Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI


Dosen Pengampu : Pak Adiguna Kharismawan, S.H, M.H

Disusun Oleh :
Nama : Aditya Risky Prasetyo
Nim : D10121675
Kelas : Kapita Selekta Hukum Perdata BT9

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
TAHUN AJARAN 2023/2024

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena berkat rahmat, hidayah, serta
taufiknya “Makalah Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi” ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita
Selekta Hukum Perdata serta menambah cakrawala pengetahuan mengenai materi Perbuatan
Melawan Hukum dan Wanprestasi.
Akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua elemen
baik dalam lingkup Fakultas, Universitas, maupun masyarakat luar demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Palu, 17 Mei 2023

Aditya Risky Prasetyo

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbuatan Melawan Hukum.......................................................................................4
B. Wanprestasi................................................................................................................5
C. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi ............................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki kepentingan nya masing-masing, namun dengan
kepentingan yang berbeda-beda tersebut tak lantas membuat manusia dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu menjalin
hubungan dengan manusia lain, dalam hubungan tersebut lahirlah suatu komitmen dan
rasa percaya terhadap satu sama lain. Rasa percaya dan komitmen yang timbul
melahirkan sebuah janji yang mana menuntut kedua belah pihak untuk melaksanakan
komitmen atau janji tersebut, sehingga secara tidak langsung membuat keterikatan antara
kedua pihak yang membuat komitmen tersebut. Namun bukan manusia nama nya jika
tidak terlepas dari sebuah kesalahan, sering kali timbul permasalahan dari sebuah janji
atau komitmen yang tidak dipenuhi oleh salah satu pihak.
Dalam peradaban manusia mereka yang kuat akan menguasai dan dapat
memkasakan kehendak mereka kepada siapapun yang mereka anggap lemah. Apabila
pihak yang kuat disini adalah pihak yang memberikan janji maka dalam konteks ini tentu
pihak yang lemah akan selalu mendapat pengingkaran janji. Oleh karena itu hak asasi
manusia ditemukan oleh John Locke dan sejak saat itu perlahan-lahan posisi manusia
adalah sama, tidak ada lagi yang kuat dan lemah yang ada hanya kesetaraan antar sesama
manusia. Di berbagai negara belahan dunia jauh sebelum Indonesia merdeka telah
mengenal yang nama Hukum yang digunakan sebagai landasan bagi warga negara nya
untuk memperoleh kepastian, perlindungan, dan keadilan di mata hukum sebagai bentuk
implementasi lebih lanjut dari ditemukan nya hak asasi manusia tadi. Oleh karena itu
setelah Indonesia merdeka kemudia secara konstitusi menyatakan sebagai negara hukum.
Hukum diperlukan dalam upaya pengaturan dan pembatasan perilaku manusia.
Termasuk di dalam nya dalam mengatur kehidupan para pelaku usaha. Dalam upaya
menunjang segala kebutuhan hidup, manusia selalu melakukan hubungan dengan
manusia lain yang didasari dengan sebuah rasa percaya lalu kemudian mereka bekerja
sama melalui sebuah perjanjian. Dengan adanya sebuah perjanjian akan membawa
banyak manfaat bagi manusia mengingat manusia adalah mahluk sosial, namun

2
perjanjian dapat berakibat negatif dan merugikan pihak lain apabila tidak memberikan
batasan terhadap perilaku manusia. Mengenai perjanjian sendiri di Indonesia telah diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai landasan dalam pelaksanaan
perjanjian, selain itu adapula Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang turut
digunakan sebagai landasan dalam perjanjian. Dengan adanya produk hukum tersebut
menjadi acuan dalam mengambil keputusan ketika ada permasalahan yang muncul akibat
perjanjian para pihak, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum?
2. Apa yang dimaksud dengan wanprestasi?
3. Apa yang dimaksud dengan gugatan dalam perbuatan melawan hukum dan
wanprestasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang perbuatan melawan hukum.
2. Mengetahui tentang wanprestasi.
3. Mengetahui tentang gugatan dalam perbuatan melawan hukum dan wanprestasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbuatan Melawan Hukum


