Disusun oleh:
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas limpahan karunia, hidayah
beserta rahmat-Nya sehingga tim pemakalah dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah “ Jenis-Jenis Tindak Pidana” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua senantiasa dalam
keadaan yang di ridhoi. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih pada pihak lain
yang terkait untuk dijadikan refrensi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret 2022. Ada pun tujuan lain atas penyusunan makalah
ini adalah untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan,wawasan,dan rujukan kritis
terhadap keadaan sekitar oleh para pembaca. Kami menyadari makalah mengenai masih
jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran terbuka luas demi perbaikan makalah
ini di masa yang akan mendatang.
Tim Pemakalah
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lebih lanjut dalam hukum pidana juga terdapat rincian dari kejahatan itu sendiri
atau dikenal dengan jenis jenis tindak pidana atau delik pidana. Istilah tindak pidana
merupakan masalah yang berhubungan erat dengan masalah kriminalisasi (criminal
policy) yang diartikan sebagai proses penetapan perbuatan orang yang semula bukan
merupakan tindak pidana menjadi tindak pidana,
4
proses penetapan ini merupakan masalah perumusan perbuatan-perbuatan yang berada
di luar diri seseorang Menurut Pompe, “strafbaar feit” secara teoritis dapat merumuskan
sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja
ataupun dengan tidak disengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, di mana penjatuhan
terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan hukum.
Jadi dapat diketahui bersama bahwa segala sesuatu yang melanggar ketentuan
sebagaimana mestinya disebut dengan tindak pidana. Adapun macam dari tindak pidana
tersebut adalah kejahatan dan pelanggaran, Delik formal dan delik materiil,delik com
(doleuseissionis, delik omissionis, dan delik comissionis per omissionem commissa, delik
dolus dan delik culpa (doleuse en culpose delicten),delik tunggal dan delik ganda
(enkelvodige en samengestelde delicten), delik yang berlangsung terus dan delik yang
tidak berlangsung terus (voordurende en niet voordurende/aflopenden delicten, Delik
aduan dan bukan delik aduan (klacht delicten en niet-klacht delicten), Delik ekonomi dan
bukan delik ekonomi, serta kejahatan ringan yang akan dibahas lebih lanjut pada uraian
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
2.Apa sajakah yang termasuk jenis-jenis tindak pidana dan bagaimana ketentuannya?
C. Tujuan
2. Menjadikan para pembaca lebih peduli terhadap keadaan sekitar dan sesamanya
3. Mengajak para pembaca untuk melakukan paham literasi sebelum melakukan sesuatu
yang merugikan banyak pihak.
5
D. MANFAAT MAKALAH
1. Individu
Memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga tata laku agar tidak melakukan
tindak pidana sehingga memiliki rasa empati terhadap realitas peraturan yang berkaitan
dengan kebijakan publik
Memberikan pembentukan pola pikir yang mumpuni sebagai wujud dari implementasi
dari adanya hukum yang ada serta kewaspadaan
2. Khalayak Umum
E. PEMBATASAN MAKALAH
Dalam hal ini pembatasan makalah ditujukan untuk menunjukan hal-hal yang memang
semestinya termuat di dalam makalah atau hal yang tidak seharusnya dicantumkan.
Yang mana pembatasan makalah juga digunakan agar pembahasan makalah tidak keluar
dari konteks sehingga lebih teratur. Pembatasan makalah tersebut diantaranya:
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 54
7
Memiliki alasan yang objektif dalam menentukan hukumnya yang terdapat
validitas ketentuan ilmiah sehingga dapat diuji dan diteliti kebenarannya oleh
siapapun tanpa terkecuali.
8
Misalnya penghasutan yang terdapat di Pasal 160 KUHP, kemudian Penyuapan
di Pasal 209 dan 210 KUHP,dan sumpah palsu pasal 242 KUHP. Jadi segala
perbuatan yang dirasa melanggar hukum dapat disebut dengan delik formil.
A. Sementara delik materiil adalah delik yang perumusannya dititikberatkan
kepada akibat yang terjadi setelah adanya perbuatan melanggar hukum. Jadi
Ketika suatu perbuatan yang melanggar hukum itu tidak menimbulkan
kerisauan berkelanjutan maka bukan tinjauan utama dari delik materiil ini.
