Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“ ONTOLOGI SAINS MODERN, HAKIKAT DAN STRUKTUR SAINS”


Dosen Pengampu : Dr. Mujib Ridlwan, S.Ag., M.Pdl.

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

• Abida Almas Naila


• Sho’in Nur Hasanatin

PROGAM STUDI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-HIKMAH TUBAN TAHUN 2022
Jl PP Al Hikmah, majol, Binangun, Kec. Singgahan, Kab. Tuban, Jawa Timur 62361

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu, kesehatan
jasmani rohani, dan amal. Berkat rahmat dan karunia-Nya pula kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Ontologi Sains Modern, Hakikat dan Struktur
Sains” Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua, serta dapat membuat kita lebih mengetahui apa itu ontologi sains modern beserta
hakikat dan struktur sains yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Kami
menyadari sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam
membuat makalah ini masih banyak sekali kekurangan karena sesungguhnya manusia itu tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah meluangkan
waktunya untuk membaca dan mengkaji makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala urusan kita. Aamiin…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Makalah .............................................................................................. 4
BAB II: PEMBAHASAN ............................................................................................... 5
A. Ontologi Sains Modern ................................................................................... 5
B. Hakikat Sains ................................................................................................. 5
C. Struktur Sains .................................................................................................. 6

BAB III: KESIMPULAN ............................................................................................... 8


A. Kesimpulan .................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ontologi sains merupakan salah satu kajian filsafat yang membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untjuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir
didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimana kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam
kenyataan. Kenyataan yang berupa materi dan kenyataan yang berupa rohani. Pembicaraan
tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada yang mungkin ada. Hakikat adalah
kenyataan yang sebenarnya.
Ilmu sedikit berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak memerlukan kepastian pengetahuan
berdasarkan satu putusan tersendiri, ilma justru menandakan adanya satu keseluruhan ide yang
mengacu kepada objek atau alam objek yang saling berkaitan secara logis. Ilmu menuntut
pengamatan dan kerangka berpikir metodik serta tertata rapi. Alat bantu metodologis yang
penting dalam konteks ilmu adalah terminologi ilmiah.
Jadi, ontologi sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan struktur sains.
Dan hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, dan struktur sains menjelaskan
tentang cabang-cabang sains.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ontologi sains?
2. Apakah hakikat sains itu?
3. Apa sajakah struktur sains itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari ontologi sains.
2. Untuk mengetahui hakikat sains.
3. Untuk mengetahui jumlah dari struktur sains.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi Sains


1. Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On= being, dan logos= logic. Jadi
ontologi adalah The theory of being qua being teori (tentang keberadaan sebagai
keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani. Terminology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Goclenius pada tahun 1636 M (Amsal Bahtiar, 2004).
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimana kita
menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada
adanya dua macam kenyataan. Kenyataan yang berupa materi dan kenyataan yang berupa
rohani. Hakikat merupakan kenyataan yang sebenarnya, bukan kenyataan sementara atau
keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis
tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu
pengetahuan yang ada itu. Aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada
jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
2. Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Jadi sains
adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau
pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang
terjadi didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk
kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan
pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-
fenomena yang terjadi di alam. Atau bahasa yang sederhana, sains adalah cara ilmu
pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan metode tertentu.
Ilmu sedikit berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap
berkenaan dengan penalaran masing-masing orang. Ilmu akan memuat sendiri hepotesis
dan teori yang sepenuhnya belum dimantapkan. Oleh karena itu, ilmu membutuhkan
metodologi, sebab dan kaitan logis. ilmu menuntut pengamatan dan kerangka berpikir
metodik serta tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting dalam konteks ilmu
adalah terminologi ilmiah.
3. Ontologi Sains
Ontologi sains adalah pembahasan tentang hakikat dan struktur sains. Hakikat sains
menjawab pertanyaan apa itu sains sebenarnya, dan struktur sains menjelaskan tentang
cabang-cabang sains. Hakikat sains ada dua pengetahuan yanitu pengetahuan rasional dan
pengetahuan empiris.
B. Hakikat Sains
Hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan
empiris.

