Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM PIDANA

UNSUR UNSUR MELAWAN HUKUM DAN UNSUR KESALAHAN

Disusun guna memenuhi tugas perkuliahan


Mata Kuliah : Hukum Pidana
Dosen Pengampu : Nani Widya Sari, S.H, M.H.
NID: 0419049301

Disusun Oleh :
NAMA : Pujangga Putra
NIM : 211010201337
KELAS : 02HUKP008

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Unsur melawan hukum dan Unsur Kesalahan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Nani Widya Sari S.H. , M.H. pada bidang studi Hukum pidana. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Unsur
melawan hukum dan Unsur Kesalahan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Nani Widya Sari S.H. , M.H., selaku
dosen hukum pidana yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 13 Maret 2022


Pujangga Putra

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. 1
DAFTAR ISI ......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN..................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 5
2.1 UNSUR UNSUR MELAWAN HUKUM.......................................... 5-8
2.2 UNSUR UNSUR KESALAHAN..................................................... 8-11
BAB III PENUTUP................................................................................12
3.1 KESIMPULAN............................................................................... 12
3.2 SARAN......................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupannya manusia memiliki hak dan kewajiban yang saling
berhubungan dan bahkan saling berbenturan. Adanya perbedaan keinginan
dan kebutuhan menciptakan perbedaan pula dalam hal hak dan kewajiban.
Akibatnya terjadilah benturan-benturan kepentingan yang dapat
menguntungkan maupun yang dapa merugikan. Dalam hal ini setiap manusia,
sebagai makhluk sosial yang berakal budi, tentunya harus saling menghargai
hak dan kewajiban setiap individu. Dan untuk mempertegas dan memperjelas.
Hal itu, terciptalah berbagai aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang
disepakati untuk ditaati bersama demi kelancaran dan kenyamanan kehidupan
umat manusia.
Namun hal ini tidaklah semudah yang dibayangkan, karena dalam praktek
kehidupan sehari-hari, ada ketidakmampuan dan atau kesengajaan untuk
melanggar aturan yang telah disepakati tersebut. Maka terciptalah kekacauan,
keadaan yang tidak menyenangkan, keadaan yang mengakibatkan
ketimpangan pemenuhan hak dan kewajiban dan lain sebagainya. Dalam
keadaan seperti ini terjadilah desakan kekuatan aturan yang ada yang berupa
sanksi-sanksi atas mereka yang tidak mampu memenuhi dan atau sengaja
melanggar aturan-peraturan yang ada. Artinya, disinilah berperan hukum dan
perangkat-perangkat yang ada. Didalam mengkaji hukum, kita akan
mememukan istilah perbuatan melawan hukum yaitu, suatu perbuatan yang
menimbulkan kerugian terhadap pihak-pihak lain sehingga adanya gugatan
dari pihak-pihak tersebut. Perbuatan melawan hukum memiliki dua perspektif,
yang pertama adalah perbuatan melawan hukum dalam perspektif hukum
pidana, dan yang kedua perbuatan melawan hukum dalam perspektif hukum
perdata. Dalam karya ilmiah ini, penulis akan menitik beratkan pengkajian
terhadap unsur-unsur perbuatan melawan hukum dan unsur unsur kesalahan
dalam hukum pidana.
3

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam membuat makalah, ada beberapa pertanyaan yang akan dibahas yaitu:
 Apa saja unsur-unsur melawan hukum dalam perbuatan tindak pidana?
 Apa saja unsur-unsur kesalahan dalam hukum pidana?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun kegunaan penulisan makalah ini yaitu:
 Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur melawan hukum dalam
perbuatan tindak pidana
 Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur kesalahan dalam hukum pidana
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 UNSUR-UNSUR MELAWAN HUKUM


Dari ketentuan Pasal 1365KUHPer ini, dapat diketahui bahwa suatu perbuatan
melawan hukum baru dapat dituntut penggantian kerugian apabila telah
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

A. Perbuatan itu harus melawan hukum.


Suatu perbuatan adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum apabila
berlawan dengan:

1. Hak orang lain


Melanggar hak subjektif orang lain berarti melanggar wewenang khusus yang
diberikan oleh hukum kepada seseorang. Sifat hakikat dari hak subjektif
wewenang khusus yang diberikan oleh hukum kepada seseorang yang
memperoleh demi kepentingannya.

2. Kewajiban hukumnya sendiri


Menurut pandangan yang berlaku saat ini, hukum diartikan sebagai suatu
keseluruhan yang terdiri dari norma-norma yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Yang dimaksud dengan suatu tindakan atau kelalaian yang
bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku adalah suatu tingkah laku
yang bertentangan dengan suatu ketentuan undang-undang.

3. Kesusilaan yang baik


Kaidah kesusilaan diartikan sebagai norma-norma sosial dalam masyrakat.
Sepanjang norma tersebut diterima oleh anggota masyarakat dalam bentuk
peraturan peraturan hukum yang tidak tertulis.
5
4. Keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup masyarakat
Mengenai orang lain atau benda Dalam pengertian ini manusia harus
mempunyai tenggang rasa dengan lingkungannya dan sesama manusia,
sehingga tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi tetapi juga
kepentingan orang lain sehingga dalam bertindak haruslah sesuai dengan,
ketelitian, dan kehati-hatian yang berlaku dalam masyarakat.

B. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian.


Kerugian yang disebabkan oleh karena perbuatan melawan hukum dapat
berupa kerugian materiel (dapat dinilai dengan uang) dan kerugian immateriel
(tidak dapat dinilai dengan uang). Dengan demikian, kerugian yang ditimbulkan
karena perbuatan melawan hukum tidak hanya terbatas pada kerugian yang
ditujukan kepada kekayaan harta benda, tetapi juga kerugian yang
ditujukanpada tubuh, jiwa, dan kehormatan manusia.

1. Kerugian materil Kerugian materil dapat berupa kerugian yang


nyata diderita dari suatu perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh orang lain. Misalnya kebakaran mobil penumpang
akibat perbuatan melawan hukum, mewajibkan si pembuat
kerugian itu tidak hanya membayar biaya perbaikan mobil
tersebut, akan tetapi juga bertanggungjawab untuk mengganti
penghasilan mobil penumpang itu yang akan diperoleh si pemilik
sewaktu memperbaiki mobil tersebut.

2. Kerugian. Immaterial

Yang termasuk dalam kerugian immaterial akibat perbuatan


melawan hukum dapat berupa:
- Kerugian moral,
-Kerugian yang tidak dapat dihitung dengan uang.

6
C. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan.

Suatu kesalahan dapat berupa kesengajaan dan kelalaian. Kesengajaan berarti


seseorang melakukan suatu perbuatan dan perbuatan ini berniat untuk
membuat suatu akibat. Adapun kelalaian berarti seseorang tidak melakukan
suatu perbuatan, padahal menurut hukum ia harus berbuat atau melakukan
suatu perbuatan. Dengan kata lain dapat disimpulkan, bahwa:

1. Kesengajaan adalah melakukan suatu perbuatan, dimana dengan


perbuatan itu si pelaku menyadari sepenuhnya akan ada akibat dari
perbuatan tersebut.

2. Kelalaian adalah seseorang tidak melakukan suatu perbuatan, tetapi


dengan bersikap demikian pada hakikatnya ia telah melawan
hukum,sebab semestinya harus berbuat atau melakukan suatu
perbuatan. Jadi,ia lalai untuk melakukan suatu perbuatan yang
sebenarnya wajib melakukan suatu perbuatan.

D. Perbuatan itu harus ada hubungan kausal (sebab-akibat).

Hubungan kausal merupakan hubungan sebab-akibat antara perbuatan


Melawan hukum dan kerugian. Hubungan kausal ini tersimpul dalam
Pasal 1365 KUHPer yang mengatakan, bahwa perbuatan yang karena
kesalahannya menyebabkan kerugian. Dengan demikian, kerugian itu
harus timbul sebagai akibat Dari perbuatan seseorang. Jika tidak ada
perbuatan (sebabnya), maka tidak ada Kerugian (akibatnya),

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa akibat dari suatu perbuatan
melawan hukum adalah timbulnya kerugian Kerugian sebagai akibat perbuatan
melawan hukum diharuskan supaya diganti oleh orang yang karena salahnya
menimbulkan kerugian itu atau oleh si pelaku perbuatan melawan hukum.
7
Dengan demikian Pasal 1365 KUHPer mengatur tentang kewajiban si pelaku
perbuatan melawan hukum mengganti kerugian yang timbul karenanya di satu
pihak dan hak untuk menuntut penggantian kerugian bagi orang yang
diragukan. Dengan kata lain. Kerugian yang diderita oleh korban haruslah
benar-benar sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku bukan
oleh akibat perbuatan lain.

2.2 UNSUR-UNSUR KESALAHAN


Dalam hukum pidana dikenal asas yang paling fundamental, yakni Asas “Tiada
Pidana Tanpa Kesalahan” yang dikenal dengan “keine strafe ohne schuld” atau
“geen straf zonder schuld” atau “nulla poena sine culpa”. Dari asas tersebut
dapat dipahami bahwa kesalahan menjadi salah satu unsur
pertanggungjawaban pidana dari suatu subjek hukum pidana. Artinya,
seseorang yang diakui sebagai subjek hukum harus mempunyai kesalahan
untuk dapat dipidana. Berikut unsur unsur kesalahan dalam hukum pidana:

a. Unsur-unsur Kesalahan dalam Hukum Pidana

Sudarto memberikan beberapa unsur kesalahan dalam arti seluas-luasnya


yaitu sebagai berikut:

 Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku;

 Adanya hubungan sikap batin pelaku dengan kelakuannya (dolus/culpa);

 Tidak adanya alasan yang menghapuskan kesalahan.


