Anda di halaman 1dari 155

BELAJAR DAN MENGAJARKAN AL-QUR’AN

( Suatu Analisis Kritik Berdasarkan Kualitas Hadis )

Tugas Mata Kuliah;


Takhri>j al-H{adi>s & Praktikum
Oleh:
Very Padli 30300115056
Syarifah Ainun Jamilah 30300115034
Sri Harianti Fauzia 303001150
Kurniati 303001150
Muhammad Ihyat Nur Hidayat 303001150
Muhammad Fahri Anwar 303001150
Dosen Pemandu;

Dr. Tasmin Tangngareng, M.Ag

PROGRAM ILMU HADIS

PRODI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015/2016

BAB I

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak seluruh hadis dari Nabi diterima para sahabat secara

kolektif kemudian disampaikan kepada orang banyak secara

mutawatir, seperti al-Quran. Mayoritas hadis justru diriwayatkan

secra individual, atau beberapa orang saja sehingga tidak mencapai

nilai mutawatir. Hadis diterima secara mutawatir dapat diterima

secara aklamasi sebagai hujah tanpa penelitian, sifat-sifat individu

para periwayatannya. Seperti adil, cerdas, memiliki ingatan yang

kuat, atau mudah hafal karena kualitas kolektivitas tersebut sudah

memiliki kualifikasi objektivitas yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Berbeda dengan hadis ahad, para periwayat dalam sanad

harus memilki kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan,

seperti sanad yang harus bersambung (muttas}il) serta para

periwayat yang harus bersifat adil, dan memiliki hafalan yang kuat

(dabit). oleh karena itu para periwayat hadis ahad perlu diteliti sifat-

sifatmya agar dapat memenuhi kriteria sebagai hadis sahih.

Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-

Quran, karena ia mempunyai peranan penting, terutama sebagai

hujah dalam menetapkan hukum. Oleh karena itu validasi sebuah

hadis harus menjadi perhatian. Hadis mempunyai tiga unsur

penting yakni, sanad, matan dan perawi. Sebuah hadits belum

dapat ditentukan apakah boleh diterima (maqbul) secara baik atau

1
ditolak (mardud) sebelum keadaan sanadnya, apakah mereka

muttas}il ataukah munqathi’.

Sanad berperan menentukan nilai hadis, karena sanad adalah

matarantai para perawi yang mengantarkan sebuah matan.

Sedangkan matan merupakan lafal yang menunjuk pada isi sebuah

hadis. Dari segi periwayatannya, posisi dan kondisi para perawi

yang berderet dalam sanad sangat menentukan status sebuah

hadis, apakah ia sahih, daif atau lainnya. Dengan demikian

keadaan, ke siqahnya dan ke dabitannya setiap perawi sangat

menentukn status hadis. Diantara kita terkadang memperoleh atau

menerima teks, baik dalam majalah maupun buku-buku agama

bahkan dalam sebagian kitab karya Ulama’ Klasik, yang dinyatakan

sebagi hadits tetapi tidak disertakan sanadnya bahkan tidak pula

perawinya.

Maka untuk memastikan apakah teks-teks tersebut benar

merupakan hadis atau tidak, atau jika memang hadis maka perlu

diketahui statusnya secara pasti, siapa perawinya dan siapa-siapa

sanadnya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka teks

tersebut harus diteliti atau dilacak, darimana teks tersebut diambil

(menunjuk pada kitab sumbernya sekaligus siapa perawinya), dan

bagaimana keadaan para perawi dalam sanad setelah ditemukan

sanadnya. Hasilnya akan diketahui sumber teks (kitab dan penulis

atau perawi), maupun sanadnya jika teks pun diketahui apakah

2
sahih atau tidak. Pelacakan seperti itulah namanya penelitian hadis

(takhri@j al-h}adi@s\).

Namun secara besar ada beberapa faktor yang

melatarbelakangi perlunya takhrij, yaitu hadis sebagai sumber

ajaran Islam, tidak seluruh hadis ditulis pada masa Nabi saw.,

timbul berbagai pemalsuan hadis, proses penghimpunan hadis

memakan waktu lama, banyaknya kitab hadis dan teknik

penyusunannya beragam, banyak hadis yang bertebaran diberbagai

buku yang tidak jelas kualitasnya.1

Terkait potongan hadis yang kami teliti yaitu ‫خرىمك من تعمُّل القرآن‬
ُ
‫وعلَّم ُه‬. Hadis tersebut bermakna bahwa sebaik-baik dari manusia

terkhusus umat Islam adalah belajar dan mengajarkan Al-qur’an,

namun hadis ini akan diteliti statusnya, apakah benar sahih,

ataukah hanya sebagai motivasi bagi manusia, muslim khususnya

yang senantiasa mengingat Allah.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka pemakalah akan

merumuskan gagasan atau rumusan masalah:

1. Bagaimana pentingnya penelitian sebuah hadis?

2. Bagaimana kualitas suatu jalur hadis yang menjadi objek

kajian dalam hadis tentang belajar dan mengajarkan Al-

qur’an?

Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadis (Cet. I; Jakarta:
1

Amzah, 2014), h.1.

3
3. Bagaimana kehujjahan hadis tentang belajar dan

mengajarkan Al-qur’an yang menjadi objek kajian dengan

mengacu pada kaedah keshahihan matan hadis?

C. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan dari penelitian hadis ini adalah

1. Untuk mempelajari dan mengetahui bagaimana cara dan

upaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian di bidang

hadis, khususnya untuk mengetahui bagaimana mengetahui

status sebuah hadis.

2. Merangsang ketajaman dan kemampuan analisis.

3. Membangun budaya penelitian ilmiah di kalangan mahasiswa

khususnya.

4. Menumbuhkan benih-benih kepedulian mahasiswa dalam

rangka melestarikan hadis nabi.

