Anda di halaman 1dari 14

RASIONALISME DAN EMPIRISME

FILSAFAT OLAHRAGA

Dr. Ahmad Yani, S.Pd., M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok 1 :

Nama Npm
1. Aldiva Tri Ramadhani 196610703
2. Andre Novrian 196610773
3. Ananda Jusdy Pratama 196610743
4. Herdiansya Taufik 196610765
5. M. Adrian 196610713
6. M. Makmur Panjaitan 196610753
7. Muhammad Givari 196610704

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

PENJASKESREK

PEKANBARU

2022
Segala puji bagi Allah SWT, kami meminta pertolongan dan ampunan
kepada-Nya. Kami berlindung dari segala macam kejahatan jiwa dan kejahatan
perbuatan kami. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke haribaan j , para
keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang selalu setia mengikuti mereka
hingga hari akhir nanti. Dengan rasa syukur yang besar, penulis haturkan kepada
Allah SWT karena dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
“Rasionalisme dan Empirisme”.

Maksud dan Tujuan dari pembuatan Makalah ini untuk memperluas


wawasan serta memberikan inspirasi kepada para pembacanya mengenai 
“Rasionalisme dan Empirisme” tersebut.

Dalam penyelesaian Makalah  ini, penulis banyak mendapatkan bantuan 


dan dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung,  baik
yang berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis haturkan  terima
kasih dengan iringan doa Jazakumullahkhairnkatsiran kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis berusaha sebaik mungkin di dalam penyusunan dan penyelesaian


makalah ini. Penulis juga menyadari kemungkinan adanya kekurangan atau
kesalahan yang tidak disengaja dalam isi makalah ini, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap, semoga hasil dari makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi para pembaca.

Pekanbaru, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................. 1

BAB II ISI

2.1 Rasionalisme.......................................................................... 2

2.2 Empirisme.............................................................................. 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................ 10

3.2 Saran...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangan filsafat sejak zaman pra-Yunani kuno


hingga abad XX sekarang ini, telah banyak aliran filsafat bermunculan. Setiap
aliran filsafat memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang
dijalankan dalam rangka memperoleh kebenaran.

Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti


pada zaman kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Dalam zaman modern
ada periode yang disebut Renaissance (kelahiran kembali). Kebudayaan klasik
warisan Yunani-Romawi dicermati dan dihidupkan kembali, seni dan filsafat
mencari inspirasi dari sana.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal


dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri
manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan terdapat perbedaan
pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah
rasio, kebenaran pasti  berasal dari  rasio (akal). Sebaliknya, aliran
empirisme meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin,
maupun yang inderawi. Kemudian muncullah suatu aliran yang diberi nama aliran
kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan sebagaimana latar belakang masalah diatas, maka rumusan


masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari rasionalisme ?


2. Apa pengertian dari empirisme ?

1
BAB II

ISI

2.1 Rasionalisme

A. Pengertian

Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris


rationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin Ratio yang berarti
“akal”.Rasionalisme adalah paham filsafatyang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh dan mengetes pengetahuan. Jika
empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis ataukaidah-
kaidah logika. Dalam aliran rasionalisme ada dua macam bidang, yaitu bidang
agama dan bidang filsafat. Dalam bidang agama, rasionalisme adalah lawan
autoritas,dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sementara, dala
m bidang filsafat,rasionalisme adalah lawan empirisme dan terutama berguna
sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat
bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal,
contohnya logika dan matematika.

Rasionalisme dipelopori oleh Rane Descrates (1596-1650) yang disebut


sebagai bapak filsafat moderen. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu
kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa
bandingannya, harus disusun satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri
menurut satu metode umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah
apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus
mengikuti langkah ilmu pasti, karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara
mengenal secara dinamis.

2
B. Tokoh-Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya

Latarbelakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk


membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah
diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan
yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah sebagai
berikut.

1)  Rene Descartes ( 1596- 1650 M )


Descartes disamping tokoh rasionalisme juga dianggap sebagai
bapak filsafat, terutama karena dia dalam filsafat-filsafat sungguh-sungguh
diusahakan adanya metode serta penyelidikan yang mendalam. Dia ahli
dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Dia yang mendirikan
aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat
dipercayai adalah akal. Ia tidak puas dengan filsafat scholastik karena
dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada kepastian. Adapun
sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti.

Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-


raguan. Seakan- akan ia membuang segala kepastian, karena ragu-ragu itu
suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan untuk ragu-ragu, melainkan untuk
mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran adalah rasio. Hanya rasio
sejarah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio pulalah yang
dapat memberi pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang benar
itu hanya tindakan budi yang terang-benderang, yang disebutnya ideas
claires et distinctes. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber
kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme.

2) Spinoza (1632- 1677 M)


Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah
barulah Spinoza ia adalah seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia
lepas dari segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan

3
suatu sistem berdasrkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi
manusia.menurut Spinoza aturan atau hukum ynag terdapat pada semua
hal itu tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Baik
Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu, dua
tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam
metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.

3) Leibniz (1646-1716 M)
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan
meninggal pada tahun 1716 M. Dia filosof Jerman, matematikawan,
fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintahan, pembantu
pejabat tinggi Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman ini mempelajari
scholastik. Ia kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan mahir
dalam ilmu. Ia menerima substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima
paham serba tuhannya (pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang
mencantumkan segala dasar kesanggupannya, dari itu mengandung segala
kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam didunia ini
diterima oleh Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam
cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara
sendiri.

C. Kelebihan dan Kelemahan Filsafat Rasionalisme

Adapun kelebihan dan kelemahan dalam filsafat rasionalisme adalah


sebagai berikut.

1) Kelebihan
 Mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari
manusia. Contoh: matematika, astronomi, biologi disusun
berdasarkan logika.
 Dengan menalar, manusia mampu menjelaskan pemahaman yang
rumit dan bersifat abstrak.
 Kebenaran diperoleh dari sebab-sebab yang menyatakannya benar.

4
 Rasionalisme memberikan kerangka berfikir yang koheren dan
logis.
 Memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan
sebelumnya.

2) Kelemahan
 Doktrin-doktrin filsafat rasionalisme cenderung mementingkan
subjek daripada objek,sehingga rasionalisme hanya berfikir yang
keluar dari akal budinya saja yang benar,tanpa memerhatikan
objek-objek rasional secara peka.
 Cara memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik
kelemahan tersebutmengundang kritikan tajam, sekaligus memulai
permusuhan baru dengan sesama pemikirfilsafat yang kurang
setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut.

2.2 Empirisme

A. Pengertian

Latar belakang munculnya empirisme adalah awal timbulnya aliran


ini bermula dari penolakan atas dominasi logika cartesian di daratan Eropa saat
itu. Disamping itu, gelora renaissance di daratan Eropa menginspirasi dataran
Britania Raya sampai ada istilah sendiri yaitu enlightment. Kata ini berasal dari
bahasa yunani emoeiria, empeiros  (berarti berpengalaman dalam, berkenalan
dengan, terampil untuk). Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Berbeda dengan anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini berpendapat bahwa indera atau peng
alaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber primer dari
pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang
paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori empirisme
adalah pengalaman dan penginderaan inderawi.

5
Dalam sejarah filsafat, klaim empiris ialah tidak ada sesuatu dalam pikiran
yang mulanya tidak ada dalam indera. Hal tersebut mengandung makna bahwa:

1. Sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman.


2. Semua ide (gagasan) merupakan abstraksi yang dibentuk lewat
menggabungkan apa yang dialami.
3. Pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan.
4. Akal budi tidak dapat memberikan tentang realitas tanpa acuan dari
pengalaman indrawi.

Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui


indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-
kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman.
Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari penyusunan dan pengaturan
kesan-kesan yang bermacam-macam.

B. Tokoh-Tokoh Empirisme dan Pemikirannya


1) Francis Bacon (1210 – 1292 M)
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat.
Akan tetapi waktudewasa beliau menjabat pangkat- pangkat tinggi
dikerjakan Inggris kemudian diangkatdalam golongan bangsawan. Setelah
berhenti dari jabatannya yang tinggi, barulah beliaumulai menuliskan
filsafatnya. Menurut Franccis Bacon bahwa pengetahuan ynag sebenarnya
adalah pengetahuanyang diterima orang melaui persatuan inderawi dengan
dunia fakta. Pengalamanmerupakan sumber pengetahuan yang sejati.
Dengan demikian bagi Bacon caramencapai pengetahuan itu pun segera
nampak dengan jelasnya. Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan
mempengaruhi induksi. Haruslah sekarang memperhatikan yangkonkrit,
mengumpulkan, mengadakan kelompok-kelompok, itulah tugas
ilmu pengetahuan.

6
2) Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Thomas Hobbes adala seorang ahli pikir yang lahir di Malmesbury.
Beliau adalahanak dari seorang pendeta. Menurutnya, bahwa pengalaman
inderawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu yang
dapat disentuh dengan indera lah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan
kita tak mengatasi pengindraan dengan kata lain pengetahuan yang benar
hanyalah pengetahuan indera saja, yang lain tidak.

Ada yang menyebut Hobbes itu menganut sensualisme, karena ia


amat mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tetapi dalam
hubungan ini tentulah ia anggap salah satu dari penganut empirisme, yang
mengatakan bahwa persentuhan dengan indera (empiri) itulah yang
menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.

Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu


pengetahuan yangsifatnya umum. Menurutnya, filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang di
peroleh. Sasaran filsafat adalah fakta, yaituuntuk mencari sebab-sebabnya.
Segala yang ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan
hukum ilmu pasti/ ilmu alam.

3) Jhon Locke (1932 – 1704 M )


John Locke dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Beliau
adalah filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Disamping
sebagai seorang ahli hukum beliau juga menyukai filsafat dan
teologi, mendalami ilmu kedokteran, dan penelitian kimia. Dalam
mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai
kemampuannya.

Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection.


Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi

7
manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sedangkan reflection adalah
pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang
sifatnya lebih baik daripada sensation. Mengapa demikian? Karena jiwa
manusia di saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong
bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tidak ada sesuatu dalam jiwa
yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa
seseorang.

C. Kelebihan dan Kelemahan Filsafat Empirisme

Adapun kelebihan dan kelemahan dalam filsafat empirisme adalah


sebagai berikut.

1) Kelebihan
pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar,
karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di
lapangan.

2) Kelemahan
  Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda
itu kecil benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan kemampuan indera
ini dapat melaporkan objek salah.
 Indera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulara rasanya
pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan menimbulkan
pengetahuan empiris yang salah juga.
 Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek
itu sebenarnya tidak sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia
membihongi indera. Ini jleas dapat menimbulkan inderawi yang
salah.
 Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata)
tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan
kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara
8
keseluruhan. Jika melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah
kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu
sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah
empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences)
yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-
masalahyang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah problematika da
n kehidupannya. Dengan demikian, telah banyak aliran filsafat yang bermunculan
yang memiliki kekhasan masing-masing sesuai dengan metode yang dijalankan
dalam rangka memperoleh kebenaran. Rasionalisme mengajarkan bahwa ilmu
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir dengan kaidah-kaidah logika.
Sementara empirisme meyakini pengalaman sumber pengetahuan, baik yang batin
maupun indrawi.

3.2 Saran
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, harus betul – betul diteliti, diamati,
dan dikoreksi kembali jika dalam pembuatannya terjadi kekeliruan dalam
penulisan kata atau kalimatnya. Dalam membuat karya tulis ilmiah, betul – betul
hasil dari kerja keras kita, bukan sebagai penjiplak karya orang lain. Bisa
mencontoh, tapi hanya dijadikan acuan dalam karya tulis kita sendiri. Jangan
semua karya tulis ilmiah orang lain diambil begitu saja dan dimasukkan semua
materinya kemudian dijadikan sebagai karya tulis ilmiah sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono, H. 1980.Sari sejarah Filsafat baru 2.Yogyakarta: Kanisius.


Syadali, A. & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Achmadi, A. 1995. Filsafat Umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
https://www.academia.edu/40993827/
MAKALAH_FILSAFAT_RASIONALISME_EMPIRISME_DAN_KRITISISME
http://makalah85.blogspot.com/2008/11/filsafat-rasionalisme-emperisme.html
http://pamungkas97.blogspot.com/2016/01/aliran-filsafat-rasionalisme-
empirisme.html

11

Anda mungkin juga menyukai