8
b. Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Hukum Pidana

Terdapat dua bentuk kesalahan yang menunjukkan sikap batin pelaku dengan
kelakuannya yaitu,

 Kesengajaan (dolus)

Menurut Memorie van Toelichting, kata “dengan sengaja” (opzettlijk) yang


banyak dijumpai dalam pasal-pasal KUHP diartikan sama dengan willens en
wetens yaitu sesuatu yang dikehendaki dan diketahui. Dengan kata lain bahwa
kesengajaan ditujukan terhadap suatu tindakan. Terdapat 3 jenis kesengajaan,
yaitu:

1. Kesengajaan Sebagai Maksud (opzet als oogmerk)

Kesengajaan sebagai maksud yaitu bentuk kesengajaan yang menghendaki


Pelaku untuk mewujudkan suatu perbuatan, menghendaki untuk tidak
Berbuat/melalaikan suatu kewajiban hukum, dan juga menghendaki timbulnya
akibat dari perbuatan itu.
2. Kesengajaan sebagai kepastian (opzet als zekerheldsbewustzijn)
Kesengajaan sebagai kepastian yaitu bentuk kesengajaan yang berupa
Kesadaran seseorang terhadap suatu akibat yang menurut akal manusia pada

Umumnya pasti terjadi dikarenakan dilakukannya suatu perbuatan tertentu


dan Terjadinya akibat tersebut tidak dapat dihidihindarka
9
3. Kesengajaanmungkinan (dolus eventualis)
Kesengajaan sebagai kemungkinan yaitu suatu kesadaran untuk melakukan
perbuatan yang telah diketahuinya bahwa akibat lain yang mungkin akan
timbul dari perbuatan itu yang tidak ia inginkan dari perbuatannya, namun si
pembuat tidak membatalkan niat untuk melakukannya.

 Kealpaan/kelalaian (culpa)

Menurut pendapat para ahli kealpaan ini disamakan dengan kelalaian dan
kekuranghati-hatian. Menurut Wirjono Prodjodikoro culpa didefinisikan
sebagai kesalahan pada umumnya, namun dalam ilmu pengetahuan hukum
mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan pelaku tindak pidana
yang tidak seberat kesengajaan yang disebabkan dari kurang berhati-hati
sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi. Di dalam peraturan perundang-
undangan untuk menyatakan kealpaan digunakan berbagai macam istilah
seperti Schuld, Culpa, Onachtzaamhid, Emstige raden heef om te vermoeden,
Redelijkerwijs moetvermoeden, dan Moest verwachten.

Culpa dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Culpa levissima

Culpa levissima atau lichtste schuld memiliki arti sebagai kealpaan yang ringan.
Adapun mengenai culpa levissima ini sering dijumpai dalam beberapa jenis
kejahatan karena sifatnya yang ringan, akan tetapi culpa levissima dapat juga
ditemukan di dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
mengenai pelanggaran. Perlu diketahui juga terdapat beberapa pandangan
yang menyatakan bahwa culpa levissima tidak diperhatikan oleh undang-
undang sehingga tidak diancam pidana..
10
2. Culpa lata
Adapun culpa lata atau merkelijke schuld atau grove schuld memiliki arti
sebagai kealpaan berat, hal mana culpa lata dipandang tersimpul di dalam
kejahatan karena kealpaan.

Sedangkan kealpaan bila dilihat dari sudut kesadaran si pembuat, kealpaan


dibagi menjadi dua jenis pula, yaitu:

1. Kealpaan yang disadari (bewuste schuld), adalah kealpaan yang disadari


terjadi apabila si pembuat delik menyadari dari tindakannya dapat
mewujudkan suatu akibat yang dilarang oleh undang-undang, tetapi ia
beranggapan secara keliru bahwa akibat itu tidak akan terjadi atau ia
mampu untuk mencegahnya.

2. Kealpaan yang tidak disadari, yaitu bilamana pembuat delik menyadari


kemungkinan akan terwujudnya akibat, sedangkan di dalam keadaan la
berbuat oleh karena kualitas pribadinya ia seharusnya dan dapat
menyadari kemungkinan itu.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini dapat kita simpulkan bahwa terdapat empat
unsur perbuatan melawan hukum, yaitu: perbuatan itu harus melawan hukum,
perbuatan itu harus menimbulkan kerugian, perbuatan itu harus dilakukan
dengan kesalahan dan perbuatan itu harus ada hubungannya kasual (sebab-
akibat). Dan terdapat 2 bentuk kesalahan dalam hukum pidana, yaitu: Dolus
(Kesengajaan) & Culpa (Kelalaian).

3.2 SARAN
Setelah menulis makalah ini saya ingin memberikan saran marilah kita sebagai
warganegara harus menaati hukum yang ada agar terciptanya kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang damai dan sejahtera.

12

Anda mungkin juga menyukai