Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

EPISTEMOLOGI ILMU PENGETAHUAN DALAM


PERSPEKTIF BARAT

Dosen Pengampu :
Muhammad Faiq. S.H.I., M.H.

Disusun Oleh :
Lisa Nur Cahya NIM 230703110070
Yusiva Fitriana Anwar NIM 230703110072
Nur Imtinan Raudhatus S. NIM 230703110139
Hanifatur Rozyah NIM 230703110142

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana. Shalawat serta salam mari kita panjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari masa kegelapan menuju
zaman yang penuh terang seperti masa sekarang.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain untuk memenuhi tugas kuliah, makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang Epistemologi Ilmu Pengetahuan dalam
Perspektif Barat bagi pembaca dan penulis, sehingga pembaca dan penulis
mendapatkan wawasan serta pengetahuan yang luas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan makalah yang berjudul “Epistemologi Ilmu
Pengetahuan dalam Perspektif Barat” karena waktu, tenaga, dan pemikiran yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Karena keterbatasan kemampuan penulis, penulis menyadari adanya
kelemahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
masukan kritis dan saran konstruktif guna meningkatkan kualitas makalah ini.

Batu, 19 September 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

2.1 Definisi Epistemologi................................................................................................

2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan.........................................................................................

2.3 Metode Ilmu Pengetahuan.......................................................................................

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP.............................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................

3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah filsafat tidak selalu lurus, kadang terbalik, sementara sejarah
ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan. Sepanjang perjalanan sejarah
pengetahuan manusia, filsafat, serta ilmu pengetahuan selalu berkembang
bersama dan memiliki keterkaitan yang erat. Keduanya merupakan titik temu
dalam usaha mencari kebenaran. Sains bertanggung jawab atas lukisan dan
filsafat yang tugasnya menafsirkan fenomena universal, kebenaran ada di
mana-mana dalam pikiran, sedangkan kebenaran sains terletak pada
pengalaman. Tujuan filsafat mencari tahu kebenaran sebenarnya. Bagaimana
cara mengumpulkan kebenaran sejati secara teratur, membentuk suatu filsafat
yang terorganisir. Sistematika filsafat pada umumnya dibagi menjadi tiga
cabang utama, yaitu teori pengetahuan, teori alam, dan teori nilai.
Ilmu pengetahuan merupakan hasil kegiatan berpikir yang merupakan
obornya sebuah peradaban, di mana orang-orang menemukan diri mereka
sendiri dan menjalani lebih banyak kehidupan mereka sempurna. Bagaimana
kesulitan dalam pemikiran masyarakat dapat diatasi dengan proses berpikir,
mengajukan pertanyaan, melakukan pencarian atas segala hal yang ada, dan
pada akhirnya, manusia adalah entitas yang nyata. Pada hakikatnya kegiatan
ilmiah berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang didasari tiga hal utama,
yaitu apa yang ingin diketahui, bagaimana cara memperoleh informasi, dan
nilai informasi tersebut. Tampaknya itulah pertanyaannya. Sangat sederhana
tetapi mencakup dasar-dasarnya dengan sangat baik. Oleh karena itu, untuk
menjawabnya diperlukan sistem pemikiran yang menyeluruh, terstruktur, dan
universal sebagai fondasi kebenaran ilmiah yang diperdebatkan dalam ilmu
filsafat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka rumusan masalah yang peneliti angkat pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud Epistemologi?
1.2.2 Apa saja sumber ilmu pengetahuan atau aliran-aliran Epistemologi
Barat?
1.2.3 Apa saja metode ilmu pengetahuan menurut Epistemologi Barat?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Epistemologi