4
BAB II

Takhri>j al-H{adi>s
A. Urgensi Penelitian Hadis

Sedikitnya ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya

kegitan takhrij hadis dalam melaksanakan penelitian hadis, yaitu:

1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti

2. Untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang akan diteliti

3. Untuk mengetahui ada tidaknya syahid2 dan mutabi’3 pada

sanad yang diteliti.4

a) Pengertian T{akhri@j

Takhri@j al-H}adi@s\ terdiri atas dua kata, yaitu takhri@j dan

al-hadis. Takhri@j secara etimologi berasal dari kata kharraja yang

berarti “mengeluarkan”.5 Kata kharraja adalah fi’il ma>di@ mazi@d

yang berasal dari fi’il ma>di@ mujarrad, yaitu kharaja yang terdiri

atas 3 huruf, yaitu: kha, ra>’ dan jim, makana dasarnya ada dua,

2
Dalam istilah ilmu hadis, syahid adalah dukungan/ corroboration yang
terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat. Abu ‘Amr
‘Us\ma>n bin Abd al-Rahman Ibn al-Salah, Ulu>m al-H}adi@s\ (al-Madinah al-
Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972), 74-76.
3
Dalam istilah ilmu hadis, mutabi’ adalah dukungan/ corroboration yang
terletak pada bagian bukan tingkat sahabat. ‘Ajja>j al-Khatib, Us}u>l al-
H{adi@s\ ‘Ulu>muhu wa Mus}t}alah{uhu (Beirut: Da>r al-Fikr, 1409 H/1989 M),
hal. 366-368.
4
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi; Refleksi
Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail (Cet. II; Ciputat: MSCC,
2005), hal. 68. Lihat juga Abustani Ilyas, Pengantar Ilmu Hadis (Cet. II; Surakarta:
Zadahaniva Publishing, 2013), hal. 116-117.
5
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah, t.th.), hal. 115. Lihat juga Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-
Munawwir Arab-Indonesia (Cet, XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997)

5
yaitu penembusan sesuatu dan perbedaan dua warna. 6 Kemudian

Ibrahim Anis dalam kamusnya mengemukakan bahwa lafal kharaja

berarti menampakkan, mengeluarkan dan memecahkan sesuatu. 7

Sedangkan kata h}adi@s\ itu sendiri secara etimologi berasal dari

kata ‫ حدوث‬-‫ حيدث‬-‫ حدث‬yang berarti ‫( اجلديد‬baru) lawan dari kata ‫قدمي‬
8

(lama), ‫( الق ريب‬dekat) , yang belum lama terjadi, seperti kata-kata


9

‫( هواحلديث العه د ابالاس الم‬dia orang yang baru memeluk Islam).


Sedangkan menurut istilah, hadis adalah “Sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi Muh}ammad saw. baik itu perkataan,

perbutan , taqrir, sifat atau hal-ihwal.10

Adapun pengertian takhrij secara terminologi ada beberapa

pendapat, di antaranya:

1. Menurut al- Syaikh Sa’ad Ibn ‘Abdullah A@><li H{umaid,

takhrij adalah “mengeluarkan hadis dan menjelaskan kepada

orang lain dengan menyebutkan sanad dan matannya.11

2. Menurut ulama Muh{addis\i@n, kata takhrij merupakan

mura>d}if dari kata al-akhra>j, yaitu menjelaskan hadis

6
Abu> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn Zakariyah, Mu’jam al-Maqa>yis
al-Lugah, Jilid II (Beirut: Da>r al-Jil, 1411 H/ 1991 M), hal. 175.
7
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasi@t}, Juz1 (Teheran: Maktabah al-
Islamiyah, t.th.), hal. 244.
8
Ibnu Manz}>ur Muhammad Ibnu Mukarrram Ibnu ‘Aly, Lisa>n al-‘Arab
(Cet. Iii; Beiru>t: Da>r S}a>dr, 1414 H), h. 131.
9
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, Metodologi Penelitian Hadis Nabi
( Cet. I; Bandung: Angkasa, 1994) h. 1.
10
Harmy> Sulaima>n al-D}a>ri>, Muh}a>dara>t fi> ‘Ulu>mil H{adi>s}
(t.t, Da>r al-Nafa>is, 2000), h. 14.
11
Sa’ad Ibn ‘Abdullah A@><li H{umaid, Turuqu Takhri@j al-H{adi@s\ (Cet.
I; al-Riya>d: Da>r ‘Ulu>m al Sunnah Linnasyir, 1420 H/ 2000 M), hal. 5. Lihat
juga Muh}ammad T{ahha>n Us}u>l al-Takhri@j wa Dira>sah al-Asa>ni@d (Cet.
III; Beiru>t: Da>r al-Qur’an al-Kari@m, 1981), h. 9.

6
kepada orang lain dengan menyebutkan mukharrijnya (orang

yang terdapat dalam sanadnya yang bertindak mengeluarkan

hadis dari sumbernya), contoh: ini hadis yang diriwayatkan

oleh Bukha>ri@.12

Takhri@j al-hadis memberikan manfaat yang sangat banyak.

Dengan adanya takhrij kita dapat sampai kepada perbendaharaan-

perbendaharan sunnah Nabi. Tanpa keberadaan takhrij sesorang

tidak mungkin akan dapat mengungkapkannya. Diantara kegunaan

takhrij adalah:

1. Memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal

dimana suatu hadis berada serta ulama yang

meriwayatkannya.

2. Dapat menambah perbendaharaan sanad hadis-hadis melalui

mitab-kitab yang ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab

asal yang memuat suatu hadis, semakin banyak pula

perbendaharaan sanad yang dimiliki.

3. Dapat memperjelas keadaan sanad, apakah mu’d}hal,

munqathi’ dan lain-lain.

4. Memperjelas hukum hadis dengan banyak riwayatnya itu.

5. Dengan takhrij dapat diketahui pendapat-pendapat para

ulama seputar hukum hadis.

6. Takhrij dapat memperjelas perawi yang samar.

12
Mah{mu>d al-T}aha>n, Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-Asa>nid
(Cet. III; Beirut, Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m, 1401 H/ 1981 M), hal. 10.

7
7. Takhrij dapat membedakan antara proses periwatan yang

dilakukan dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma’na

(pengertian) saja.

8. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat kejadian hadis

serta sebab-sebab timbulnua hadis.13

Ada juga manfaat lain dari takhrij misalnya untuk

mengetahui penilaian para ulama, mengetahui perbedaan teks

hadis, mengetahui perawi yang mubham dan yang muhmal.14

13
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, Metode
Takhrij Hadis (Cet. I; Semarang: Dina Utama/ Toha Putra Group, 1994), hal. 4-6.
14
Burhanudin Darwis, Metodologi Takhrij Hadis (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 20.

8
b) Metode Takhri@j al-H{adi@s\

Untuk mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-

sumbernya, ada beberapa metode takhri>j yang dapat

dipergunakan dalam penelusuran. Metode-metode takhri@j ini

diupayakan oleh para ulama dengan maksud agar mempermudah

mencari hadis-hadis Rasul. Para ulama telah banyak

mengkodifikasikan hadis-hadis dengan mengaturnya dalam

susunan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sekalipun

semuanya menyebutkan ahli hadis yang meriwayatkannya.

