Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FIQH JINAYAH

DOSEN PENGAMPU : Dr. Busriyanti, M.Ag.

Disusun Oleh :

Berlian Nur Zahro 212102040007


Rizal Amir Wafi 212102040015
Muhammad Risqiantono 212102040030

HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UIN KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Fiqh Jinayah, dengan judul " Unsur unsur hukum pidana".

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik dari semua pihak demi
penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan
informasi dan susunan didalamnya. Semoga pembaca mendapatkan manfaat dari makalah ini.
Akhir kata, terimakasih atas perhatiannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tindak pidana ......................................................................................
B. Unsur tindak pidana menurut para ahli .................................................................
C. Unsur tindak pidana dalam undang undang ..........................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tindak pidana atau biasa disebut dengan kejahatan merupakan fenomena masyarakat karena
itu tidak dapat dilepaskan dari ruang dan waktu. Menurut Van Hamel, Tindak pidana adalah
kelakuan orang(menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam undang-undang (wet), yang
bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.
Dalam pemerintahan suatu negara pasti diatur mengenai hukum dan pemberian sanksi atas
pelanggaran hukum tersebut. Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi.1 Hal ini berarti setiap individu harus mentaati peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah di dalam berlangsungnya kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Perundang-undangan memegang peranan dalam berbagai bidang dalam kehidupan manusia.
Dalam hal ini Roeslan Saleh menegaskan bahwa “Jika sebelum ini yang mendapat perhatian
adalah hubungan antara masyarakat dan hukum, dan melihat hukum terutama sebagai
pernyataan dari hubungan kemasyarakatan yang ada, sekarang perhatian diarahkan juga
kepada persoalan seberapa jauhkah hukum itu mampu mempengaruhi hubungan-hubungan
masyarakat itu sendiri”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tindak pidana?
2. Apa saja unsur tindak pidana menurut para ahli?
3. Apa saja unsur tindak pidana dalam undang undang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tindak pidana
2. Untuk mengetahui unsur tindak pidana menurut para ahli
3. Untuk mengetahui unsur tindak pidana dalam undang undang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tindak pidana

Secara umum ada dua jenis istilah yaitu hukum dan pidana. Menurut Prof.Dr.Van Kan,
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia dalam masyarakat. Pidana juga terdapat beberapa pengertian menurut
para ahli. Menurut Profesor Van Hamel pidana atau straf adalah suatu penderitaan yang
bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan
pidana atas nama negara sebagai tanggung jawab dari ketertiban hukum umum bagi seorang
pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah melanggar suatu peraturan hukum
yang harus ditegakkan oleh negara.

Menurut Prof. Simons, pidana atau straf adalah suatu penderitaan yang oleh undang-undang
pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma yang dengan suatu putusan
hakim dijatuhkan bagi seseorang yang bersalah. Untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku
perlu ditetapkan perbuatan apa saja yang termasuk dalan kategori tindak pidana sesuai
dengan prinsip atau Asas Legalitas yaitu tiada satu perbuatan pun yang dapat dipidana
melainkan karena kekuatan aturan pidana yang ada sebelum perbuatan tersebut dilakukan.
Perbuatan pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam
ilmu hukum pidana yang dibentuk oleh kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada
peristiwa hukum pidana.

Di dalam perundang-undangan dipakai istilah perbuatan pidana, peristiwa pidana dan tindak
pidana yang juga sering disebut delik. Menurut WirjonoProdjodikoro, tindak pidana berarti
suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelakunya ini dapat
dikatakan subjek tindak pidana. Di dalam WVS dikenal dengan istilah Strafbaar feit,
sedangkan dalam kepustakaan dipergunakan istilah delik. Pembuat undang-undang
menggunakan istilah peristiwa pidana, perbuatan pidana, dan tindak pidana. Istilah-istilah itu
mendapat tanggapan dari Prof. Moeljatno yaitu, perbuatan pidana adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi
mereka yang melanggar aturan tersebut. MenurutSimons, tindak pidana adalah suatu tindakan
atau perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan
hukum dan dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.
Sementara Moeljatno menyatakan bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana, terhadap barangsiapa yang melanggar aturan tersebut. Perbuatan itu
harus dirasakan pula oleh masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan yang dicita-
citakan oleh masyarakat.

Berbeda yang disebutkan oleh Pompe, menurut Pompe perkataan tindak pidana itu secara
teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum)
yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum
dan terjaminnya kepentingan umum. Dikatakan selanjutnya oleh Pompe bahwa menurut
hukum positif, suatu tindak pidana itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan
yang dapat dihukum.
B. Unsur unsur tindak pidana menurut para ahli

Menurut Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

1. Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia,


2. Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan pidana,
3. Perbuatan itu bertentangan dengan undang-undang,
4. Harus dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan,
5. Perbuatan itu harus disalahkan oleh si pembuat.

Menurut EY Kanter dan SR Sianturi, unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Subjek
2. Kesalahan
3. Bersifat melawan hukum
4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang terhadap
pelanggarannya diancam dengan pidana
5. Waktu, tempat dan keadaan (unsur objektif lainnya)

Dari apa yang disebutkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu perbuatan akan
menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan itu:
1. Melawan hukum,
2. Merugikan masyarakat,
3. Dilarang oleh aturan pidana,
4. Pelakunya akan diancam dengan pidana,
5. Pelakunya dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Lamintang, ada unsur objektif yang berhubungan dengan keadaankeadaan, yaitu
keadaan dimana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsurunsur obyektif itu meliputi:

a. Perbuatan manusia, terbagi atas perbuatan yang bersifat positif dan bersifat negatif
yang menyebabkan suatu pelanggaran pidana. Terkadang perbuatan positif dan
negatif terdapat dengan tegas di dalam norma hukum pidana yang dikenal dengan
delik formil. Dimana pada delik formil yang diancam hukuman adalah perbuatannya
seperti yang terdapat pada Pasal 362 KUHP dan Pasal 372 KUHP, sedangkan
terkadang pada suatu perbuatan saja diancam hukuman sedangkan cara menimbulkan
akibat itu tidak diuraikan lebih lanjut, delik seperti ini disebut sebagai delik materil
yang terdapat pada Pasal 338 KUHP.

b. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas merusaknya atau
mebahayakan kepentingan-kepentingan hukum yang menurut norma hukum pidana
itu perlu ada supaya dapat dipidana.

c. Sifat melawan hukum dan dapat dipidana. Perbuatan itu melawan hukum jika
bertentangan dengan undang-undang. Sifat dapat dipidana artinya bahwa perbuatan
itu harus diancam dengan pidana, oleh suatu norma pidana yang tertentu. Sifat dapat
dipidana ini bisa hilang walaupun telah diancam pidana dengan undang-undang tetapi
telah dilakukan dalam keadaan-keadaan yang membebaskan misalnya dalam Pasal 44,
48, 49, 50 dan 51 KUHP.
C. Unsur tindak pidana dalam undang undang
Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih mendalam dari tindak pidana, maka
dalam tindak pidana tersebut terdapat unsur-unsur tindak pidana, yaitu:

1. Unsur Objektif (Actus Reus) adalah unsur yang terdapat diluar si pelaku.
Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu
harus dilakukan terdiri dari:

a) Sifat melanggar Hukum


b) Kualitas dari si pelaku
c) Kausalitas yaitu hubungan anatara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu
kenyataan sebagai akibat.
2. Unsur subjektif (Mens Rea) adalah Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si
pelaku, atau yang di hubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya
segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Unsur ini terdiri dari:

a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)


b) Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam pasal 53 ayat 1 KUHP
c) Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan, pencurian, penipuan,
pemerasan, dan sebagainya.
d) Merencakan terlebih dahulu seperti tercantum dalam pasal 340 KUHP, yaitu
pembunuhan yang direncakan terleboh dahulu.
e) Perasaan takut diketahui orang bahwa ia melahirkan seperti terdapat di dalam pasal
308 KUHP, yaitu seseorang ibu meninggalkan anak yang baru saja dilahirkan pada
suatu tempat dengan maksud supaya diambil orang

Buku II KUHP memuat rumusan-rumusan perihal tindak pidana tertentu yang masuk dalam
kelompok kejahatan, dan buku III memuat pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu
disebutkan dalam setiap rumusan, yaitu mengenai tingkahlaku/perbuatan walaupun ada
perkecualian Pasal 351(penganiayaan).

Dari rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu, dapat diketahui adanya unsur tindak
pidana yaitu:

a. Unsur tingkah laku


Tingkah laku adalah unsur mutlak tindak pidana. Tingkah laku dalam tindak pidana terdiri
dari tingkah laku aktif atau positif juga dapat disebut perbuatan materiil dan tingkah laku
pasif atau negatif

b. Unsur melawan hukum


Melawan hukum adalah suatu sifat tercelanya atau terlaragnya dari suatu perbuatan, yang
sifatnya berseumber pada undang-undang (melawan hukum formil) dan dapat bersumber dari
masyarakat (melawan hukum materiil).
c. Unsur kesalahan
Kesalahan adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran batin orang sebelum atau pada saat
memulai perbuatana, sebab itu unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif.

d. Unsur Akibat Konstitutif


Unsur akitbat konstitutif ini terdapat pada pidana materiil atau tindak pidana diamana akibat
menjadi syarat selesainya tindak pidana.

e. Unsur Keadaan yang Menyertai


Unsur keadaan yang menyertai adalah unsur tindak pidana yang berupa semua keadaan yang
ada dan berlaku dalam perbuatan dilakukan.

f. Unsur Syarat Tambahan untuk Dapat Dituntut Pidana


Unsur ini hanya terdapat pada tindak pidana aduan yaitu tindak pidana yang hanya dapat
dituntut pidana jika adanya pengaduan dari yang berhak mengadu.

g. Unsur Syarat Tambahan untuk Memperberat Pidana


Unsur ini bukan merupakan unsur pokok tindak pidana yang bersangkutan, maksudnya tindak
pidana tersebut dapat terjadi tanpa adanya unsur ini.

h. Unsur Syarat Tambahan untuk Dapatnya Dipidana


Unsur ini berisi keadaan-keadaan tertentu yang timbul setelah perbuatan dilakukan
maksudnya, bila setelah perbuatan dilakukan keadaan ini tidak timbul, maka terhadap
perbuatan itu tidak bersifat melawan hukum dan si pembuat tidak dapat dipidana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindak pidana atau biasa disebut dengan kejahatan merupakan fenomena masyarakat karena
itu tidak dapat dilepaskan dari ruang dan waktu. Menurut Van Hamel, Tindak pidana adalah
kelakuan orang(menselijke gedraging) yang dirumuskan dalam undang-undang (wet), yang
bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.

Menurut Moeljatno, unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut: 1. Perbuatan itu harus
merupakan perbuatan manusia, 2. Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan pidana, 3.
Perbuatan itu bertentangan dengan undang-undang,4. Harus dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggung jawabkan, 5. Perbuatan itu harus disalahkan oleh si pembuat. Sedangkan
Menurut EY Kanter dan SR Sianturi, unsur-unsur tindak pidana adalah: 1. Subjek, 2.
Kesalahan, 3. Bersifat melawan hukum, 4. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh
undang-undang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana, 5. Waktu, tempat dan
keadaan (unsur objektif lainnya).

Unsur Objektif (Actus Reus) adalah unsur yang terdapat diluar si pelaku,Unsur tingkah
laku,Unsur melawan hukum,Unsur Akibat Konstitutif,Unsur Keadaan yang Menyertai,Unsur
Syarat Tambahan untuk Dapat Dituntut Pidana ,Unsur Syarat Tambahan untuk Memperberat
Pidana,Unsur Syarat Tambahan untuk Dapatnya Dipidana

B. Saran
Tentunya kami sudah meyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih banyak
kekurangan,kesalahan serta jauh dari kata sempurna,maka dari itu nantinya kami akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik serta saran yang bisa membangun dari para teman teman semua.
DAFTAR PUSTAKA

P.A.F Lamintang. 2002. Hukum Penitensier Indonesia. Bandung: Amrico, hlm. 47.

Ibid, hlm. 48.

asal 1 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Syarifin, Pipin. 2000. Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, hlm. 51.

Sofyan, Andi. 2016. Buku Ajar Hukum Pidana. Makassar: Pustaka Pena Pers, hlm. 99.

Ibid, hlm.102.

Unsur Unsur Tindak Pidana https://123dok.com/article/unsur-tindak-pidana-tinjauan


tinjauan-pidana-tindak
pidana.yev4g3v4#:~:text=Tingkah%20laku%20adalah%20unsur%20mutlak%20tindak%20pi
dana.%20Tingkah,materiil%20dan%20tingkah%20laku%20pasif%20atau%20negatif.%202.

Prasetyo, Teguh.2011. HUKUM PIDANA. (Edisi Revisi). Jakarta: Rajawali Press

Anda mungkin juga menyukai