PENDEKATAN – PENDEKATAN
DALAM PENGEMBANGAN ILMU
DISUSUN OLEH:
M.Fauzan Chaeruddin (22105050019)
Amanta Addihany Dzikril Kaffa (22105050020)
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL... .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR… ................................................................................... ii
DAFTAR ISI… .................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN… .............................................................................. 1
A. Latar Belakang… .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Tujuan… ............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN… ............................................................................... 2
A. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Ilmu Pengerahuan… .... 2
B. Instrument Keilmuan… ........................................................................... 5
C. Pemahaman Logika keilmuan… ............................................................. 7
D. Logika Berpikir sebagai Dasar Keilmuan… ........................................... 8
E. Pembagian Logika… ............................................................................... 9
F. Penalaran Deduktif dan Induktif… ......................................................... 9
BAB III PENUTUP… ..................................................................................... 11
A. Kesimpulan… ....................................................................................... 11
B. Saran….................................................................................................. 11
DAFTRA PUSTAKA… .................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan adalah hasil dari keinginan manusia untuk mengetahui.
Manusia mengembangkan pengetahuan karena dua hal pokok, yaitu pertama,
manusia memiliki bahasa yang menyampaikan pengetahuan dan cara berpikir
dibalik pengetahuan tersebut. Yang kedua adalah kemampuan berpikir
menurut keadaan pikiran tertentu. Secara umum, cara berpikir ini disebut
penalaran. Filsafat ilmu memberikan dasar logis untuk metode ilmiah. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus didekati secara logis dan rasional
sehingga dapat dipahami dan digunakan secara universal.
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan tentang hakikat ilmu. Filsafat ilmu mencoba menjelaskan hal-hal
seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut
ilmiah, bagaimana suatu konsep muncul, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memprediksi dan memanfaatkan alam dengan bantuan teknologi, bagaimana
menentukan validitas pengetahuan, perumusan dan penggunaan metode
ilmiah; jenis penalaran yang dapat ditarik kesimpulan; dan dampak metode
dan model ilmiah terhadap masyarakat dan sains itu sendiri.1
1
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks: 2008, hlm. 20.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
penderita malaria merasakan gula yang manis, terasa pahit, dan udara yang
panas dirasakan dingin. Ketiga, objek yang menipu, seperti pada . John
Locke (1632−1704) mengemukakan teori tabula rasa yang menyatakan
bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa, seperti kertas putih yang
belum ternoda. Pengalaman indrawinya mengisi catatan harian jiwa hingga
menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks dan
menjadi pengetahuan yang cukup berarti.
Selain John Locke, ada juga David Hume (1711−1776) yang
mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa pengetahuan
sama sekali. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya
yang memberikan dua hal, kesan (impression), dan pengertian atau ide
(idea). Kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman,
seperti merasakan sakitnya tangan yang terbakar. Sementara ide adalah
gambaran tentang pengamatan yang dihasilkan dengan merenungkan
kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari
pengalaman.
Gejala alam menurut aliran ini bersifat konkret, dapat dinyatakan
dengan pancaindra dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan
mengenai suatu kejadian, seperti langit yang mendung dan biasanya diikuti
oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang. Berdasarkan teori
ini, akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan indrawi
dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga
sebagai tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil
pengindraan tersebut. Akal berfungsi untuk memastikan hubungan urutan-
urutan peristiwa tersebut. Dengan kata lain, empirisme menjadikan
pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak
diamati dengan indra bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun
demikian, ternyata indra mempunyai beberapa kelemahan ilusi dan
fatamorgana.
Keempat, objek dan indra yang menipu. Penglihatan kita kepada
kerbau atau gajah. Jika kita memandang keduanya dari depan, yang kita
3
lihat adalah kepalanya, sedangkan ekornya tidak kelihatan dan kedua
binatang itu tidak bisa menunjukkan seluruh tubuhnya. Kelemaha-
nkelemahan pengalaman indra sebagai sumber pengetahuan maka lahirlah
sumber kedua yaitu rasionalisme.
4
Pengetahuan akal adalah pengetahuan parsial karena akal hanya dapat
memahami suatu objek dari bagianya dan akal hanya memmahami bagian-
bagian tertentu dari suatu objek tersebut. Kelemahan- kelemahan dari
emirisme dan rasionalisme di sempurnakan oleh August comte (1798-
1804). Ia telah melahirkan metode ilmiah lain yang dinamakan positivisme
dimana ia memposisikan antara rasionalitas dan empirisme harus memiliki
muatan posistif dalam arti lain antara keduanya harus ditinjau secara
objektif dalam pandangan pada suatu masalah, pandangan objektif yang di
gunakan pada kedua paham tadi menitik beratkan pada nilai positivitas.
B. Instrument Keilmuan
Instrument keilmuan, dalam beberapa hal instrument keilmuan disbut juga
sarana ilmiah yang memiliki arti sebagai unsur-unsur, alat untuk mencapai
ranah keilmuan tresebut. Klasifikasi instrument keilmuan disini akan di
golongkan dua bagian komunikatif dan rasio.
1. Komunikatif
Komunikatif merupakan serangkaian dari instrument keilmuan yang
memiliki sifat menyalurkan keilmuan melalui komunikasi yang baik, dari
hal ini ada beberapa hal yang terkelompokkan antaralain:
a. Bahasa
Bahasa merupakan simbol manusia dalam mengungkapkan apa yang ia
ketahui atau yang tidak ia ketahui, bahas memengaruhi suatu konsep,
kerangka, dan pola berfikir dpat di pahami dengan baik maupun bisa
2
Suedi. Pengantar Filsafat Ilmu (IPB Press 2016).
5
juga menimbulkan kesalah fahaman. Menurut Halliday, sebagaimana
yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah:
1) Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu
hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya;
2) Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan
perbaikan tingkah laku;
3) Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling
mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang
lain;
4) Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk
mencurahkan perasaan dan pikiran;
5) Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai
pengungkapan tabir fenomena dan keinginan untuk
mempelajarinya;
6) Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang atau gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata);
7) Fungsi representasional: penggunaan bahasa untuk
menggambarkan pemikiran dan wawasan serta
menyampaikannya pada orang lain.
b. Matematika
Matematika adalah suatu simbol yang juga bersifat komunikatif
karena matematika sendiri bisa difahami dan diartikan dengan
aturanya sendiri. Bahasa yang ada pada matematika atau fungsi
komunikatif matematika terdapat pada numerical simbolnya.
2. Rasio
Rasio merupakan sarana keilmuan dimana ia membangun kerangka
berfikir sesuai dengan kemampuan dasar manusia itu sendiri disini
terdapat beberapa instrument dari simbol rasio tersebut.
a. Bahasa
6
Bahasa berposisi sebagai sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam
pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapat
berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir induktif
dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Tujuan mempelajari
sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara
baik.
b. Matematika
Matematika diposisikan sebagai instrument keilmuan dalam kelompok
rasio Ketika matematik menjadi suatu alat Bagaimana orang dapat
mengetahui ciri-ciri deduksi merupakan satu masalah pokok yang
dihadapi oleh filsafat ilmu. Dewasa ini, pendirian yang paling banyak
dianut orang bahwa deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan-aturan logika formal. Dalam hal ini orang
menganggap tidak mungkin titik tolak yang benar menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak benar, karena matematika
memprakrasai sebuah landasan berfikir deduktif dan juga induktif.
Dalam beberapa kasus matematika juga dapat memiliki sifat
membangun ataupun merusak.
7
1. Memahami realitas dan membentuk pengertian berdasarkan realitas itu.
2. Menyatakan hubungan antara pengertian-pengertian yang ada. Ini
disebut putusan.
3. Membuat kesimpulan atau penyimpulan3
Dalam kerja ilmu sebagai bahan berfikir logika itu dipastikan
kebenarannya melalui uji coba riset dan eksperimen sesuai fakta yang ada.
Logika menentukan mana yang lurus, tepat, dan teratur. Logika juga
menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus
ditepati. Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang tepat dan lurus
maka hal ini menyatakan logika bukan hanya sekedar teori, tetapi juga suatu
keterampilan dan keahlian dalam kecakapan sehingga logika dikatakan
filsafat yang praktis.
3
Soelaiman.D.A, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Bandar Publishing 2019),
hal 88.
4
Mardianto, Al Rasyidin. Filsafat Ilmu (FT. IAIN Sumatera Utara), hal 52-54.
8
apa yang dipikirkan sesuai dengan realitas dan begitupun sebaliknya.5
Manusia memiliki fitrah untuk berpikir secara logis dan analitis.
Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana
komunikasi verbalnya, sehingga hal abstrak pun manusia dapat
mengembangkannya sehingga mudah untuk dipahami.
E. Pembagian Logika
1. Logika Naturalis
Sejak manusia ada, manusia telah logis dan terwujud karena pikiran
manusia bekerja sebagaimana mestinya. Akan tetapi kemampuan logika
seperti itu hanya bersifat bawaan (alamiah) pada fitrah manusia, masih
sangat sederhana, sehingga disebut logika naturalistik.
2. Logika Artifisialis
Logika artifisialis memperhalus, mempertajam pikiran dan kecerdasan
seseorang, sehingga dengan bantuan logika artifisialis seseorang dapat
berpikir dengan lebih tepat, lebih detail, lebih sederhana dan lebih aman.
Kesalahan dapat dihindari atau setidaknya dikurangi.
3. Logika Tradisional (Klasik) dan Modern
Logika tradisional disebut juga logika Aristoteles dimana sekedar
mengadakan sedikit perbaikan-perbaikan pada saat membuat komentar dan
membuang hal-hal yang tidak penting. Sedangkan logika modern dalam
penggunaannya sering terdapat simbolik yang memanfaatkan motede-
metode matematika sehingga dikatakan logika matematika.6
5
Soelaiman.D.A, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam (Bandar Publishing 2019),
hal 89.
6
Mundiri, Logika (Raja Grafindo Persada 2012).
9
khusus. Sedangka penalaran induktif adalah kebalikan dari penalaran
deduktif yaitu berfikir dari hal-hal yang bersifat khusus atau sudah
disimpulkan lalu ke hal-hal yang bersifat umum.7
7
Mardianto, Al Rasyidin. Filsafat Ilmu (FT. IAIN Sumatera Utara), hal 54-55.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan yaitu terjadiya sebuah fakta singkat, padat, dan inti dari
berbagai penjelasan dengan sistimatika runtut, mudah difahami, maka
pemikiran tersebut harus melewati beberapa fakta nyata di bangun dari
penjelasan yang ada. Besi adalah suatu yang keras namun hal yang keras
tidak harus besi maka kita harus cari sifat pembedanya besi tidak mudah
patah tetapi kayu lebih mudah patah, besi memiliki ciri yang berbeda dari
kayu pada permukaanya.
Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat, kerapkali terjadi orang
mengajukan pernyataan atau pendapat, tetapi yang sama sekali tidak
didukung dengan alasan-alasan. Sering juga orang merasa sudah pasti dan
yakin dalam menarik kesimpulan, padahal sebenarnya tidak cukup alasan,
atau alasan yang dikemukakannya itu tidak kena, tidak kuat, atau tidak
membuktikan apa-apa.
Jika titik pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran tidak tepat,
maka kesimpulan juga tidak akan tepat. Jika hubungan antara titik pangkal
dengan jalan pikiran itu tepat dan logis, maka kesimpulan disebut “sah” atau
valid.
B. Saran
Diharapkan kedepannya penyusunan makalah ini dapat lebih terstruktur
dan sistematis agar para pembaca dapat menangkap maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Soelaiman, D. A. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspesktif Barat dan Islam. Aceh:
Bandar Publishing.
12