Tentang
Dosen Pengampu :
DISUSUN:
1. Anis Khusnul Khotimah (2019 11 0012)
2. Sustina (2019 11 0013)
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan
rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa
pula kami kami ucapkan kepada junjungan kami nabi Muhammad Saw. Yang
telah memberikan pelajaran kepada kita semua sebagai umat Islam.
Inilah usaha keras kami, kami harap dapat bemanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi kami khususnya. Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih
dan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Amiiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ontologi Sains ................................................................................. 2
1. Pengertian .................................................................................... 2
2. Hakikat Pengetahuan Sains ......................................................... 3
B. Epistemologi Sains .......................................................................... 4
1. Pengertian .................................................................................... 4
2. Objek Pengetahuan Sains ............................................................ 5
3. Cara Memperoleh Pengetahuan Sains ......................................... 7
4. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains ........................................ 7
C. Aksiologi Sains............................................................................... 9
1. Pengertian ................................................................................... 9
2. Kegunaan Pengetahuan Sains ...................................................... 9
3. Cara sains Menyelesaikan Masalah ............................................. 13
4. Netralitas Sains ............................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Ontologi Sains?
2. Bagaimana Hakikat Pengetahuan Sains?
3. Apa Yang Dimaksud dengan Epistemologi Sains?
4. Apa Saja Objek- Objek Pengetahuan Sains?
5. Bagaimana Cara Memperoleh Pengetahuan Sains?
6. Bagaimana Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains?
7. Apa yang dimaksdu dengan Aksiologi Sains?
8. Apa Kegunaan Pengetahuan Sains
9. Bagaimana Cara sains Menyelesaikan Masalah
10. Bagaimana Netralitas Sains?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ONTOLOGI SAINS
1. Pengertian
Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang berarti sesuatu
yang sungguh-sungguh ada, kenyataan yang seseungguhnya , dan logos
yang berarti teori atau ilmu.1 Noeng Muhadjir dalam bukunya “Filsafat
Ilmu” mengatakan,ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat
oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang
universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam
semua bentuknya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
objek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas.2
Menerut Dr. Imam Khanafie Al-Jauharie, M.Ag dalam bukunnya yang
berjudul Filsafat Islam Pendekatan Tematik Ontologi yaitu pertanyaan-
pertanyaan yang berkenaan denagn eksistensi keberadaan atau wujud segala
sesuatu sampai pada aspek hakikat, realitas yang sejati dari sesuatu. dengan
kata lain ontology merupakan sarana umtuk menjawab pertanyaan apa
(what).
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu
dalam Persepektif mengatakan, ontologi membahas apa yang dingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada.3
Poedjawijatna mendifinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu
berdasarkan akal pikiran belaka, sedangkan Bakry mengatakan bahwa
filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia,
1 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,2010), Cet. V, hlm. 158.
2 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. X, hlm. 133.
3 Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam (Pendekatan Tematik),(Pekaalongan: STAIN Pekalongan Press,
2010), hlm. 3.
2
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya
sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia
itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
3
verificatif (buktikan bahwa itu logis – tarik hipotesis – ajukan bukti
empiris) .4
Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja mencari hubungan sebab
akibat, atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar
sains ialah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini benar bila sebab
akibat itu memiliki hubungan rasional.
B. EPISTIMOLOGI SAINS
1. Pengertian
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme
bisa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata,
teori.5 Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori yang benar dan
lazimnya hanya disebut teori pemgetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya
menjadi theory of knowledge.
Istilah-istilah lain yang setara maksudnya dengan epistemologi dalam
pelbagai kepustakaan filsafat kadang-kadang disebut juga logika material,
cariteology, kritika pengetahuan, gonosiology dan dalam bahasa Indonesia
lazim dipergunakan istilah “filsafat pengetahuan”.6
J.A. Niels Mulder menuturkan epistemologi adalah cabang yang
mempelajari tentang soal watak, batas-batas dan berlakunya ilmu
pemgetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemologi ialah
pengetahuan pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang
pengetahuan kita sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang
pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan
orang lain.
Jadi epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-
batas sifat, metode dan keshahihan pengetahuan.
4https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2012/09/14/pengetahuan-sains-tinjauan-
ontologi-epistimologi-dan-aksiologi/amp/ Diakses Pada Tanggal 18 Oktober 2019
5 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,2010), Cet. V, hlm. 24.
6 http://bangmakalah.blogspot.com/2016/08/makalah-ontologi-epistimologi-dan.html?m=1 Diakses pada
Tanggal 18 Oktober 2019
4
Epistimologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan . Epistimologi menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan seperti : bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya
suatu pengetahuan ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus
diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Lalu benar
itu sendiri apa ? Kriterianya apa saja.
5
Tetapi mengandalkan pengetahuan semat-mata kepada indera
jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera
seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil
dimasukan yang dimasukan ke dalam air terlihat bengko padahal
sebelumny lurus. Benda yang jauh terlihat kecil , padahal ukuran
sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras
tidak bisa lita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah,
sedang sakit atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan
indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
b. Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik
bertempat di dalam kepala yakni otak. Akal mampu menambal
kekurangan yang ada pada indera. Akal lah yang bisa memastikan
bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat
walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama
adalah kemampuanya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu ,
tanpa terikatpada fakta-fakta khusus. akal bisa mengetahui hakikat
umum dari kucing, tanpa harus mengkaitkanya dengan kucing tertentu
yang ada dirumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau
kucing-kucingan.
6
d. Logika
Logika adalah cara berfikir atau penalaran menuju kesimpulan
yang benar. Aristoteles memperkenalkan dua bentuklogika yang
sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika
deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah menarik
kesimpulan. Dari pernyataan umum atas hal yang khusus.
7
Jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat
keberadaannya menjadi hukum atau aksioma.
Hipotesis (dalam Sains) ialah pernyataan yang sudah benar secara
logika, tetapi belum ada bukti empirisnya.
Teori –teori kebenaran :
1. Korespondesi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila sesuai dengan fakta atau
kenyataan. Contoh pernyataan “bentuk air selalu sesuai dengan
ruang yang ditempatinya”, adalah benar karena kenyataannya
demikian. “Kota Jakarta ada di pulau Jawa “ adalah benar
karena sesuai dengan fakta (bisa dilihat di peta ). Korespondesi
memakai logika induksi.
2. Koherensi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila konsisten dengan
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh
pernyataan “Asep akan mati” sesuai (koheren ) dengan
pernyataan sebelumnya bahwa “semua manusia akan mati” dan
“Asep adalah manusia”. Terlihat disini, logika yang dipakai
dalam koherensi adalah logika deduksi.
3. Pragmatik
Sebuah pernyataan dikatakan benar jika berguna (fungsional )
dalam situasi praktis. Kebenaran pragmatik dapat menjadi titik
pertemuan antara koherensi dan korespondesi. Jika ada dua teori
keilmuan yang sudah memenuhi kriteria dua teori diatas , maka
yang diambil adalah teori yang lebih mudah dipraktekan. Agama
dan seni bisa cocok jika diukur dengan teori kebenaran ini.
Agama ,dengan satu peryataannya misalnya “Tuhan ada”,
adalah benar secara pragmatik ( adanya Tuhan berguna untuk
menopang nilai-nilai hidup manusia dan menjadikanya teratur ),
lepas dari apakah Tuhan ada itu sesuai dengan fakta atau tidak,
konsisten dengan pernyataan sebelumnya atau tidak.
8
C. AKSIOLOGI SAINS
1. Pengertian
Menurut bahasa Yunani , aksiologi berasal dari kata Axios artinya
nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi , aksiologi adalah teori tentang
nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi.
Menurut Suriasumantri (1990:234) aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia(1995:19) aksiologi adalah ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika.
Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-
nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Aksiologi adalah ilmu
yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat, dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak
ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkanya dan tentunya dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini
banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-
tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
9
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya, ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai , seperti nilainya atau nilai dia.
Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu
pada masalah etika dan estetika.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu
kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia
ddan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan , tingkah
laku, atau yang lainya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.
Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Tolok ukur suatu gagasan berada pada objeknya,
bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung
pada kebenaran pada pendapatindividu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya , nilai menjadi subjektif ,apabila subjek berperan dalam memberi
penilaian , kesadaran manusia menjadi tolok ukur penilaian . dengan
demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang
dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada
suka atau tidak suka , senang atau tidak senang.
Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai
bentuk kemudahan bagi manusia. Namun apakah hal itu selalu demikian?
Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah dan
penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka
dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi seperti bom atom ,
manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi
10
keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat
sebaliknya, yakni membawa manusia pada penciptaan bom atom yang
menimbulkan malapetaka. Menghadapi hal yang demikian , ilmu
pengetahuan yang pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya,
mulai dipertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan?
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu
sangat bermanfaat bagi seluruh umat manisia, dengan ilmu seseorang dapat
mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip
oleh Jujun.S.Sumantri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan “
apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat
manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu,
bahwa kita kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,
karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak
mengenal baik buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakanya.
Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan ilmu dalm berbagai
pemecahan masalah yang terjadi tujuan ialah bukan saja untuk mempelajari
dan memahami berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah
manusia, tetapi juga untuk mengontrol dan mengarahkanya. Hal ini
berakhirnya babak awal ketersinggungan ilmu dengan moral. Pada masa
selanjutnya , ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda.
Yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya
terdapat beberapa penggunaan teknologi yang justru merusak kehidupan
manusia itu sendiri. Dalam menghadapi masalah ini, para ilmuwaan terbagi
menjadi dua pandangan. Kelompok pertama memandang bahwa ilmu harus
bersifat netral dan terbebas dari berbagai masalah yang dihadapi pengguna.
Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan ilmu dalam berbagai
pemecahan masalah. Yang menjadi tujuan ialah bukan masalah-masalah
manusia , tetapi juga untuk mengontrol. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
meneliti dan menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain akan
11
menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak , atau digunakan untuk
tujuan yang baik atau tidak.
Kelompok lainya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada
proses penemuan ilmu saja. Dan tidak pada hal penggunaanya . Bahkan
pada pemilihan bahan penelitian , seorang ilmuawan harus berlandaskan
pada nilai-nilai moral. Kelompok ini mendasarkan pandangannya pada
beberapa hal, yakni :
Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan sebagai alat
penghancur peradapan , hal ini dibuktikan dengan banyaknya perang yang
menggunakan teknologi-teknologi keilmuwan.
Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan lebih
mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta pemecahan -
pemecahanya , bila terjadi penyalahgunaan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas , maka kelompok
kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan
manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat manusia.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing
lagi, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi
malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkan nya “tidak
bermoral “ atau paling tidakmengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi
sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia secara benar
dan tepat , tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan demikian
kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuwan yang memiliki
landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang ideologi dalam
mengembangkan dan memanfaatkan keilmuwannya. Tanpa landasan dan
pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuwan bisa menjadi
“monster” yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana
kemanusiaan bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang
yang berilmu itu jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan
kejahatan orang yang tidak berilmu (bodoh). Kita berharap semoga hal ini
bisa disadari oleh para ilmuwan , pihak pemerintah, dan pendidik agar
dalam proses transformasi ilmu pengetahuan tetap mengindahkan aspek
12
moral. Karena ketangguhan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh
ketangguhan ilmu pengetahuan tapi juga oleh ketangguhan moral warga.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata yunani yaitu : axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi
dipahami sebagai teori nilai.
4. Netralitas Sains
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk
pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, agama.
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan
sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau
yang bisa kita sebut sebagai Netralitas pengetahuan (value free) .
Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai
atau yang lebih dikenal sebagai value baound. Sekarang mana yang lebih
unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kita dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang bersifat rasional empiris.
Sruktur sains dibagi menjadi sains kealaman dan sains sosial.
Filsafat adalah pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu sedalam-
dalamnya sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentan g bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu : Ontologi, epistimologi,
dan Aksiologi.
Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional empiris yakni sesuai
logika dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu
yang hanya logis tapi tidak empiris.
B. SARAN
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu kami mohon saran dan masukkannya agar kedepannya
makalah ini jauh lebih baik lagi.
14
DAFTAR PUSTAKA
15