Perbuatan melawan hukum (PMH) berasal dari istilah Belanda “Onrechtmatige
daad” atau dalam Bahasa Inggris “tort” yang berarti bertentangan dengan hukum,
melanggar hukum, dan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum merupakan
perbuatan yang dilakukan oleh seorang debitur (orang atau badan yang meminjam)
sehingga mengakibatkan kreditur (orang atau badan yang memberi pinjaman) mengalami
kerugian. Perbuatan melawan hukum sendiri adalah perbuatan yang melanggar atau
bertentangan dengan undang-undang. Dengan ada nya suatu perjanjian/kontrak antara
kedua belah pihak menimbulkan sebuah hukum yang berlaku bagi kedua pihak dan wajib
untuk dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
Suatu perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum dengan
membuktikan 3 hal utama yaitu :
1. Adanya perbuatan debitur, dalam hal ini harus dibuktikan bahwa debitur melakukan
sebuah perbuatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi kreditur, sehingga
perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum.
2. Perbuatan tersebut melawan hukum, suatu perbuatan yang dilakukan oleh debitur jika
itu telah bertentangan dengan kesepakatan awal dan melawan undang-undang serta
mencederai hak kreditur sebagaimana kesepakatan awal, maka perbuatan tersebut
dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum, namun sebelum itu harus
dibuktikan terlebih dahulu dengan fakta yang konkrit.
3. Adanya kerugian kreditur sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum debitur, agar
dapat dikatakan perbuatan melawan hukum maka perbuatan yang dilakukan oleh
debitur harus mengakibatkan kerugian bagi kreditur sehingga perbuatan tersebut
dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum.

Ketiga unsur tersebut merupakan landasan dalam melakukan pembuktian terhadap


perbuatan melawan hukum dalam suatu perjanjian. Apabila salah satu unsur tidak
terpenuhi maka akan sulit untuk mengkualifikasikan perbuatan tersebut sebagai
perbuatan melawan hukum. Bilamana hal tersebut benar adanya serta merugikan kreditur,

4
maka hukum berperan untuk melindungi hak kreditur yan tercederai. Didalam KUH
Perdata telah memuat mengenai ketentuan perlindungan bagi kreditur yang mengalami
kerugian akibat perbuatan debitur yang melawan hukum, dalam pasal 1365 KUH Perdata
menyatakan “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahan nya
untuk mengganti kerugian tersebut” tidak hanya karena kesalahan, didalam KUH Perdata
juga memberikan regulasi terkait ganti rugi atas perbuatan melawan hukum yang
disebabkan karena kelalaian yang diatur dalam pasal 1366 KUH Perdata yang
menyatakan “Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang
disebabkan perbuatan nya, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kesembronoannya”.

Kedua regulasi tersebut telah memberikan perlindungan secara nyata bagi kreditur
ataupun siapa saja pihak yang kemudian merasa dirugikan untuk memperoleh ganti rugi
dari siapa saja yang telah merugikan nya. Dalam pasal 1365 KUH Perdata juga tidak
menentukan perbuatan tersebut melanggar kesepakatan awal kedua belah pihak, namun
juga harus dikualifikasikan melanggar hukum. Dengan begitu pasal ini memberikan
perlindungan sepenuhnya kepada pihak-pihak yang dirugikan agar supaya tidak ada lagi
pihak-pihak yang baik dengan sengaja maupun dengan kelalaian nya menyebabkan
kerugian bagi pihak lain.

