Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Perkembangan Filsafat Hukum Masa Abad ke-17 Sampai Abad ke-19 dan
Akhir Abad ke-19 Sampai Sekarang

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum

Dosen Pengampu :

Ahmad Faris Wijdan S.H,.NM.H.

Disusun oleh:

Noval Firmansyah 214102040004

Rizal Amir Wafi 212102040015

Berlian Nur Zahro 212102040007

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

2022

0
Kata pengantar

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Filsafat Hukum,
dengan judul " Perkembangan Filsafat Hukum Masa Abad ke-17 Sampai Abad
ke-19 dan Akhir Abad ke-19 Sampai Sekarang".

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik dari
semua pihak demi penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangan informasi dan susunan didalamnya. Semoga
pembaca mendapatkan manfaat dari makalah ini. Akhir kata, terimakasih atas
perhatiannya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................


B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Filsafat Hukum Masa Abad ke-17...............................


B. Masa Abad ke-19 sampai akhir ...........................................................
C. Masa Abad ke-20 ................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................
B. SARAN ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat hukum timbul disebabkan kesangsian tentang kebenaran dan keadilan


dari hukum yang berlaku terlepas dari sistem agama atau filsafat umum. Yang
disebut filsafat hukum pada hakikatnya adalah soal “hati nurani” (geweten)
manusia yang berpijak pada filsafat atau pandangan manusia mengenai
tempatnya di alam semesta di satu pihak dan di lain pihak pada pandangan
manusia tentang bentuk masyarakat yang terbaik. Di bidang hukum banyak hal
yang merupakan suatu “tanda tanya” jika dengan secara mendalam
memikirkannya.Umpamanya perhatikan terjadinya undang-undang. Ada yang
berpendapat bahwa hukum dapat dipelajari dalam fungsi sosialnya. Ditinjau dari
fungsi sosial, hukum itu adalah gejala sesuatu masyarakat yang harus melayani
kepentingan masyarakat. Manakala dianggap demikian, landasan hukum adalah
“penghidupan itu sendiri”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dua arus besar pandangan tentang pengertian hukum yang
hakiki?
2. Apa yang di maksud dengan filsafat hukum pada zaman sekarang?
3. Bagaimana perkembangan filsafat hukum masa abad ke-17?

C. Tujuan Pembahasan

Untuk dapat mengetahui perkembangan filsafat hukum masa abad ke-17


sampai Abad ke-19 dan Akhir Abad ke-19 Sampai Sekarang

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa abad ke-17

Abad ke-17 adalah zaman yang menggantikan renaissance dan dianggap


sebagai awal dari filsafat modern dan keberangkatan dari pendekatan abad
pertengahan. Abad ke-17 disebut juga dengan zaman modern. Zaman ini
bertujuan untuk menemukan kebenaran dari ilmu pengetahuan yang bersifat
rasionalisme. Rasionalisme dibedakan dari keyakinan bahwa pada prinsipnya
semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh secara langsung oleh akal masing-
masing individu. Namun, pada waktu itu ada para pendukung empirisme yang
menentang bahwa pengetahuan tidak hanya dihasilkan oleh akal tetapi
pengalaman-pengalaman terdahulu juga. Sebagai patokannya, rasionalisme
mengambil matematika sebagai model pengetahuan dan empirisme mengambil
ilmu-ilmu sains. Akan tetapi pada kenyataannya kedua masalah tersebut saling
membutuhkan dan berhubungan timbal balik
Rasionalisme
Rasionalisme muncul di Perancis dengan dipelopori Rene Descartes dengan
pemikirannya yang rasional atau akal. Dia menganggap bahwa akal adalah
sumber ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya dan empiris atau pengalaman
hanya dapat dipakai untuk meneguhkan hasil akal, yaitu pengetahuan. Oleh
karena itu, akal tidak memerlukan pengalaman karena akal dapat menurunkan
kebenaran dari diri seseorang. Kebenaran dapat dicapai dengan pemikirannya
sendiri, bukan dari wahyu yang dianggap sebagai sumber kebenaran. Ternyata
keberhasilan rasionalisme malah memutuskan hubungan dengan tradisi
Kristiani, kekuasaan gereja, dan klerikal tetapi masih memperkuat jiwa liberal
yang telah menghidupkan humanisme. Melalui pembuktian aku ada, Tuhan,
alam jasmani, dan realitas alam fisik, maka rasionalisme menjadi pernyataan
yang paling kuat mengenai pemikiran manusia yang pernah ada.
Empirisme
Empirisme muncul di Inggris dengan dipelopori para penerus jejak Francis
Bacon, seperti John Locke, Berkeley, dan David Hume. Mereka menganggap
bahwa akal bukanlah sumber pengetahuan, tetapi akal mendapat tugas untuk
mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman dengan menterapkan
metode induksi. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman dunia dan
batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Empirisme hanyalah suatu teori

4
pengetahuan dimana kita hanya bisa mempercayai dari apa yang diketahui
melalui pengalaman indrawi atau percobaan.
Filsafat Jerman
Filsafat Jerman muncul sejak pertengahan abad 17 yang dipelopori oleh G.W.
Leibniz (1646-1716) dengan karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Perancis
dan Latin dengan alasan bahwa bahasa Jerman tidak dapat dipakai sebagai
bahasa pengantar ilmu pengetahuan. Terdapat dua sisi dalam karya Leibniz,
yaitu dialog antara dirinya dengan Descrates dan kaum rasionalis lainnya
dengan dialog dirinya dengan Locke dan kaum empiris lainnya. Tujuannya
karyanya tersebut adalah untuk menjembatani pertentangan antara kedua paham
antara kaum rasionalis dan empiris.
Tokoh-tokoh
1. Francis Bacon (1561-1625)
Menurut Francis Bacon metode induktif adalah proses pemikiran dengan cara
mengamati dan meneliti fenomena-fenomena yang terjadi dan kemudian
digeneralisasikan sebagai kesimpulan. Dengan kata lain metode induksif adalah
cara berpikir dari hal-hal yang bersifat kusus (particular) menuju ke hal-hal
yang bersifat umum.
2. Thomas Hobbes (1588-1679): Thomas Hobbes mengembang tiga sistem ide,
yaitu :
1) Ilmu alam (De Corpore). Semua filsafat adalah kita meliha, tubuh dan
dengan demikian kinematika .
2) Doktrin manusia (De Homine). Manusia bagi Hobbes hanyalah contoh
kebenaran hukum fundamentalnya tentang sebab dan akibat yang
diperlukan.
3) Doktrin Sistem Pengajaran Negara atau (De cive Leviathan). Hobbes
menganggap definisi hukum kodrat dapat dimiliki oleh setiap orang.
3.John Locke membagi kekuasaan negara menjadi 3 bidang yaitu :
1) Kekuasaan perundang-undangan, yaitu kekuasaan yang membuat
undang-undang.
2) Kekuasaan pelaksana, yaitu kekuasaan yang melaksanakan undang-
undang.
3) Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan yang mengatur hubungan-hubungan
dengan negara lain.

5
B. Abad ke-19 sampai akhir

Abad ke-19 adalah abad yang ruwet dibandingkan dengan abad-abad yang
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal :

a. Daerah tempat filsafat berkembang lebih luas. Amerika dan Rusia ikut
memberikan sumbangan mereka. Juga india menjadi terkenal di Eropa.
b. Ilmu pengetahuan berkembang lebih cepat sekali, terlebih-lebih di bidang
geologi, biologi dan kimia organis.
c. Produksi yang dihasilkan mesin-mesin sangat mengubah masyarakat dan
memberikan kepada manusia suatu konsepsi baru tentang kuasa dalam
hubungan dengan alam sekitar.
d. Suatu faktor baru yang tampak pada zaman ini ialah dominasi jerman secara
intelektual, yang dimulai dengan kant. Idealisme jerman setelah zaman kant
dan filsafat jerman yang lebih kemudian besar sekali pengaruhnya atas
sejarah filsafat di jerman.
e. Masih ada hal yang lain lagi. Jikalau abad ke-17 dikuasai oleh pemikiran
Galilei dan Newton, maka abad ke-19 dipengaruhi besar oleh Darwin.
a) Idealisme di Jerman

Karena Kant filsafat di Jerman memperoleh sifatnya sendiri. Pada awal abad ke-
19 Fichte, Schelling, Hegel menggangap dirinya sebagai orang-orang yang
meneruskan tugas yang diberikan Kant. Mereka adalah filsuf-filsuf
transendental, yang menjadikan akal pusat pembicaraan dalam menangani
pengalaman. Ajaran kant tentang kategori, tentang penampakan dan tentang ide,
tentang bentuk dan materi, dan lain-lainnya, semuanya memerlukan peninjauan
kembali. Orang-orang yang nerusaha memenuhi tugas yang diberikan kant
antara lain :

1. J.G. FICHTE (1763-1814)

Beliau dilahirkan di Rammenau, Jerman. Beliau mengatakan bahwa, ajaran ilmu


pengetahuan ini bukan suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan hubungan
tentang ilmu pengetahuan satu per satu, melainkan suatu penyadaran tentang
pengenalan itu sendiri, yaitu suatu penyadaran yang metodis di bidang
pengetahuan itu sendiri.

6
Filsafat sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan dibedakan antara :

a. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis


b. Ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis

2. F.W.J. SCHELLING (1775-1854)

Beliau mengatakan bahwa filsafat itu mempunyai tiga tahap antara lain :

a. Tahap filsafat alam


b. Tahap filsafat identitas
c. Tahap filsafat wahyu atau filsafat positif. Tetapi tahap yang satu tidak
boleh dipisahkan dari tahap filsafat yang lain, bahkan dapat dikatakan
bahwa yang satu berkembang dari persoalan yang ditimbulkan oleh yang
lain.

3. G.W.F. HEGEL (1770-1831)

Beliau termasuk salah satu dari filsuf barat yang paling menonjol. Pengaruhnya
begitu besar sampai di luar jerman. Menurut Hegel, yang mutlak adalah Roh
yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud agar supaya dapat
sadar akan dirinya sendiri. Hakekat Roh adalah idea atau pikiran. Seluruh
proses dunia adalah suatu perkembangan Roh. Sesuai dengan hukum Dialektika
Roh meningkatkan diri, menuju kepada yang mutlak. Sesuai dengan
perkembangan Roh ini maka filsafat Hegel disusun dalam tiga tahap, yaitu :

1. Tahap ketika Roh berada dalam keadaan “ada dalam dirinya sendiri”,
ilmu filsafat yang membicarakan Roh berada dalam keadaan ini
disebutnya Logika
2. Tahap kedua Roh berada dalam keadaan “berbeda dengan dirinya
sendiri”, ilmu filsafat yang membicarakan tahap ini disebutnya filsafat
alam
3. Tahap ketika Roh kembali pada dirinya sendiri, yaitu kembali daripada
berada di luar dirinya, sehingga Roh dalam keadaan “dalam dirinya dan
bagi dirinya sendiri”, Tahap ini menjadi sasaran Filsafat Roh

7
4. ARTHUR SCHOPENHAUER (1788-1868)

Beliau adalah orang yang di dalam sejarah filsafat mengambil tempat yang
khusus sekali. Yang di Danzig dari keluarga pedagang besar. Pangkal
Pikirannya adalah Filsafat Kant yang mengajarkan, bahwa yang kita ketahui
dari segala sesuatu hanyalah penampakan-penampakannya saja. Jasa
Schopenhauer ialah bahwa ia membuka mata terhadap bagian dalam yang gelap
dari manusia, yang ada didalam permukaan kesadaran. Di dunia barat
Schopenhauer telah untuk pertama kali membuka jalan bagi suatu filsafat dan
suatu psikologi dari hal yang tak sadar.

b) Positivme

Pada abad ke-19 timbullah filsafat yang disebut Positivisme, yang diturunkan
dari kata “Positif”. Filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang
faktual, yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang ada
sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karena itu Metafisika
ditolak.

1.AUGUS COMTE (1798-18557).

Menurut Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga


tahap atau tiga zaman, yaitu : Zaman teologis, Zaman metafisis dan Zaman
ilmiyah atau zaman positif.

a. Pada Zaman Teologis orang mengarahkan rohnya pada hakikat


“Batiniyah” segala sesuatu kepada “sebab pertama” dan “tujuan
terakhir” segala sesuatu.
b. Zaman Metafisika sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja
dari zaman teologi.
c. Zaman Positif adalah Zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya
untuk mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik
pengenalan teologis, maupun pengenalan metafisis.

2. JHON STUART MILL (1806-1873).

Beliau mencoba memberikan suatu dasar psikologis dan logis kepada


positivisme. Mill membedakan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu

8
pengetahuan rohani. Yang dimaksud ilmu pengetahuan rohani ialah Psikologi,
ajaran tentang kesusilaan (etologi) dan Sosiologi.

3.HERBERT SPENCER (1820-1903). Beliau menyatukan secara sempurna


gejala-gejala itu, untuk diperlukan adanya suatu asas pusat yang dinamis. Asas
dinamis Kenyataan itu adalah “hukum perkembangan” (evolusi).

c) Kemunduran filsafat hegel dan timbulnya materialisme di jerman

Pada pertengahan kedua abad ke-19 ini timbul juga aliran materialisme di
dalam filsafat jerman. Yang mendorong pertama kali ialah :
1. LUDWIG FEUERBECH (1804-1872). Salah seorang dari sayap kiri
pengikut Hegel. Menurut ia hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu
manusia adalah makhluk alamiyah. Segala usahanya didorong oleh nafsu
alamiyahnya, yaitu dorongan untuk hidup. Yang terpenting pada manusia
bukan akalnya, tetapi usahanya, sebab pengetahuan hanyalah alat untuk
menjadikan segala usaha manusia berhasil.
2. KARL MARK (1818-1883). Pangkal pemikiran Mark adalah ajaran
Hegel. Pada waktu yang lebih kemudian kepada ajaran Hegel itu
digabungkan dengan filsafat feuerbech, teori revolusioner perancis, yakni
terutama gagasan-gagasan para sosialis utopis dan juga pandangan
ekonomi negara inggris yang klasik. Antara mark dan feuerbech dapat
dikatakan demikian, bahwa Mark mengambillalih dari feuerbech
kecenderungan untuk menjelaskan hal-hal yang Rohani dari yang Jasmani,
serta mencurahkan segala perhatian kepada manusia yang hidup di dalam
masyarakat.
3. SOREN KIERKEGAARD (1813-1855). Beliau mengatakan pertama-
tama yang penting bagi manusia adalah kenyataannya sendiri atau
eksistensinya sendiri. Akan tetapi harus ditekankan, bahwa eksistensi
manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi”,
yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan, yaitu perpindahan dari
“kemungkinan” ke “kenyataan”. Tiap-tiap eksistensi memiliki cirinya
yang khas. Ia membedakan eksistensi menjadi 3 yaitu : Bentuk Estetis,
Bentuk Etis dan Bentuk Religius.
4. FIREDRICH NIETZCSHE (1844-1900). Nietzsche adalah filsuf dari
nafsu-nafsu yang vital. Nafsu olehnya dipandang sebagai daya kekuatan
pendorong di dalam manusia. Berdasarkan pandangan tersebut

9
mengajarkan adanya 2 moral, yaitu : Moral Tuan (Baik) dan Moral Budak
(Jahat). Agama kristen adalah lambang pemutar balikkan nilai-nilai.
Sebab yang dipandang sebagai jiwa kristiani ialah menolak segala yang
alamiah sebagai hal yang tak layak, yang memusuhi segala yang nafsani.

Nietzsche adalah orang yang kesepian, yang berjuang mati-matian untuk


menentang nilai-nilai lama yang telah berkuasa ribuan tahun. Ia ingin
menciptakan hal-hal yang melebihi dirinya sendiri, sampai segala kekuatannya
dihabiskan, dan hidupnya diakhiri dengan menderita penyakit gila.

C. Abad ke-20

Meskipun terdapat persamaan tentang pembentukan sistem hukum yang berlaku,


namun pada abad XX ini ada perbedaan tentang pengertian hukum yang hakiki.
Ada dua arus besar pandangan tentang pengertian hukum yang hakiki:

1. Hukum sebaiknya dipandang dalam hubungannya dengan pemerintah


Negara yaitu, sebagai norma hukum yang De facto berlaku. Tolak ukurannya
adalah kepentingan umum dilihat sebagai bagian kebudayaan dan sejarah
suatu bangsa. Pandangan ini bersumber dari aliran sosiologi hukum dan
realism hukum.
2. Hukum seharusnya dipandang sebagai bagian dari kehidupan etis manusia di
dunia. Oleh karen itu disini diakui adanya hubungan antara hukum positif
dengan pribadi manusia yang berpegang pada norma-norma keadilan.
Prinsip ini diambil dari filsafat neoskolistik, neokantianisme,
neohegelianisme dan filsafat eksistensi.

Filsafat Hukum Pada Zaman Sekarang

Yang dimaksud dengan zaman sekarang dimulai pada abad ke-19. Filsafat
hukum yang berkembang di zaman modern berbeda dengan filsafat hukum yang
berkembang pada zaman modern. Jika pada zaman modern berkembang
rsionalisme, maka pada zaman sekarang rasionalisme yang berkembang
dilengkapi dengan empirisme, seperti Hobbes. Namun, aliran ini berkembang
pesat pada abad ke-19, sehingga faktor sejarah juga mendapat perhatian dari
para pemikir hukum pada waktu itu, seperti Hegel (1770-1831), Karl Marx
(1818-1883), juga von Savigny sebagai pelopor mazhab sejarah.

Hegel merupakan tokoh utama dalam idealisme Jerman, ia merupakan penerus


rasionalisme yang dikembangkan oleh Immanuel Kant. Menurut Hegel, rasio
tidak hanya rasio individual melainkan juga rasio Keilahian. Teorinya disebut
10
Dialektika, yang popularitasnya mengalahkah ahli pikir di zamannya, seperti J.F.
Fichte (1762-1814) dan F.W.J. Schelling (1775-1854).

Menurut teori dialektika Hagel, setiap fase dalam perkembangan dunia


merupakan rentetan dari fase berikutnya, artinya setiap pengertian mengandung
lawan dari pengertian itu sendiri. Perkembangan dari yang ada kepada yang
tidak ada atau sebaliknya mengandung katagori yang ketiga, yaitu akan menjadi.
Tritunggal tersebut terdiri dari these-antithese-synthese, yang pada akhirnya
dari setiap synthese merupakan titik tolak dari tritunggal yang baru. Teori
dialektika Hegel ini dapat digambarkan dalam ikhtisar berikut ini:

Selain Hegel, masih ada beberapa ahli pikir lain, seperti Karl Marx dan Engels
yang menyatakan bahwa hukum dipandang sebagai pernyataan hidup dalam
masyarakat. Di samping Marx dan Engels, juga von Savigny yang menyatakan
bahwa hukum tidak dibuat tetapi tumbuh bersama-sama dengan perkembangan
masyarakat. Pandangan Savigny ini telah memasukkan faktor sejarah ke dalam
pemikiran hukum yang selanjutnya melahirkan pandangan relatif terhadap
hukum. Sehingga pandangan dari Savigny melahirkan Mazhab Sejarah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada makalah diatas dapat kami simpulkan bahwa Abad ke-17 disebut juga
dengan zaman modern. Zaman ini bertujuan untuk menemukan kebenaran dari
ilmu pengetahuan yang bersifat rasionalisme. Rasionalisme dibedakan dari
keyakinan bahwa pada prinsipnya semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh
secara langsung oleh akal masing-masing individu. Ada dua arus besar
pandangan tentang pengertian hukum yang hakiki yaitu Hukum sebaiknya
dipandang dalam hubungannya dengan pemerintah Negara yaitu, sebagai norma
hukum yang De facto berlaku. Tolak ukurannya adalah kepentingan umum
dilihat sebagai bagian kebudayaan dan sejarah suatu bangsa. Pandangan ini
bersumber dari aliran sosiologi hukum dan realism hukum. Dan hukum
seharusnya dipandang sebagai bagian dari kehidupan etis manusia di dunia.
Oleh karen itu disini diakui adanya hubungan antara hukum positif dengan
pribadi manusia yang berpegang pada norma-norma keadilan. Prinsip ini
diambil dari filsafat neoskolistik, neokantianisme, neohegelianisme dan filsafat
eksistensi.

Yang dimaksud dengan filsafat hukum pada zaman sekarang dimulai pada abad
ke-19. Filsafat hukum yang berkembang di zaman modern berbeda dengan
filsafat hukum yang berkembang pada zaman modern. Jika pada zaman modern
berkembang rsionalisme, maka pada zaman sekarang rasionalisme yang
berkembang dilengkapi dengan empirisme, seperti Hobbes.

B. Saran
Tentunya kami sudah meyadari jika dalam penyusunan makalah diatas
masih banyak kekurangan,kesalahan serta jauh dari kata sempurna,maka
dari itu nantinya kami akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan
kritik serta saran yang bisa membangun dari para teman teman semua.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rudi Umar Susanto, Remaja Sehat Tanpa Pergaulan Bebas. https://remaja-gresik-


sehat.blogspot.com/2011/09/filsafat-abad-ke-19.html

Kamarusdiana, 2018. Filsafat Hukum. Jakarta: UIN Jakarta Press

Apin Haerani, Sejarah Filsafat Hukum Pada Zaman Sekarang.


https://tugasapin.blogspot.com/2016/12/sejarah-filsafat-hukum-pada-zaman_27.html.

https://annisamurtiyanti.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-fi;safat-hukum-html

13

Anda mungkin juga menyukai