Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM PIDANA

“JENIS-JENIS DELIK HUKUM PIDANA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana

Dosen Pembimbing : Dr. H. Imron Rosyadi. Drs., SH., MH.

Nama Kelompok :

Muhammad Hafizh Arsyadany (05040120118)

Ni’mah Qothrunnada (05040120130)

Rachmi Alfisahrini Salsabila (05040120132)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai Tindak Pidana atau Delik. Makalah ini
kami buat dalam rangkamemperdalam mata kuliah Hukum Pidana. Kami menyadari,
dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan kesempurnaan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 28 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 1

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................... 1

BAB II

PEMBAHASAN............................................................................................................... 5

A Pengertian Delik................................................................................................... 5

B. Unsur – Unsur Delik............................................................................................ 6

C. Jenis – Jenis Delik.......................................................................................................... 9

D. Asas – Asas Delik.............................................................................................. 10

BAB III

PENUTUP....................................................................................................................... 12

KESIMPULAN .......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara tentunya mempunyai hukum masing-masing untuk menangani


kasus-kasus kejahatan yang terjadi di negaranya. Setiap kasus kejahatan tentunya
berbeda-beda hukum yang akan berlaku, contohnya di Indonesia tindak kejahatan
terbagai-bagi ada kejahatan yang dipandang ringan seperti mencuri ada kejahatan yang di
pandang berat sepertimutilasi atau pembunuhan. oleh sebab itu, untuk mengetahui hukum
yang berlaku bagi setiap tindakan kejahatan itu, harus mempelajari tentang hukum pidana
yang membahas mengenai tindak pidana atau sering disebut dengan Delik. Dalam delik
(tindak pidana ) akan berlaku hukuman yang telah dinilainya, dalam halini, KUHP yang
terdiri dari pasal-perpasal, dalam pasal-pasal tersebut terdapat hukuman yang berlaku
bagi siapapun yang melanggarnya atau bertentangan dengan aturanitu. Jika perbuatan
yang dilakukan tidak diatur atau tidak terdapat dalam KUHP dan Undang-undang maka
perbuatan itu dinilai bukan merupakan tindak pidana.Untuk mempelajari mengenai Delik,
kiranya akan lebih mudah memperoleh kejelasannya apabila terlebih dahulu dipelajari
Hukum Pidana yang membahas tentang Delik secara luas maupun khusus. Tentunya
sebagai warga Negara Indonesia kita di harapkan untuk mengetahui bagaimana hukum di
Indonesia sehingga dapat membangun hukum yang ada dinegara ini.

B. Rumusan Masalah

Apa saja yang termasuk asas-asas delik yang ada didalam hukum pidana serta penjelasan
dan unsur-unsur yang ada didalamnya.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui asas delik apa saja yang terdapat didalam hukum pidana serta
memahami satu persatu mengenai delik yang terdapat didalam hukum pidana baik
pengertian maupun unsur-unsur yang ada didalamnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Delik

Kata delik berasal dari bahasa Latin, yaitu dellictum, yang didalam Wetboek Van
Strafbaarfeit Netherland dinamakan Strafbaar feit. Dalam Bahasa Jerman disebut delict,
dalam Bahasa Perancis disebut delit, dan dalam Bahasa Belanda disebut delict. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, arti delik diberi batasan sebagai berikut : “perbuatan yang
dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang;
tindak pidana.”

Sedangkan pengertian delik menurut para ahli yaitu :

1. Menurut Prof SimonsKelakuaan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan
hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang mampu
bertanggung jawab.

2. Menurut MeoljatnoPerbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana
disertai ancaman(sanksi) berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar
larangan tersebut.

3. Menurut Teguh PrasetyoPerbuatan yang melanggar hukum dilakukan dengan


kesalahan oleh orang yang mampu bertanggung jawab dan pelukanya diancaman dengan
pidana.

