Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDEKATAN – PENDEKATAN
DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Kelas Ilmu Hadis A


Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Kelompok 8

DISUSUN OLEH:
M.Fauzan Chaeruddin (22105050019)
Amanta Addihany Dzikril Kaffa (22105050020)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!


Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berkat limpahan dan
rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
baginda Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


pendekatan-pendekatan dalam pengembangan ilmu yang kami sajikan
berdasarkan berbagai sumber informasi dan referensi. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu kepada dosen pengampu, kami meminta masukan demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Yogyakarta, 16 Maret 2023

Fauzan & Kaffa

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL... .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR… ................................................................................... ii
DAFTAR ISI… .................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN… .............................................................................. 1
A. Latar Belakang… .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan… ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN… ............................................................................... 2
A. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Ilmu Pengerahuan… .... 2
B. Instrument Keilmuan… ........................................................................... 5
C. Pemahaman Logika keilmuan… ............................................................. 7
D. Logika Berpikir sebagai Dasar Keilmuan… ........................................... 8
E. Pembagian Logika… ............................................................................... 9
F. Penalaran Deduktif dan Induktif… ......................................................... 9
BAB III PENUTUP… ..................................................................................... 11
A. Kesimpulan… ....................................................................................... 11
B. Saran….................................................................................................. 11
DAFTRA PUSTAKA… .................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan adalah hasil dari keinginan manusia untuk mengetahui.
Manusia mengembangkan pengetahuan karena dua hal pokok, yaitu pertama,
manusia memiliki bahasa yang menyampaikan pengetahuan dan cara berpikir
dibalik pengetahuan tersebut. Yang kedua adalah kemampuan berpikir
menurut keadaan pikiran tertentu. Secara umum, cara berpikir ini disebut
penalaran. Filsafat ilmu memberikan dasar logis untuk metode ilmiah. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus didekati secara logis dan rasional
sehingga dapat dipahami dan digunakan secara universal.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan tentang hakikat ilmu. Filsafat ilmu mencoba menjelaskan hal-hal
seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut
ilmiah, bagaimana suatu konsep muncul, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memprediksi dan memanfaatkan alam dengan bantuan teknologi, bagaimana
menentukan validitas pengetahuan, perumusan dan penggunaan metode
ilmiah; jenis penalaran yang dapat ditarik kesimpulan; dan dampak metode
dan model ilmiah terhadap masyarakat dan sains itu sendiri.1

B. Rumusan Masalah dan Tujuan


1. Jelaskan bagaimana yang dimaksud pendekatan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan? Dan apa itu instrument keilmuan?
2. Jelaskan apa itu pemahaman logika keilmuan?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan logika berpikir sebagai dasar
keilmuan? Dan bagaimana pembagian logika itu?
4. Jelaskan yang dimaksud penalaran deduktif dan induktif!
Bertujuan untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam pengembangan
ilmu: Instrument ilmu dan pengetahuan serta logika keilmuan.

1
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks: 2008, hlm. 20.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Ada banyak hal yang terkait dan layak untuk menjadi dasar dari
pendekatan- pendekatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan akan tetapi,
ditinjau dari asas-asas ilmu pengetahuan ada beberapa hal yang di anggap
paling layak, setidaknya adalah hal-hal berikut ini: sumber-sumber ilmu
pengetahuan, corak pemikiran, dan ruang lingkup filsafat ilmu.
Sumber-sumber pengatahuan menjadi dasar di mana kitab isa
mengetahui asal dari pengetahuan tersebut, maka sumber ilmu pengetahuan
menjadi salah satu hal utama yang menopang pengetahuan dan secara tidak
langsung sumber ilmu pengetahuan adalah pendekatan-pendekatan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan karena dari dasar sumber pengetahuanlah
menimbulkan pembacaan konkret terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
yang menjadikan hal tersebut nyata sebagai pendekatan-pendekatan ilmu
pengetahuan dengan kredibilitas tersebut.
Sementara John Hospers dalam bukunya yang berjudul An Intruction to
Filosofical Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh Surajiyo menyebutkan
beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan, antara lain pengalaman indra,
nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan. Sumber ilmu pengetahuan
secara detail dikemukakan oleh John Hospers dalam Kebung (2011: 43−45)
seperti berikut.
1. Pengalaman indrawi atau sense-experince
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman manusia dalam
kehidupan nyata yang berhubungan dengan pemanfaatan alat indra
manusia. Ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada fakta-fakta indrawi
manusia, antara lain pertama, keterbatasan indra, seperti kasus semakin
jauh objek, semakin kecil ia penampakannya. Kasus tersebut tidak
menunjukkan bahwa objek tersebut mengecil atau kecil. Kedua, indra
menipu. Penipuan indra terdapat pada orang yang sakit. Misalnya,