Suatu perbuatan dapat dikatakan melanggar tindak pidana apabila perbuatan
tersebut telah menghasilkan akibat yang tidak dikehendaki atau tidak sesuai.
Misalnya dalam pembakaran pasal 187 KUHP kejadian pembakaran
merupakan suatu hal yang merugikan orang dan akibatnya sangat nyata
dirasakan dan dapat dilihat.
9
Jadi walaupun dalam delik ini tidak ada pelanggaran saat tidak mematuhi
larangan,namun dengan bertindak tidak secara semestinya mengenai apa yang
harus dilaksanakan akan masuk pada kriteria suatu perbuatan bisa dikatakan
delik commisionis.
C. Delik commisionis per ommisionem comissa. Delik ini merupakan delik yang
berupa pelanggaran larangan, namun bisa saja terjadi secara tidak langsung
atau tidak disengaja. Delicta commissionis ialah delik yang dilakukan dengan
perbuatan. Delik omisi (ommissiedelicten) dilakukan dengan membiarkan
atau mengabaikan (nalaten).2 Merupakan pelanggaran terhadap larangan juga
namun dilakukan secara pasif. Atau dalam kata lain adalah delik yang berupa
pelanggaran larangan akan tetapi dapat dilakukan dengan cara tidak
berbuat. Seperti pada Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
Atau contoh lain seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak memberi
air susu (Pasal 338 KUHP). Sama halnya dengan pasal 339, pasal inipun
rumusannya sama dengan pasal 338 KUHP ditambah lagi dalam suatu bagian
inti yang menyebabkan pidananya naik yang disebut delik berkualifikasi, yaitu
dipikirkan terdahulu (metvoor bedachtenrade).3 Atau seorang penjaga wissel
yang menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja tidak memindahkan
wissel (Pasal 194 KUHP)
2
Donny Eka P dalam
https://www.academia.edu/6620198/Resume_ASASASAS_HUKUM_PIDANA_Karangan_DR._Andi_Hamzah_S.H
diakses tanggal 10 April 2022
3
Soesilo,KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) & KUHAP (Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana)
cet 1 Tahun 2008, hal 110.
10
➢ Kesengajaan menggunakan keinsyafan niscaya (opzet als
zekerheidsbewuspzijn); Si pelaku (doer or dader) mengetahui niscaya atau
konfiden bahwa selain dampak pada maksud, akan terjadi suatu dampak lain. Si
pelaku menyadari bahwa menggunakan melakukan perbuatan itu, niscaya akan
ada dampak lain.Sebagai model: A berkehendak buat membunuh B.
menggunakan membawa senjata api, A menuju tempat tinggal B. akan tetapi,
ternyata sesudah hingga pada tempat tinggal B, C berdiri pada depan B.
ditimbulkan rasa marah, walaupun beliau memahami bahwa C yg berdiri pada
depan B, A toh melepaskan tembakan. Peluru yg pada tembakkan sang A
pertama-tama tentang C & lalu B, sampai C & B mati. Dalam hal ini, opzet A
terhadap B merupakan kesengajaan menjadi maksud (oogmerk), sedang
terhadap C merupakan kesengajaan menggunakan keinsafan niscaya
4
Zaky,iqbal. 2020. ANALISIS TEORI DOLUS EVENTUALIS DAN BEWUSTE CULPA PADA KASUS
KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KORBAN MENINGGAL DUNIA. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia
11
Dari uraian diatas, dapat diketahui bersama bahwa dolus bertitik tolak dari
ketidakkesadaran akan kemungkinan. Artinya, si pelaku sadar akan kemungkinan
tersebut. Rumusan “sengaja” pada umumnya dicantumkan dalam suatu norma
pidana. Akan tetpai, ada kalanya rumusan “sengaja” telah dengan sendirinya
tercakup dalam suatu “perkataan”, misalnya perkataan “memaksa”.Rumusan
“sengaja” pada norma hukum pidana dimuat dengan kata-kata, natara lain:
➢ Dengan maksud: Misalnya pasal 362 KUHP yang berbunyi: “barang siapa
mengambil suatu barang yan seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
dengan maksud untuk memilikinya dengan melawan hukum, dihukum……”
➢ Dengan sengaja: Misalnya pasal 338 KUHP yang berbunyi: “barang siapa
dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, dihukum”
➢ Dengan rencana lebih dahulu: Misalnya pasal 340 KUHP yang berbunyi:
“barang siapa dengan sengaja dan di rencanakan lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan berencana dengan
…”
Selain dari rumusan “sengaja” diatas, ada rumusan “sengaja” yang telah tercakup
dalam arti atau makna suatu kata. Artinya, hal tersebut tidak mungkin dilakukan
tanpa sengaja. Kata tersebut, antara lain: Dengan paksa misalnya pasal 167 KUHP
yang berbunyi: “barang siapa dengan paksa dan melawan hukum memasuki sebuah
rumah atau ruangan tertutup”
B. Delik Culpa
Delik culpa adalah delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur. Pada
umumnya, kealpaan (culpa) dibedakan atas :Kealpaan dengan kesadaran (bewuste
schuld). Dalam hal ini si pelaku telah membayangkan atau menduga akan timbulnya
suatu akibat, akan tetapi ia berusaha utnutk mencegah, toh timbul jug akibat tersebut.
