Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RASIONALISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Filsafat Ilmu”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Moch. Muwaffiqillah, S.IP, M.Fil.I

DISUSUN OLEH :

1. Wahhab Najihu Walhaq (21103007)


2. Ananda Febri Darulia Putri (21103014)
3. Sofiya Putri Anggraini (21103022)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT,
atas segala karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Dan tak lupa, sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita ke zaman yang terang benderang yakni
Addinul Islam.

Kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin dan dibantu oleh
beberapa pihak sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Kami
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini,
kami sadar, makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami juga mengucapkan
beribu-ribu maaf atas kekurangan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu program
studi Komukasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah di Institut Agama
Islam Negeri Kediri. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak M.
Muwafiqillah M.Fil.I Selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
memberikan limpahan ilmu serta bimbingan selama perkuliahan berlangsung. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kediri, 15 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1.............................................................................................................Latar Belakang
1
1.2...........................................................................................................Rumusan Masalah
1
1.3.............................................................................................................Tujuan Masalah
2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................3


2.1......................................................................................................Pengertian Rasionalisme
3
2.2..........................................................................Faktor Timbulnya dan Sejarah Perkembangan Rasi
........................................................................................................................4
2.3...........................................................................................Pemikiran Tokoh-Tokoh Rasionalisme
........................................................................................................................7

BAB III PENUTUP ....................................................................................11


3.1................................................................................................................Kesimpulan
11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kaum rasionalis adalah sebagai filosof yang mengawangawang tidak


seluruhnya salah, karena pendekatan mereka kepada filsafat menyarankan
bahwa seluruh kebenaran penting tentang realitas bisa ditemukan hanya
dengan berpikir, tanpa kebutuhan untuk berangkat dan menguji dunia.
Rasionalisme bisa memunculkan sedikit bintik pada pikiran modern, yang
digunakan untuk ide bahwa pengatahuan yang menekankan diri pada
percobaan dan pengamatan, adalah penting untuk mengetahui selanjutnya.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini sangat penting kiranya untuk diulas
secara mandalam tentang bagaimana corak pemikiran rasionalisme sebagai
bagian aliran dari epistemologi filsafat, bagaimana cara kerjanya, metodenya,
siapa saja tokohnya dan apa saja pemikiran yang dihasilkan.
Rasionalisme ialah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan menetes
pengetahuan. Rasionalisme percaya bahwa cara untuk mencapai pengetahuan
adalah menyandarkan diri pada sumber daya logika dan intelektual. Penalaran
demikian tidak berdasarkan pada data pengalaman, tetapi diolah dari
kebenaran dasar yang tidak menuntut untuk menjadi dan mendasarkan diri
pada pengalaman. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahanbahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi,
untuk sampainya manusia kepada kebenaran, adalah semata-mata dengan
akal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, serta untuk menguraikan


pembahasan yang mudah dan lebih terarah, maka perlu dirumuskan
permasalahan melalui pertanyaan berikut:

1. Bagaimana definisi Rasionalisme?

1
2. Bagaimana Faktor timbulnya dan Sejarah Perkembangan Rasionalisme?
3. Bagamaimana Pemikiran Tokoh-Tokoh Rasionalisme?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan factor


yang mempengaruhi munculnya tasawuf ini adalah untuk:

1. Mengetahui Pengertian Rasionalisme

2. Mengetahui Faktor Timbulnya dan Sejarah Perkembangan


Rasionalisme

3. Mengetahui pemikiran Tokoh-Tokoh Rasionalisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rasionalisme

Secara etimologis menurut Bagus (2002), rasionalisme berasal dari kata


bahasa Inggris rationalims, dan menurut Edwards (1967) kata ini berakar dari
bahasa Latin ratio yang berarti “akal”, Lacey (2000) menambahkan bahwa
berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah sebuah pandangan yang
berpegang bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.
Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar yang
dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut
anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.

Secara terminologis, rasionalisme adalah paham filsafat yang


menyatakan bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh
pengetahuan. suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Menurut
Descartes, rasio atau akal merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah
yang dapat membawa orang pada yang benar hanyalah tindakan akal yang
terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distinctes (pikiran yang terang
benderang dan terpilah-pilah). Ide terang benderang ini pemberian Tuhan
sebelum orang dilahirkan (Idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian
Tuhan, maka tak mungkin tak benar.1

Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut,


namun manusia tidak menciptakannya, tetapi mempelajari lewat pengalaman.
Ide tersebut kiranya sudah ada “ di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar
dan pikiran manusia. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran dapat
memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar
dan nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkinkan dapat
menggambarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu yang a priori, dan
1
Binti Aprilia Nur Saptarini, “Makalah Filsafat Rasionalisme, Empirisme Dan Kritisisme,”
www.Academia.edu (2019),
https://www.academia.edu/40993827/MAKALAH_FILSAFAT_RASIONALISME_EMPIRISME_DAN_K
RITISISME.

3
karenanya prinsip tidak dikembangkan dari pengalaman, bahkan sebaliknya
pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut.

Dalam perkembangannya Rasionalisme diusung oleh banyak tokoh,


masing-masingnya dengan ajaran-ajaran yang khas, namun tetap dalam satu
koridor yang sama. Pada abad ke-17 terdapat beberapa tokoh kenamaan
rasionalis seperti Plato sebagai pelopornya yang disebut juga sebagai
„rasionalisme‟ atau „platonisme‟ , René Descartes (1590 – 1650) yang juga
dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal
adalah “cotigo ergo sum” (saya bepikir, jadi saya ada). Tokoh-tokoh lainnya
adalah J.J. Roseau (1712 – 1778) dan Basedow (1723 – 1790), Gottfried
Wilhelm von Leibniz, Christian Wolff dan Baruch Spinoza. Perkembangan
pengetahuan mulai pesat pada abad ke 18 nama-nama seperti Voltaire,
Diderot dan D’Alembert adalah para pengusungnya.

2.2 Faktor Timbulnya dan Sejarah Perkembangan Rasionalisme

Faktor munculnya rasionalisme merupakan keinginan untuk


membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional skolastik yang
merupakan aliran yang berkaitan dengan sekolah dengan corak khas dari
sejarah filsaafat abad pertengahan, yang pernah diterima tetapi tidak mampu
menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.

Yang ditanam Aristoteles saat itu juga masih dipengaruhi khayalan-


khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka
diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-
raguan, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya bertolak dari
keraguan untuk mendapatkan kepastian.

Tahapan sejarah pemikiran filsafat abad modern menurut versi Barat


dibagi menjadi tiga periode, yaitu : zaman kuno, pertengahan, dan modern.
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata philosophia
yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta,
senang dan suka, serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan. Ciri-ciri pemikiran filsafat modern, antara lain menghidupkan

4
kembali rasionalisme keilmuan subjektivisme, humanisme dan lepas dari
pengaruh atau dominasi agama (gereja).

Sejarah perkembangan rasionalisme dan tokoh-tokoh yang mengikuti


aliran filsafat rasionalisme. Rasionalisme adalah suatu kaedah penyelidikan
dan ujikaji yang menyatakan bahawa akal adalah sumber utama pengetahuan.
Bertentangan dengan empirisme secara teorinya, ia menafikan pengalamaan
pancaindera sebagai sumber pengetahuan. Konsep utama yang menjadi
pegangan ini ialah kepercayaan terhadap kemampuan dan autoriti akal fikiran
(alasan) untuk menyingkap ilmu dan kebenaran. Rasionalisme mengukur
bahawa daya intelek yang wujud telah ada dalam diri manusia mampu
mencari dan menanggapi kebenaran. Rasionalisme merupakan paham filsafat
yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam
memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan . Rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir, alat dalam
berpikir adalah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.2

Pada zaman Thales (624-546 SM) telah menerapkan rasionalisme pada


filsafatnya. Rasionalisme lahir sebagai reaksi terhadap gereja pada saat abad
pertengahan Kristen di Barat. Rasionalisme muncul sebagai penanda
perubahan sejarah filsafat, karna aliran yang dibawa Descartes merupakan
awal munculnya zaman modern dalam sejarah perkembangan filsafat. 3

Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat


Descartes. Kata modern disini digunakan untuk menunjukkan suatu filsafat
yang mempunyai corak yang sangat berbeda, bahkan berlawanan dengan
corak filsafat pada abad pertengahan Kristen. Corak utama filsafat modern
yang dimaksud adalah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa
Ynani kuno. Gagasan itu dibarengi dengan argument yang kuat oleh
Descartes. Oleh karea itu, gerakan pemikiran Descartes juga disebut bercorak
renaisans.

2
Juhaya S. Praja, “Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”, (Jakarta : Prenada Media Jakarta, 2003), hlm
91 - 189.
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet ke-5, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm 128-129.

5
Perintis awal aliran rasionalisme ialah Heraclitus, yang meyakini akal
melebihi pancaindera sebagai sumber ilmu. Menurut beliau akal manusia
boleh berhubungan dengan akal ketuhanan yang memancarkan sinar cahaya
Tuhan dalam diri manusia. Thales menerapkan rasionalisme dalam
filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan
tokoh-tokoh penentang (Socrates, Plato dan Aristoteles).

Pada zaman pertengahan rasionalisme Yunani berkembang di tangan


tokoh-tokoh Socrates, Plato dan Aristoteles. Rasionalisme mencapai zaman
kepuncaknya pada zaman Aristoteles yang berusaha menangkis serangan
pemikiran aliran Sufastho’iyyun yang menyebarkan pegangan bahawa.
Sesuatu perkara itu adalah dianggap baik bila manusia mengira ia adalah
baik, dengan kata lain “Manusia adalah kayu pengukur segala perkara”. Hasil
dari pengaruh tersebut, Aristoteles telah memperkenalkan rasionalisme
dengan menyusun kaedah ilmu logika secara sistematik dalam karyanya yang
terkenal yaitu Organaon.4 Kemudian dilanjutkan oleh salah satu tokoh filosuf
Modern ialah Rene Descartes (1596-1650), dikenal sebagai “Bapak filsafat
modern”.

Perkembangan rasionalisme selanjutnya berlangsung dari pertengahan


abad XVII sampai akhir abad ke- XVIII. Pada masa ini, hal yang khusus bagi
ilmu pengetahuan adalah penggunaan akal budi (rasio) secara ekslusif untuk
menemukan kebenaran. Terbukti, pengguaan akal budi yang demikian tidak
sia-sia, bahkan memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali
akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam.

Rasionalisme pada abad-abad berikutnya sangat berkembang dan


mengharukan, karena orang–orang yang terpelajar makin percaya pada akal
budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia. Terbukti
pada bagian kedua abad ke-XVII , dan lebih lagi pada abad ke –XVIII dengan
adanya pandangan baru terhadap dunia, yang dijelaskan oleh Isaac Newtown.
(1643-1727).

4
Muhammad Bahar Akkase Teng. 2016 “Logika Dalam Perspektif Sejarah”, cet 1, (Makassar : De
La Macca, 2016), hlm 3.

6
Berdasarkan kekuatan dan keyakinan akan kekuasaan akal budi, lambat
laun, orang-orang pada abad itu berpandangan dalam kegelapan Dan ketika
itu mereka mampu meningkatkan penerangan bagi manusia dan mayarakat
modern yang telah lama dirindukan pada abad ke XVIII, maka abad ini
disebut Aufklarung (pencerahan).5

Dalam aliran rasionalisme perkembangan manusia itu diperoleh dari akal


manusia itu sendiri sebagai dasar kepastian pengetahuan. Alat indera yang
dipergunakan manusia akan merangsang dan menangkap suatu pengetahuan
yang dimilikinya sehingga dapat direspon oleh akal mereka yang akan
menghasilkan suatu perkembangan yang baik terhadap perkembangan mereka
sendiri. Jadi dengan akal yang dibantu oleh panca indera, manusia dapat
menghasilkan suatu pengetahuan dengan benar.

Rasionalisme merupakan tesa dari abad sebelumnya (abad teologis, ke-


17), kemudian antitesa dari abad pertengahan; dan sekaligus lahirnya
humanisme karena timbul kekurang puasan terhadap paham gereja.
Rasionalisme merupakan aliran kedua dalam alam pikiran modern yang
paling menonjol setelah empirisme.

Dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan


sering digunakan dalam menyusun teori pengetahuan. Hanya saja, empirisme
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui objek
empirisme, sedangkan rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan cara berfikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering
menyesatkan.

2.3 Pemikiran Tokoh-Tokoh Rasionalisme


1. Rene Descartes (1596-1650)

Rene Descartes (Renatus cartesius) adalah putra keempat


Joachim Descartes, seorang anggota parlemen kota britari, propinsi
renatus di prancis. Kakeknya, piere Descartes, adalah seorang dokter.
Neneknya juga berlatar belakang kedokteran, dilahirkan pada tanggal
5
Ali Maksum, “Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme”, cet 1(Yogyakarta :
Ar Ruzz Media, 2008), hlm 359.

7
31 Maret 1596 di La Haye (sekarang disebut La Haye Descartes),
propinsi Teuraine. Descartes kecil yang mendapat nama baptis Rene,
tumbuh sebagai anak yang menampakan bakatnya dalam bidang
filsafat, sehingga ayahnya pun memanggilnya dengan julukan Si
Filsuf Cilik. Pendidikan pertamanya diperoleh dari sekolah Yesuit di
La Fleche dari tahun 1604-1612. Disinilah ia memperoleh
pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa
Prancis, music dan acting, logika aristoteles dan Etika Nichomacus,
fisika, matematika, astronomi dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas.
Metode Kesangsian dan “Cogito Ergo Sum” Untuk
memperoleh titik kebenaran pengetahuan, Descartes mulai dengan
esebuah kesangsian atas segala sesuatu. Menurut Dascartes, sekurang-
kurangnya aku yang menyangsikan‖ bukanlah hasil tipuan. Semakin
kita dapat menyangsikan segala sesuatu, entah kita sungguh ditipu
atau ternyata tidak, termasuk menyangsikan bahwa kita tidak dapat
menyangsikan, kita semakin mengada (exist). Justru kesangsianlah
yang membuktikan kepada diri kita bahwa kita ini nyata. Selama kita
ini sangsi, kita akan merasa semakin pasti bahwa kita nyata-nyata ada.
Jadi, meski dalam tipuan yang lihai, kepastian bahwa aku yang
menyangsikan itu ada tidak bisa 18 dibantah. Menyangsikan adalah
berpikir, maka kepastian akan eksistensiku dicapai dengan berpikir.
Descartes kemudian mengatakan Je pense donce je suis atau cogito
ergo sum (aku berpikir, maka aku ada )6
2. Baruch De Spinoza (1632-1677)

Kelahiran Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal


dunia pada tahun 1677 M. Nama aslinya Baruch Spinoza. Setelah ia
mengucilkan diri dari agama Yahudi, ia mengubah namanya menjadi
Benedictus de Spinoza. Ia hidup di pinggiran kota Amsterdam.
Tentang Pengetahuan Menurut Spinoza, ada tiga taraf pengetahuan,

6
F. Budi Hardimai, Pmikirai- Pmikirai yaig MPmbPituk Duiia ModPri, (Jakarta: Erlaigga, 2010), h.
33-34

8
yaitu berturut-turut: taraf persepsi indrawi atau imajinasi, taraf refleksi
yang mengarah pada prinsip-prinsip dan taraf intuisi. Hanya taraf
kedua dan ketigalah yang dianggap pengetahuan sejati. Dengan ini,
Spinoza menunjukkan pendiriannya sebagai seorang rasionalis.
Pendiriannya dapat dijelaskan demikian, menurutnya sebuah idea
berhubungan dengan ideatum atau obyek dan kesesuaian antara idea
dan ideatuminilah yang disebut dengan kebenaran. Dia membedakan
idea ke dalam dua macam, yaitu idea yang memiliki kebenaran
intrinsik dan idea yang memiliki kebenaran ekstrinsik. Idea yang
benar secara intrinsik menurutnya memiliki sifat memadai, sedangkan
idea yang benar secara ekstrinsik disebutnya kurang memadai.
3. Leibniz (1646-1716)

Kelahiran Leibniz lahir di Jerman, nama kengkapnya Gottfried


Wilhem von Leibniz. Sama halnya Spinoza, Leibniz termasuk
pengagum sekaligus pengkritik Descartes. Baginya, ia khawatir
tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup. Tetapi berbeda
dengan Spinoza yang kesepian, ia justru termasuk orang yang kaya
raya dan dipuja. Leibniz juga dikenal sebagai penemu kalkulus
bersama Newton. Ia adalah ilmuan, pengacara, sejarawan, akademisi,
ahli logika, ahli bahasa, dan teolog. Bagi Leibniz, filsafat adalahhobi
yang berkesinambungan dan ia terlibat dalam diskusi filosofis dan
melakukan korespondensi sepanjang hidupnya bersama para filsuf di
zamnnya. Sayangnya, karyanya tidak bisa dinikmati banyak orang,
karena setelah ia meninggal, karyanya tidak diterbitkan.7
Pemikiran Leibniz yang terkenal adalah monadologinya, dia
berpendapat bahwa banyak sekali subtansi yang terdapat di dunia ini,
yang disebutnya “monad” Monad ini semacam cermin yang
membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan caranya sendiri.
Tiap-tiap pencerminan yang terbatas ini mengandung kemungkinan
tidak terbatas karena dalam seluruhnya dapat diperkaya dan

7
Ali Maksum, Pigaitar Filsafat; Dari Masa Klasik hiigga ostmodPriismP, (Yogyakarta: Arruzz MPdia,
2008), CPt. 1, h. 131-132

9
dipergandakan oleh sesuatu dari sesuatu yang mendahuluinya. Dalam
rentetan ini ada tujuan yang terakhir, yaitu menuju yang tak terbatas
sesungguhnya. Tuhan itu transendent, artinya Tuhan di luar makhluk,
Tuhan merupakan dasar dari segala rentetan yang ada.8

8
Poedjawijatia, Pembimbing ke Arah Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), CPt. 10, h. 103

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rasionalisme merupakan paham filsafat yang menyatakan bahwa akal


(reason) yaitu alat untuk memperoleh penegtahuan. Kaum Rasionalisme
mulai dengan sebuah pernyataan aksioma dasar yang dipakai membangun
sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah
jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia.
Rasionalisme muncul untuk membebaskan diri dari segala pemikiran
tradisional skolastik, yang pernah diterima tetapi tidak mampu menangani
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Dalam aliran rasionalisme
perkembangan manusia itu diperoleh dari akal manusia itu sendiri sebagai
dasar kepastian pengetahuan.

Adapun Beberapa Pemikiran para Tokoh Rasionalisme yaitu sebagai


berikut :

1) Rene Descartes (1596-1650), yaitu, sumber pengetahuan yang dapat


dipercayai adalah akal.
2) Baruch De Spinoza (1632-1677), yaitu sebuah idea berhubungan
dengan ideatum atau obyek dan kesesuaian antara idea dan
ideatuminilah yang disebut dengan kebenaran.
3) Leibniz (1.646-1716 M), Pemikiran Leibniz yang terkenal adalah
monadologinya, dia berpendapat bahwa banyak sekali subtansi yang
terdapat di dunia ini, yang disebutnya “monad” (monos:satu, monad:
satu unit)

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, cet
ke-5, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997).
Ali Maksum, “Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme”, cet
1(Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2008).
Ali Maksum, Pigaitar Filsafat; Dari Masa Klasik hiigga ostmodPriismP,
(Yogyakarta: Arruzz MPdia, 2008).
Binti Aprilia Nur Saptarini, “Makalah Filsafat Rasionalisme, Empirisme Dan
Kritisisme,” www.Academia.edu (2019),
https://www.academia.edu/40993827/MAKALAH_FILSAFAT_RASION
ALISME_EMPIRISME_DAN_KRITISISME.
F. Budi Hardimai, Pmikirai- Pmikirai yaig MPmbPituk Duiia ModPri, (Jakarta:
Erlaigga, 2010).
Juhaya S. Praja, “Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”, (Jakarta : Prenada Media
Jakarta, 2003).
Muhammad Bahar Akkase Teng. 2016 “Logika Dalam Perspektif Sejarah”, cet 1,
(Makassar : De La Macca, 2016).
Poedjawijatia, Pembimbing ke Arah Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

12

Anda mungkin juga menyukai