ini menobatkan indonesia sebagai negara kepulauan
terbesar didunia.
• Terbentuknya bangsa Indonesia :
Proses menyatukan wilayah yang begitu luas dengan penduduk yang beragam ras,
budaya, dan agama kedalam satu entitas bernama bangsa indonesia tidaklah mudah
dan butuh waktu lama. Parakitri simbolon (1995) membagi sejarah indonesia kedalam
2 tahap :
1. Tahap rakyat menjadi bangsa, dalam tahap ini kumpulan-kumpulan manusia yang
hidup di wilayah nusantara yang tadinya terpisah-pisah secara geografis maupun
kultural, lambat laun menyatu dalam satu identitas politis bersama bernama
“Indonesia”.
2. Tahap bangsa menjadi negara, dalam tahap ini kumpulan manusia yang telah
memiliki satu identitas politis menyusun organisasi kekuasaan untuk mengelola
kehidupan mereka bersama secara efektif.
• Dimensi imperative Pancasila
Pada tanggal 1 juni 1945, hari terakhir sidang pertama BPUPKI, soekarno
mengajukan usulan tentang dasar negara indonesia merdeka. Sebelum memaparkan
asas-asas tersebut, ia menekankan pentingnya mengutamakan kemerdekaan indonesia
ketimbang hal-hal detil yang membawa perselisihan. Untuk itu ia melihat perlunya
untuk menemukan suatu dasar negara yang bisa disetujui oleh semua pihak. Setelah
itu ia mengajukan lima asas yang ia sebut pancasila, yakni :
1. Nasionalisme atau perikebangsaan
2. Internasionalisme atau peri kebangsaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
• Formulasi final Pancasila
Tanggal 22 juni 1945, hasil kesepakatan antara kedua golongan dituangkan dalam
rumusan piagam jakarta yang dirancang untuk menjadi Pembukaan UUD Indonesia.
Didalam piagam itu, pancasila disusun dalam rumusan berikut :
1. Ketuhanan yang maha esa dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
• Rupanya rumusan pancasila diatas menimbulkan gejolak lagi dalam sidang BPUPKI
dikalangan nasionalis dan perwakilan dari daerah-daerah yang mayoritas
penduduknya beragama non islam. Mereka menuntut dihapuskan nya tujuh kata
“dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya”. Perdebatan
berlangsung panas dan golongan nasionalis nyaris menderita kekalahan. Keesokan
harinya pada 18 agustus 1945 Moh.Hatta menyodorkan usul untuk mengubah
beberapa butir rancangan mukaddimah dan UUD hasil kerja BPUPKI. Demikian lah
PPKI kemudian mengesahkan rumusan final pancasila yang kita kenal saat ini :
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkasanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

BAB III
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
• Pengertian Pancasila sebagai system filsafat
Ditinjau dari ciri-ciri pemikiran filsafat, pancasila sudah memenuhi syarat sebagai
pemikiran filsafat. Pancasila memuat ajaran yang mendasar, meyeluruh, dan
sistematis, tentang manusia dan segala aspek kehidupannya. Muh Yamin dalam
bukunya Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 yang juga dikutip Sunoto
menjelaskan dan membandingkan pancasila sebagai sistem filsafat bangsa indonesia
berdasarkan atas ucapan Bung Karno yang menyatakan bahwa pancasila adalah isi
jiwa bangsa indonesia. Pendapat ini senada dengan pendapat Driyarkara, Notonagoro,
serta Roesian Abdulgani yang membenarkan pancasila sebagai sistem filsafat.
Pancasila yang diusulkan oleh bung karno sebagai dasar negara indonesia merdeka
telah dipikirkan secara mendalam bertahun-tahun lamanya.
• Ciri-ciri system filsafat Pancasila :
1. Satu kesatuan dari bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Bagian-bagian tersebut mempunyai satu tujuan tertentu
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
• Konsep dasar filsafat Pancasila
Manusia sebagai subjek dan objek dalam filsafat pancasila tidak berarti bahwa
manusia bisa hidup sendiri. Eksistensi manusia tidak bisa dilepaskan dalam kaitannya
dengan tuhan dan lingkungan, dimana manusia mempunyai kewajiban terhadap
dirinya sendiri, terhadap sesamanya, dan terhadap tuhan dalam keseimbangan yang
harmonis. Eksistensi manusia di alam harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Manusia harus bersikap adil tidak hanya kepada diri sendiri, sesama, maupun tuhan,
tetapi juga terhadap alam. Alam menyediakan keperluan manusia dan manusia
memanfaatkannya, memelihara, menjaganya dengan penuh tanggung jawab.
• Landasan filsafat Pancasila
Secara filosofis pancasila sebagai sistem filsafat mempunyai 3 landasan :
1. Landasan ontologis pancasila
Ontologi merupakan cabang tertua dari filsafat yang membicarakan tentang hakikat
kenyataan yang ada.