B. Unsur-Unsur Delik

Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang,
yaknidari sudut teoritis, dan dua dari sudut undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan
pendapat ahli hukum, yang tercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut
undang-undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi
tindak pidanatertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada.

a. Unsur Tindak Pidana Menurut Beberapa Teoritis

Unsur-Unsur yang ada dalam tindak pidana yaitu melihat bagaimana bunyi rumusan
yangdibuatnya. Beberapa contoh, diambilkan dari batasan tindak pidana oleh teoritis
yang telahdibicarakan di muka, yakni Moeljatno, R.Tresna, dan Vos.

Menurut Moejatno, unsur tindak pidana ialah:

1) Perbuatan

2) Yang dilarang (oleh aturan hukum)

3) Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan)

Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, oleh aturan hukum. Berdasarkan kata
majemuk perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada perbuatan itu , tapi tidak di
pisahkandengan orangnya. Ancaman (diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa
tidak mesti perbuatan itu dalam kenyataannya benar-benar dipidana. Pengertian diancam
merupakan pengertian umum, yang artinya pada umumnya dijatuhi pidana. Apakah
inconcerto orangyang melakukan perbuatanitu dijatuhi pidana ataukah tidak merupakan
hal yang lain dari pengertian perbuatan pidana. Dari rumusan R. Tresna di muka, tindak
pidana terdiri dariunsur-unsur, yakni:

1) Perbuatan/rangkaian perbuaatan (manusia)

2) Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undagan

3) Diadakan tindakan penghukuman.

Dari unsur yang ketiga, kalimat diadakan penghukuman, terdapat pengertin bahwa
seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti oleh penghukuman
(pemidanaan), berbeda dengan Moejatno, karena kalimat diancam pidana berarti
perbuatan itu tidak selaludan tidak dengan demikian dijatuhi pidana. Walaupun
mempunyai kesan bahwa setiap perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang
selalu diikuti dengan pidana, namundalam unsur-unsur itu tidak terdapat kesan perihal
syarat-syarat (subjektif) yang melekat padaorangnya untuk dapat dijatuhkan pidana.

Menurut batasan yang dibuat oleh Vos, maka unsur-unsur tindak pidana, yakni:

1) Kelakuan manusia

2) Diancam dengan pidana

3) Dalam peraturan perundang-undangan

Dapat dilihat bahwa pada unsur-unsur dari tiga batasan penganut paham dualisme
tersebut,tidak ada perbedaan, yakni bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan manusia
yang dilarang,dimuat dalam undang-undang, dan diancam pidana bagi yang
melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak
menyangkut diri si pembuatatau dipidannya pembuat, semata-mata mengenai
perbuatannya.

b. Unsur Rumusan Tindak Pidana dalam Undang-Undang

Buku 11 KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk
dalamkelompok kejahatan, dan buku 111 memuat pelanggaran. Ternyata ada unsur
yangselalu disebutkan dalam setiap rumusan. Yakni mengenai tingkah laku atau
perbuatanwalaupun ada perkecualian seperti Pasal 351 (penganiayaan). Unsur kesalahan
dan melawanhukum kadang-kadang dicantumkan, dan sering kali juga tidak
dicantumkan. Sama sekalitidak dicantumkan mengenai unsur kemampuan bertanggung
jawab. Di samping itu, banyakmencantumkan unsur-unsur yang lain baik sekitar atau
mengenai objek kejahatan maupun perbuatan secara khusus untuk rumusan tertentu.

Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu dapat diketahui adanya
11unsur tindak pidana yakni:

1) Unsur tingkah laku

2) Unsur melawan hukum

3) Unsur kesalahan

4) Unsur akibat konstitutif


5) Unsur keadaan yang menyertai

6) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana

7) Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana

8) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana

9) Unsur objek hukum tindak pidana

10) Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana

11) Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.