Perbedaan cara-cara mengumpulkan inilah yang akhirnya

menimbulkan Ilmu Takhri>j.15

Sesuai dengan cara ulama mengumpulkan hadis-hadis, maka

diperlukan beberapa metode sebagai acuan yang digunakan dalam

penelitian hadis, diantaranya menurut Abu> Muh}ammad ‘Abd al-

Mahdi bin ‘Abd Qadi>r bin ‘Abd al-Ha>di>s\ menyebutkan bahwa

metode takhri>j hadis ada lima macam yaitu:

1. Dengan menggunakan salah satu lafal matan hadis

2. Dengan menggunakan lafal pertama matan hadis

3. Dengan menggunakan rawi a’la

4. Dengan menggunakan tema

5. Dengan menggunakan status hadis

Abu Muh}ammad ‘Abdul Mahdsi Ibn ‘Abd al-Qadir ‘Abd al-Ha>di>,


15

Thuruq al-Takhri>j al-H{adi>s\ Rasulullah saw, Ter. S. Agil Husin Munawwar dan
Ah}mad Rifqi> Muchtar (Cet I; Semarang: Dina Utama, 1994 ), h. 6

9
Selanjutnya sesuai dengan tugas yang akan dikaji yang telah

diberikan oleh dosen pembimbing oleh penulis, bahwa hadis yang

menjadi objek penelitian adalah

‫خرىمك من تعمُّل القرآن وعلَّم ُه‬


ُ
Berikut uraian mengenai petunjuk-petunjuk yang ditemukan

pengkaji, dengan menerapkan metode kelima diatas:

Metode takhri@j al-H{adi@s\ dengan menggunakan

salah satu lafal matan hadis

Metode ini dilakukan dengan kata-kata yang terdapat dalam

matan hadis. Penelusuran dengan matan hadis akan lebih mudah

dilakukan, oleh karena penyusun kitab takhri@j al-H{adi@s\ menitik

beratkan peletakan hadis-hadisnya menurut lafal-lafal. Namun jika

dilihat secara umum metode takhri@j melalui kata-kata dalam

matan hadis ini, disamping mempunyai keistimewaan dan

kekurangan.16

Adapun diantara kitab yang terkenal dengan metode takhri@j

melalui kata-kata yang terdapat dalam matan hadis adalah kitab al-

16
Kelebihan metode ini adalah: 1) mempercepat pencarian hadis-hadis 2)
Para penyusun kitab-kitab takhri@j dengan metode ini membatasi hadis-hadisnya
dalam beberapa kitab induk dengan menyebutkan nama kitab, juz, bab dan
halaman 3) Memungkingkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang
terdapat dalam matan hadis. Sedangkan kekurangan metode ini antara lain 1)
keharusan memiliki kemampuan bahasa Arab beserta perangkat ilmunya yang
memadai, karena metode inimenuntut untuk mengembalikan setiap kata-kata
kuncinya kepada kata dasarnya 2) Metode ini tidak menyebutkan perawi dari
kalangan sahabat yang menerima hadis dari Nabi saw. mengharuskan kembali
kepada kitab-kitab aslinya setelah mentakhrijnya dengan kitab ini 3) Terkadang
suatu hadis tidak didapatkan satu kata sehingga yang mencarinya harus
menggunakan kata-kata yang lain.

10
Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H}adi>s\ al-Nabawiy yang

merupakan kumpulan hadis-hadis yang terdapat dalam Sembilan

kitab hadis yaitu S{ahih Bukhari, S{ahih Muslim, Sunan al-Turmuzi,

Sunan Abu Daud, Sunan al-Nasai, Sunan Ibnu Majah, Sunan al-

Darimy, Muwaththa Malik, dan Musnad Ahmad bin Hanbal.

Dalam mentakhri>j suatu h}adi>s\ dengan metode ini, maka

langkah pertama adalah menentukan kata kuncinya. Artinya kata

tersebut adalah sebagai alat untuk mencari h}adi>s\. Setelah itu

kembalikan kata tersebut kepada bentuk dasarnya. Lalu mencari

dalam kitab mu’jam menurut urutannya dalam huruf hijaiyah.

Langkah selanjutnya mencari bentuk kata sebagaimana yang

terdapat dalam kata kunci tersebut untuk menemukan h}adi>s\

yang di maksud. Kode-kode kitab terdapatnya h}adi>s\ tersebut

tercantum disamping setiap h}adi>s\. Demikian pula halnya

dengan tempat h}adi>s\ tersebut dalam kitabnya. Kode-kode

tersebut bukan hanya sekedar memperkenalkan kitab sumber

h}adi>s\, tetapi bermaksud menganjurkan untuk menilai setiap

h}adi>s\nya. Berikut kode-kode yang digunakan untuk keterangan

tempat h}adis}, yaitu:

1. ‫ﺥ‬ berarti S}ah}i>h al-Bukha>riy dengan

mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s\

2. ‫ ﺪ‬berarti Sunan Abu> Da>wud dengan mencantumkan

tema dan nomor bab terhadap h}adi>s\

11
3. ‫ ﺕ‬berarti Sunan Turmuz\iy dengan mencantumkan tema

dan nomor bab terhadap h}adi>s\

4. ‫ ﻥ‬berarti Sunan al-Nasa>’iy dengan mencantumkan

tema dan nomor bab terhadap h}adi>s\

5. ‫ ﺟﮫ‬berarti Sunan Ibnu Ma>jah dengan mencantumkan

tema dan nomor bab terhadap h}adi>s\

6. ‫ ﺪﻯ‬berarti Sunan Da>rimiy dengan mencantumkan tema

dan nomor bab terhadap h}adi>s\

7. ‫ ﻡ‬berarti S}ah}i>h Muslim dengan mencantumkan tema

dan nomor bab terhadap h}adi>s\

8. ‫ ﻃ‬berarti Muwaththa’ Malik dengan mencantumkan

tema dan nomor bab terhadap h}adi>s\

9. ‫ﺣﻢ‬ berarti Musnad Imam Ah}mad dengan

mencantumakan nomor juz dan halaman terhadap

h}adi>s.17

Adapun biografi dari Sembilan kitab:

1. Biografi Bukhari

Nama Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin

Bardizbah.18

Kuniyah beliau: Abu Abdullah

17
Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis Cara Praktis Mencari Hadis (Cet. II;
Angkasa, Bandung, 1994), h. 51.
18
Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin Ish}a>q bin Muh}ammad bin Yah}ya>
bin Mandah al-‘Abdi@, Fath} al-Ba>b fii al-Kunni@ wa al-Alqa>b juz I 9 (Cet. I; al-
Riya>d}: Maktabah al-Kaus\ar, 1996), h. 119.