2. Dasar epistemologis
Epistemologis adalah cabang filsafat yang membicarakan hakikat pengetahuan.
3. Landasan aksiologis
Aksiologis berasal dari kata axios yang berarti nilai. Aksiologis adalah cabang filsafat
yang membiacarakan masalah nilai.

BAB IV
Pancasila Sebagai Sistem Etika Politik
• Etika sebagai cabang filsafat praktis
Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma atau dari
sudut baik buruk. Sebagai cabang filsafat, etika menganalisa berbagai aspek selain
perilaku manusia misalnya, kebebasan, tanggung jawab, nilai, norma dan lain-lain.
Secara tidak sengaja manusia mempraktekan filsafat dalam kehidupan sehari-hari
termasuk etika yang merupakan salah satu cabang filsafat. Etika banyak berhubungan
dengan seluruh kehidupan manusia, dan itu membuktikan bahwa etika sebagai ilmu
yang penting untuk dipelajari.
• Kedudukan Pancasila sebagai system etika
Pancasila merupakan pedoman dan landasan dalam kehidupan kita berprilaku. Kodrat
manusia sebagai mahluk monopluralis (kedudukan kodrat, sifat kodrat, dan susunan
kodrat) senantiasa harus dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai norma dalam
kehidupan masyarakat. Kedudukan kodrat manusia sebagai mahluk pribadi dan
mahluk tuhan, sifat kodrat manusia sebagai mahluk sosial dan individu serta susunan
kodrat sebagai mahluk jasmani dan rohani, ketiga-tiganya harus senantiasa berjalan
sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang ada di dalam masyarakat.
Keharmonisan, keserasian, dan keseimbangan bertindak akan membawa perilaku kita
ke arah yang lebih baik.
• Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
1. Etika politik berdasar ketuhanan yang maha esa
perilaku para penyelenggara negara seharusnya didasarkan pada rasa takut terhadap
tuhan yang maha esa, serta bertanggung jawab terhadap tugasnya.
2. Etika politik berdasr kemanusiaan yang adil dan beradab
Rasa tanggung jawab terhadap tugasnya hanya diperuntukan kepada masyarakat,
artinya tugas yang disandangnya untuk kepentingan masyarakat bukan pribadi atau
golongan.
3. Etika politik berdasar persatuan indonesia
Perilaku para penyelenggara negara hanya untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
bukan menuju pada perpecahan.
4. Etika politik berdasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Demokrasi yang dilaksanakan dengan baik akan menjadikan kehidupan politik di
indonesia lebih baik pula.
5. Etika politik berdasar keadilan sosial bagi seluruh rakyat ndonesia
Perilaku dari para penyelenggara negara harus bisa mewujudkan keadilan bagi seluruh
bangsa indonesia, tanpa memihak satu masyarakat tertentu.

BAB V
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
• Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia sudah merupakan suatu kesepakatan
politik atau keputusan final yang mempunyai kekuatan hukum dengan ditetapkannya
pancasila sebagai dasar negara. Sebagai ideologi negara, pancasila diangkat atau
diambil dari pandangan hidup yang sudah lama berkembang didalam kehidupan
bangsa indonesia.
• Pancasila sebagai ideologi terbuka yaitu :
1. Bersifat realis, yaitu mencerminkan kenyataan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat dimana ideologi tersebut berkembang
2. Bersifat idealis, yaitu konsep yang terkandung didalamnya mampu memberi
harapan, optimisme, serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk
mewujudkan apa yang dicita-citakan
3. Bersifat fleksibel, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang terus
menerus berkembang dan sekaligus mampu memberi arah, melalui tafsir yang
konsisten dan relevan
4. Seimbang dan harmonis
• Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki tiga nilai :
1. Nilai dasar yang bersifat tetap sepanjang masa seperti asas, cita-cita dan tujuan
2. Nilai instrumental yang penerapan dan pengembangan nya dapat berubah sesuai
dengan tuntutan zaman, antara lain berupa arahan, kebijakan, strategi sasaran dan
pelaksanaan
3. Nilai praksis yang merupakan realisasi dari nilai-nilai instrumental dalam
kehidupan nyata dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
• Sifat dinamis dan inovatif ideologi pancasila memungkinkan bangsa indonesia
mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya (jati
diri bangsa).

BAB VI
Pancasila Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
• Kedudukan Pancasila Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Pancasila adalah ratio legis, sumber nilai yang mendasari peraturan perundang-
undangan yang ada di negara ini. Antara pancasila, konstitusi, dan hukum positif
terdapat hubungan yang hirarkis. Pancasila menjadi tertib hukum tertinggi. Artinya,
pancasila sebagai entitas ideal akan menjiwai konstitusi dan segala hukum positif.
