Anda di halaman 1dari 13

RASIONALISME

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “FILSAFAT ILMU”

Dosen Pengampu: Rizki Muhammad Haris, M.Ag.

Disusun Oleh :

• Raihan Ryanta Akbar (0205211024)


• Dinda Sherin Al Asya Sinaga (0205211015)
• Jogi Banuari Harahap (0205211014)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM PIDANA ISLAM

T.A.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alahmdulillah tepat pada waktumya yang berjudul “RASIONALISME”.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
pengetahuan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
perbaikan dari kesalahan- kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada Anggota Kelompok yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan dapat menambah
pengetahuan pembaca dan bermanfaat untuk pembacanya. Semoga Allah SWT senantisa meridhoi
segala usaha kita.

Medan, 14 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................2

A. Filsafat Rasionalisme ...............................................................................................................2


B. Pembagian Rasionalisme .........................................................................................................5
C. Tokoh-tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya ........................................................................5

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................9

A. Kesimpulan ..............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahapan sejarah pemikiran filsafat abad modern menurut versi Barat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu : zaman kuno, pertengahan, dan modern. Ciri-ciri pemikiran filsafat modern, antara
lain menhidupkan kembali rasionalisme keilmuan subjektivisme, humanism dan lepas dari
pengaruh atau dominasi agama(gereja). Ahmad Syadali dan Mudzakir menguraikan secara
panjang lebar bahwa filsafat abad modern pada pokoknya di mulai dengan tiga aliran yaitu: Aliran
Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1950 M), Aliran empirisme dengan
tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M), Aliran kritisisme dengan tokohnya Immenuel kant (1724-
1804 M).[1] Tiga aliran di atas adalah aliran filsafat pada abad modern, tetapi di sini kami hanya
akan membahas satu aliran saja yakni : Aliran Rasionalisme. Rasionalisme merupakan paham
filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan . Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir, alat dalam berpikir adalah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah
logika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat Rasionalisme?


2. Apa saja pembagian Rasionalisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui filsafat Rasionalisme
2.Untuk Mengetahui pembagian Rasionalisme
3.Untuk Mengetahui Siapa saja tokoh-tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Rasionalitas
Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini berakar
dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Rasionalisme adalah paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh dan mengetes
pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara
berpikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.

Rasionalisme atau yang bisa disebut juga sebagai gerakan rasionalis adalah paham atau aliran
atau ajaran atau doktrin filsafat yang menyatakan kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis berdasarkan rasio, fakta, ide-ide yang masuk akal daripada
analisis yang iman, dogma, atau ajaranagama.Rasionalismeadalahsatu aliran yang berpendapat
bahwa akal budi (rasio) merupakan sumber utama pengetahuan.1 Rasionalisme mengatakan bahwa
pengenalan yang sangat sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan indrawi merupakan suatu
bentuk pengenalan yang kabur. Rasionalisme juga percaya bahwa melalui proses pemikiran
abstrak kita dapat mencapai kebenaran yang tidak dapat disangkal tentang alam semesta pada
umumnya.

Rasionalisme percaya bahwa kenyataan serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat
dicapai tanpa menggunakan metode empiris. Rasionalisme percaya bahwa pikiran mampu
mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman
disebut pengetahuan a priori. Rasionalisme percaya bahwa akal budi (rasio) adalah sumber utama
ilmu pengetahuan. Rasionalisme percaya bahwa kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi.
Rasionalisme percaya bahwa alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum alam yang rasional.
Lebih detail, rasionalisme adalah merupakan paham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide-ide
yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.

Beberapa ajaran pokok rasionalisme adalah:2

1
Filsafat ilmu, Muhammad Syukri Albani Nasution,Rizki Muhammad Haris (Depok,Rajawali Pers,2020, Hal:215)
2
Ahmad Syadali dan Muzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 102.

