Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI

A. Faktor-faktor Pengaruh
1. Faktor hereditas (nature). Faktor ini merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan
dari orang tua biologis atau orang tua kandung kepada anaknya. Jadi dapat dikatakan
faktor hereditas merupakan pemberian biologis sejak lahir. Pembawaan yang telah ada
sejak lahir itulah yang menentukan perkembangan anak untuk di kemudian hari.
2. Faktor lingkungan (nurture). Faktor ini diartikan sebagai kekuatan kompleks dunia fisik
dan sosial yang memiliki pengaruh dalam susunan biologis serta pengalaman psikologis,
termasuk pengalaman sosial dan emosi anak sebelum dan sesudah lahir. Faktor ini
meliputi: (a) Keluarga: merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
pengembangan sosial dan emosi anak. Di lingkungan keluarga inilah anak pertama kali
menerima pendidikan sedangkan orang tua mereka merupakan pendidik bagi mereka. (b)
Sekolah: merupakan lingkungan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga, disekolah
anak berhubungan dengan guru dan teman-teman sebayanya. Hubungan antara guru dan
anak dengan teman sebaya dapat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak.
Guru merupakan orang tua kedua mereka saat di sekolah. Pola asuh dan perilaku yang
ditampilkan oleh guru dihadapan anak juga dapat mempengaruhi kecerdasan emosi dan
sosial pada anak. (c) Masyarakat: merupakan kumpulan individu atau kelompok yang
diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Budaya, kebiasaan, agama, dan
keaadaan demografi pada suatu masyarakat diakui ataupun tidak memiliki pengaruh
dalam perkembangan sosial dan emosi anak terutama anak usia dini.
3. Faktor umum: merupakan unsur-unsur yang dapat digolongkan ke dalam kedua faktor di
atas (faktor hereditas dan faktor lingkungan ). Faktor umum adalah faktor campuran dari
faktor hereditas dan faktor lingkungan.

B. Pengaruh Penganut Dualisme Faktor Ekternal-Internal


1. Rene Descartes (1596-1650)
Seorang ahli matematika, ahli ilmu faal dan filsafat yang mempunyai perhatian besar
terhadap gejala kejiwaan. Menurutnya, definisi psikologi adalah ilmu yang mempelajari
kesadaran dan kesadaran itu sendiri adalah faktor yang paling menentukan dalam

1
psikologi karena sampai sekarang alirannya mementingkan kesadaran. Descartes
menerapkan dalam keterangannya menerangkan tingkah laku hewan dan manusia dalam
teori mekanistisnya dengan mengatakan manusia dan hewan seringkali bereaksi terhadap
rangsangan dari lingkungannya atas dasar prinsip reflek. (Sarlito, 2002: 29-30)
2. Plato (427-347 SM)
Menurut Plato psikologi adalah dunia yang berisi ide-ide yang berdiri sendiri dan terlepas
dari pengalaman hidup sehari-hari. Hal ini terutama terdapat pada orang dewasa dan
kaum intelektual. Menurut Plato, orang dewasa dan kaum intelektual dapat membedakan
mana yang juwa dan mana yang tubuh namun terhadap anak-anak, jiwa dan badan
mereka masih bercampur, belum dapat dipisahkan ide dari benda-benda konkret. (Sarlito,
2002: 22 )
3. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Seorang tokoh Psikoanalisa dari Swiss yang merupakan salah satu seorang sarjana yang
banyak mencurahkan perhatiannya untuk menyelidiki arti kata psikologi yang di tinjau
dari segi harafiahnya. Menurut Jung, kata psikologi sendiri memiliki banyak arti dari
berbagai bahasa dan pengertian. Kata psyche dan anemos yang dia temukan dikaitkan
dengan kata lain yang berdekatan dengan pengertian psikologi itu sendiri dan dia
menemukan satu pengertian sendiri tentang psikologi yaitu ilmu yang ada untuk
membahas tentang sesuatu yang bernyawa. Dan dalam segi lain juga berpendapat bahwa
psikologi adalah anggapan bahwa jiwa selalu di ekspresikan melalui raga dan badan serta
dapat mempelajari jiwa manusia melalui ekspresi-ekspresinya yang disimpulkan sebagai
ilmu tentang tingkah laku. (Sarlito W. Sarwono, 2002: 4-7)
4. Sigmund Freud (1856-1939)
Tokoh pendiri psikoanalisa berpendapat tentang psikologi yaitu bahwa jejak-jejak
permanen dari tingkah laku tidak hanya terdapat dalam kesadaran seseorang, melainkan
juga terdapat dalam ketidaksadarannya. Freud juga mengemukakan suatu teori bahwa
kehidupan kejiwaab seseorang ada tiga kualitas yaitu kesadaran, bawah sadar, dan
ketidaksadaran (Sarlito, 2002: 8-9).
5. Hippocrates (460-377 SM)
Tokoh ini dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran” mendasarkan pandangannya pada
teori psikologi Empedocles yang mengatakan bahwa manusia dapat terbagi dalam empat