B. Wanprestasi
Wanprestasi berasal dari Bahasa belanda “wanprestatie”, ‘wan’ berarti buruk dan
jelek sedangkan ‘prestatie’ berarti kewajiban yang harus dipenuhi, sehingga wanprestasi
dapat diartikan sebagai pemenuhan kewajiban. Saat menjalankan suatu kontrak, tak dapat
dipungkiri ada kala nya salah satu pihak mengalami keadaan sulit sehingga tidak dapat
melaksanakan kontrak sebagaimana mestinya. Keadaan itu bisa berasal dari dalam diri
maupun dari luar, keadaan itu dapat terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja, baik
dalam kehendak maupun diluar kehendak orang tersebut. Dalam keadaan ini maka
seseorang tersebut dikatakan sebagai Wanprestasi atau Ingkar Janji. Dalam pasal 1234
KUH Perdata telah dibagi bentuk-bentuk dari wanprestasi :

5
1. Tidak melaksanakan isi kontrak sama sekali
Pada bentuk ini, suatu pihak secara sadar dan nyata menentang pelaksanaan
kontrak dengan tidak melaksanakan isi kontrak yang telah disepakati. Pihak tersebut
tidak menjalankan kewajiban nya sebagaimana kesepakatan kontrak, sehingga
membuat pihak lain yang terlibat dalam kontrak mengalami kerugian. Dalam hal ini
termasuk bentuk yang secara nyata dapat merugikan pihak lain karena satu pihak
tidak melaksanakan isi kontrak sama sekali.
2. Melaksanakan sebagian isi kontrak
Dalam bentuk ini baik satu pihak maupun kedua-dua nya hanya melaksanakan
sebagian dari apa yang telah disepakati dan meninggalkan sebagian lain nya.
Melalaikan apa yang telah disepakati Bersama merupakan bentuk pengingkaran
terhadap kesepakatan itu sendiri, bilamana klausul yang tidak dilaksanakan bukan
merupakan esensi dari perjanjian itu maka tentu dapat dikesempampingkan, namun
lain hal nya jika hal tersebut merupakan hal pokok dalam perjanjian maka tentu akan
menyebabkan kerugian pada salah satu pihak akibat dari wanprestasi tersebut.
3. Melaksanakan kontrak tidak sebagaimana mestinya
Dalam bentuk ini salah satu atau kedua belah pihak melaksanakan kontrak tidak
sesuai dengan apa yang telah disepakati diawal perjanjian. Dalam artian hal yang
dilakukan tersebut telah keluar dari isi kontrak. Hal ini dapat berakibat pada salah
satu pihak tidak memperoleh keuntungan dari pelaksanaan prestasi pihak lain.
4. Melaksanakan kontrak namun terlambat
Pada bentuk yang terakhir ini, salah satu pihak dalam kontrak melaksanakan
prestasi tidak pada waktu yang telah disepakati bersama. Salah satu pihak tersebut
telah mengingkari waktu pelaksanaan dari kontrak tersebut, akibat dari keterlambatan
tersebut dapat berupa kerugian finansial yang cukup besar maka tentu sudah sangat
wajar jika pihak yang dirugikan menuntut ganti rugi atas perbuatan tersebut. Akan
tetapi jika pihak yang dirugikan tidak mempermasalahkan persoalan waktu maka
masih ada kesempatan bagi pihak yang terlambat dalam pemenuhan kewajiban
kontrak untuk dapat melaksanakan prestasi nya.