Kealpaan tanpa kesadaran (onbewuste schuld). Dalam hal ini, si pelaku tidak
membayangkan atau menduka akan timbulnya suatu akibat yang dilarang dan
diancam hukuman oleh undang-undang, sedang ia seharusnya memperhitungkan akan
timbulnya suatu akibat. Dalam hal unsur kesalahan ini, perlu dicermati perbedaan
antara “kealpaan yang disadari” dengan dolus eventualis yang hampir memiliki
persamaan. Berdasarkan uraian diatas bahwa jelas faktor subjektif dari si pelaku
tersebut yang menentukan jenis kesalahan, apakah dolus atau kealpaan yang disadari.
Hal ini harus dapat di formulasikan dari keterangan tersangka atau terdakwa yang
mengungkapkan pertimbangannya mengapa ia melakukan perbuatan yang
menimbulkan akibat tersebut. Selain daari bentuk “kealpaan” tersebut, ada juga pakar
yang membedakan “kealpaan” sebagai berikut, Kealpaan yang dilakukan secara
mencolok, yang disebut dengan culpa lata .Kealpaan yang dilakukan secara ringan,
yang disebut dengan culpa levis. Dalam buku Prof Sudarto disebutkan bahwa
contohnya terdapat pada Pasal 195 KUHP, Pasal 197 KUHP, dan Pasal 231 Ayat 4
KUHP.
12
D. Delik Tunggal dan delik berganda .
A. Delik tunggal adalah delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu kali.
Delik Tunggal adalah delik yang cukup dilakukan satu kali untuk dapat dipenuhi
terjadinya suatu delik. Misalnya : Pasal 480 KUHP tentang penadahan yang bukan
suatu kebiasaan.
B. Delik berganda adalah delik yang baru dikatakan sebagai delik apabila suatu
perbuatan dilakukan secara berulang kali. Delik Berganda adalah delik yang
terpenuhi apabila dilakukan dengan beberapa perbuatan atau kebiasaan.Misalnya
:Pasal 481 KUHP, dimana perbuatan penadahan yang dilakukan lebih dari satu
kali hingga menjadi suatu kebiasaan.
E. Delik yang berlangsung terus dan delik yang tidak berlangsung terus
(voordurende en niet voordurende/aflopenden delicten)
Delik yang berlangsung terus atau disebut juga delik berlanjut merupakan delik di
mana suatu keadaan terlarang tersebut terjadi atau berlangsung terus. sebaliknya,
delik yang tidak berlangsung terus atau delik selesai merupakan delik di manasuatu
kejadian atau perbuatan terlarang tidak berlangsung secara terus menerus dan selesai
saat dilakukannya perbuatan tersebut atau setelah adanya akibat dari perbuatan
tersebut. Delik yang berlangsung terus atau delik berlanjut disebabkan oleh adanya
tindakan atau perbuatan berlanjut. Perbuatan berlanjut diatur dalamPasal 64 Ayat (1)
KUHP yang berbunyi, “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya diterapkan yang
memuat ancaman pokok yang paling berat”
Contoh dari perbuatan berlanjut adalah A merupakan seorang manager keuangan
di perusahaan X, A ingin mengambil uang perusahaan untuk kepuasan pribadi dengan
cara mengambilnya secara beberapa kali dalam kurun interval waktu tidak lama.