Epistemologi berasal dari kata 'episteme' yang berarti pengetahuan dan
'logos' yang berarti ilmu. Oleh karena itu, epistemologi adalah disiplin ilmu
yang mengkaji pengetahuan dan metode perolehannya. Secara sederhana,
epistemologi merupakan cabang filsafat yang mendalami cara perolehan
pengetahuan, sifat sejati pengetahuan, dan asal-usul pengetahuan. Dengan
pengertian yang berbeda, epistemologi merupakan cabang filsafat yang
berfokus pada penjelasan tentang proses, teknik, atau prosedur dalam
memperoleh pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Proses perolehan ilmu dan
pengetahuan dilakukan melalui tiga metode, yaitu metode non-ilmiah, metode
ilmiah, dan metode pemecahan masalah (problem solving). Pengetahuan yang
diperoleh melalui metode non-ilmiah dapat berasal dari kebetulan, percobaan
dan kesalahan, penilaian rasional, asumsi, kepercayaan pada otoritas, dan
pengalaman sehari-hari.
Metode ilmiah adalah pendekatan yang digunakan dalam perolehan
pengetahuan dengan menggunakan logika deduktif dan induktif. Sementara
itu, metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan upaya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dengan langkah-langkah seperti
identifikasi masalah, pembentukan hipotesis, pengumpulan data, pengaturan
dan analisis data, penarikan kesimpulan, serta verifikasi melalui pengujian
hipotesis. Tujuannya adalah menemukan teori, prinsip, generalisasi, dan
hukum yang dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk menjelaskan,
mendeskripsikan, mengontrol, meramalkan, atau mengantisipasi suatu
peristiwa secara lebih akurat.
Epistemologi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang
menggambarkan teori pengetahuan. Ini terdiri dari dua kata, yaitu 'episteme'
yang merujuk pada pengetahuan dan 'logos' yang merujuk pada teori.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mendalami permasalahan
filosofis yang terkait dengan teori pengetahuan. Fokus utamanya mencakup
definisi dan konsep-konsep ilmiah, variasi ilmu yang bersifat relatif, serta
hubungan yang tepat antara subjek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Dengan kata lain, epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
meneliti asal usul usul, asumsi mendasar, sifat-sifat, serta cara perolehan
pengetahuan yang menjadi faktor krusial sebelum menjelaskannya. Lakukan
evaluasi kritis terlebih dahulu sebelum meyakini. Jika suatu hal terbukti
keberadaannya, barulah dijelaskan. Lakukan pemikiran terlebih dahulu
sebelum memutuskan percaya atau tidak. Perlu diragukan terlebih dahulu
sebelum meyakini atau menolak.
Pertanyaan pokok dalam jenis epistemologi ini adalah apa yang benar-
benar kita ketahui dan bagaimana kita mengenali hal tersebut? Epistemologi
ini tidak terlalu mempermasalahkan apakah objek yang terlihat oleh mata kita
adalah nyata atau tidak. Yang diperhatikan adalah keberadaan objek tersebut
dan diuji secara ilmiah, kemudian digunakan sebagai model filsafat. Dengan
konsep ini, epistemologi menentukan sifat dari pengetahuan, serta
menentukan apa yang dianggap sebagai "kebenaran" yang layak diterima dan
apa yang sebaiknya ditolak. Keith Lehrer menurut sejarahnya
mengidentifikasi tiga perspektif yang berkembang dalam epistemologi di
Barat, yakni: (i) epistemologi dogmatis, (ii) epistemologi kritis, dan (iii)
epistemologi saintifik.
Pertama, epistemologi dogmatis adalah pendekatan klasik dalam studi
epistemologi, terutama terlihat dalam pemikiran Plato. Menurut pandangan
epistemologi dogmatis, metafisika (ontologi) diasumsikan terlebih dahulu,
baru kemudian diikuti oleh epistemologi. Setelah asumsi mengenai realitas
mendasar telah dibuat, epistemologi kemudian digunakan untuk menjelaskan
bagaimana kita memperoleh pengetahuan tentang realitas tersebut.
Pertanyaan utama dalam epistemologi jenis ini adalah: Apa yang kita ketahui
dan bagaimana kita memperoleh pengetahuan tersebut? Singkatnya,
epistemologi dogmatis menegaskan bahwa ontologi ditetapkan sebelum
epistemologi.
Dalam karya Theaetetus karya Plato, contoh cara kerja epistemologi ini
dapat ditemukan, terutama ketika dia memeriksa pengetahuan sebagai opini
yang benar dan forms sebagai realitas utama yang mendasari definisi bahwa
pengetahuan adalah kesadaran intuitif terhadap forms. Lalu, terdapat juga
epistemologi kritis yang merupakan revolusi dari epistemologi dogmatis yang
diperkenalkan oleh Rene Descartes. Descartes membalikkan pendekatan
epistemologi dogmatis dengan menanyakan apa yang bisa kita ketahui
sebelum menjelaskannya. Hal ini menggarisbawahi pentingnya
mempertanyakan sebelum meyakini, meragukan keberadaan suatu hal
sebelum diterima, dan berpikir terlebih dahulu sebelum mempercayai atau
menolak suatu hal. Descartes mendukung teori kejelasan, bahwa apa yang
kita ketahui terbatas pada gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran kita.
Pendekatan Descartes ini juga dikenal sebagai metode skeptis, yaitu ragu
apakah kita bisa tahu secara langsung objek di luar diri kita tanpa melalui
pikiran kita. Pemikiran ini diteruskan oleh David Hume dengan teori primary
qualities dan secondary qualities. Pertanyaan utama dari epistemologi jenis
ini adalah: Apa yang dapat kita ketahui? Apakah kita bisa mengetahuinya?
Apakah kita bisa mengetahui sesuatu yang ada di luar diri kita? Singkatnya,
epistemologi kritis menetapkan ontologi setelah epistemologi.
Reid menentang pandangan ini dengan menyatakan bahwa kita memiliki
pemahaman langsung mengenai dunia luar (dunia eksternal). Baginya, kita
tidak hanya melihat penampilan suatu objek, melainkan objek itu sendiri. Hal
ini dapat ditemukan dalam karya-karya seperti Meditations oleh Descartes
dan Inquiry Into the Human Understanding oleh Hume, khususnya bagian
"The Sections on Perception and Scepticism". Sementara Reid sendiri
mengulas topik ini dalam karyanya, Inquiry and Essays (Selected Sections on
Perception).

