Disusun Oleh:
Kelompok 2
2024/2025
KATA PENGANTAR
الرحِ ي ِْم
َّ ْمن
ِ الرح
َّ هللا
ِ ِبس ِْم
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
ucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan hasil
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Sejarah Pembelajaran Berbasis Metode Ilmiah ............................. 3
B. Definisi dan Konsep Metode Ilmiah ...............................................5
C. Indikator Metode Ilmiah .................................................................8
D. Aktivitas Pembelajaran Berbasis Metode
Ilmiah..............................................................................................10
E. Desain Pembelajaran IPA SD/MI Berorientasi Metode Ilmiah......13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa dahulu sampai dengan sekarang ilmu pengetahuan sangat melekat
dalam kehidupan manusia dan mengalami pola pikir yang berbedabeda dalam
menerus karena ada para pemikir-pemikir yang selalau rasa ingin tahu dalam hal yang
baru yang serung disebut-sebut dengan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan.
manusia tidak akan berhenti berpikir selama manusia itu masih hidup dan masih
sanggup dalam berpikir. Terlepas dari tingkatan masalah yang hendak dipikirnya.
maka hal tersebut termasuk tingkat berpikir sederhana. Kemudian apabila manusia itu
berpikir lebih menekankan kebenaran dari pada kegunaannya maka dia sudah termasuk
logis dnan mendasar jauh dari pengalamannya maka dia sudah termasuk tingkat
merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Maka penulis membatasi permasalahan ini
mengenai asal mula metode ilmiah dan perkembangannya dalam sejarah keilmuan
1
kepustakaan Library Rescarh, penelitian ini sangat berkaitan dengan sumber data,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pertama kali metode atau cara untuk mengali ilmu pengetahuan di perkenalkan oleh
seorang filosof Yunani yaitu Aristoteles. Menurut Aristoteles metode adalah sebagai cara
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru atau benar. Dengan metode Aristoteles
mekemukakan argumen penolakan terhadap idealisme filosof yang bernama Plato. Pada saat
itu Plato berpendapat bahwa dunia ini terbagi dua bagian, pertama dunia ide kendua dunia
inderawi. Plato berpendat dunia inderawi merupakan sebuah cerminan yang tidak sempurna
dari dunia ide yang sempurna. Plato mengibaratkan bahwa jiwa manusia sudah ada di dunia
ide dan kemudian jatuh terjerat dalam tubuh yang membawanya berhadapan dengan semesta
Idealisme Plato ditolak oleh Aristoteles dengan berpendapat ilmu pengetahuan harus
bermula dari material atau benda konkret sehingga terlihat oleh penglihatan, sehingga
diproses menjadi pengetahuan akal budi yang bercirikan universal. Aristoteles sangat
berpegang teguh pada diktumnya, “nihil est in intellectu nisi guod in sensu”. Yang artinya,
tidak ada satu pun yang terdapat di akal budi yang tidak lebih dulu ada pada indera.
metode fisik; dari pengamatan, akal melepaskan diri dari pengamatan inderawi menyangkut
hal-hal yang dapat dirasakan untuk menjadi materi abstrak. Kedua, metode matematis; akal
budi melepaskan diri dari materi hanya segi-segi yang dapat dinalar secara matematis
materi yang dapat diamati dan dikenali diabstraksi sehingga menghasilkan pengetahuan
yang meninggalkan bidang fisika dan matesis untuk mendapatkan pengetahuan tentang
3
keseluruhan sementara, tentang asal dan tujuan tentang jiwa manusia tentang Tuhan. Ini
pengembangan oleh para filosof seperti: John Duns Scotus, William of Ackham
Pertama, abstraksi persetujuan Duns Scotus; adalah teknik untuk menganalisis sejumlah
gejala dimana efek tertentu terjadi. Kedua, Ockham; adalah dengan cara
membandingkandua kasus- satu kasus dimana efek hadir dan satu kasus dimana efek tidak
hadir.2
Dilajutkan pada abad ke 17 timbul berbagai pemikiran tentang abstraksi yang pada
dasarnya menolak otoritas pandangan dunia Aristoteles yang selama ini dianggap
mendominasi wacana ilmu pengetahuan. Bernama Galileo, Francis Bacon dan Rene
Menurut Galileo dan Francis Bacon menjelaskan salah satu syarat keilmiahan ilmu
pengetahuan seseorang haruslah membersihkan diri dari prasangka buruk, predisposisi agar
bisa kembali lagi menjadi anak kecil yang polos lugu di hadapan alam bahkan tidak tahu
dahulu harus terlepas dari semua tradisi, dogma-dogma yang sifatnya distortif kita harus
melakukan suatu keraguan radikal namun sistematis untuk mendapatkan apa yang
disebutnya sebagai clear and distinct ideas (ide-ide yang begitu jelas dan gomblang
1
Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Teraju, 2002, hal. 30-32
2
Ibid, hal. 34
3
Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan,... hal. 36-37
4
B. Definisi Dan Konsep Metode Ilmiah
Abstraksi atau yang lebih dikenal dengan sebutan metode secara etimologis berasal dari
kata Yunani meta yang artinya sesudah dan hodos yang artinya jalan. Maka metode sebuah
langkahlangkah yang diambil, menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang
benar yaitu sesuatu tata cara, teknik, atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam
proses memperoleh ilmu pengetahuan jenis apapun, baik pengetahuan humanistik, dan
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan, pikiran,
pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau
Metode ilmiah adalah prosedur yang dipakai oleh pemikir maupun peneliti dan ilmuan-
ilmuan modren guna untuk menjawab permasalahan agar memperoleh sebuah pengetahuan
yang hakiki.5
Untuk mendapatkan sebuah pengetahuan baru dengan cara penelitian yang terencana
dengan mengunakan metode ilmiah supaya penelusuran ataupun guna menemukan suatu
kebenaran dan menemukan gejala-hejala dan fenomena yang ada di lapangan. Menurut
waluyo mengambil sebuah kesimpulan para peneliti maupun pemikir yang pada dasarnya
sesuatu kegiatan terencana dengan mengnakan metode ilmiah tujuan untuk mendapatkan
data-data baru gunanya untuk membuktikan suatu kebenaran atau ketidak benarnya suatu
4
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu, Yokyakarta: Leberty Yokyakarta, 2010, cet Ke 5, hal. 128
5
Sigit Sujatmika & Tias Emamti, Pengaruh Learning Cycle Dan Inkuiri Terbimbing Ditunjai Dari Pemahaman
Metode Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Wacana Akademika, Vol 1, No 1 Tahun 2007, hal. 4
6
Mezak Meray Hendrik, Jenis, Metode dan Pendekatan Dalam Penelitian Hukum, Jurnal: Fakultas Hukum
Universitas Pelita Harapan, Vol 5, No 3, Tahun 2006, hal. 2-3
5
Selanjutnya jika kata metode tersebut dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti
metode sebagai jalan untuk menanamkan ilmu pengetahuan pada diri seseorang sehingga
terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi yang Islami. Selain itu metode dapat pula
membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam,
Menurut Popper ada dua metode ilmiah yang paling mendasar guna mencari kebenaran
dalam kajian filsafat. Pertama seorang penyelidik tidak boleh mulai dengan observasi yang
tidak memihak, justru harus fokus pada sutau persoalan. Contoh seorang peneliti hendaknya
bertanya; apa masalahnya? Kedua seorang peneliti harus berusaha menemukan sebuah
solusi dari permasalahan yang ditelitinya dan peneliti juga dituntut untuk berhati-hati dan
berpengang teguh pada fakta yang ada, dan ditambah lagi dengan usaha untuk
Menurut Thomas Kuhn seorang filosof Sains dia sangat menekankan betapa pentingnya
bersifat revolusioner dikarenakan menurut Kuhn sejarah tidak bersifat berkesinabungan dan
1. Metode ilmiah bersifat umum: yang kemudian dibagi menjadi dua lagi:
7
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hal. 91
8
Yulia Samiha Putri, Standar Menilai Teori Dalam Metode Ilmiah Pada Kajian Filsafat Ilmu,...hal. 4
9
Ibid, hal. 6
6
b. Metode no-deduksi dengan cara pengajian sesuatu objek (ilmiah) tertentu
dengan menggunakan deduksi dan induksi secara silih berganti ataupun secara
bersama-sama.
Dengan kata lain, metode deduksi dalam menghadapi objek ilmiah dengan cara pertama
menetapkan ketentuan secara umum kemudian berdasarkan ketentuan umum tadi bisa
menarik kesimpulan yang khusus mengenai kasus tertentu. Metode induksi menyelesaikan
suatu permasalahan dengan cara mencari titik tolak dari sebuah pengamatan atas kasus yang
b. Metode linier dalam penyelidikan ilmiahnya, terhadap suatu objek ilmiah yang
kebenaran, pertama bersifat kealaman dan yang satunya lagi bersifat kejiwaan atau
kerohanian.10
Dalam jurnal Jhon dikutip dari Kneller mengatakan bahwa metode ilmiah adalah
sebuah suktruk kajian rasional dari penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan
diujikan.
Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode ilmiah pada hakikatnya merupakan prosedur yang mencakup
10
Rosichin Mansur, Filsafat Ilmu: Filsafat Idola Masa Depan, e-Jurnal Al-Ghazwah, Vol 1, No 1 (-), hal. 47
7
berbagai kegiatan, pikiran, pola kerja, tata kerja, dan cara teknis untuk memperoleh
penalaran akal sehat. Eksperimen yang dilakukan harus sistematis dan logis. Oleh karena
itu, diperlukan suatu metode standar dalam pelaksanaannya, maka digunakanlah metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara pemecahan masalah dengan
tersebut dilaksanakan melalui konsep dasar berpikir ilmiah, yaitu analitis, logis, tujuan,
Metode ilmiah adalah proses menggabungkan antara berpikir induktif dan deduktif
dalam membangaun tubuh ilmu pengetahuan menurut T.H Huxley menjelaskan. Induktif
menghasilkan sifat logis ilmu pengetahuan dan konsisiten dengan pengatahuan yang
diambilkan sebelumnya. Dalam hal ini, proses induktif sangat berperan dalam pengujian
apakah hipotesis didukung dengan fakta emperis atau kah tidak. Sedangkan berpikir secara
deduktif berupa mengambil premis-premis dari ilmu pengetahuan ilmiah yang diketahui
sebelumnya.11
Langkah dalam metode ilmiah menurut Irving Copi dalam buku Nunu mengatakan ada
11
Nunu Burhanuddin, Filsafat Ilmu, Jakarta: Prenada Gruop, 2020, hal. 128
8
perumusan hipotesis, menyimpulkan sebak akibat lebih dalam, menguji sebab akibat
Menurut The Liang Gie menyebutkan secara umum untuk mencari kebenaran dalam
suatu persoalan penelitian hal ini perlu mempunyai langkah-langkah yang tepat dalam
menelusurinya.
Pertama; sebagai langkah awal sangat penting penentuan permasalahan yang hendak di
cari kebenarannya. Kedua; untuk lebih menyakinkan masalah yang hendak diteliti, sangat
dianjurkan merumuskan hopitesisnya ini pun apabila dianggap penting menurut peneliti.