2
1. Melalui proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental yang
tidak dapat disangkal mengenai apa yang ada beserta strukturnya dan mengenai alam
semesta pada umumnya.
2. Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa menggunakan
metode empiris.
3. Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului
pengalaman apa pun.
4. Rasio adalah sumber utama ilmu pengetahuan.
5. Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi tapi melalui kriteria konsistensi logis.
6. Alam semesta (realitas) mengikuti hukum-hukum alam yang rasional karena
merupakan sebuah sistem yang dirancang secara rasional yang aturannya sesuai dengan
logika.

Sejarawan mengatakan zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-17-18.


Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal
budi (rasio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak
sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat
dari ilmu-ilmu alam. Hal ini menjadi terlihat lagi pada bagian kedua abad ke-17 dan lebih lagi
selama abad ke18 antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac
Newton (1643 -1727). Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang
mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan.

Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologian tujuan dengan humanisme dan
atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus
sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan. Meskipun hampir sama, namun ada perbedaan
dengan kedua bentuk tersebut humanisme dan atheisme dengan rasionalisme.3

Dalam aliran rasionalisme ada dua macam bidang, yaitu bidang agama dan bidang filsafat.
Dalam bidang agama, rasionalisme adalah lawan autoritas, dan biasanya digunakan untuk
mengkritik ajaran agama. Sementara, dalam bidang filsafat,rasionalisme adalah lawan empirisme
dan terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, rasionalisme

3
Filsafat ilmu, Muhammad Syukri Albani Nasution,Rizki Muhammad Haris (Depok,Rajawali Pers,2020, Hal:216)

3
berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal,
contohnya logika dan matematika. Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650)
yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Beliau merupakan ahli ilmu alam, ilmu hukum, dan
ilmu kedokteran. Beliau mengatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya,
harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang
umum. Beliau juga berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal.
Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif,
seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat
itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru dalam
berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan,
cogito ergo sum (saya berpikirmaka saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan
kepastian.

Adapun kelemahan aliran filsafat rasionalisme antara lain:

• Doktrin-doktrin filsafat rasionalisme cenderung mementingkan subjek daripada


objek,sehingga rasionalisme hanya berfikir yang keluar dari akal budinya saja yang
benar,tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara peka.
• Cara memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut
mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhan baru dengan sesama
pemikirfilsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut.

Sedangkan Kelebihan aliran filsafat rasionalisme antara lain:-

• Mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia. Contoh :


matematika, astronomi, biologi disusun berdasarkan logika.
• Dengan menalar, manusia mampu menjelaskan pemahaman yang rumit dan bersifat
abstrak.
• Kebenaran diperoleh dari sebab-sebab yang menyatakannya benar.
4
• Rasionalisme memberikan kerangka berfikir yang koheren dan logis.
• Memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan
pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.

B. Pembagian Rasionalisme

Rasionalisme ada dua macam: dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam
bidang agama rasionalisme adalah lawan dari otoritas. Dalam bidang filsafat rasionalisme adalah
lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik. ajaran
agama, rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai
lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan
datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas ialah pemahaman kita tentang logika dan
matematika.4
Penemuan-penemuan logika dan matematika begitu pasti. Kita tidak hanya melihatnya
sebagai benar, tetapi lebih dari itu kita melihatnya sebagai kebenaran yang tidak mungkin salah,
kebenarannya universal. Sejarah rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan
rasionalisme dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan
tokoh-tokoh penentangnya (Socrates, Plato, Aristoteles), dan juga beberapa tokoh sesudah itu.