Kata “menjiwai” disini berarti segala peraturan yang ada dibawah pancasila harus
menjabarkan nilai-nilai pancasila dalam rumusannya dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai pancasila tersebut. Kedudukan pancasila sebagai dasar negara
menyebabkan Pembukaan UUD 1945 yang memuatnya bernilai sebagai pokok kaidah
fundamental negara, sementara UUD 1945 sendiri secara keseluruhan menjadi hukum
dasar tertulis bagi negara indonesia.
• Perubahan-Perubahan UUD 1945 Hasil Amandemen
1. Perubahan struktur dan fungsi MPR
2. Pembatasan kekuasaan presiden
3. Perluasan kekuasaan DPR
4. Perubahan mekanisme pengisian pejabat
5. lembaga-lembaga tinggi baru
6. Dihapuskannya DPA
7. Penegasan asas otonomi daerah
8. Perluasan pengakuan dan perlindungan HAM
• Sampai tahun 2005, UUD 1945 telah mengalami empat kali amandemen, namun
sampai saat ini masih ada ketidakpuasan terhadap hasil amandemen, bahkan ada pula
gerakan yang ingin agar UUD 1945 dikembalikan kepada rumusan aslinya,
ketidakpuasan terutama ditujukan kepada besarnya wewenang DPR yang dilimpahkan
kepada UUD 1945. sebagian orang mengkuatirkan terjadinya tirani legislatif karena
dominasi DPR dalam berbagai aspek pemerintahan. Semua fenomena ini menunjukan
bahwa bangsa dan negara indonesia masih dalam proses mencari bentuk untuk
mendefinisikan sistem demokrasi pancasila. Namun, perubahan apapun yang terjadi
pada batang tubuh UUD 1945, ada suatu konsensus nasional untuk tidak bergeser dari
dasar negara yang telah dipilih yakni pancasila.

Bab VII
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
• Berdasarkan penelusuran sejarah, Pancasila tidaklah lahir secara mendadak pada
tahun 1945, melainkan melalui proses yang panjang, dengan didasari oleh sejarah
perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa lain di dunia. Pancasila
diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada kepribadian dan
gagasan besar bangsa Indonesia sendiri. Perumusan konseptualisasi Pancasila dimulai
pada masa persidangan pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Dalam menjawab
permintaan Ketua BPUPKI, Radjiman Wediodiningrat, mengenai dasar negara
Indonesia merdeka, puluhan anggota BPUPKI berusaha menyodorkan pandangannya,
yang kebanyakan pokok gagasannya sesuai dengan satuan-satuan 26 sila Pancasila.
• Rangkain ini ditutup dengan Pidato Soekarno (1 Juni) yang menawarkan lima prinsip
dari dasar negara yang diberi nama Panca Sila. Rumusan Soekarno tentang Pancasila
kemudian digodok melalui Panitia Delapan yang dibentuk oleh Ketua Sidang
BPUPKI. Kemudian membentuk “Panitia Sembilan”, yang menyempurnakan
rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno ke dalam rumusan versi Piagam Jakarta pada
22 Juni 1945. Fase “pengesahan” dilakukan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang
menghasilkan rumusan final Pancasila yang mengikat secara konstitusional dalam
kehidupan bernegara. Dalam proses perumusan dasar negara, Soekarno memainkan
peran yang sangat penting. Dia berhasil mensintesiskan berbagai pandangan yang
telah muncul dan orang pertama yang mengonseptualisasikan dasar negara itu ke
dalam pengertian “dasar falsafah” (philosofische grondslag) atau “pandangan
komprehensif dunia” (weltanschauung) secara sistematik dan koheren.
• Mengapa dasar negara yang menyatukan dan menjadi panduan keindonesiaan itu
dibatasi lima? Jawaban Soekarno, selain kelima unsur itulah yang memang berakar
kuat dalam jiwa bangsa Indonesia, dia juga mengaku suka pada simbolisme angka
lima. Angka lima memiliki nilai “keramat” dalam antropologi masyarakat Indonesia.
Soekarno menyebutkan, “Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita
mempunyai Panca Indra. Apalagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir:
Pandawa lima). Pandawa pun lima bilangannya.” Hal lain juga bisa ditambahkan,
bahwa dalam tradisi Jawa ada lima larangan sebagai kode etika, yang disebut istilah
“Mo-limo”.2 Taman Siswa dan Chuo Sangi In juga memiliki “Panca Dharma”. Selain
itu, bintang yang amat penting kedudukannya sebagai pemandu pelaut dari
masyarakat bahari juga bersudut lima. Asosiasi dasar negara dengan bintang ini
digunakan Soekarno dalam penggunaan istilah Leitstar (bintang pimpinan). Selain itu,
istilah Pancasila juga telah dipakai dalam buku “Negara Kertagama” karangan Empu
Prapanca, juga dalam buku “Sutasoma” karangan Empu Tantular, dalam pengertian
yang agak berbeda, yakni kesusilaan yang lima.