12
Nasab beliau:

Al Ju'fi; nisabah Al Ju'fi adalah nisbah arabiyyah. Faktor

penyebabnya adalah, bahwasanya al Mughirah kakek Bukhari yang

kedua masuk Islam berkat bimbingan dari Al Yaman Al Ju'fi. Maka

nisbah beliau kepada Al Ju'fi adalah nisbah perwalian

Al Bukhari; yang merupakan nisbah kepada negri Imam

Bukhari lahir

Tanggal lahir: Beliau dilahirkan pada hari Jum'at setelah shalat

Jum'at 13 Syawwal 194 H. Tempat lahir: Bukhara

Masa kecil beliau: Bukhari dididik dalam keluarga yang

berilmu. Bapaknya adalah seorang ahli hadits, akan tetapi dia tidak

termasuk ulama yang banyak meriwayatkan hadits, Bukhari

menyebutkan di dalam kitab tarikh kabirnya, bahwa bapaknya telah

melihat Hammad bin Zaid dan Abdullah bin Al Mubarak, dan dia

telah mendengar dari imam Malik, karena itulah dia termasuk

ulama bermadzhab Maliki. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih

kecil, sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu dalam kondisi yatim.

Akan tetapi ayahnya meninggalkan Bukhari dalam keadaan yang

berkecukupan dari harta yang halal dan berkah. Bapak Imam

Bukhari berkata ketika menjelang kematiannya; "Aku tidak

mengetahui satu dirham pun dari hartaku dari barang yang haram,

dan begitu juga satu dirhampun hartaku bukan dari hal yang

syubhat."

13
Maka dengan harta tersebut Bukhari menjadikannya sebagai

media untuk sibuk dalam hal menuntut ilmu.

Ketika menginjak usia 16 tahun, dia bersama ibu dan

kakaknya mengunjungi kota suci, kemudian dia tinggal di Makkah

dekat dengan baitulah beberapa saat guna menuntut ilmu.

Kisah hilangnya penglihatan beliau: Ketika masa kecilnya,

kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat

Khalilullah Nabi Ibrahim 'Alaihi wa sallam berujar kepadanya;

"Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan

putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya."

Menjelang pagi harinya ibu imam Bukhari mendapati penglihatan

anaknya telah sembuh. Dan ini merupakan kemuliaan Allah

subhanahu wa ta'ala yang di berikan kepada imam Bukhari di kala

kecilnya.

Perjalan beliau dalam menuntut ilmu

Kecerdasan dan kejeniusan Bukhari nampak semenjak masih

kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran

yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, sedikit sekali orang

yang memiliki kelebihan seperti dirinya pada zamannya tersebut.

Ada satu riwayat yang menuturkan tentang dirinya, bahwasanya dia

menuturkan; "Aku mendapatkan ilham untuk menghafal hadits

ketika aku masih berada di sekolah baca tulis." Maka Muhammad

bin Abi Hatim bertanya kepadanya; "saat itu umurmu berapa?". Dia

menjawab; "Sepuluh tahun atau kurang dari itu. Kemudian setelah

14
lulus dari sekolah akupun bolak-balik menghadiri majelis hadits Ad-

Dakhili dan ulama hadits yang lainnya. Ketika sedang membacakan

hadits di hadapan murid-muridnya, Ad-Dakhili berkata; 'Sufyan

meriwayatkan dari Abu Zubair dari Ibrahim.' Maka aku menyelanya;

'Sesungguhnya Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim.' Tapi

dia menghardikku, lalu aku berkata kepadanya, 'kembalikanlah

kepada sumber aslinya, jika anda punya.' Kemudian dia pun masuk

dan melihat kitabnya lantas kembali dan berkata, 'Bagaimana kamu

bisa tahu wahai anak muda?' Aku menjawab, 'Dia adalah Az Zubair.

Nama aslinya Ibnu 'Adi yang meriwayatkan hadits dari Ibrahim.'

Kemudian dia pun mengambil pena dan membenarkan catatannya.

Dan dia pun berkata kepadaku, 'Kamu benar.' Maka MuhammadÂ

bin Abi Hatim bertanya kepada Bukhari; "Ketika kamu

membantahnya berapa umurmu?". Bukhari menjawab, "Sebelas

tahun."

Hasyid bin Isma'il menuturkan: bahwasanya Bukhari selalu

ikut bersama kami mondar-mandir menghadiri para masayikh

Bashrah, dan saat itu dia masih anak kecil. Tetapi dia tidak pernah

menulis (pelajaran yang dia simak), sehingga hal itu berlalu

beberapa hari. Setelah berlalu 6 hari, kamipun mencelanya. Maka

dia menjawab semua celaan kami; "Kalian telah banyak mencela

saya, maka tunjukkanlah kepadaku hadits-hadits yang telah kalian

tulis." Maka kami pun mengeluarkan catatan-catatan hadits kami.

Tetapi dia menambahkan hadits yang lain lagi sebanyak lima belas

15
ribu hadits. Dan dia membaca semua hadits-hadits tersebut dengan

hafalannya di luar kepala. Maka akhirnya kami mengklarifikasi

catatan-catatan kami dengan berpedoman kepada hafalannya.

Permulaannya dalam menuntut ilmu

Aktifitas beliau dalam menuntut ilmu di mulai semenjak

sebelum menginjak masa baligh, dan hal itu di tunjang dengan

peninggalan orang tuanya berupa harta, beliau berkata; 'aku

menghabiskan setiap bulan sebanyak lima ratus dirham, yang aku

gunakan untuk pembiaan menuntut ilmu, dan apa yang ada di sisi

Allah itu lebih baik dan lebih eksis.'

Dia bergegas mendatangi majelis-majelis ilmu, ketika dia

sudah menghafal Al qur`an dan menghafal beberapa karya tulis

para ulama, dan yang pertama kali karya tulis yang beliau hafal

adalah buku Abdullah bin Al Mubarak, buku Waki' bin al Jarrah

dalam masalah Sunan dan zuhud, dan yang lainnya. Sebagaimana

beliau juga tidak meninggalkan disiplin ilmu dalam masalah fikih

dan pendapat.

Rihlah beliau

Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang

sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para

ahlul hadits, karena posisi Bukhari dalam masalah ilmu ini

merupakan satu kesatuan pada diri seorang ahlul hadits, maka dia

pun mengikuti sunnah para pendahulunya dan dia pun meniti jalan

mereka. Dia tidak puas dengan hanya menyimak hadits dari

16
penduduk negrinya, sehingga tidak terelakkan lagi bagi dirinya

untuk mengadakan dalam rangka menuntut ilmu, dia berkeliling ke

negri-negri Islam. Dan pertama kali dia mengadakan perjalanannya

adalah pada tahun 210 hijriah, yaitu ketika umurnya menginjak 16

tahun, pada tahun kepergiannya dalam rangka menunaikan ibadah

haji bersama dengan ibundanya dan saudara tuanya.19

Negri-negri yang pernah beliau masuki adalah sebagai

berikut;

1. Khurasan dan daerah yang bertetangga dengannya

2. Bashrah

3. Kufah

4. Baghdad

5. Hijaz (Makkah dan Madinah)

6. Syam

7. Al Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan

eufrat)

8. Mesir

Bukhari menuturkan tentang rihlah ilmiah yang dia jalani;

'Aku memasuki Syam, Mesir dan al Jazirah sebanyak dua kali, ke

Bashrah sebanyak empat kali, dan aku tinggal di Hijaz beberapa

tahun, dan aku tidak bisa menghitung berapa kali saya memasuki

kawasan Kufah dan Baghdad bersama para muhadditsin.