C. Tokoh-tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya


1. Rene Deskartes (1596-1650 M)
Rene Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Karyanya yang
paling terkenal adalah caurs deia methode (1537) dan meditations (1642) berisi tentang metode
cogito descartes, atau metode catigo saja. Beliau mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan
tokoh-tokoh gereja, bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal), maka untuk meyakinkan orang
bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang sangat terkenal.
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan segala sesuatu
yang dapat diragukan. Di dalam mimpi seolah-olah seorang mengalami sesuatu yang sungguh-
sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (juga) begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi
dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-

4
Filsafat ilmu, Muhammad Syukri Albani Nasution,Rizki Muhammad Haris (Depok,Rajawali Pers,2020, Hal:219)

5
rasanya seperti bukan mimpi. Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan kejadian dengan
roh halus itu, bila di lihat dari posisi kita, itu tidak ada. Akan tetapi benda-benda itu sunguh-sunguh
ada bila di lihat dari posisi kita dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan roh halus.

2. Spinoza (1632-1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677 M. Nama
aslinya banich spinoza. Setelah mengucilkan dirinya dari agama Yahudi, beliau mengubah
namanya menjadi benedictus de spinoza, dan kemudian memutuskan untuk hidup dipinggiran
kota. Dalam geometri, Spinoza memulai dengan meletakkan definisi-definisi. Berikut beberapa
contoh definisi yang digunakan dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dalam metafisikan,
(Solomon : 73)
• Sesuatu yang sebabnya pada dirinya, saya maksudkan esensinya mengandung eksistensi,
atau sesuatu yang hanya dipahami sebagai adanya.
• Sesuatu dikatakan terbatas bila ia dapat dibatasi oleh sesuatu yang lain, misalnya tubuh kita
terbatas, yang membatasinya ialah besarnya tubuh kita itu.
• Substansi ialah sesuatu yang ada dalam dirinya, dipaham melalui dirinya, konsep dapat
dibentuk tentangnya bebas dari yang lain.
• Yang saya maksud dengan atribut (sifat) ialah apa yang dapat dipahami sebagai melekat
pada esensi substansi.
• Yang saya maksud mede ialah perubahan-perubahan pada substansi.
• Tuhan yang saya maksud ialah sesuatu yang terbatas secara absolut (mutlak), sesuatusaya
sebut disebabkan oleh yang lain, dan tindakan ditentukan olehnya sendiri.
• Yang saya maksud dengan kekekalan (etermity) ialah sifat pada aksistensi itu tadi.

Spinosa berpendapat bahwa apa saja yang benar-benar ada, maka adanya itu haruslah abadi
sama halnya dengan tatkala ia berbicara dalam astronomi, definisi selalu di ikuti oleh aksioma.
Aksioma ialah jarak terdekat antara dua titik ialah garis lurus. Berikut aksioma-aksioma yang
dipasangnya dalam metafisika:
• Segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain.
• Sesuatu yang tidak dapat dipahami melalui sesuatu yang lain harus di pahami melalui
dirinya sendiri.

6
• Dari suatu sebab tentu di ikuti, bila tidak ada sebab tidak mungkin ada akibat yang
mengikutinya.
• Pengetahuan kita tentang akibat di tentukan oleh pengetahuan kita tentang sebab.
• Sesuatu yang tidak bisa di kenal umum, tidak akan dapat di pahami konsep sesuatu yang
tidak melibatkan konsep tentang yang lain.
• Ide yang benar harus sesuai dengan objeknya.
• Bila sesuatu dapat di pahami sebagai tidak adanya maka esensinya tidak ada.