Dari 11 unsur itu, dianataranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan hukum yang
termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif. Unsur
melawanhukum ada kalanya bersifat objektif, misalnya melawan hukum perbuatan
mengambil pada pencurian (362) terletak bahwa dalam mengambil itu di luar persetujuan
atau kehendak pemilik (melawan hukum objektif), atau pada Pasal 251 pada kalimat
tanpa izim pemerintah, juga pada pasal 253 pada kalimat menggunakan cap asli secara
melawan hukum adalah berupa melawan hukum objektif. Akan tetapi, ada juga melawan
hukum subjektif misalnyamelawan hukum dalam penipuan (oplichting, 378),
pemerasatan (afpersing, 368), pengancaman (afdereiging, 369 di mana disebutkan
maksud untuk menguntungkan diri atauorang lain secara melawan hukum. Begitu juga
unsur melawan hukum pada perbuatanmemiliki dalam penggelapan (372) yang bersifat
subjektif, artinya terdapat kesadaran bahwamemiliki benda orang lain yang ada dalam
kekuasaann yaitu merupakan celaan masyarakat.

Sedangkan menurut rumusan Delik yang terdapat dalam KUHP, maka dapat diketahui
adadua unsur delik yaitu:

1. Unsur perbuatan (unsur obyektif), yaitu :


a) Mencocokan rumusan delik
b) Melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)

2. Unsur pembuat (unsur subyektif), yaitu :


a) Adanya kesalahan (terdiri dari dolus atau culpa)
b) Dapat dipertanggungjawabkan (tidak ada alasan pemaaf).

Terhadap perbuatan Delik dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu kejahatan dan
pelanggaran. Kejahatan (misdrijven) menunjuk kepada suatu perbuatan yang menurut
nilai-nilai kemasyarakatan dianggap sebagai perbuatan tercela, meskipun tidak diatur
dalamketentuan undang-undang Sedangkan pelanggaran menunjuk pada perbuatan yang
olehmasyarakat dianggap bukan sebagai perbuatan tercela, tetapi dianggapnya sebagai
perbuatanDelik karena ditentukan oleh undang-undang.

C. Jenis-Jenis Delik

1. Delik Kejahatan adalah delik yang tercantum dalam buku II KUHP. Kasus
pembunuhan berencana tersebut diatur dalam pasal 340 KUHP yang berada dalam buku
II KUHP tentangkejahatan, sehingga kasus tersebut digolongkan dalam delik kejahatan.

2. Delik Materil adalah tindak pidana yang rumusannya melarang suatu


perbuatan/tindakan dengan mempersoalkan akibatnya. Kasus tersebut merupakan kasus
pembunuhan, dimana selesainya tindak pidana setelah sudah dilakukannya
pembunuhantersebut dengan mempersoalkan akibatnya yaitu hilangnya nyawa seseorang.

3. Delik Komisionis adalah tindakan aktif (active handeling) yang dilarang untuk
pelanggarannya diancam pidana. Kasus tersebut merupakan delik yang dilarang
dilakukan,sebagaimana tertera dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan dengan
dipikirkan lebihdulu. Pembunuhan berencana ini merupakan perbuatan yang dilarang
dilakukan

4. Delik dolus (sengaja) adalah suatu kehendak atau keinginan untuk melaksanakan
suatutindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu (motif). Dalam kasus pembunuhan
tersebut, pelaku sudah menyiapkan martil dan memukulkannya dengan sengaja untuk
mengetahui apakah korban kebal atau tidak dan menyebabkan korban tewas.

5. Delik Biasa adalah suatu tindak pidana yang penuntutannya bisa dilakukan bila
dilaporkan atau karena tertangkap tangan. Kasus pembunuhan tersebut bisa dilaporkan
siapasaja dan laporan tersebut tidak dapat dicabut kembali dimana bahkan tidak perlu
adanyalaporan sebab polisi dapat menyelesaikan delik tersebut, serta delik laporan
pembunuhan initidak dapat diselesaikan di luar pengadilan / berdamai.