Al-Husain bin ‘Ali@


19
bin Muh}ammad bin Ja’far, Akhba>r Abi@
H{ani@@fah wa As}ha>bihi juz I (Cet. II; Beiru>t: ‘A<lim ‘Al- Kutub, 1985), h.
170.

17
Guru-guru beliau

Imam Bukhari berjumpa dengan sekelompk kalangan atba'ut

tabi'in muda, dan beliau meriwayatkan hadits dari mereka,

sebagaimana beliau juga meriwayatkan dengan jumlah yang sangat

besar dari kalangan selain mereka. Dalam masalah ini beliau

bertutur; ' aku telah menulis dari sekitar seribu delapan puluh jiwa

yang semuanya dari kalangan ahlul hadits.

Guru-guru imam Bukhari terkemuka yang telah beliau

riwayatkan haditsnya;

a) Abu 'Ashim An Nabil

b) Makki bin Ibrahim

c) Muhammad bin 'Isa bin Ath Thabba'

d) Ubaidullah bin Musa

e) Muhammad bin Salam Al Baikandi

f) Ahmad bin Hambal

g) Ishaq bin Manshur

h) Khallad bin Yahya bin Shafwan

i) Ayyub bin Sulaiman bin Bilal

j) Ahmad bin Isykab

Murid-murid beliau

1) Al Hafidz Shalih Jazzarah berkata; ' Muhammad bin Isma'il

duduk mengajar di Baghdad, dan aku memintanya untuk

mendektekan (hadits) kepadaku, maka berkerumunlah orang-

orang kepadanya lebih dari dua puluh ribu orang.

18
2) Maka tidaklah mengherankan kalau pengaruh dari majelisnya

tersebut menciptakan kelompok tokoh-tokoh yang cerdas

yang meniti manhaj, dintara mereka itu adalah;

3) Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-

261), penulis buku shahih Muslim yang terkenal

4) Al Imam Abu 'Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At

Tirmidzi yang terkenal

5) Al Imam Shalih bin Muhammad (205-293)

6) Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah

(223-311), penulis buku shahih Ibnu Khuzaimah.

7) Al Imam Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286),

teman dekat imam Muslim, dan dia juga memiliki buku shahih

seperti buku imam Muslim.

8) Al Imam Muhammad bin Nashr Al Marwazi (202-294)

9) Al Hafizh Abu Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy'ats

(230-316)

10) Al Hafizh Abu Al Qasim Abdullah bin Muhammad bin

Abdul 'Aziz Al Baghawi (214-317)

11) Al Hafizh Abu Al Qadli Abu Abdillah Al Husain bin Isma'il

Al Mahamili (235-330)

12) Al Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma'qil al Nasafi (290)

13) Al Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al

Nasawi (311)

19
14) Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar

al Firabri (231-320)

Karakter imam Bukhari

Meskipun Imam Bukhari sibuk dengan menuntut ilmu dan

menyebarkannya, tetapi dia merupakan individu yang

mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menegakkan keta'atan kepada

Rabbnya, terpancar pada dirinya ciri-ciri seorang wali yang terpilih

dan orang shalih serta berbakti, yang dapat menciptakan karismatik

di dalam hati dan kedudukan yang mempesona di dalam jiwa. Dia

merupakan pribadi yang banyak mengerjakan shalat, khusu' dan

banyak membaca al Qur`an. Muhammad bin Abi Hatim

menuturkan: 'dia selalu melaksanakan shalat di waktu sahur

sebanyak tiga belas raka'at, dan menutupnya dengan

melaksanakan shalat witir dengan satu raka'at'

Yang lainnya menuturkan; ' Apabila malam pertama di bulan

Ramadlan, murid-murid imam Bukhari berkumpul kepadanya, maka

dia pun meminpin shalat mereka. Di setiap rak'at dia membaca dua

puluh ayat, amalan ini beliau lakukan sampai dapat

mengkhatamkan Al qur`an.

Beliau adalah sosok yang gemar menafkahkan hartanya,

banyak berbuat baik, sangat dermawan, tawadldlu'Â dan wara'.

Persaksian para ulama terhadap beliau

Sangat banyak sekali para ulama yang memberikan kesaksian

atas keilmuan imam Bukhari, diantara mereka ada yang dari

20
kalangan guru-gurunya dan teman-teman seperiode dengannya.

Adapun periode setelah meninggalnya bukhari sampai saat ini,

kedudukan imam Bukhari selalu bersemayam di dalam relung hati

kaum muslimin, baik yang berkecimpung dalam masalah hadits,

bahkan dari kalangan awwam kaum muslimin sekali pun

memberikan persaksian atas keagungan beliau.

Diantara para tokoh ulama yang memberikan persaksian

terhadap beliau adalah;

a. Abu Bakar ibnu Khuzaimah telah memberikan kesaksian

terhadap Imam Bukhari dengan mengatakan: "Di kolong

langit ini tidak ada orang yang lebih mengetahui hadits dari

Muhammad bin Isma'il."

b. 'Abdan bin 'Utsman Al Marwazi berkata; 'aku tidak pernah

melihat dengan kedua mataku, seorang pemuda yang lebih

mendapat bashirah dari pemuda ini.' Saat itu telunjuknya

diarahkan kepada Bukhari

c. Qutaibah bin Sa'id menuturkan; 'aku duduk bermajelis dengan

para ahli fikih, orang-orang zuhud dan ahli ibadah, tetapi aku

tidak pernah melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu

orng yang seperti Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok

pada zamannya seperti 'Umar di kalangan para sahabat. Dan

dia berkata; ' kalau seandainya Muhammad bin Isma'il adalah

seorang sahabat maka dia merupakan ayat.