• Demikianlah pada tanggal 1 Juni 1945 itu, Soekarno mengemukakan pemikirannya
tentang Pancasila, yaitu nama dari lima dasar negara Indonesia yang diusulkannya
berkenaan dengan permasalahan di sekitar dasar negara Indonesia Merdeka. Pokok-
pokok pikiran yang terdapat dalam pidato Bung Karno itu yang kemudian diterima
secara aklamasi oleh BPUPKI sebagai dasar dalam penyusunan falsafah negara
(philosophische grondslag) Indonesia merdeka.
• Pada akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang
bertugas untuk mengumpulkan usul-usul para anggota yang akan dibahas pada masa
sidang berikutnya (10 s.d 17 Juli 1945). Panitia Kecil yang resmi ini beranggotakan
delapan orang (Panitia Delapan) di bawah pimpinan Soekarno. Terdiri dari 6 orang
wakil golongan 33 kebangsaan dan 2 orang wakil golongan Islam.
• Konsep rancangan Pembukaan ini disetujui pada 22 Juni 1945. Oleh Soekarno
rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar ini diberi nama “Mukaddimah”, oleh
M. Yamin dinamakan “Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut
“Gentlemen’s Agreement”.
• Tanggal 18 Agustus 1945 kesepakatan yang terdapat dalam Piagam Jakarta tersebut
diubah pada bagian akhirnya oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Hal penting yang diubah oleh panitia ini adalah tujuh kata setelah Ke-Tuhanan, yang
semula berbunyi “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Juga diubahnya
klausul pasal pada batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 6 ayat (1)
mengenai syarat presiden. Semula ayat itu mensyaratkan presiden harus orang Islam,
tetapi kemudian diubah menjadi hanya “harus orang Indonesia asli.
• Karena Pancasila merupakan karya bersama yang dihasilkan melalui konsensus
bersama, Pancasila itu merupakan titik-temu (common denominator) yang
menyatukan keindonesiaan. Dengan demikian, jelas bahwa penetapan rumusan
Pancasila merupakan hasil final, yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga
Indonesia dalam mengembangkan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Dalam
pidatonya, Soekarno mengatakan sebagai berikut: “Saya bukanlah pencipta Pancasila,
saya bukanlah pembuat Pancasila. Apa yang saya kerjakan tempo hari, ialah sekadar
memformuleer perasaan-perasaan yang ada di dalam kalangan rakyat dengan
beberapa kata-kata, yang saya namakan “Pancasila”. Saya tidak merasa membuat
Pancasila. Dan salah sekali jika ada orang mengatakan bahwa Pancasila itu buatan
Soekarno, bahwa Pancasila itu buatan manusia. Saya tidak membuatnya, saya tidak
menciptakannya. Jadi apakah Pancasila buatan Tuhan, itu lain pertanyaan…
• Rumusan pancasila :
1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila pada prinsipnya menegaskan
bahwa bangsa Indonesia dan setiap warga negara harus mengakui adanya Tuhan.
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada prinsipnya
menegaskan bahwa kita memiliki Indonesia Merdeka yang berada pula
lingkungan kekeluargaan bangsa-bangsa. Prinsip Internasionalisme dan
Kebangsaan Indonesia adalah Internasionalime yang berakar di dalam buminya
Nasionalisme, dan Nasionalisme yang hidup dalam taman sarinya
Internasionalisme. Bahwa, akan dihargai dan dijunjung tinggi hak-hak asasi
manusia.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia (Kebangsaan Indonesia) dalam Pancasila pada prinsipnya
menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan Negara Kebangsaan. Bangsa
yang memiliki kehendak untuk bersatu, memiliki persatuan perangai karena
persatuan nasib, bangsa yang terikat pada tanah airnya. Bangsa yang akan tetap
terjaga dari kemungkinan mempunya sifat chauvinistis.
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (mufakat atau Demokrasi) dalam Pancasila pada
prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia akan terus memelihara dan
mengembangkan semangat bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam
perwakilan. Bangsa Indonesia akan tetap memelihara dan mengembangkan
kehidupan demokrasi. Bangsa Indonesia akan memelihara serta mengembangkan
kearifan dan kebijaksanaan dalam bermusyawarah.
5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Kesejahteraan) dalam
Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa seyogyanya tidak akan ada
kemiskinan dalam Indonesia Merdeka. Bangsa Indonesia bukan hanya memiliki
demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi. Indonesia harus memiliki
keadilan politik dan keadilan ekonomi sekaligus. Indonesia harus memiliki
kehidupan yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai