FILSAFAT ILMU
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Kelompok 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
ANGGOTA KELOMPOK :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, serta
Shalawat dan salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad
SAW. Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah
berjudul “ Mendeskripsikan Metode Dalam Mencari Pengetahuan Rasionalisme,
Empirisme, Dan Metode Keilmuan Rasionalisme”. Semua ini tidak lepas dari Rahman
dan Rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendaladalam
penyusunan makalah ini dapat dilalui dengan mudah.
Makalah ini kami sampaikan kepada Pembina mata kuliah Filsafat Ilmu yang
dibina oleh Bapak Mohammad Taufiq, S.Si., M.Pd. sebagai salah satu tugas mata
kuliah tersebut. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak yang telah berjasa
mencurahkan ilmunya kepada kami dengan ikhlas mengajar mata kuliah Filsafat Ilmu.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini, bermanfaat bagi semua orang
khususnya untuk kami sendiri maupun untuk pembaca. Atas perhatianya, kami
mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara
substansialmaupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat,sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan filsafat.
Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu bertujuan membahas dan
mengevaluasi metode-
metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan pentingnya upa
ya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Rasionalsime memandang rasio atau akal sebagai sumber segala pengertian
karena akal itu manusia menempati yang sangat penting. Pangkal dari aliran
rasionalisme adalah keraguan, sehingga muncul sebuah kesadaran baru yaitu
mendayagunakan akal.
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan deduktif, ternyata mempunyai
kelemahan, maka munculah pandangan lain yang berdasarkan pengalaman
konkret. Mereka yang mengembangkan peratusan berdasarkan pengalaman
konkret ini disebut penganut empirisme.
1.3 Tujuan
1
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
2
BAB II
PEMBAHASAN
RASIONALISME
3
pola pikir yang disebut sillogisme. Sillogisme terdiri atas dua prnyataan,
premis mayor dan minor, serta kesimpulan
4
secara sistematis. Penjelasan ini mungkin juga disasarkan dengan kaidah
baru yang sebelumnya belum diketahui. Dalam keadaan seperti ini maka
kaidah itu harus konsisten dengan sistem pengetahuan yang telah tersusun.
Sesekali kadang timbul suatu pemikiran baru yang merombak keseluruhan
pemikiran yang telah tersusun secara sistematis itu. Teori relativitas einstein
umpamanya merombak struktur prmikiran mekanika klasik newton.
Kiranya jelas dari pembahasan ini bahwa salah satu aspek dari kegiatan
keilmuan adalah menyusun konsep penjelasan atau berfikir secara teoritis.
Pemikiran teoritis ini bersifat deduktif dan pada dasarnya mrupakan suatu
proses berfikir yang logis dan sistematis. Sifat inilah yang mencirikan salah
satu dari karakteristik-karakteristik pokok ilmu.
5
tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang
berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Beliau berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan
yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran
dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.
Rasionalisme tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman hanya dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran.
Karenanva, aliran ini yakin bahwa kehenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide dan bukannya di dalam barang sesuatu. Jika kebenaran bermakna
sebagai mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada
kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya
dapat diperoleh dengan akal saja. Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuab
pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun
sistem pemikirannya diturunkan dan ide yang menurut anggapannya adalah
jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunvai
kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut
kiranva sudah ada “di sana” sebagai bagian dari keyataan dasar dan pikiran
manusia.’ Dalam pengertian ini pikiran menalar kaum rasionalis berdalil
bahwa karena pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada.
Artinya prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip ¡tu tidak ada, orang tidak
mungkin akan dapat menggambarkannva. Prinsip dianggap sebagai sesuatu
yang apriori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman.
bahkan sebaliknya pengalaman hanva dapat dimegerti bila ditinjau dan
prinsip tersebut. Dalam perkembangannya Rasionalisme diusung oleh
banyak tokoh. masing-masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas. Narnun
tetap dalam satu koridor yang sama. Pada abad ke- 17 terdapat beherapa
tokoh kenamaan seperti René Descartes. Gottfried Wilhelm von Leibniz,
Christian Wolff dan Baruch Spinoza. Sedangkan pada abad ke- 18 nama-
nama seperti Voltaire, Diderot dan D’ Alembert adalah para pengusungnya.
6
Implikasi Aliran Rasionalisme Terhadap Dunia Pendidikan. Seperti
kita ketahui bahwa Logika adalah kaidah-kaidah berfikir. Subyeknya akal-
akal rasional. Obyeknya adalah proposisi bahasa. Proposisi bahasa yang
mencerminkan realitas, apakah itu realitas di alam nyata ataupun realitas di
alam fikiran. Kaidah-kaidah berfikir dalam logika bersifat niscaya atau
mesti. Penolakan terhadap kaidah berfikir ini adalah mustahil (tidak
mungkin). Bahkan mustahil pula dalam semua khayalan atau “angan-
angan” yang mungkin (all possible intelligebles).
Contohnya, sesuatu apapun pasti sama dengan dirinya sendiri, dan
tidak sama dengan yang bukan dirinya. Prinsip berfikir ini telah tertanam
secara niscaya sejak manusia lahir. Tertanam secara kodrati dan spontan.
Dan selalu hadir kapan saja fikiran digunakan. Dan ini harus selalu diterima
kapan saja realitas apapun dipahami. Bahkan, lebih jauh, prinsip ini
sesungguhnya adalah satu dari watak niscaya seluruh yang maujud (the very
property of being). Tidak mengakui prinsip ini, yang biasa disebut dengan
prinsip non-kontradiksi, akan menghancurkan seluruh kebenaran dalam
alam bahasa maupun dalam semua alam lain. Tidak menerimanya berarti
meruntuhkan seluruh arsitektur bangunan agama, filsafat, sains dan
teknologi, dan seluruh pengetahuan manusia.
Rasionalisme memiliki kelemahan apabila digunakan sebagai
metode ilmiah. Pertama, pengetahuan yang dibangun oleh Rasionalisme
hanyalah dibentuk oleh ide yang tidak dapat dilihat dan diraba. Eksistensi
tentang ide yang sudah pasti maupun yang bersifat bawaan itu sendiri belurn
dapat didukung oleh semua orang dengan kekuatan dan keyakinan yang
sama. Kedua, kebanyakan orang merasa kesulitan untuk menerapkan
konsep Rasionalisme ke dalam kehidupan keseharian yang praktis. Ketiga,
Rasionalisme gagal dalam menjelaskan peruhahan dan pertambahan
pengetahuan manusia. Banvak dari ide yang sudah pasti pada satu waktu
kemudian berubah pada waktu yang Iain.
7
Empirisme adalah suatu aliran filsafat yang memberikan tekanan
pada empirisis pengalaman sebagai pengetahuan. Istilah empiris ini berasal
dari kata yunani, έμπειρία ( emperia) yang berarti pengalaman inderawi.
Empirisme bersumber dari filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa
realitas adalah pada benda-benda konkreat saja yang dapat dilihat, bukan
pada ide sebagaimana pendapat plato.
8
memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu
sederhana lama-lama menjadi komplek, lalu tersusunlah pengetahuan
berarti.
9
Jadi dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh
pengetahuan adalah dengan pengalaman inderawi. Maka, empirisme sangat
menekankan metode eksperimen dalam proses pencapaian pengetahuan
manusia. Seseorang yang tak memiliki satu jenis indera tertentu maka ia
tidak dapat memiliki konsepsi tentang pengetahuan yang berhubungan
indera tersebut.
10
ditemukan dalam matematika, logika dan geometri memang ada, namun
menurut Hume, itu tidak menambah pengetahuan kita tentang dunia.
Pengetahuan kita hanya bisa bertambah lewat pengamatan empiris atau
secara a posteriori. Perbedaan antara rasionalisme dengan empiris secara
umum adalah kalau pada aliran rasionalisme pengetahuan itu berupa a priori,
bersumber dari penalaran dan pembuktian-pembuktian pada logika dan
matematika melalui deduksi, sedangkan pada aliran empirisisme
pengetahuan bersumber pada pengalaman , terutama pada pengetahuan
dalam pembuktian- pembutiannya melalui eksperimentasi, observasi, dan
induksi.
11
Persamaan antara rasionalisme dan empirisme adalah rasio dan indra
manusia sama-sama berperan dalam pembentukan pengetahuan.
KEILMUAN RASIONALISME
Sulit dimengerti adanya ilmu tanpa guna dalam praksis hidup
manusia. Hal ini menjadi anggapan luas, yakni bahwa pada dasarnya ilmu
adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Namun
analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan menyingkap kenyataan
bahwa pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai kombinasi antara
prosedur empiris dan rasional. Maka jelas pula bahwa rasionalisme dan
empirisme sama-sama berperan dalam metode keilmuan.
Pengetahuan ilmiah menurut Suriasumantri, harus memenuhi dua
syarat utama. Pertama, pengetahuan itu harus bersifat harus konsisten,
yakni sejalan dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontradiksi. Kedua, pengetahuan tersebut harus cocok dengan
fakta-fakta empiris, sebab teori yang bagaimanapun konsistennya jika
sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
12
berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan
permasalahan.
3. Perumusan hipotesis; jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
4. Pengujian hipotesis; pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan; penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Apabila dalam proses pengujian
terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis
diterima. Sebaliknya, apabila dalam proses pengujian tidak terdapat
fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis ditolak.
Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian
pengetahun ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yang
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan
pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya
secara korespondensi.
Tahap awal metode keilmuan menganggap dunia sebagai suatu
kumpulan obyek dan kejadian yang dapat diamati secara empiris. Kepada
dunia yang sedemikian itu kemudian kita terapakn suatu peraturan atau
struktur hubungan sehingga suatu lingkup yang terbatas dari fakta yang
tertangkap indra dapat diberi arti. Hal itu menajamkan kepekaan terhadap
masalah yang ktia hadapi.
Masalah yang didefinisikan secara jelas merupakan pernyataan yang
harus dijawab. Karena itu tahap selanjutnya pengumpulan fakta dengan
berbagai alat secara induktif-empiris. Dan untuk menjamin pengamatan
yang teliti perlu dilakukan penyusunan dan klasifikasi data.
Namun fakta tidak dapat berbicara tentang dirinya sendiri. Maka
perlu disusun sebuah hipotesis, pernyataan sementara tentang hubungan
antar benda/ hal. Hipotesis diajukan secara khas dengan dasar trail and
13
error untuk memperoleh rumusan terbaik. Hubungan antara fakta empiris
maupun deduktif pada dasarnya merupakan hasil penalaran deduktif, karena
pengetahuan keilmuan lebih bersifat teoritis daripada empiris dan bahwa
ramalan sangat bergantung pada bentuk logika silogistik.
Tes atau verifikasi yang kemudian dilakukan adalah untuk mencari
fakta yang mendukung kebenaran hipotesis, kendati metode keilmuan tidak
mengajukan diri sebagai sebuah metode yang membawa manusia kepada
suatu kebenaran akhir yang takkan pernah berubah.
Kritik terhadap Metode Keilmuan:
14
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17