21
d. Ahmad bin Hambal berkata; Khurasan tidak pernah

melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma'il.

e. Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ibnu Numair menuturkan;

kami tidak pernah melihat orang yang seperti Muhammad bin

Ism'ail

f. Bundar berkata; belum ada seorang lelaki yang memasuki

Bashrah lebih mengetahui terhadap hadits dari saudara kami

Abu Abdillah.

g. Abu Hatim ar-Razi berkata: "Khurasan belum pernah

melahirkan seorang putra yang hafal hadits melebihi

Muhammad bin Isma'il, juga belum pernah ada orang yang

pergi dari kota tersebut menuju Irak yang melebihi

kealimannya."

h. Muslim (pengarang kitab Sahih) berkata ketika Bukhari

menyingkap satu cacat hadits yang tidak di ketahuinya;

"Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai gurunya para

guru dan pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam

masalah ilat hadits."

i. al-Hafiz Ibn Hajar yang menyatakan: "Andaikan pintu pujian

dan sanjungan kepada Bukhari masih terbuka bagi generasi

sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia

bagaikan lautan tak bertepi."

Hasil karya beliau

Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :

22
1. Al Jami' as Sahih (Sahih Bukhari)

2. Al Adab al Mufrad.

3. At Tarikh ash Shaghir.

4. At Tarikh al Awsath.

5. At Tarikh al Kabir.

6. At Tafsir al Kabir.

7. Al Musnad al Kabir.

8. Kitab al 'Ilal.

9. Raf'ul Yadain fi ash Shalah.

10. Birru al Walidain.

11. Kitab al Asyribah.

12. Al Qira`ah Khalfa al Imam.

13. Kitab ad Dlu'afa.

14. Usami ash Shahabah.

15. Kitab al Kuna.

16. Al Hbbah

17. Al Wihdan

18. Al Fawa`id

19. Qadlaya ash Shahabah wa at Tabi'in

20. Masyiikhah

Wafat beliau

Imam Bukhari keluar menuju Samarkand, Tiba di Khartand,

sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia singgah untuk

mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit

23
selama beberapa hari. Dan Akhirnya beliau meninggal pada hari

sabtu tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri

dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas

Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah selalu

merahmatinya dan ridla kepadanya.

2. Biografi Muslim

Nama lengkap Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-

Qusyairi an-Naisaburi20

Kuniyah beliau: Abdul Husain

Nasab beliau:

1. Al Qusyairi; merupakan nisbah kepada Qabilah afiliasi

beliau, ada yang mengatakan bahwa Al Qusyairi merupakan orang

arab asli, dan ada juga yang berpendapat bahwa nisbah kepada

Qusyair merupakan nisbah perwalian saja

2. An Naisaburi; merupakan nisbah yang di tujukan kepada

negri tempat beliau tinggal, yaitu Naisabur. Satu kota besar yang

terletak di daerah Khurasan

Tanggal lahir: para ulama tidak bisa memastikan tahun

kelahiran beliau, sehingga sebagian mereka ada yang berpendapat

bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 204 Hijriah, dan ada juga

yang berpendapat bahwa kelahiran beliau pada tahun 206 Hijriah.

20
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 39.

24
Ciri-ciri beliau: beliau mempunyai perawakan yang tegap,

berambut dan berjenggot putih, menjuntaikan ujung ‘imamahnya

diantara dua punggungnya.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Sesungguhnya lingkungan tempat tumbuh imam Muslim

memberikan peluang yang sangat luas untuk menuntut ilmu yang

bermanfa’at, karena Naisabur merupakan negri hidup yang penuh

dengan peninggalan ilmu dari pemilik syari’at. Semua itu terjadi

karena banyaknya orang-orang yang sibuk untuk memperoleh ilmu

dan mentransfer ilmu, maka besar kemungkinan bagi orang yang

terlahir di lingkungan masyarakat seperti ini akan tumbuh dengan

ilmu juga. Adanya kesempatan yang terpampang luas di hadapan

Imam Muslim kecil untuk memetik dari buah-buah ilmu syariat tidak

di sia-siakannya.

Maka dia mendengar hadits di negrinya tinggal pada tahun

218 Hijriah dari gurunya Yahya bin Yahya At Tamimi, pada saat itu

umurnya menginjak empat belas tahun.

Dan bisa juga orang tuanya serta keluarganya mempunyai

andil dalam memotifasinya untuk menuntut ilmu. Para ulama telah

menceritakan bahwa orang tuanya, Al Hajaj adalah dari kalangan

masyayikh, yaitu termasuk dari kalangan orang yang

memperhatikan ilmu dan berusaha untuk memperolehnya.

Muslim mempunyai kesempatan untuk mengadakan

perjalanan hajinya pada tahun 220 Hijriah. Pada saat keluar itu dia

25
mendengar hadits dari beberapa ahli hadits, kemudian dia segera

kembali ke negrinya Naisabur.

Rihlah beliau

Rihlah dalam rangka menuntut hadits merupakan syi’ar ahlul

hadits pada abad-abad pertama, karena terpencarnya para

pengusung sunnah dan atsar di berbagai belahan negri Islam yang

sangat luas. Maka Imam Muslim pun tidak ketinggalan dengan

meniti jalan pakar disiplin ilmu ini, dan beliau pun tidak ketinggalan

dalam ambil bagian, karena dalam sejarah beliau tertulis rihlah

ilmiahnya, diantaranya;

Rihlah pertama; rihlah beliau untuk menunaikan ibadah haji

pada tahun 220 hijriah, pada saat dia masih muda belia, pada saat

itu beliau berjumpa dengan syaikhnya, Abdullah bin Maslamah al

Qa’nabi di Makkah, dan mendengar hadits darinya, sebagaimana

beliau juga mendengar hadits dari Ahmad binYunus dan beberapa

ulama hadits yang lainnya ketika di tengah perjalanan di daerah

Kufah. Kemudian kembali lagi ke negrinya dan tidak

memperpanjang rihlahnya pada saat itu.

Rihlah kedua; rihlah kedua ini begitu panjang dan lebih

menjelajah kenegri Islam lainnya. Rihlah ini di mulai sebelum tahun

230 Hijriah. Beliau berkeliling dan memperbanyak mendengar

hadits, sehingga beliau mendengar dari bayak ahli hadits, dan

mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam dan kemajuan

di bidang ilmu hadits.

26
Beberapa negri yang beliau masuki, diantaranya;

1. Khurasan dan daerah sekitarnya

2. Ar Ray

3. Iraq; beliau memasuki Kufah, Bashrah dan Baghdad.

4. Hijaz; memasuki Makkah dan Madinah

5. Asy Syam

6. Mesir

Guru-guru beliau

Perjalanan ilmiah yang dilakukan imam Muslim menyebabkan

dirinya mempunyai banyak guru dari kalangan ahlul hadits. Al

Hafizh Adz Dzahabi telah menghitung jumlah guru yang diambil

riwayatnya oleh imam Muslim dan dicantumkan di dalam kitab

shahihnya, dan jumlah mereka mencapai 220 orang, dan masih ada

lagi selain mereka yang tidak di cantumkan di dalam kitab

shahihnya

Diantara guru-guru beliau yang paling mencolok adalah;

a) Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi, guru beliau yang

paling tua

b) Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Bukhari

c) Al Imam Ahmad bin Hambal

d) Al Imam Ishaq bin Rahuyah al Faqih al Mujtahid Al

Hafizh

e) Yahya bin Ma’in, imam jarhu wa ta’dil

f) Ishaq bin Manshur al Kausaj

27
g) Abu Bakar bin Abi Syaibah, penulis buku al Mushannaf

h) Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi

i) Abu Kuraib Muhammad bin Al ‘Alaa`

j) Muhammad bin Abdullah bin Numair

k) Abd bin Hamid

Murid-murid beliau

Al Imam Muslim sibuk menyebarkan ilmunya di negrinya dan

negri-negri Islam lainnya, baik dengan pena maupun dengan

lisannya, maka beliau pun tidak terlepas untuk mendektekan hadits

dan meriwayatkannya, sehingga banyak sekali para penuntut ilmu

mengambil ilmu dari beliau.

Diantara murid-murid beliau antara lain;

1) Muhammad bin Abdul wahhab al Farra`

2) Abu Hatim Muhammad bin Idris ar Razi

3) Abu Bakar Muhammad bin An Nadlr bin Salamah al

Jarudi

4) Ali bin Al Husain bin al Junaid ar Razi

5) Shalih bin Muhammad Jazrah

6) Abu Isa at Tirmidzi

7) Ibrahim bin Abu Thalib

8) Ahmad bin Salamah An Naisaburi

9) Abu Bakar bin Khuzaimah

10) Makki bin ‘Abdan

11) Abdurrahman bin Abu Hatim ar Razi

28
12) Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Asy Syarqi

13) Abu Awanah al-Isfarayini

14) Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al Faqih az Zahid.

Persaksian para ulama terhadap beliau

1. Ishak bin Mansur al Kausaj pernah berkata kepada imam Muslim:

“sekali-kali kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah

menetapkan engkau bagi kaum muslimin.”

2. Muhammad bin Basysyar Bundar berkata; “huffazh dunia itu ada

empat; Abu Zur’ah di ar Ray, Muslim di An Naisabur, Abdullah Ad

Darimi di Samarkand, dan Muhammad bin Isma’il di Bukhara.”

3. Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra berkata; “(Muslim)

merupakan ulama manusia, lumbung ilmu, dan aku tidak

mengetahuinya kecuali kebaikan.”

4. Ahmad bin Salamah An Naisaburi menuturkan; “Saya melihat

Abu Zur’ah dan Abu Hatim selalu mengutamakan Muslim bin al-

Hajjaj dalam perkara hadits shahih ketimbang para masyayikh

zaman keduanya.

5. Ibnu Abi Hatim mengatakan: ” Saya menulis hadits darinya di

Ray, dan dia merupakan orang yang tsiqah dari kalangan huffazh,

memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits.

Ketika ayahku di Tanya tentang dia, maka dia menjawab; (Muslim)

Shaduuq.”

6. Maslamah bin Qasim al Andalusi berkata; ” tsiqah, mempunyai

kedudukan yang agung, termasuk dari kalangan para imam.”

29
7. Abu Ya’la Al Khalili berkata; “dia sangat familier sekali untuk di

sebutkan keutamaannya.”

8. Al Khatib Al Baghdadi berkata; “(dia) merupakan salah seorang

a`immah dan penghafal hadits.”

9. As Sam’ani menuturkan; “termasuk salah seorang imam dunia.”

10. Ibnul Atsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam

penghafal hadits.”

11. Ibnu Katsir berkata; “termasuk salah seorang dari para imam

penghafal hadits.”

12. Adz Dzahabi berkata; ” Imam besar, hafizh lagi mumpuni, hujah

serta orang yang jujur.”

Hasil karya beliau

Imam Muslim mempunyai hasil karya dalam bidang ilmu

hadits yang jumlahnya cukup banyak. Di antaranya ada yang

sampai kepada kita dan sebagian lagi ada yang tidak sampai.

Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah;

a) Al Jami’ ash Shahih

b) Al Kuna wa Al Asma’

c) Al Munfaridaat wa al wildan

d) Ath Thabaqaat

e) Rijalu ‘Urwah bin Az Zubair

f) At Tamyiz

Sedangkan hasil karya beliau yang tidak sampai kepada kita

adalah;

30
1. Al Musnad al Kabir ‘Ala ar Rijal

2. Al Jami’ al Kabir

3. Al ‘Ilal

4. Al Afraad

5. Al Aqraan

6. Su`alaat Muslim

7. Hadits ‘Amru bin Syu’aib

8. Al Intifaa’ bi`ahabbi as sibaa’

9. Masyayikhu Malik

10. Masyayikhu Ats Tsauri

11. Masyayikhu Syu’bah

12. Man laisa lahu illa raawin waahid

13. Kitab al Mukhadldlramin

14. Awladu ash shahabah

15. Dzikru awhaami al Muhadditsin

16. Afraadu Asy Syamiyyin

Wafatnya beliau

Imam Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan dikebumikan di

kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari

Senin, 25 Rajab 261 H bertepatan dengan 5 Mei 875. dalam usia

beliau 55 tahun.

3. Biografi Abu Daud

Nama lengkapnya Menurut Abdurrahman bin Abi Hatim,

bahwa nama Abu Daud adalah Sulaiman bin al Asy'ats bin Syadad

31
bin 'Amru bin 'Amir21. Menurut Muhammad bin Abdul 'Aziz Al

Hasyimi; Sulaiman bin al Asy'ats bin Basyar bin Syadad. Ibnu Dasah

dan Abu 'Ubaid Al Ajuri berkata; Sulaiman bin al Asy'ats bin Ishaq

bin Basyir bin Syadad. Pendapat ini di perkuat oleh Abu Bakr Al

Khathib di dalam Tarikhnya. Dan dia dalam bukunya menambahi

dengan; Ibnu 'Amru bin 'Imran al Imam, Syaikh as Sunnah,

Muqaddimu al huffazh, Abu Daud al-azadi as-Sajastani, muhaddits

Bashrah.

Nasab beliau:

Al Azadi, yaitu nisbat kepada Azd yaitu qabilah terkenal yang

ada di daerah Yaman.

Sedangkan as-Sijistani, ada beberapa pendapat dalam nisbah

ini, diantaranya:

Ada yang berpendapat bahwasan as Sijistani merupakan

nisbah kepada daerah Sijistan, yaitu daerah terkenal. Ada juga yang

berpendapat bahwa as sijistani merupakan nisbah kepada sijistan

atau sijistanah yaitu suatu kampung yang ada di Bashrah. Tetapi

menurut Muhammad bin Abi An Nashr bahwasannya di Bashrah

tidak ada perkampung yang bernama as-Sijistan. Namun pendapat

ini di bantah bahwa di dekat daerah Ahwaz ada daerah yang

disebut dengan Sijistan

21
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis, h. 43.

