Anda di halaman 1dari 10

EPISTEMOLOGI: RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME,

POSITIVISME, FENOMENOLOGI DAN EPISTEMOLOGI TIMUR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Filsafat Ilmu

Dosen pengampu:
Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib, M.Si

Oleh:
Kelompok 5
Diandra Paramitha 220404500032
Andi Nur Magfira 220404502072
Khairia Nurhikmah 220404501034
Sitti Rahma 220404500024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul EPISTEMOLOGI:
RASIONALISME, EMPIRISME, KRITISISME, POSITIVISME,
FENOMENOLOGI DAN EPISTEMOLOGI TIMUR dapat kami selesaikan
dengan baik. Salam serta shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW karena telah membawa kita dari alam yang gelap
gulita ke alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah filsafat
ilmu serta bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang
bagaimana epistemologi itu.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini, terutama kepada bapak Prof. Dr. Syamsul
Bachri Thalib, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat ilmu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
masih banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf serta mengharap
kritik dan saran dari semua pihak.

Makassar, 8 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................... 1
Kata Pengantar ............................................................................................. 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian epistemologi ................................................................... 5
B. Aliran dalam epistemologi ................................................................ 5
C. Epistemologi dalam perspektif timur ................................................ 7
D. Pengaruh epistemologi terhadap peradaban manusia .......................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................ 9
Daftar Pustaka .............................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata filsafat berasal dari kata philosophia (bahasa Yunani)
diartikan dengan mencintai kebijaksanaan. Jadi istilah philosophia berarti
mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Sedangkan orang yang
berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut filsuf
atau filosof. Sumber dari filsafat ini adalah manusia, dalam hal ini akal dan
kalbu manusia yang sehat berusaha sungguh-sunngguh untuk mencari
kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran.
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga
ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat
merupakan bidang studi yang memiliki cakupan yang sangat luas sehingga
diperlukan pembagian yang lebiih kecil lagi. Adapun cabang-cabang
utama filsafat adalah metafisika umum (ontologi), epistemologi, logika,
etika dan estetika. Dalam hal ini kami akan membahas tentang
epistemologi secara ringkas, dengan harapan agar mudah dipahami dan
dimengerti.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan epistemologi?


2. Apa saja aliran-aliran dalam epistemologi?
3. Bagaimana epistemologi dalam perspektif timur?
4. Bagaimana pengaruh epistemologi terhadap peradaban
manusia?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa pengertian epistemologi


2. Mengetahui apa saja aliran yang terdapat dalam epistemologi
3. Mengetahui bagaimana epistemologi dalam perspektif timur
4. Mengetahui bagaiman pengaruh epistemologi terhadap
peradaban manusia

BAB II

4
PEMBAHASAN
A. Definisi Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme artinya
pengetahuan dan logos artinya ilmu. Dalam kamus Webster New
International Dicionary, epistemology didefinisikan sebagai studi atau
teori mengenai sifat dan dasar pengetahuan terutama dengan mengacu
pada batas dan validasinya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), epistemologi didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat
tentang dasar dan batas pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa epistemologi merupakan bagian filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, batas-batas pengetahuan, metode pengetahuan dan
kebenaran pengetahuan.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran,
manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu
mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-
tanya untuk mendapat jawaban namun setiap jawaban tersebut juga tidak
memuaskan manusia, ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk
mrngukur apakah kebenaran ini bukanlah kebenaran yang semu, tetapi
kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan
cara-cara ilmiah. Perkembangan pengetahuan semakin pesat tidaklah
menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebensran, justru semakin
menggiatkan manusia untuk terus mencari kebenaran.

B. Aliran Dalam Epistemologi

Dalam epistemologi terdapat beberapa aliran, diantaranya adalah


sebagai berikut:
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran yang mementingkan pengrtahuan,
rasionalisme menyatakan bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya
melalui hasil pembuktian, logika dan analisis terhadap fakta.
Segala sumber pengetahuan dalam rasionalisme berasal dari akal
pikiran atau harus bersifat rasional. Pengembangan pola pikir rasional
dalam pembelajaran dapat melalui proses pembelajaran dengan metode
pembelajaran yangmenggunakan tahap ilmiah yaitu mengamati,
mengumpulkan data, menentukan hipotesis, menganalisis data,
menarik kesimpulan, mengomunikasikan hal yang telah didapatkan.

5
2. Empirisme
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan
manusia diperoleh melalui sebuah pengalaman atau pengamatan indra.
Indra diperoleh dari alam empiris dan terkumpul dalam diri manusia
menjadi suatu pengalaman.
John Locke berpendapat bahwa semua pengetahuan diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman menurut Locke dibagi menjadi dua
yaitu pengalaman dari luar berupa sensasi dan pengalaman dari dalam
berupa batin atau refleksi. Melalui proses sosialisasi dari kedua
pengalaman itu akan membentuk ide yang lebih kompleks.
Sedangkan menurut David Hume, sebuah ide yang sederhana
adalah salinan dari sensasi-sensasi sederhana atau kesan-kesan yang
kompleks. Pemikiran empiris yang dikemukakannya cenderung
skeptisisme, karena ia hanya mengakui hasil pengetahuan oleh indra
secara luas. Ia menganggap pengalaman sebagai sebuah khayalan dan
anggapan semata.

3. Kritisme
Secara garis besar kritisme merupakan teori yang yang dihasilkan
dari sintesis antara rasionalisme dan empiriisme. Aliran ini
berpendapat bahwa kebenaran itu tidak perlu diuji sebab sudah
memiliki batasan-batasan tersendiri antara rasionalisme dan
empirisme.
Pada rasionalisme akal menjadi batasan indra untuk mengetahui
kebenaran, sama halnya dengan dengan empirisme yang memiliki
batasan indra untuk meenmukan objek sebagai suatu kebenaran.
Penggabungan antara dua teori ini menghasilkan bahwa batasan-
batasan antara akal dan indra untuk mengetahuai suatu ilmu atau
kebenaran baru.

4. Positivisme
Tokoh aliran ini diantaranya yaitu August Comte yang memiliki
pandangan sejarah perkembanngan pemikiran umat manusia yang
dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu:
a) Tahap teologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau
pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih
dikuasai oleh takhayul-takhayul sehingga subjek dan objek
tidak dapat dibedakan.
b) Tahap metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami
dan memikirkan kenyataan tetapi belum mampu membuktikan
denngan fakta.
c) Tahap positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk
menemukan hukum-hukum yang dan saling berhubungan lewat

6
fakta. Pada tahap ini pengetahuan manusia dapat berkembang
dan dibuktikan lewat fakta.

Comte berpendapat bahwa positivisme merupakan cara pandang


dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Susuna tingkatan
ini dapat terus berkembang sehingga masing-masing sains yang baru
akan tergantung pada tahap sebelumnya. Penganut paham positivisme
meyakini bahwa hanya ada kehidupan sosial berjalan berdasarkan
aturan-aturan, demikian juga dengan alam.

5. Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi tentang phenomenon, kata ini berasal
dari bahasa Yunani phainein yang berarti menunjukkan. Dalam
fenomenologi ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran
sadar manusia menunjukkan pada suatu keadaan berdasarkan niat atau
keinginan.
Secara harafiah, fenomenologi merupakan aliran yang menganggap
bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenologi juga merupakan suatu aliran yang berpendapat bahwa
hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai
melalui pengamatan terhadap suatu fenomena atau pertemuan kita
dengan realita, karena sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan
merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal (otak)
dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan
penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu
berpikir secara kritis.

C. Epistemologi Dalam Perspektif Timur

Pemahaman ilmu pengetahuan pada dunia Timur lebih


mementingkan keselarasan, harmoni, dan kesatuan antara manusia dengan
lingkungan eksternal baik secara ekologi maupun sosial. Pandangan hidup
pada dunia Timur lebih menekankan hati daripada akal budi, karena hati
dipahami secara insrumen yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta
intelegensi dan perasaan.
Dalam hal ini ilmu pengetahuan lebih banyak dibangun dengan
intutif religius yang lebih berkembang pada budaya tradisional di dunia
Timur, oleh sebab itu dalam studi post-kolonial disebutkan bahwa
pemikiran timur dianggap lebih rendah daripada pemikiran barat karena
dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik.

7
D. Pengaruh Epistemologi Terhadap Peradaban Manusia

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban


manusia karena suatu peradaban tentu sudah dibentuk oleh teori
pengetahuan. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia dari
filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial.
Epistemologi juga menentukan kemajuan sains dan teknologi.
Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara karena didukung
oleh penguasaan dan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang
dapat merekayasa fenomena alam tanpa didukung oleh kemajuan
epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan dan alat yang
strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi
suatu produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian
halnya yang terjadi pada teknologi, meskipun teknologi sebagai penerapan
sains tetapi juga sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir
dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua
bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara
epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang
bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus
disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu.

8
BAB III
PENUTUP

A. KEAIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang epistemologi dapat disimpulkan bahwa
epistemologi membicarakan tentang bagaimana terjadinya suatu
pengetahuan dan bagamana asal mula pengetahuan ini.
Epistemologi juga sangat berpengaruh terhadap peradaban manusia
karena senantiasa mendorong manusia agar selalu berfikir, berkreasi
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru.

B. SARAN
Walaupun dalam epistemologi terdapat dua perspektif yang
berbeda, kita harus menerimanya dengan baik agar tidak menimbulkan
perseteruan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Drs. A. Susanto, M.Pd. 2011, Filsafat Ilmu, PT Bumi Aksara Jakarta


Epistemology, meriam-webster.com, Webster New International Dictionary
Epistemologi, kbbi.kemendikbud.go.id Badan Pengembangan Dan Pembinaan
Bahasa
Majalah Ilmiah Pembngunan UPN, Veteran Jawa Timur, 2011

10

Anda mungkin juga menyukai