Ketiga; peneliti perlu mengumpulkan data-data terkait permaslahan yang hendak di cari
solusinya. Keempat; membuat kesimpulan. Kelima; apabila merasa apa yang di teliti sudah
sesuai dengan apa yang di harapkan, maka langkah akhir perlu diuji kebenaran yang didapat
Pada dasarnya langkah-langkah yang tertara diatas tentu tidak bersifat mutlak
persoalan. Guna dari dibuat langkah-langkah metode ilmiah supaya dalam prosesnya akan
lebih mudan dan dengan adanya langkah metode ilmiah ini diharapkan supaya tidak terlepas
Metode ilmiah sebenarnya hampir sama banyaknya dengan defenisi dari para ahli dan
filsuf sendiri. Suatu alat pendekatanagar tercapainya hahikat kebenaran dengan cara padang
radikal oleh para filsuf, tentu disesuaikan juga dengan metode-metode yang diinginkan oleh
12
Ibid, hlm. 130-131
9
D. Aktivitas Pembelajaran Berbasis Metode Ilmiah
memungkinkan peserta didik untuk terlibat secara aktif. Pembelajaran abad ke-21 adalah
proses belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dengan multi sumber yang menempatkan peserta didik berperan
abad ke-21, dan literasi serta kecakapan berfikir tingkat tinggi (HOTS) akan otomatis
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach)
Umum Pembelajaran) bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya
menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak.
Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan
10
mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional,
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan scientific/ilmiah, selain
dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna
menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Peserta didik dilatih untuk
mampu berpikir logis, runut, dan sistematis. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik
tinggi siswa.
sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan.
artikel ilmiah.
13
John Sabari, Metode Ilmiah Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, E-Jurnal Agartya, Vol 1, No 1, Tahun 2011, hal. 3
14
Surajiyo, Filsafat Ilmu Dan Pengembangannya Di Indonesia. Bandung: Aksara, 2007, hal. 11-14
11
Secara umum pembelajaran dengan metode ilmiah dilakukan melalui beberapa
Pada langkah ini peserta didik mengamati fenomena dengan panca indera
(mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengecap) dengan atau tanpa alat (untuk
keadaan alam (IPA), peristiwa/situasi sosial (IPS dan Pendidikan Agama), interaksi/
komunikasi verbal (Bahasa), sesuai karakteristik mata pelajaran dan kompetensi yang
dipelajari.
2. Merumuskan pertanyaan
Peserta didik mengumpulkan informasi/ data dengan satu atau lebih teknik yang
dokumen.
Dalam tahap ini peserta didik menggunakan informasi/ data yang sudah
5. Mengkomunikasikan kesimpulan
12
Peserta didik menyampaikan jawaban atas pertanyaan (kesimpulan) secara lisan
dan/atau tertulis.
6. Mencipta
berwujud (misalnya produk dan karya) maupun yang tidak berwujud (seperti gagasan
atau ide).15
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA
yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu
sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 yang meliputi mengidentifikasi masalah,
15
Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan Pengantar Epistemologi Islam, Bandung: Mizan, 2003, hal.
52-54
13
menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk
menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang diorganisasikan dari
untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara
konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan
model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan seharihari, peserta didik
digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan
konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,
teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam
belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi
peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah.
mengembangkan kompetensi antar disiplin ilmu agar peserta didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu
atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru,
14
menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai
cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses
dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak
percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan,
berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
mendengar, membaca, dan atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan bagi peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
Selanjutnya guru membuka kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai
pengetahuan siswa dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, prosedur, hukum dan terori.
Tujuannnya agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi secara kritis, logis,
dan sistematis (critical thinking skills). Proses menanya bisa dilakukan melalui kegiatan
diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi
ruang pada peserta didik untuk mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri.
15
Guru membimbing peserta didik agar mampu mengajukan pertanyaan tentang hasil
pengamatan objek yang konkrit sampai abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang disusun dapat bersifat
faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Guru melatih peserta didik
secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya rasa ingin tahu peserta didik dikembangkan.
Semakin terlatih dalam bertanya, rasa ingin tahu semakin berkembang. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut dan
beragam melalui sumber yang ditentukan guru sampai yang dipilih peserta didik
sendiri. Dimulai dari sumber kajian yang tunggal sampai yang beragam
menyusun kesimpulan.
komunikasi sangat disarankan. Tindak lanjut kegiatan bertanya adalah menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Agar terkumpul
sejumlah informasi, peserta didik dapat lebih banyak membaca buku, memperhatikan
fenomena, atau objek dengan lebih teliti, bahkan melakukan eksperimen. Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata
pelajaran IPA, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan
16
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan
menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama
tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
(5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6)
Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan
bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya,
kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Informasi (data) hasil kegiatan mencoba
menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
17
informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Data
Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan
dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan
mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013
untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik
tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada
guru.
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi
yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
18
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari
persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau
mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan
waktu.
pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan adalah
laporan, dan/atau unjuk karya. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
16
Suwito & Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Bandung: Aksara, 2003, hal. 69
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada dua permasalahan yang kiranya perlu
disimpulkan yakni:
1. Melihat dari sejarah perkembangan matodemetode yang dikemukakan oleh para filosof
terdulu sampai dengan pada abad ke 17 metode ilmiah selalu mencirikan hal-hal yang
baru, sehingga dengan lebih mudah para eneliti dengan mudah mengali hakikat asli dari
objek tersebut.
2. Dalam dunia Islam setidaknya ada 3 metode yang digunakan dalam menyelesaikan
eksperiman, logika/akal, dan intuitif. Menurutnya dengan 3 metode ini sudah bisa
melihat dari objek-objek yang hendak digali kebenrannya. Kemudian para filosof Islam
Maka dari itu, secara umum metode ilmiah sebenarnya bukan hanya ada beberapa saja akan
tetapi metode ilmiah boleh dikatakan seberapa banyak filosof-filosof maka sebanyak itu
pulalah metodenya, karena setiap filosof mempunyai ciri khas masing-masing dalam mencari
ilmu pengetahuan atau dalam mengali permasalahan-permasalahan yang hendak di teliti. Bisa
jadi apabila kita ingin menyelesaikan permasalah yang yang seakan-akan peting untuk diselesai
akan tidak menutup kemungkinan secara tidak langsung kita menciptakan metode-metode yang
unik dan menarik, akan tetapi kita sering lupa akan hal itu
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, S. M. (1995). Islam Dan Filsafat Sains, Diterjemah Oleh Saiful Muzani. Mizan:
Bandung.
Asy'arie, M. (1999). Filsafat Islam Tentang Kebudayaan. Yokyakarta: Lesfi Lembaga Studi
Filsafat Islam.
Astika, dkk. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah
Mizan.
Kartanegara, M. (2007). Nalar Religius: Menyelemi Hakikat Tuhan, Alam, Dan Manusia.
Jakarta: Erlangga.
Mansur, R. (-). Filsafat Ilmu, Filsafat Idola Masa Depan. E-Jurnal Al-Ghazwah, 1-12.
Mezak, M. H. (2006). Jenis, Metode Dan Pendekatan Dalam Penelitian Hukum. Jurnal:
Sabari, J. (2011). Metode Ilmiah Dalam Ilmu-Ilmu Sosial. E-Jurnal Agastya, 1-12.
Samiha, Y. T. (2016). Standar Menilai Teori Dalam Metode Ilmiah Pada Kajian Filsafat Ilmu.
Situmorang, S. H. (2008). Filsafat Ilmu Dan Metode Riset. Medan: Usu Press.
21
Sujatmika, S., & Emamati, T. (2007). Pengaruh Learning Cycle Dan Inkuiri Terbimbing
Ditunjai Dari Pemahaman Metode Ilmiah Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Wacana
Akademika, 1-12.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu Dan Pengembangannya Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwito, & Fauzan. (2003). Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Aksara.
Theresia K., (2007). Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV Sekolah Dasar, Melalui
Pendidikan Penabur. 9
22