6
C. Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi
Gugatan adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri perihal tuntutan terhadap pihak lain yang mana harus diperiksa terlebih dahulu
secara prosedur yang terstruktur oleh pengadilan lalu kemudian diambil putusan terhadap
gugatan tersebut. Secara prinsip setiap gugatan harus lah berdiri sendiri yang masing-
masing diajukan dalam suatu surat gugatan secara terpisah. Dalam gugatan perdata antara
wanprestasi dan perbuatan melawan hukum adalah dua hal yang sangat berbeda, dalam
gugatan wanprestasi menempatkan sang penggugat pada posisi dimana ganti rugi oleh
tergugat adalah berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan, sedangkan gugatan
dalam perbuatan melawan hukum adalah posisi penggugat dimana perbuatan melawan
hukum tersebut belum terjadi sehingga ganti rugi yang diberikan adalah bentuk kerugian
yang nyata.
Penggabungan gugatan dilihat dari perspektif hukum positif Indonesia tidak
mengatur mengenai hal tersebut, namun secara a contrario memperbolehkan
penggabungan tersebut asalkan tidak terdapat hubungan erat dari gugatan itu. Terkait
dengan gugatan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi sendiri merupakan kedua hal
yang tidak bisa digabungkan dan harus dipisah, hal ini dikarenakan pertama, dari segi
dasar hukum yang mengatur saja sudah berbeda. Dalam perbuatan melawan hukum diatur
dalam pasal 1365 KUH Perdata sedangkan wanprestasi diatur dalam pasal 1243 KUH
Perdata, yang mana penggabungan gugatan dapat dilakukan hanya saja jika memiliki
hubungan yang dalam hal ini juga berupa dasar hukum yang mengaturnya. Kedua, hak
menuntut yang timbul dalam gugatan perbuatan melawan hukum berupa ganti rugi yang
tidak perlu dilakukan somasi, sedangkan dalam wanprestasi berupa ganti rugi yang
terlebih dahulu harus dilakukan somasi. Ketiga, terkait ganti rugi dalam wanprestasi telah
jelas mekanisme nya dalam KUH Perdata sedangkan dalam perbuatan melawan hukum
tidak diatur mengenai hal tersebut.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam suatu perjanjian adakala nya salah satu maupun kedua belah pihak tidak
memenuhi kewajiban yang dimiliki baik secara sengaja maupun tidak sengaja,
dikehendaki maupun tidak dikehendaki, hal tersebut dinamakan perbuatan melawan
hukum dan wanprestasi. Meskipun terlihat sama namun pada dasar nya kedua istilah
tersebut merupakan dua hal yang jelas berbeda dalam hukum. Sebagaimana diatur dalam
KUH Perdata pasal 1365 bahwa pada intinya Perbuatan Melawan Hukum adalah suatu
perbuatan yang melanggar hak orang lain serta bertentangan dengan undang-undang.
Sedangkan Wanprestasi dalam KUH Perdata pasal 1338 yang pada inti nya menyatakan
bahwa wanprestasi tindakan seseorang yang berupa ingkar janji terhadap janji yang sudah
disepakati bersama baik secara sengaja maupun atas kelalaian nya.
Terkait dengan gugatan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi merupakan
dua hal yang secara prinsip berbeda sehingga tidak bisa untuk melakukan penggabungan
gugatan. Gugatan perbuatan melawan hukum harus didasarkan pada perbuatan yang
ditimbulkan dari perjanjian, sedangkan gugatan wanprestasi didasarkan pada tidak
dilaksankan nya prestasi dalam perjanjian itu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sridadi Rizki A, 2009. Aspek Hukum Dalam Bisnis. Surabaya: Airlangga University Press

Hartono SR, 2000. Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Subekti, 1990. Hukum Perjanjian. P Jakarta: T. Intermasa

Fuady M, 1999. Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya
Bakti

Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktek Peradilan Indonesia,
Jakarta: Djambatan, 2002.

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2017

Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata, Yogyakarta: Liberty, 2002.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia

Mantili R & sutanto. Kumulasi Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan Gugatan Wanprestasi
Dalam Kajian Hukum Acara Perdata di Indonesia, Volume 10, No. 2 Tahun 2019.

9
Pertanyaan :

1. Dimana letak perbedaan antara perbuatan melawan hukum dan wanprestasi?


2. Apa saja bentuk ganti rugi dari wanprestasi?
3. Bagaimana cara pelaksanaan putusan pengadilan terkait gugatan perbuatan melawan
hukum dan wanprestasi?
4. Apakah perjanjian dapat dibatalkan satu pihak tanpa persetujuan pihak lain?
5. Apakah kesalahan identitas dapat membatalkan suatu perjanjian?

10

Anda mungkin juga menyukai