6. Delik dikualivisir adalah merupakan delik yang dilakukan memiliki unsur


memberatkan pidana. Kasus pembunuhan tersebut dilakukan dengan perencanaan
sehingga termasuk dalamdelik yang memberatkan. Selain itu tindakan yang dilakukan
tersangka setelah membunuhadalah memakan organ dalam tubuh korban, dimana
menurut KUHP Federasi Rusia, bahwa pembunuhan dengan tujuan memperoleh organ
atau jaringan tubuh, termasuk kedalam pemberatan pidana delik pembunuhan, dapat
dinyatakan berlaku di Indonesia, sebab gejala pembunuhan kejam seperti itu terjadi juga
di Indonesia (menurut pendapat Prof.Dr.Andi Hamzah dalam buku delik-delik tertentu
(special delicten) di dalam KUHP).

7. Delik Selesai adalah delik tersebut sudah selesai ketika delik itu terjadi. Kasus
pembunuhan tersebut, dilaksanakan seketika yaitu memukul dengan martil dan
langsungselesai, tidak berlangsung terus menerus.

8. Delik Communa adalah delik yang bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa terbatas oleh
kualifikasi/golongan. Kasus penganiayaan tersebut, sebagaimana yang tertera pada Pasal
340KUHP, dapat dilakukan oleh siapapun (WNI, WNA, atau tidak memiliki
kewarganegaraan)tanpa tersbatas seseorang tersebut berasal dari golongan tertentu
(Militer, Pegawai Negeri,dan lainnya) atau bukan.

9. Delik Mandiri adalah delik yang dilakukan hanya satu kali saja. Kasus tersebut adalah
pembunuhan yang hanya dilakukan satu kali selesai tanpa berlanjut.

10. Delik tunggal adalah delik yang tidak dilakukan berulang-ulang sebagai mata
pencaharian (lawan dari delik berangkai).

D. Asas-Asas Delik

Adapun asas yang diatur dalam KUHP sebagai berikut :

1. Asas menurut waktu.Dalam pasal 1 KUHP ada tiga asas yang dianut antara lain :
a. Asas bahwa hukum pidana hanya bersumber pada undang-undang atau hukumtertulis.

b. Asas bahwa undang-undang hukum pidana tidak boleh berlaku surut.

c. Asas bahwa hukum pidana tidak boleh ditafsirkan secara analogi.

2. Asas Menurut TempatAsas berlakunya hukum pidana menurut tempat bermanfaat dan
berguna untuk mengetahuisampai dimanakah berlakunya UU hukum pidana dalam suatu
Negara, apakah terhadapseseorang berlaku KUHP atau hukum asing
BAB III

KESIMPULAN

Hukum pidana adalah aturan/kaedah/norma- norma yang belaku dalam suatu


Negara.Sedangkan Delikatau tindak pidana adalah perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karenamerupakan pelanggaran terhadap undang-undang. Unsur-unsur tindak
pidana dapatdibedakan setidak-tidaknya dari dua sudut pandang, yakni, Pertama dari
sudut teoritis, dandua dari sudut undang-undang. Teoritis artinya berdasarkan pendapat
ahli hukum, yangtercermin dalam bunyi rumusannya. Sementara itu, sudut undang-
undang adalah bagaimanakenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana
tertentu dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada. Jenis-jenis delik
terbagi menjadi 10 diantaranyayaitu : delik tentang kejahatan, adapun asas yang diatur
dalam KUHP yaitu asas menurutwaktu dan tempat.
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com. Delik ( Tindak Pidana)

A.Z. Abidin Farid dan A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik


(Percobaan,Penyertaan, dan Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, 2008, PT Raja Grafindo
Persada :Jakarta.

Drs. P.A.F. Lamintang, S.H. , Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. 1997, Citra Aditya
:Jakarta.

Drs. Adami Chazawi, S.H , Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3. 2002, PT Raja Grafindo :Jakarta.

Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 2008, PT Bumi Aksara : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai