RASIONALISME
“Filsafat Ilmu”
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas segala karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Dan tak lupa, sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang yakni
Addinul Islam.
Kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin dan dibantu oleh
beberapa pihak sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Kami
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini,
kami sadar, makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami juga mengucapkan
beribu-ribu maaf atas kekurangan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu program
studi Komukasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di Institut Agama
Islam Negeri Kediri. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak M.
Muwafiqillah M.Fil.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
memberikan limpahan ilmu serta bimbingan selama perkuliahan berlangsung. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1.............................................................................................................Latar Belakang
1
1.2...........................................................................................................Rumusan Masalah
1
1.3.............................................................................................................Tujuan Masalah
2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana Faktor timbulnya dan Sejarah Perkembangan Rasionalisme?
3. Bagamaimana Pemikiran Tokoh-Tokoh Rasionalisme?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya
pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut.
4
kembali rasionalisme keilmuan subjektivisme, humanisme dan lepas dari
pengaruh atau dominasi agama (gereja).
2
Juhaya S. Praja, “Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”, (Jakarta : Prenada Media Jakarta, 2003), hlm
91 - 189.
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet ke-5, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm 128-129.
5
Perintis awal aliran rasionalisme ialah Heraclitus, yang meyakini akal
melebihi pancaindera sebagai sumber ilmu. Menurut beliau akal manusia
boleh berhubungan dengan akal ketuhanan yang memancarkan sinar cahaya
Tuhan dalam diri manusia. Thales menerapkan rasionalisme dalam
filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan
tokoh-tokoh penentang (Socrates, Plato dan Aristoteles).
4
Muhammad Bahar Akkase Teng. 2016 “Logika Dalam Perspektif Sejarah”, cet 1, (Makassar : De
La Macca, 2016), hlm 3.
6
Berdasarkan kekuatan dan keyakinan akan kekuasaan akal budi, lambat
laun, orang-orang pada abad itu berpandangan dalam kegelapan Dan ketika
itu mereka mampu meningkatkan penerangan bagi manusia dan mayarakat
modern yang telah lama dirindukan pada abad ke XVIII, maka abad ini
disebut Aufklarung (pencerahan).5
7
31 Maret 1596 di La Haye (sekarang disebut La Haye Descartes),
propinsi Teuraine. Descartes kecil yang mendapat nama baptis Rene,
tumbuh sebagai anak yang menampakan bakatnya dalam bidang
filsafat, sehingga ayahnya pun memanggilnya dengan julukan Si
Filsuf Cilik. Pendidikan pertamanya diperoleh dari sekolah Yesuit di
La Fleche dari tahun 1604-1612. Disinilah ia memperoleh
pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa
Prancis, music dan acting, logika aristoteles dan Etika Nichomacus,
fisika, matematika, astronomi dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas.
Metode Kesangsian dan “Cogito Ergo Sum” Untuk
memperoleh titik kebenaran pengetahuan, Descartes mulai dengan
esebuah kesangsian atas segala sesuatu. Menurut Dascartes, sekurang-
kurangnya aku yang menyangsikan‖ bukanlah hasil tipuan. Semakin
kita dapat menyangsikan segala sesuatu, entah kita sungguh ditipu
atau ternyata tidak, termasuk menyangsikan bahwa kita tidak dapat
menyangsikan, kita semakin mengada (exist). Justru kesangsianlah
yang membuktikan kepada diri kita bahwa kita ini nyata. Selama kita
ini sangsi, kita akan merasa semakin pasti bahwa kita nyata-nyata ada.
Jadi, meski dalam tipuan yang lihai, kepastian bahwa aku yang
menyangsikan itu ada tidak bisa 18 dibantah. Menyangsikan adalah
berpikir, maka kepastian akan eksistensiku dicapai dengan berpikir.
Descartes kemudian mengatakan Je pense donce je suis atau cogito
ergo sum (aku berpikir, maka aku ada )6
2. Baruch De Spinoza (1632-1677)
6
F. Budi Hardimai, Pmikirai- Pmikirai yaig MPmbPituk Duiia ModPri, (Jakarta: Erlaigga, 2010), h.
33-34
8
yaitu berturut-turut: taraf persepsi indrawi atau imajinasi, taraf refleksi
yang mengarah pada prinsip-prinsip dan taraf intuisi. Hanya taraf
kedua dan ketigalah yang dianggap pengetahuan sejati. Dengan ini,
Spinoza menunjukkan pendiriannya sebagai seorang rasionalis.
Pendiriannya dapat dijelaskan demikian, menurutnya sebuah idea
berhubungan dengan ideatum atau obyek dan kesesuaian antara idea
dan ideatuminilah yang disebut dengan kebenaran. Dia membedakan
idea ke dalam dua macam, yaitu idea yang memiliki kebenaran
intrinsik dan idea yang memiliki kebenaran ekstrinsik. Idea yang
benar secara intrinsik menurutnya memiliki sifat memadai, sedangkan
idea yang benar secara ekstrinsik disebutnya kurang memadai.
3. Leibniz (1646-1716)
7
Ali Maksum, Pigaitar Filsafat; Dari Masa Klasik hiigga ostmodPriismP, (Yogyakarta: Arruzz MPdia,
2008), CPt. 1, h. 131-132
9
dipergandakan oleh sesuatu dari sesuatu yang mendahuluinya. Dalam
rentetan ini ada tujuan yang terakhir, yaitu menuju yang tak terbatas
sesungguhnya. Tuhan itu transendent, artinya Tuhan di luar makhluk,
Tuhan merupakan dasar dari segala rentetan yang ada.8
8
Poedjawijatia, Pembimbing ke Arah Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), CPt. 10, h. 103
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet
ke-5, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997).
Ali Maksum, “Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme”, cet
1(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2008).
Ali Maksum, Pigaitar Filsafat; Dari Masa Klasik hiigga ostmodPriismP,
(Yogyakarta: Arruzz MPdia, 2008).
Binti Aprilia Nur Saptarini, “Makalah Filsafat Rasionalisme, Empirisme Dan
Kritisisme,” www.Academia.edu (2019),
https://www.academia.edu/40993827/MAKALAH_FILSAFAT_RASION
ALISME_EMPIRISME_DAN_KRITISISME.
F. Budi Hardimai, Pmikirai- Pmikirai yaig MPmbPituk Duiia ModPri, (Jakarta:
Erlaigga, 2010).
Juhaya S. Praja, “Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”, (Jakarta : Prenada Media
Jakarta, 2003).
Muhammad Bahar Akkase Teng. 2016 “Logika Dalam Perspektif Sejarah”, cet 1,
(Makassar : De La Macca, 2016).
Poedjawijatia, Pembimbing ke Arah Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).
12