2
penderita malaria merasakan gula yang manis, terasa pahit, dan udara yang
panas dirasakan dingin. Ketiga, objek yang menipu, seperti pada . John
Locke (1632−1704) mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan
bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa, seperti kertas putih yang
belum ternoda. Pengalaman indrawinya mengisi catatan harian jiwa hingga
menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan
menjadi pengetahuan yang cukup berarti.
Selain John Locke, ada juga David Hume (1711−1776) yang
mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa pengetahuan
sama sekali. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya
yang memberikan dua hal, kesan (impression), dan pengertian atau ide
(idea). Kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman,
seperti merasakan sakitnya tangan yang terbakar. Sementara ide adalah
gambaran tentang pengamatan yang dihasilkan dengan merenungkan
kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari
pengalaman.
Gejala alam menurut aliran ini bersifat konkret, dapat dinyatakan
dengan pancaindra dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan
mengenai suatu kejadian, seperti langit yang mendung dan biasanya diikuti
oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori
ini, akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan indrawi
dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga
sebagai tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil
pengindraan tersebut. Akal berfungsi untuk memastikan hubungan urutan-
urutan peristiwa tersebut. Dengan kata lain, empirisme menjadikan
pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak
diamati dengan indra bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun
demikian, ternyata indra mempunyai beberapa kelemahan ilusi dan
fatamorgana.
Keempat, objek dan indra yang menipu. Penglihatan kita kepada
kerbau atau gajah. Jika kita memandang keduanya dari depan, yang kita

3
lihat adalah kepalanya, sedangkan ekornya tidak kelihatan dan kedua
binatang itu tidak bisa menunjukkan seluruh tubuhnya. Kelemaha-
nkelemahan pengalaman indra sebagai sumber pengetahuan maka lahirlah
sumber kedua yaitu rasionalisme.

2. Penalaran atau reasoning.


Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran manusia
menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan cara mempertentangkan
pernyataan yang ada dengan pernyataan baru. Kebenaran dari hasil
kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan baru. Rene Descartes
(1596−1650) dipandang sebagai bapak rasionalisme. Rasionalisme tidak
menganggap pengalaman indra (empiris) sebagai sumber pengetahuan,
tetapi akal (rasio). Kelemahan-kelemahan pada pengalaman empiris dapat
dikoreksi seandainya akal digunakan.
Rasionalisme tidak mengingkari penggunaan indra dalam
memperoleh pengetahuan, tetapi indra hanyalah sebagai perangsang agar
akal berpikir dan menemukan kebenaran/pengetahuan. Akal mengatur
data-data yang dikirim oleh indra, mengolahnya dan menyusunnya hingga
menjadi pengetahuan yang benar. Dalam penyusunan ini, akal
menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut
mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal serta
merupakan abstraksi dari benda-benda konkret.
Selain menghasilkan pengetahuan dari bahan-bahan yang dikirim
indra, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan tanpa melalui indra,
yaitu pengetahuan yang bersifat abstrak, seperti pengetahuan tentang
hukum/aturan yang menanam jeruk selalu berbuah jeruk. Hukum ini ada
dan logis, tetapi tidak empiris. Meskipun rasionalisme mengkritik
emprisme dengan pengalaman indranya, rasionalisme dengan akalnya pun
tak lepas dari kritik. Kelemahan yang terdapat pada akal. Akal tidak dapat
mengetahui secara menyeluruh (universal) objek yang dihadapinya.

4
Pengetahuan akal adalah pengetahuan parsial karena akal hanya dapat
memahami suatu objek dari bagianya dan akal hanya memmahami bagian-
bagian tertentu dari suatu objek tersebut. Kelemahan- kelemahan dari
emirisme dan rasionalisme di sempurnakan oleh August comte (1798-
1804). Ia telah melahirkan metode ilmiah lain yang dinamakan positivisme
dimana ia memposisikan antara rasionalitas dan empirisme harus memiliki
muatan posistif dalam arti lain antara keduanya harus ditinjau secara
objektif dalam pandangan pada suatu masalah, pandangan objektif yang di
gunakan pada kedua paham tadi menitik beratkan pada nilai positivitas.

3. Otoritas atau Authority


Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah kewibawaan kekuasaan yang
di akui oleh anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang diakui oleh
anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
kebenaran ini tidak perlu di uji lagi.2

B. Instrument Keilmuan
Instrument keilmuan, dalam beberapa hal instrument keilmuan disbut juga
sarana ilmiah yang memiliki arti sebagai unsur-unsur, alat untuk mencapai
ranah keilmuan tresebut. Klasifikasi instrument keilmuan disini akan di
golongkan dua bagian komunikatif dan rasio.
1. Komunikatif
Komunikatif merupakan serangkaian dari instrument keilmuan yang
memiliki sifat menyalurkan keilmuan melalui komunikasi yang baik, dari
hal ini ada beberapa hal yang terkelompokkan antaralain:
a. Bahasa
Bahasa merupakan simbol manusia dalam mengungkapkan apa yang ia
ketahui atau yang tidak ia ketahui, bahas memengaruhi suatu konsep,
kerangka, dan pola berfikir dpat di pahami dengan baik maupun bisa

2
Suedi. Pengantar Filsafat Ilmu (IPB Press 2016).

5
juga menimbulkan kesalah fahaman. Menurut Halliday, sebagaimana
yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah:
1) Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu
hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya;
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan
perbaikan tingkah laku;
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang
lain;
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk
mencurahkan perasaan dan pikiran;
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai
pengungkapan tabir fenomena dan keinginan untuk
mempelajarinya;
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang atau gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata);
7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa untuk
menggambarkan pemikiran dan wawasan serta
menyampaikannya pada orang lain.
b. Matematika
Matematika adalah suatu simbol yang juga bersifat komunikatif
karena matematika sendiri bisa difahami dan diartikan dengan
aturanya sendiri. Bahasa yang ada pada matematika atau fungsi
komunikatif matematika terdapat pada numerical simbolnya.

2. Rasio
Rasio merupakan sarana keilmuan dimana ia membangun kerangka
berfikir sesuai dengan kemampuan dasar manusia itu sendiri disini
terdapat beberapa instrument dari simbol rasio tersebut.
a. Bahasa

6
Bahasa berposisi sebagai sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam
pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapat
berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir induktif
dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Tujuan mempelajari
sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara
baik.
b. Matematika
Matematika diposisikan sebagai instrument keilmuan dalam kelompok
rasio Ketika matematik menjadi suatu alat Bagaimana orang dapat
mengetahui ciri-ciri deduksi merupakan satu masalah pokok yang
dihadapi oleh filsafat ilmu. Dewasa ini, pendirian yang paling banyak
dianut orang bahwa deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal. Dalam hal ini orang
menganggap tidak mungkin titik tolak yang benar menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar, karena matematika
memprakrasai sebuah landasan berfikir deduktif dan juga induktif.
Dalam beberapa kasus matematika juga dapat memiliki sifat
membangun ataupun merusak.

C. Pemahaman Logika keilmuan


Menurut Popkin dan Stroll (1958: 149) dalam buku mereka “Philosophy
Made Simple” sbb: “Logic may be defined as that branch of philosophy
which reflects upon the nature of thinking itself”, logika merupakan cabang
filsafat yang sangat mendasar karena semua cabang filsafat menggunakan
pemikiran logis. Logika adalah studi tentang metode dan prinsip yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang baik dan penalaran yang tidak
baik. Segi khusus yang diamati dalam logika justru adalah pikiran kita. Cara
berpikir yang benar yang mengikuti norma atau aturan logika disebut logis.
Sebaliknya, berpikir yang tidak memperhatikan tingkat logika disebut tidak
logis. Logika menganalisis unsur-unsur pemikiran manusia. Ada 3 unsur
dalam berpikir, yaitu:

7
1. Memahami realitas dan membentuk pengertian berdasarkan realitas itu.
2. Menyatakan hubungan antara pengertian-pengertian yang ada. Ini
disebut putusan.
3. Membuat kesimpulan atau penyimpulan3
Dalam kerja ilmu sebagai bahan berfikir logika itu dipastikan
kebenarannya melalui uji coba riset dan eksperimen sesuai fakta yang ada.
Logika menentukan mana yang lurus, tepat, dan teratur. Logika juga
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati. Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang tepat dan lurus
maka hal ini menyatakan logika bukan hanya sekedar teori, tetapi juga suatu
keterampilan dan keahlian dalam kecakapan sehingga logika dikatakan
filsafat yang praktis.

D. Logika Berpikir sebagai Dasar Keilmuan


Orang cenderung lebih banyak menggunakan logika sebagai dasar
pemikiran dan pengetahuan, ada unsur-unsur yang diterima dalam logika.
1. Pengertian: bentuk wujud dalam jiwa kita, pikiran memungkinkan kita
untuk membentuk pemahaman, untuk membentuk kesatuan pemahaman
dan untuk membedakan kesatuan tersebut.
2. Keputusan: adalah kegiatan rohani yang mengakibatkan, bahwa akal
menyatakan sesuatu tentang hal yang lain, baik menyuguhkan maupun
mengingkari.
3. Penuturan: adalah aktivitas mental yang digunakan oleh pikiran
sedemikian rupa sehingga dari mengetahui satu kebenaran menjadi
mengetahui kebenaran yang lain, upaya ini berlangsung melalui
transmisi penyatuan informasi.4

Tujuan manusia berpikir atau menalar adalah untuk mencari kebenaran,


untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dikatakan benar dalam arti bahwa

3
Soelaiman.D.A, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Bandar Publishing 2019),
hal 88.
4
Mardianto, Al Rasyidin. Filsafat Ilmu (FT. IAIN Sumatera Utara), hal 52-54.

8
apa yang dipikirkan sesuai dengan realitas dan begitupun sebaliknya.5
Manusia memiliki fitrah untuk berpikir secara logis dan analitis.
Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana
komunikasi verbalnya, sehingga hal abstrak pun manusia dapat
mengembangkannya sehingga mudah untuk dipahami.

E. Pembagian Logika
1. Logika Naturalis
Sejak manusia ada, manusia telah logis dan terwujud karena pikiran
manusia bekerja sebagaimana mestinya. Akan tetapi kemampuan logika
seperti itu hanya bersifat bawaan (alamiah) pada fitrah manusia, masih
sangat sederhana, sehingga disebut logika naturalistik.
2. Logika Artifisialis
Logika artifisialis memperhalus, mempertajam pikiran dan kecerdasan
seseorang, sehingga dengan bantuan logika artifisialis seseorang dapat
berpikir dengan lebih tepat, lebih detail, lebih sederhana dan lebih aman.
Kesalahan dapat dihindari atau setidaknya dikurangi.
3. Logika Tradisional (Klasik) dan Modern
Logika tradisional disebut juga logika Aristoteles dimana sekedar
mengadakan sedikit perbaikan-perbaikan pada saat membuat komentar dan
membuang hal-hal yang tidak penting. Sedangkan logika modern dalam
penggunaannya sering terdapat simbolik yang memanfaatkan motede-
metode matematika sehingga dikatakan logika matematika.6

F. Penalaran Deduktif dan Induktif


Penalaran deduktif yaitu berfikir dari hal-hal yang masih bersifat abstrak
atau umum dan mengolahnya menjadi kesimpulan khusus. Hal ini
berlangsung ketika seseorang mengamati hal-hal umum lalu mengolahnya
menjadi sebuah kesimpulan maka jadilah sebuah kesimpulan yang bersifat

5
Soelaiman.D.A, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Bandar Publishing 2019),
hal 89.
6
Mundiri, Logika (Raja Grafindo Persada 2012).

9
khusus. Sedangka penalaran induktif adalah kebalikan dari penalaran
deduktif yaitu berfikir dari hal-hal yang bersifat khusus atau sudah
disimpulkan lalu ke hal-hal yang bersifat umum.7

7
Mardianto, Al Rasyidin. Filsafat Ilmu (FT. IAIN Sumatera Utara), hal 54-55.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan yaitu terjadiya sebuah fakta singkat, padat, dan inti dari
berbagai penjelasan dengan sistimatika runtut, mudah difahami, maka
pemikiran tersebut harus melewati beberapa fakta nyata di bangun dari
penjelasan yang ada. Besi adalah suatu yang keras namun hal yang keras
tidak harus besi maka kita harus cari sifat pembedanya besi tidak mudah
patah tetapi kayu lebih mudah patah, besi memiliki ciri yang berbeda dari
kayu pada permukaanya.
Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat, kerapkali terjadi orang
mengajukan pernyataan atau pendapat, tetapi yang sama sekali tidak
didukung dengan alasan-alasan. Sering juga orang merasa sudah pasti dan
yakin dalam menarik kesimpulan, padahal sebenarnya tidak cukup alasan,
atau alasan yang dikemukakannya itu tidak kena, tidak kuat, atau tidak
membuktikan apa-apa.
Jika titik pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran tidak tepat,
maka kesimpulan juga tidak akan tepat. Jika hubungan antara titik pangkal
dengan jalan pikiran itu tepat dan logis, maka kesimpulan disebut “sah” atau
valid.

B. Saran
Diharapkan kedepannya penyusunan makalah ini dapat lebih terstruktur
dan sistematis agar para pembaca dapat menangkap maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin, M. (n.d.). Filsafat Ilmu. Medan: FT. IAIN Sumatera Utara.

Soelaiman, D. A. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspesktif Barat dan Islam. Aceh:
Bandar Publishing.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Sumarna, C. (2020). Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: Indeks.

12

Anda mungkin juga menyukai