2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan


Dalam persoalan epistemologi, Barat memandang kebenaran sebagai
sesuatu yang ditentukan semata oleh manusia sebagai individu yang
independen. Tradisi filsafat Barat sepenuhnya didasarkan pada apa yang
disebut sebagai logosentrisme atau metafisika kehadiran (metaphysics of
presence). Logosentrisme adalah sistem metafisik yang mengasumsikan
adanya logos atau kebenaran yang transenden di balik segala hal yang tampak
pada permukaan atau semua yang terjadi di dunia fenomenal. Kehadiran
logos dalam teks-teks filsafat dipertunjukkan melalui kehadiran pengarang
sebagai subjek yang memiliki otoritas terhadap makna yang ingin
disampaikannya.
Sumber utama ilmu pengetahuan dalam perspektif Barat ada tiga aliran
utama, yaitu: Rasionalisme, Empirisme, dan Kritisisme.
Aliran-Aliran Epistemologi
Menurut Junjun S. Suriasumantri pada dasarnya, di-tinjau dari sejarah
berpikir manusia ada dua pola cara memperoleh pengetahuan atau metode
keilmuan yaitu berpikir secara rasional dan emperisme. Cara berpikir paham
menurut rasional (rasionalisme) yang memandang sumber pengetahuan
tersebut pada akal-budi tidak melalui pengalaman. Dengan pernyataan lain,
idea tentang kebenaran yang men-jadi dasar pengetahuannya didapatkan
melalui berpikir secara rasional terlepas dari pengalaman manusia.
Cara berpikir menurut aliran rasionalisme menciptakan metode deduktif
yang didefinisikan sebagai suatu proses penarikan kesimpulan khusus dari
pernyataan yang logis dan berurutan, menggambarkan argumen umum.
Namun, kelemahan dari pendekatan rasionalisme dalam metode ilmiah adalah
bahwa pendekatan rasional hanya menghasilkan hipotesis atau jawaban yang
bersifat sementara. Menyadari kekurangan pendekatan rasionalisme, muncul
pendekatan empirisme yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan tidak
ada secara a priori dalam pikiran kita, tetapi harus diperoleh dari pengalaman
yang dapat dipersepsikan melalui indera.
Cara berpikir menurut paham emperisme ini melahirkan metode
induksi, diartikan sebagai sebuah metode yang mengambil pernyataan khusus
yang diperoleh, observasi, dan menyimpulkannya menjadi pernyataan yang
lebih umum, atau dari pengamatan individu yang dilakukan untuk mencapai
pernyataan yang bersifat universal. Kelemahan cara berpikir emperisme
tercermin dalam kegiatan penelitian yang terlalu menitik beratkan pada
analisis data dan hanya memperhatikan yang mendukungnya. Artinya,
kegiatan penelitian tidak lagi merupakan upaya keilmuan untuk menguji
hipotesis yang diajukan sebelumnya, melainkan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya dan menarik kesimpulan berdasarkan analisis dari data
yang dikumpulkan. Oleh karena itu secara epistemologis, berpikir ilmiah
adalah hasil dari penggabungan metode "rasional" yang menghasilkan
hipotesis dan metode "empiris" yang menggunakan verifikasi berdasarkan
data, melakukan pengujuian atas kebenaran hipotesis tersebut. Metode ilmiah
yang meng- hasilkan pengetahuan yang bersifat logis dan teruji dengan
jembatan yang berupa pengajuan hipotesis ini disebut metode logiko-
hiphotetico-verifikative atau metode deducto- hyphotetico-verifikatif (Jujun
S. Suriasumantri, 1986: 7).

2.3 Metode Ilmu Pengetahuan


Menurut cara kerja atau metode pendekatan terhadap gejala
pengetahuan, J. Sudarminta, mengidentifikasi tiga jenis epistemologi secara
berurutan, yaitu:
(1) Epistemologi metafisis secara tidak kritis mengandaikan bahwa kita
dapat mengetahui kenyataan yang ada dan menyibukan diri pada
pemikiran tentang macam-macam pengetahuan serta bagaimana cara
memperolehnya.
(2) Epistemologi skeptis, mengandaikan bahwa sejak awal manusia dapat
mengetahui sesuatu karena itu manusia memiliki pengetahuan tetapi
pengetahuannya itu dapat keliru dan dapat pula benar. Oleh karena itu
masih perlu diuji kebenarannya.
(3) Epistemologi kritis dimulai dari asumsi, prosedur, dan kesimpulan dari
pemikiran logis atau kesimpulan dari asumsi, serta kesimpulan dari
pendekatan ilmiah dalam cara memperoleh pengetahuan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada materi kali ini, dapat kami simpulkan bahwa sebuah epistemologi
merupakan cabang filsafat yang mendalami cara perolehan pengetahuan, sifat
sejati pengetahuan, dan asal-usul pengetahuan. Terdapat aliran utama dalam
sumber ilmu pengetahuan, yaitu empirisme, rasionalisme, dan kritisme. Serta
terdapat macam-macam metode ilmu pengetahuan yaitu diantaranya
epistemologi metafisis, epistemologi skeptis, dan epistemology kritis.
Sehingga verifikasi dari ilmu pengetahuan merupakan sebuat metode untuk
menvalidasi suatu kebenaran dalam ilmu pengetahuan dan standart untuk
menguji validasi kebenaran suatu pengetahuan inilah yang disebut dengan
epistemologi.

3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan mahasiswa dapat lebih kritis terhadap materi yang
dipelajari.
3.2.2 Diharapkan mahasiswa dapat memikirikan sesuatu tidak hanya dari
satu sudut pandang saja.
3.2.3 Diharapkan mahasiswa mampu bersikap bijak terhadap perbedaan
pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logikka


Ilmu pengetahuan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Atdmaja, I Dewa Gede dan Sudarsono dan Suko Wiyono. 2014. Filsafat Ilmu Dari
Pohon Sampai Karakter Keilmuwan Ilmu Hukum. Malang : Madani
Media.
Prakoso, Abintoro. 2019. Filsafat Ilmu Dan Etika Akademik, Malang : Madani
Media.

Anda mungkin juga menyukai