2
golongan: (a) Sanguine : orang yang mempunyai kelebihan daah dan temprament yang
gembira. (b) Melankolik : orang yang terlalu banyak sumsum hitam dan tempramennya
pemurung. (c) Cholerik : orang yang terlalu banyak sumsum kuning dalam tubuhnya,
bertempramen semangat dan gesit. (d) Phlegmatik : orang yang terlalu banyak lendir
dalam tubuhnya dan bertempramen lamban.

Secara garis besarnya terdapat dua faktor yang memengaruhi proses perkembangan
yang optimal bagi seorang anak, yaitu faktor internal (dalam) dan eksternal (luar). Faktor
internal ialah faktor-faktor yang yang terdapat dalam diri anak itu sendiri, baik yang berupa
bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman anak. faktor internal ini meliputi: (a) hal-
hal yang diturunkan dari dari orang tua; (b) unsur berpikir dan kemamouan intelektual: (c)
keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh (unsur hormonal); dan (d) emosi dan sifat-sifat
(temperamen) tertentu.
Adapun faktor eksternal atau faktor luar ialah faktor-faktor yang diperoleh anak dari
luar dirinya, seperti faktor keluarga, faktor gizi, budaya, dan teman bermain atau teman
sekolah. Kelurga sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak sikap dan
kebiasaan keluarga dakam mengasuh anak mendidik anak, hubungan orang tuadengan anak,
dan hubungan antara anggota keluarga. Keluarga yang proses pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Seperti hubungan keluarga antara bapak dan ibu yang
tidak harmonis, sering bertengkar di depan anak, perlakuan kasarterhadap anak, terlalu ketat
dan mengekang kebebasan anak, kesemuanya akan sangat memengaruhi perkembangan
kepribadian anak.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat


1. Faktor Fisik
Apabila faktor keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan buruk atau
perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang
meninggi. Faktor-faktor fisik yang mengganggu adalah sebagai barikut.
a. Kesehatan yang buruk, disebabkan oleh gizi yang buruk gangguan pencernaan atau
penyakit. Menurutnya faktor kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat
dirinya menjadi terbatas disbanding dengan orang yang sehat, apalagi jika faktor

3
tersebut berlangsug lama. Dengan faktor seperti itu orang tersebut merasa tidak dapat
beraktivitas secara penuh maka ia menjadi tertekan, dan akibatnya mudah marah

4
terhadap orang lain. Jika faktor itu berlanjut terus akan mengakibatkan penolakan
sosial dari masyarakatnya.
b. Faktor yang merangsang, seperti kaligata atau eksim. Penyakit kulit, termasuk rasa
gatal apalagi jika terdapat pada bagian-bagian yang terbuka akan menyebabkan si
penderita menutup diri, dan mungkin menjadi minder. Walaupun tidak bisa
dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih sensitive. Gatal yang tak henti-
henti akan mengakibatkan kejengkelan pada individu dan dapat menimbulkan emosi
yang tidak terkontrol, terutama pada saat ingin segera mengakhiri rasa sakitnya.
Banyak orang yang terdorong untuk melakukan tindakan irasional, seperti
menggunakan dosis obat yang tidak semestinya, mencari cara penyembuhan yng
keliru, dan sebagainya.
c. Setiap gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Penyakit kronis
kadang membuat individu putus asa sehingga ingin mengakhiri hidupnya. Kadang
tindakan mematikan sulit dihindarkan, yaitu pada saat tekanan emosinya sangat kuat
hingga terjadilah bunuh diri.
d. Perubahan kelenjar, terutama pada masa puber. Gangguan kelenjar mungkin juga
disebabkan oleh stress emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang
mengambang (free loating anxiety).
2. Faktor Psikologis
a. Perlengkapan intelektual yang buruk. anak yang tingkat intelekttualnya rendah, rata –
rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang
pandai pada tingkat umur yang sama.
b. Kegagalan mencapai tingkat aspirasi. kegagaan yang berulang – ulang dapat
mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
c. Kecemasan setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat kuat. sebagai contoh
akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut
kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.
3. Faktor lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman
menggelisahkan yang akan berpengaruh pada emosi anak, seperti: (a) Ketegangan yang
disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus. (b) Ketegangan yang