5
a. Rasionalisme
Dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan menggunakan prosedur
tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu
pengetahuan yang tidak mungkin salah. Menurut kaum rasionalis, sumber pengetahuan
bahkan sumber satu-satunya adalah akal budi manusia. Akal budilah yang memberikan
kita pengetahuan yang psti benar tentang sesuatu.
Tokoh rasionalisme adalah Des Cartes (1596-1660 M), Spinoza (1632-1677 M) dan
Leibriz (1646-1716 M).
Dalam permasalah rasional, hipotesis harus berdasarkan rasio, dengan kata yang lain
hipotesis harus rasional. Kata “rasional” disini menunjukkan adanya hubungan pengaruh
atau hubungan sebab akibat.
b. Empirisme
Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang
logis dan ada bukti empiris. Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber
dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling jelas
dan sempurna.
Francus Bacon (1210-1292 M) berpendapat pengetahuan yang sebenarnta adalah
pengetahuan yang diterima orang melaui persentuhan indrawi dengan dunia fakta.
Pada dasarnya cara kerja sains adalah dengan mencari hubungan sebab-akibat atau
mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar ialah tidak ada kejadian tanpa
sebab. Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of Behavior Research, 1973:378)
dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ego propter hoc (ini, tentu disebabkan oleh ini).
Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional.
Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang rasional dan didukung bukti empiris.
Mengenai contoh itu (jeruk berbuah jeruk) adalah rasional jeruk berbuah jeruk karena
bibit jeruk berisi gen jeruk, tentu akan tumbuh menjadi jeruk, bukti empirisnya ialah
buahnya ternyata memang jeruk. Dari formula itu dapat diketahui bahwa objek penelitian
pengetahuan sains (pengetahuan ilmu) ialah objek yang empiris.
Ilmu atau sains berisi teori. Teori itu pada dasarnya menerangkan hubungan sebab
akibat. Sains tidak membenarkan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan atau tidak
sopan, indah atau tidak indah. Sains hanya memberikan nilai benar atau salah. Kenyataan
inilah yang menyebabkan ada orang menyangka bahwa sain itu netral.
C. Struktur Sains
Dalam garis besarnya sain dibagi menjadi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial.
Contoh berikut ini hendak menjelaskan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu.
Nama ilmu banyak sekali, berikut ditulis beberapa saja diantaranya:
1. Sains Kealaman
• Astronomi.
• Fisika: mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir.
• Kimia: kimia organik, kimia teknik.
• Ilmu Bumi: paleontologi, ekologi, geofisika, geokimia, entropologi, geografi.
• Ilmu Hayati: biofisika, botani, zoologi.

6
2. Sain Sosial
• Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan.
• Antropologi: antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologi politik.
• Psikologi: psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal.
• Ekonomi: ekonomi mikro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan.
• Politik: politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional.
Agar sekaligus tampak lengkap, berikut ditambahkan Humaniora.
3. Humaniora
• Seni: seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari.
• Hukum: hukum pidana, hukum taat usaha negara, hukum adat (mungkin dapat
dimasukkan ke sain sosial).
• Filsafat: logika, etika, estetika.
• Bahasa: sastra.
• Agama: islam, kristen, confusius.
• Sejarah: sejarah indonesia, sejarah dunia (mungkin bisa dimasukkan ke sain sosial).
Demikian sebagian kecil dari nama ilmu (sains).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ontologi sains merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan struktur
sains. hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, struktur sains
menjelaskan tentang cabang-cabang sains.
Hakikat sains memiliki dua pengetahuan, yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan
empiris.
Struktur sains dalam garis besar terbagi menjadi dua, yaitu sains kealaman, dan sains
sosial.

8
DAFTAR PUSTAKA
• Firdaus, Muhammad Aditya. dkk. 2021. “Tinjauan Kritis Terhadap Ontologi Sains
Modern (Hakikat Realitas, Tafsir Metafisika, dan Asumsi Dasar Ilmu)” dalam
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol.7, No.8. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati Bandung.
• Prof. Dr. Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai