Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISTILAH-ISTILAH MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM AL-HADITS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Manajemen Perspektif Hadits

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A

Dr. Hj. Umi Kultsum, M.A

Oleh :
SOBARI
NIM.192630033

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur berbagai aspek kehidupan, baik
ibadah maupun muamalah. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak
boleh dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan
Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua
itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar
tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada, manajemen sebetulnya
sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian, karena pada dasarnya manusia
dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik
langsung maupun tidak langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari. Sudah menjadi
kepastian, bahwa Al Quran dan Hadits menjadi referensi dan pandangan hidup dalam aspek
kehidupan umat Islam seperti manajemen. Salah satunya adalah manajemen dalam bidang
pendidikan yang harus dipahami, karena pendidikan merupakan dasar bagi bidang-bidang
yang lain sehingga proses manajemen pendidikan harus benar-benar dilaksanakan dengan
baik agar tujuan dalam pendidikan bisa tercapai.
Dalam Islam yang menjadi rujukan atau sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an
adalah Hadits, dalam makalah ini akan dibahas terkait istilah-istilah menajemen pendidikan
dalam Al-Hadits untuk menambah pengayaan keilmuan tentang manajemen pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja istilah dalam manajemen dalam Hadits
2. Apa saja istilah pendidikan dalam hadits
3. Bagaimana manajemen pendidikan Rosululloh
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami istilah menajemen dalam Hadits
2. Untuk mengetahui dan memahami istilah pendidikan dama Hadits
3. Untuk mengetahui dan memahami manajemen pendidikan Rosululloh
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah Manajemen dalam Hadits

Kata manajemen sekalipun tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi
secara langsung, akan tetapi prinsip-prinsip manajemen, seperti yang tercantum dalam
definisi manajemen dapat dijelaskan dalam Islam. Dasar manajemen terdapat pada Hadis
berikut :

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ِ ِ


َ ‫َع ْن أَِِب يَ ْعلَى َشدَّاد ابْ ِن أ َْو ٍس َرض َي اهللُ َعْنوُ َع ْن َر ُس ْول اهلل‬
‫َح ِسنُوا الْ ِقْت لَةَ َوإِذَا ذَ ََْبتُ ْم‬ ٍ
ْ ‫ فَِإذَا قَتَلْتُ ْم فَأ‬،‫ب اْ ِإل ْح َسا َن َعلَى ُك ِّل َش ْيء‬ ِ َ َ‫ق‬
َ َ‫ إ َّن اهللَ َكت‬:‫ال‬
ِ ِّ ‫َح ِسنُوا‬
ُ‫َح ُد ُك ْم َش ْفَرتَوُ َولُُِْي ْح َذبِْي َحتَو‬
َ ‫الذ َْبَةَ َولْيُح َّد أ‬ ْ ‫فَأ‬
Dari Abu Ya‟la, Syaddad bin Aus radhiyallahu „anhu, dari Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah
mewajibkan berlaku baik pada segala hal, maka jika kamu membunuh
hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelih
maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau
dan menyenangkan hewan yang disembelihnya”. (HR. Muslim)

Kata Ihsan bermakna melakukan sesuatu dengan baik, secara maksimal dan
optimal. Bahkan dalam hadis itu dicontohkan pada penyembelihan binatang, harus
dilakukan dengan cara yang baik dan hati-hati. Menyembelih dengan cara yang baik
yaitu menyembelih hewan dengan lemah lembut, tidak merebahkannya ketanah
dengan keras dan juga tidak menyeretnya, menghadapkannya ke kiblat, membaca
basmalah dan hamdalah, memotong urat nadi lehernya dan membiarkannya sampai
mati baru dikuliti, mengakui nikmat dan mensyukuri pemberian Allah, karena Allah
telah menundukkannya kepada kita, padahal Dia berkuasa untuk menjadikannya
sebagai musuh kita dan telah menghalalkan dagingnya untuk kita, padahal Dia
berkuasa untuk mengharamkannya. Ini menunjukkan bahwa dalam segala sesuatu
tidak boleh gegabah dan melakukan sekendak hati.