4
berlebihan serta disiplin yang otoriter. (c) Sikap orang tua yag selalu mencemaskan atau
terlalu melindungi. (d) Suasana otoriter di sekolah.
Sedangkan menurut Atang Setiawan (1995), faktor penyebab terjadinya gangguan
tingkah laku pada perkembangan sosial emosional anak adalah sebagai berikut :
a. Efek Disiplin Orang tua Yang Terlalu Ketat
Sebagaimana telah dijelaskan, ternyata maksud baik untuk mendisiplinkan seseoran jika
dilakuakan dengan cara memaksa dan menekan tidak akan pernah berhasil. Tekanan akan
melahirkan tekanan, maksudnya tekanan disiplin akan ditolak dengan tekanan untuk
menggelar. Akibatnya peraturan yang telah dibuat menjadi mubazir. Jalan terbaik adalah
mengembangkan disiplin dengan penuh pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab.
b. Hukuman Terhadap respons Sosial yang Kurang Tepat
Hukuman sebetulnya sesuatu yang harus dilakukan pada suatu kesalahan, tetapi
bagaimana mengukur, menimbang, dan menentukan bobot dan jenis hukuman merupakan
hal yang pelik. Jika jenis hukuman dan cara menghukup keliru, hukuman itu tidak akan
mampu memperbaiki perilaku, tetapi justru akan melahirkan pelanggaran baru karena
ketidakpuasan pelaksanaan atau penertiban hukum tersebut.
c. Konsekuensi pemberian hadiah sebagai ganjaran bagi tingkah kaku yang mengisolasi Diri
dari Orang lain.
Cara ini adalah suatu kekeliruan dalam memahami perilaku yang berguna dan fungsional
bagi anak, baik bagi kehidupannya kini maupun esok. Pandangan yang keliru, bahwa
diam itu emas akan mengakibatkan kekeliruan dalam menilai hakikat sosial dan akan
menyertai kekeliruan selanjutnya. Agar tidak keliru, hendaklah pijakan pemberian hadiah
diukur dengan cara lain, misalnya prestasi dan keunggulan.
d. Kurangnya Kesempatan Untuk Belajar dan Melatih Keahlian
Berdasarkan kajian sebelumnya, ternyata emosi dan sosial lebih pada suatu bentuk
prilaku yang membutuhkan latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang bersifat khusus.
Meskipun para ahli menepakati pengaruh bawaan, tetapi efeknya kecil. Jadi, kurangnya
latihan akan mengakibatkan hambatan dan gangguan kematangan, srta perkembangan
emosi dan sosial. Hendaklah melibatkan secara terarah agar lebih cepat mendapatkan
kemampuan mengendalikan diri maupun kebutuhan keterampilan sosial.
e. Adanya contoh-contoh Tingkah Laku yang Tidak Pantas

5
Terutama bagi anak yang tinggi kemamapuan imitasi atau meniru, banyak contoh-contoh
prilaku yang tidak pantas akan mengakibatkan anak terbiasa terhadap prilaku yang
kebenarannya hakiki. Apalagi prilaku yang tampil di masyarakat sering kali dikonsumsi
anak tanpa sensor untuk meluruskannya. Akibatnya akan jauh lebih serius.
Seperti diketahui bahwa perkembangan sosial emosi anak usia prasekolah sangat kuat
sekali. Pada usia tersebut keadaan emosi anak penuh dengan ketidakseimbangan karena
anak-anak mudah ke luar dari fokus,dalam arti bahwa ia gampang terbawa ledakan-ledakan
emosi sehingga menjadikan mereka sulit dibimbing dan diarahkan. Berbagai penyebabnya
cukup banyak sebagaimana yang telah diuraikan, tetapi penyebabanya cukup banyak
sebagaimana yang telah diuraikan, tetapi sebagaian emosi yang kuat pada periode ini dapat
disebabkan oleh kelelehan akibat aktivitas fisik maupun psikologi yang terlalu tinggi.
Menciptakan faktor yang dapat menjamin perkembangan sosial emosional anak
secara positif, perkembangan positif dalam konteks perkembangan emosi, maksudnya adalah
mampu menciptakan dan menyediakan faktor yang dapat menjamin terkendalinya ekspresi
emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi, lebih stabil, dan seimbang, serta
wajar dalam tampilannya. Sedangkan terkait dengan pengembangan dimensi sosial anak,
maksudnya adalah mampu memfasilitasi dn menyiapkan faktor yang dapat membantu anak
melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keterampilan anak dalam bersosialisasi.
Hal terpenting adalah perkembangan emosi dan sosial anak dapat saling terbangun
secara utuh dalam suatu faktor yang diciptakan seperti disebutkan diatas. Dengan demikian,
berbagai keadaan yang dapat merusak perkembangan emosi dan sosial anak dapat
dihindarkan. Faktor yang potensial akan mengganggu dapat ditekan hingga batas minimal
atau mungkin dihancurkan.

Anda mungkin juga menyukai