3. Lleibniz (1646-1716 M)
Gotifried Willheim Von Lleibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun1716.
Beliau merupakan filosofi Jerman, matematikawan, menjadi atasan, dan juga pembantu
pejabat tinggi negara. Pusat metafisikanya adalah ide tentang substansi yangdi kembangkan
dalam konsep monad.
Sama seperti pemikiran Spinoza, metafisika Lleibniz memusatkan perhatian
padasubstansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhnya bergantung
padasebab, sementara substansi pada Lleibniz adalah tujuan. Penentuan prinsip filsafat
Lleibniz ialah prinsip akan yang mencukupi, yang secara sederhana dapat di rumuskan sesuatu
harus mempunyai masalah bahkan Tuhan harus mempunyai masalah untuk setiap yang di
ciptaan-Nya. Sementara Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satusubstansi, Lleibniz
berpendapat bahwa substansi itu monad, setiap monad berbeda satu dengan yang lain dan
Tuhan (sesuatu yang super monad dan satu-satunya monad yang tidak di cipta) adalah pencipta
monad-monad itu. Pemikiran beliau tentang monad selanjutnya ditulis pada tahun 1714 dalam
sebuah karya yang di beri judul monadology.
Berikut isi-isi dari monad yang beliau tulis:
• Monad yang kita bicarakan di sini adalah substansi yang sederhana, yang selanjutnya
menyusun sesuatu yang sederhana, dan selanjutnya menyusun substansi yang lebih
besar.
• Harus ada substansi yang sederhana karena susunan tidak lain dari suatu koleksi
substansi sederhana.
Satu substansi sederhana ialah substansi yang kecil yang tidak dapat di bagi.
Adapun substansi yang berupa susunan (compositas) ialah substansi yang besar dan

7
jenisnya dapat di bagi. Akan tetapi, ada kesulitan di sini. Bila simple sub stance
(monad) itu terletak dalam ruang, maka akibatnya pasti dapat di bagi. Oleh karena itu,
Lleibniz menyatakan bahwa semua monad itu haruslah material dan tidak mempunyai
ukuran ,tidak dapat di bagi.
• Sekarang, apa pun yang tidak mempunyai bagian bagian tentulah tidak dapat di bagi.
Monad pada sifatnya dan kenyataannya adalah unsur segala sesuatu.
• Kerusakan, karena itu, tindakan menjadi pada substansi itunya, karena tidak dapat di
bagi karena immaterial itu.
• Dengan cara yang sama tidak ada jalan untuk memahami simple substansi itu di cipta
(come into exintence) karena monad itu tidak dapat di bentuk dengan menyusun.
• Kita hanya dapat menatakan sekarang bahwa peniadaan, yang tersusun mempunyai
permulaan dan berakhir melalui peniadaan. Yang terusan mempunyai permulaan dan
berakhir secara berangsur.
• Monad tidak mempunyai kualitas, karenanya mestinya tidak akan pernah ada.
• Setiap monad harus di keadaan satu dengan lainnya, karena tidak pernah ada isi alam
yang sama sekalipun kita tidak dapat mengetahui perbedaan itu.
• Tidak ada jalan masuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat perubahan
dalam dirinya sendiri oleh sesuatu di luarnya, karena tidak ada kemungkinan suatu yang
masuk ke dalamnya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Disebut aliran
rasionalisme, karena aliran ini mengaggap sumber kebenaran hanyalah rasio. Adapun pengetahuan
indra dianggap sering menyesatkan. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari
otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Dalam bidang filsafat
rasionalisme adalah lawan kata dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori
pengetahuan. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes. Tokoh
besar rasionalisme lainnya yaitu Baruch Spinoza dan Leibniz, tokoh lainnya Nicolas Malerbranche
dan Critian Wolff. Descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafatnya. Basis itu bukan
filsafat Plato, bukan filsafat Abad Pertengahan, bukan agama atau yang lainnya. Fondasi itu ialah
yang berpikir. Pemikiranku itulah yang pantas dijadikan dasar filsafat karena aku yang berpikir
itulah yang benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu. Disini terlihatlah sifat
subjektif, individualistis, humanis dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang
mendorong perkembangan filsafat Abad Modern.

9
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat ilmu, Muhammad Syukri Albani Nasution,Rizki Muhammad Haris (Depok,Rajawali


Pers,2020.

Hadiwijono, H. 1980. Sari sejarah Filsafat baru 2. Yogyakarta: Kanisius.

Syadali, A. & Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia

Achmadi, A. 1995. Filsafat Umum.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Peursen, V. 1997.Orientasi Dalam Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia.

10

Anda mungkin juga menyukai