Jika dikaitkan dengan manajemen secara umum, maka hadis tersebut


menganjurkan pada umat Islam agar mengerjakan sesuatu dengan baik dan selalu ada
peningkatan nilai dari jelek menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik. Manajemen
adalah melakukan sesuatu agar lebih baik. Perbuatan yang baik dilandasi dengan niat
atau rencana yang baik, tata cara pelaksanaan sesuai syariat dan dilakukan dengan
penuh kesungguhan dan tidak asal-asalan sehingga tidak bermanfaat.
Melakukan sesuatu dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang baik atau
yang sering kita sebut efektif dan efisien. Melakukan sesuatu dengan baik tersebut
seperti yang tertulis dalam hadits dibawah ini :

)‫(رواه الطّربان‬ ِ ِ ِ ُّ ‫إِ َّن اهلل ُُِي‬


ُ‫َح ُد ُك ُم الْ َع َم َل أَ ْن يُْتقنَو‬
َ ‫ب إ َذا َعم َل أ‬ َ
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas). (HR
Thabrani)

Itqan yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah tepat, terarah, jelas dan
tuntas, semua itu merupakan cara yang baik dalam melakukan suatu pekerjaan yang
didasari pada sebuah proses manajemen, yaitu bahwa melakukan pekerjaan harus
tepat, tepat secara kualitas maupun kuantitas atau sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan suatu pekerjaan. Selanjutnya adalah terarah, yaitu dalam melakukan suatu
pekerjaan harus terarah atau terencana sehingga sebelum melakukan pekerjaan yang
harus dipikirkan adalah “nanti bagaimana” bukan “bagaimana nanti”. Jika sudah
terarah atau terencana sudah pasti pekerjaan yang dilakukan juga akan jelas, yaitu
jelas apa yang akan dilakukan dan jelas apa yang menjadi tujuan atau target
pencapaian. Terakhir adalah tuntas dalam melakukan pekerjaan, apa yang sudah
dimulai harus diakhiri dengan baik, tidak setengah jalan, focus dalam pelaksanaannya
serta harus berorientasi pada tujuan yang akan dicapai sehingga dapat terwujudlah
melakukan sesuatu dengan baik untuk mendapatkan hasil yang baik.

B. Istilah Pendidikan dalam Hadits


Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna
untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan
hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik
dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Istilah
pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-ta‟dib, dan al-
ta‟lim dan al-tarbuyah. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam
praktek pendidikan Islam adalah al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta‟dib dan al-
ta‟lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal
pertumbuhan pendidikan Islam
1. Ta‟lim

Perkataan ta‟lim ( ) pula dipetik dari kata dasar „allama (‫)علّم‬, yu„allimu (‫) يعلّم‬

dan ta‟lim (‫)تعليم‬, Ta‟lim secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan

pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta‟lim


hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu‟alim)
dan yang diajar (muta‟alim). Contoh ta‟lim dalam hadits

‫خُيكم من تعلّم القرأن و علّمو‬


“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur‟an dan
mengajarkannya”

2. Ta‟dib

Ta‟dib berasal dari kata addaba (‫)أ ّدب‬, yuaddibu ( ) dan ta‟dib ( ‫)ت‬.
Ta‟dib sebagai istilah yang paling mewakili dari makna pendidikan berdasarkan Al
Qur‟an dan Al Hadits yang bermakna mendidik.

‫أَ َّدبنِىَربِّىَاحْ سنَتأْ َِديْـبِى‬


“Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan pendidikan yang terbaik”

Hadits tersebut memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah.


Sehingga pendidikan yang beliau peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan
demikian dalam pendangan filsafat pendidikan Islam. Rasulullah merupakan pendidik
utama yang harus dijadikan teladan

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali r.a.

ِ ‫ وتِالَو‬,‫ب ِآل ب ي تِ ِو‬


ِ ‫ت اْل ُق ر‬
‫ فَِإ َّن‬.‫آن‬ ِ ِّ ‫ ُح‬:‫ص ٍال‬ ِ ِ
ْ َ َ َْ ِّ ‫ب نَب يِّ ُك ْم َو ُح‬ َ ‫أ َِّدبُ ْوا أ َْوالَ َد ُك ْم َع لَى ثَالَث ح‬
‫َص ِف يَآئِ ِو‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ََحَالَةَ الْ ُق ْرآن ِِف ظ ِّل َع ْر ِش اهلل يَ ْوَم الَ ظ َّل إِالَّ ظلُّ وُ َم َع أَنْبِ يَآئ و َوأ‬
“Didiklah anak-anakmu dalam tiga hal: mencintai Nabimu, mencintai keluarga
nabi, dan membaca Al Qur‟an. Maka sesungguhnya yang membaca Al Qur‟an
berada dalam naungan Nya, bersama para Nabi dan orang-orang Suci”