Adapun contoh dari delik berlanjut ialah perampasan kemerdekaan orang lain yang
termuat dalam Pasal 333 KUHP. Perampasan kemerdekaan orang lain ini bisa berupa
penyekapan atau menempatkan seseorang dalam suatu rumah atau ruang tanpa
memperbolehkan orang tersebut keluar sebelum adanya pelunasan, penebusan, atau
pembayaran. Contoh lain dari delik berlanjut adalah menjadi mucikari karena ia terus
menerus menjadi perantara antara PSK dengan pengguna jasa.Sedangkan, contoh dari
delik yang tidak berlangsung terus atau delik selesai ialah merupakanperbuatan atau
tindak pidana yang selesai dilakukan saat itu atau setelah adanya akibat dariperbuatan
tersebut, seperti pembunuhan karena timbulnya akibat dari tindak pembunuhan
tersebut misalnya kematian pada korban. Selain itu, contoh delik selesai ialah
pembakaran karena setelah pembakaran timbul akibat seperti hangusnya bagian yang
dibakar, kerusakan material, atau bahkan korban jiwa. (Nazir. 2015. “Tinjauan
Yuridis Tentang Delik Berlanjut Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”. Jurnal Ilmu
Hukum Legal Opinion. Vol. 3 (6): 5.)
13
F. Delik aduan dan bukan delik aduan (klacht delicten en niet-klacht
delicten)
Delik aduan merupakan delik yang penuntutannya hanya bisa dilakukan ketika
adanya pengaduan dari korban atau yang terkena tindak pidana tersebut. delik
aduan dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu sebagai berikut.
a. Delik aduan yang absolut
b. Delik aduan yang relatif, yaitu delik yang biasanya bukan atau di luar delik aduan.
Namun, delik ini dapat menjadi delik aduan apabila dilakukan leh sanak keluarga
sesuai dengan Pasal 367 KUHP. Contoh delik aduan ialah tercantum dalam
beberapa pasal berikut.
➢ Pasal 284 KUHP, yang bunyinya: Diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan: ke-1
1. Seorang pria yang telah nikah melakukan zina padahal diketahui bahwa
Pasal 27 BW berlaku padanya
2. seorang wanita yang telah menikah melakukan zina
ke-2
1. Orang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu padahal diketahui
bahwa yang turut bersalah telah nikah
2. Seorang wanita yang tidak nikah yang turut serta melakukan perbuatan itu
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah nikah dan Pasal
27 BW berlaku baginya
(2) Tidak dilakukan pnuntutan melainkan atas pengaduan suami atau istri yang
tercemar dan bilamana bagi mereka berlaku Pasal 27 BW dalam tempo tiga bulan
diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan tempat tidur karena alasan itu
juga
(3) terhadap pengaduan ini tidak berlaku Pasal 72, 73, dan 75
(4) pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan
belum dimulai
(%) jika bagi suami istri berlaku Pasal 27 BW pengaduan tidak diindahkan selama
pernikahan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap
14
ke-2 paling lama sembilan tahun barangsiapa membawa pergi seorang wanita
dengan tipu muslihat kekerasan atau ancaman kekerasan dengan maksud untuk
memastikan penguasaannya terhadap wanita itu baik di dalam maupun di luar
pernikahan
3. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan jika wanita ketika dibawa pergi
belum cukup umur oleh dia sendiri atau orang lain harus memberi izin bila dia
nikah. Jika wanita ketika dibawa pergi sudah cuup umur oleh dia sendiri atau oleh
suaminya
4. jika yang membawa pergi lalu nikah dengan wanita yang dibawa pergi dan
terhadap pernikahannya berlaku ayutran-aturan Burgerlijk Wetboek maka tak
dapat dijatuhkan pidana sebelum pernikahannya dinyatakan batal
➢ Pasal 335 ayat (2) KUHP, yang bunyinya:
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
tiga ratus rupiah:
ke-1 barangsiapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan,
tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan memakai kekerasan sesuatu
perbuatan lain maupun perlakuan yag tak menyenagkan atau dengan memakai
ancaman kekerasan sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain
ke-2 barangsiapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan, atau
Membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis
2. Dalam hal diterangkan ke-2 kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang
terkena.
Beberapa pasal diatas berdasarkan sifatnya hanya dapat diproses jika adanya yang
mengajukan aduan. Delik aduan hanya akan dapat diproses apabila ada yang
mengajukan aduan terkait perbuatan atau tindak pidana tersebut. Berdasarkan
Pasal 72 KUHP pihak-pihak yang dapat mengajukan aduan dapat dilihat sebagai
berikut.
1.Wakilnya yang sah dalam perkara sipil, atau wali, atau pengaduan orang tertentu
(khusus untuk orang yang belum dewasa). Misalnya orang tuakorban, pengacara,
pengampu, dan wali. Delik bukan aduan atau delik biasa merupakan delik yang
dalam penuntutannya tidak membutuhkan prasyarat pengaduan dan langsung
dapat diproses oleh penyidik tanpa adanya persetujuan dari yang dikenai atau dari
pihak yang dirugikan. Contoh dari delik biasa adalah pembunuhan, pencurian,
penggelapan, dan lain-lain. (buku prof sudarto halaman 73)
15
Contoh dari delik yang ada pemberatnya ialah penganiayaan yang menyebabkan
luka berat atau kematian pada korban [Pasal 351 ayat (2), (3) KUHP], pencurian
pada waktu malam hari atau dengan kekerasan dan sebagainya (Pasal 363 KUHP),
dan pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP).
5
Patricia Rinwigati, Tindak Pidana Ekonomi dalam KUHP: Quo Vadis, (Jakarta
Selatan: Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2016), hal. 2-4.
16
3. tindak pidana ekonomi berdasarkan pasal 1 sub 3e: Pelanggaran sesuatu
ketentuan dalam undang – undang lain dan berdasarkan undang – undang lain.
Sementara itu, pengertian tindak pidana ekonomi dalam arti luas seluruh tindak
pidana di luar Undang-undang Darurat No. 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan,
Penuntutan, dan Peradilan Tindak pidana ekonomi. seperti Undang-undang
tentang Korupsi, Undang-undang tentang Perbankan Undang-undang Persaingan
Perusahaan, Undang-undang tentang Asuransi, Undang-undang tentang Merek,
Undang-undang tentang Paten, Undang-undang tentang Lingkungan Hidup dan
lain-lain. Untuk penjelasan terkait dengan bukan delik ekonomi ialah delik yang
dilakukan di luar bidang ekonomi,
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
➢ Tindak pidana adalah perubuatan yang oleh suatu aturan dilarang dan perbuatan
tersebut dapat dikenai atau diancam sanksi pidana.
➢ Tindak pidana dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu diantaranya sebagai berikut.
a. Kejahatan dan pelanggaran
b. Delik formil dan delik materiil
c. Delik connissionis, delik omissionis, dan delik comissionis per
omissionem commissa’
d. Delik dolus dan delik culpa
e. Delik tunggal dan delik ganda
f. Delik yang berlanjut dan delik yang tidak berlanjut (delik selesai)
g. Delik aduan dan bukan delik aduan
h. Delik sederhana dan delik yang ada pemberatnya
i. Delik ekonomi dan bukan delik ekonomi
j. Tindak pidana ringan
B. Saran
Berbagai macam tindak pidana baik itu pelanggaran maupun
kejahatan di era yang serba maju saat ini sebaiknya dapat dijadikan acuan
untuk peningkatan penegakan hukum di Indonesia. Hal ini ditujukan
terutama kepada para aparat penegak hukum agar dalam
setiappenyelesaian kasus dapat ditangani dengan seadil mungkin. Selain
dalam proses penegakannya, hukum itu sendiri pun juga harus dapat
menyesuaikan dengan kedinamisan masyarakat saat ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
➢ Andi Hamzah, 1985,Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
➢ Rinwigati, Patricia. 2016, tindak Pidana Ekonomi dalam KUHP: Quo Vadis?.
Jakarta Selatan. Aliansi Nasional Reformasi KUHP.
➢ Nazir. 2015. “Tinjauan Yuridis Tentang Delik Berlanjut Dalam Perkara Tindak
Pidana Korupsi”. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. Vol. 3 (6): 5.
19