3. Tarbiyah

Menurut ulama bahasa, istilah tarbiyah berasal kata rabâ ( ‫ رب ا‬- ‫ي رب و‬ )

atau rabâ ( ‫) ي رب ي – رب ا‬ Kedua kata ini mempunyai arti yang sama, yaitu

perkembangan atau bertambah ( 46 .(‫نماء‬ ‫وال زي ادة ال‬ Dengan demikian secara
etimologis istilah tarbiyah dapat diartikan sebagai usaha mengembangkan sesuatu,
sehingga bertambah. Sesuatu yang berkembang itu bertambah. Demikian pula
sebaliknya.
Konsep tarbiyyah merupakan salah satu konsep pendidikan Islam yang
penting. Perkataan “tarbiyyah” berasal dari bahasa Arab yang dipetik dari fi‟il (kata
kerja) seperti berikut :
a. Rabba, yarbu yang berarti tumbuh, bertambah, berkembang.
b. Rabbi, yarba yang berarti tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih dewasa
c. Rabba, yarubbu yang berarti memperbaiki, mengatur, mengurus dan
mendidik, menguasai dan memimpin, menjaga dan memelihara.
Melalui pengertian tersebut, konsep tarbiyyah merupakan proses mendidik
manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah yang lebih
sempurna. Ia bukan saja dilihat proses mendidik saja tetapi merangkumi proses
mengurus dan mengatur supaya perjalanan kehidupan berjalan dengan lancar.
kata tarbiyah pada hadits-hadits Nabi SAW lebih banyak berhubungan dengan
urusan sedekah, zakat, dan semacamnya. Dengan demikian konteks kata ini bermula
dari masalah pertambahan dan pertumbuhan harta yang dizakatkan atau disedekahkan
di Jalan Allah (fiSabiliLlah).
Dari pengertian tersebut, dalam konteks yang luas pengertian pendidikan
Islam terkandung dalam term al-Tarbiyah yang meliputi empat unsur, yaitu: pertama,
unsur memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. Kedua,
mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. Ketiga, mengarahken
seluruh fitrah menuju kesempurnaan. Dan keempat, melaksanakan pendidikan secara
lengkap. Dalam hadits dijelaskan :

“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Pada suatu ketika ada
seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun
mengutus seorang malaikat untuk menemui orang tersebut.Ketika orang itu ditengah
perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; 'Hendak pergi
ke mana kamu?' Orang itu menjawab; 'Saya akan menjenguk saudara saya yang
berada di desa lain.' Malaikat itu terus bertanya kepadanya; 'Apakah kamu
mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?' Laki-laki itu menjawab;
'Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.' Akhirnya malaikat itu
berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk
memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu
sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah”

C. Manajemen Pendidikan dalam Hadits


Konsep Manajemen dalam Pendidikan ternyata sudah ada dan diajarkan sejak masa
Rosulullah SAW, dalam setiap da’wah dan kepemimpinan Rosul sudah mengajarkan
terkait manajemen. Merujuk pada istilah lain dari manajemen adalah mengatur, maka
Rosululloh sudah terlebih dahulu mempraktekan proses manajemen dalam pendidikan.

‫ش َع ْن أَبِى َوائِ ٍل َع ِن ابْ ِن‬ ِ ‫ال أَ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَا ُن َع ِن األَ ْع َم‬
َ َ‫ف ق‬ ُ ُ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ي‬
َ ‫وس‬
‫ال َكا َن النَّبِ ُّى – صلى اهلل عليه وسلم – يَتَ َخ َّولُنَا بِال َْم ْو ِعظَ ِة فِى األَيَّ ِام‬ ٍ ‫مس ع‬
َ َ‫ود ق‬ ُْ َ
‫آم ِة َعلَْي نَا‬
َ ‫الس‬
َّ َ‫ َك َر َاهة‬،
“Haddatsana Muhammad bin Yusuf ia berkata, akhbarona Sufyan dari Al A‟masy
dari Abu Wail dari Ibnu Mas‟ud ia berkata, “ adalah Nabi SAW mengatur pemberian
nasehat pada hari tertentu, khawatir akan membuat kami bosan”

Dari hadits di atas tergambar bahwa Rosulullah SAW dalam memberikan nasehat
(mendidik) sudah disertai dengan proses manajemen yaitu mengatur pemberian nasehat
yang tidak dilakukan setiap hari yang bertujuan untuk menghindari kebosanan bagi yang
menerima nasehat.

Robert L. Gullick dalam Muhammad the Educator menyatakan : “Muhammad betul-


betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan
kebahagiaan yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong
perkembangan budaya Islam, serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tak
tertandingi dan gairah menantang.
Menurut (Ramayulis, 2012, 189) As-Sunnah sebagai sumber pendidikan Islam, dapat
dipahami dari analisis sebagai berikut.

Pertama Nabi Muhammad SAW sebagai yang memproduksi hadits menyatakan


dirinya sebagai guru. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la, bahwa
suatu ketika Rosulullah SAW masuk ke dalam sebuah masjid yang didalamnya terdapat
dua kelompok. Kelompok pertama adlaah mereka yang tekun mengajarkan shalat, dzikir
dan doa. Sedangkan kelompok yang satu lagi sedang berdiskusi dan mengkaji sebuah
masalah. Nabi Muhammad SAW ternyata bergabung dengan kelompok yang sedang
melakukan pengkajian dan beliau berkata : Tuhan telah mengutus aku sebagai guru
(Ba‟atsani rabbi mu‟alliman).

Kedua Nabi Muhammad SAW tidak hanya memiliki kompetensi professional seperti
psikologi, social, ekonomi, politik, hukum dan budaya, melainkan juga memiliki
kompetensi keperibadian berupa sifat terpuji, kompetensi pedagogic (teaching, dll)
kemampuan dalam mendidik yang prima serta kompetensi sosial berupaya interaksi dan
komunikasi dengan segala unsur masyarakat, menunjukan bahwa Nabi SAW adalah
seorang pendidik yang professional.

Ketiga, Nabi Muhammad SAW sewaktu berada di Mekkah pernah menyelenggarakan


pendidikan di Dar al-Kam di tempat-tempat lain secara tertutup. Ketika berada di
Madinah pernah menyelenggarakan pendidikan di sebuah tempat khusus pada bagian
masjid yang dikenal dengan nama Suffah. Usaha-usaha tersebut menggambarkan bahwa
Nabi Muhammad SAW memiliki perhatian yang besar terhadap penyelenggaraan
pendidikan.

Keempat, sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang paling
berhasil mengemban risalah Ilahiah, yakni mengubah manusia dari jahiliah menjadi
beradab, dari tersesat menjadi lurus, dari kegelapan menjadi terang benderang, dari
kehancuran moral menjadi berakhlak mulia dan dari musyrik menjadi bertauhid.
Keberhasilan ini terkait erat dengan keberhasilannya dalam bidang pendidikan.

Kelima, di dalam teks atau matan hadits Nabi Muhammad SAW dapat dijumpai
isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran. Misalnya hadits Nabi
Muhammad SAW yang mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk
menuntut ilmu, masa sekarang dipopulerkan dengan “education for all” menuntut ilmu
mulai dari buaian sampai ke liang lahat; sekarang dipopulerkan dengan “life long
education”. Dan masih banyak ajaran-ajaran yang berhubungan dengan prinsip dasar
pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Manajemen dalam hadits yaitu Ihsan yang bermakna melakukan sesuatu dengan baik,
secara maksimal dan optimal. Sesuatu yang baik yang dimaksud dalam hadits adalah
Itqan yaitu melakukan sesuatu dengan tepat, terarah, jelas dan tuntas.
2. Pendidikan dalam hadits yaitu Ta‟lim, Ta‟dib dan Tarbiyah
3. Bahwa Rosululloh SAW melalui sunnahnya yang berupa perbuatan, perkataan
ataupun ketetapannya sudah banyak memberikan petunjuk tentang manajemen
termasuk manajemen pendidikan.
Akhirnya bahwa Prinsip menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar manajemen
pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih
jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang
sehat dan bukti sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Nizar, Zainal Efendi Hasibuan, Hadits Tarbawi : Membangun Kerangka Pendidikan
Ideal Perspektif Rosululloh, Jakarta: Kalam Mulia, 2015
Ramayulis, Mulyadi, Manajemen & Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam
Mulia, 2017
http://dina-zakiyatul-karimah.blogspot.com/2017/10/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html

http://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/download/4931/3265

https://www.academia.edu/35496490/MAKALAH_MANAJEMEN_DALAM_HADIST_NA
BI

Anda mungkin juga menyukai