32
As Sam'ani mengutip satu pendapat bahwa as-sijistan

merupakan nisbah kepada sijistan, yaitu salah suatu daerah

terkenal yang terletak di kawasan Kabul

Abdul Aziz menyebutkan bahwasannya sijistan merupakan

nisbah kepada Sistan, yaitu daerah terkenal yang sekarang ada di

Negri Afganistan.

Tidak ada ulama yang menyebutkan tanggal dan bulan

kelahiran beliau, kebanyakan refrensi menyebutkan tahun

kelahirannya. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H. disandarkan

kepada keterangan dari murid beliau, Abu Ubaid Al Ajuri ketika

beliau wafat, dia berkata: aku mendengar Abu Daud berkata : Ã

¢â‚¬Å“Aku dilahirkan pada tahun 202 Hijriah"

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Ketika menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul

paradigma bahwasanya beliau semenjak kecil memiliki keahlian

untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Semua itu ditunjang dengan

adanya keutamaan yang telah di anugerahkan Allah kepadanya

berupa kecerdasan, kepandaian dan kejeniusan, disamping itu juga

adanya masyarakat sekelilingnya yang mempunyai andil besar

dalam menimba ilmu.

Dia semenjak kecil memfokuskan diri untuk belajar ilmu

hadits, maka kesempatan itu dia gunakan untuk mendengarkan

hadits di negrinya Sijistan dan sekitarnya. Kemudian dia memulai

rihlah ilmiahnya ketika menginjak umur delapan belas tahun. Dia

33
merupakan sosok ulama yang sering berkeliling mencari hadits ke

berbagai belahan negri Islam, banyak mendengar hadits dari

berbagai ulama, maka tak heran jika dia dapat menulis dan

menghafal hadits dengan jumlah besar yaitu setengah juta atau

bahkan lebih dari itu. Hal ini merupakan modal besar bagi berbagai

karya tulis beliau yang tersebar setelah itu keberbagai pelosok

negri islam, dan menjadi sandaran dalam perkembangan keilmuan

baik hadits maupun disiplin ilmu lainnya.

Rihlah beliau

Iman Abu Daud adalah salah satu Iman yang sering

berkeliling mencari hadits ke negri-negri Islam yang ditempati para

Kibarul Muhadditsin, beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu

dalam rangka menuntut ilmu dan mengejar hadits yang tersebar di

berbagai daerah yang berada di dada orang-orang tsiqat dan

Amanah. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta

kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau

mengadakan perjalanan (Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum

genap berusia 18 tahun.

Adapun negri-negri islam yang beliau kunjungi adalah;

1. Iraq; Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali

beliau masuki, yaitu pada tahun 220 hijriah

2. Kufah; beliau kunjungi pada tahun 221 hijriah.

34
3. Bashrah; beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits

di sana, kemudian keluar dari sana dan kembali lagi setelah

itu.

4. Syam; Damsyiq, Himsh dan Halb.

5. AL Jazirah; masuk ke daerah Haran, dan mendengar hadits

dari penduduknya.

6. Hijaz; mendengar hadits dari penduduk Makkah,

kemungkinan besar saat itu perjalanan beliau ketika hendak

menunaikan ibadah haji.

7. Mesir

8. Khurasan; Naisabur dan Harrah, dan mendengar hadits dari

penduduk Baghlan.

9. Ar Ray

10. Sijistan; tempat tinggal asal beliau, kelaur dari sana

kemudian kembali lagi, kemudian keluar menuju ke Bashrah.

Guru-guru beliau

Diantara guru beliau yang terdapat di dalam sunannya

adalah;

a. Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi

b. Yahya bin Ma'in Abu Zakariya

c. Ishaq binIbrahin bin Rahuyah abu ya'qub al Hanzhali

d. Utsman bin Muhammad bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi

al Kufi.

e. Muslim bin Ibrahim al Azdi

35
f. Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab al Qa'nabi al Harits al

Madani

g. Musaddad bin Musarhad bin Musarbal

h. Musa bin Ismail at Tamimi.

i. Muhammad bin Basar.

j. Zuhair bin Harbi (Abu Khaitsamah)

k. Umar bin Khaththab as Sijistani.

l. Ali bin Al Madini

m. Ash Shalih abu sarri (Hannad bin sarri).

n. Qutaibah bin Sa'id bin Jamil al Baghlani

o. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli

Murid-murid beliau

Diantara murid-murid beliau, antara lain;

a) Imam Abu 'Isa at Tirmidzi

b) Imam Nasa'i

c) Abu Ubaid Al Ajuri

d) Abu Thayyib Ahmad bin Ibrahim Al Baghdadi (Perawi sunan

Abi Daud dari beliau).

e) Abu 'Amru Ahmad bin Ali Al Bashri (perawi kitab sunan dari

beliau).

f) Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al Khallal Al Faqih.

g) Isma'il bin Muhammad Ash Shafar.

h) Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).

i) Zakaria bin Yahya As Saaji.

36
j) Abu Bakar bin Abi Dunya.

k) Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal

Mansukh dari beliau).

l) Ali bin Hasan bin Al 'Abd Al Anshari (perawi sunsn dari beliau).

m) Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan

dari beliau).

n) Abu 'Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu'lu'i (perawi sunan dari

beliau).

o) Muhammad bin Ahmad bin Ya'qub Al Matutsi Al Bashri (perawi

kitab Al Qadar dari beliau).

Persaksian para ulama terhadap beliau

Banyak sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh

terkemuka kalangan imam dan ulama hadits dan disiplin ilmu

lainnya yang mengalir kepada imam Abu Daud Rahimahullah,

diantaranya adalah;

1. Abdurrahman bin Abi Hatim berkata : Abu daud Tsiqah

2. Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Daud adalah

imam yang dikedepankan pada zamannya.

3. Ibnu Hibban berkata: Abu Daud merupakan salah satu imam

dunia dalam bidang ilmu dan fiqih.

4. Musa bin Harun menuturkan: Abu Daud diciptakan di dunia

untuk hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak

melihat seorangpun lebih utama daripada dirinya.

37
5. Al Hakim berkata: Abu Daud adalah imam bidang hadits di

zamannya tanpa ada keraguan.

6. Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi menuturkan:

Para ulama telah sepakat memuji Abu Daud dan mensifatinya

dengan ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara', agama

(kesholehan) dan kuat pemahamannya dalam hadits dan

yang lainnya.

7. Abu Bakr Ash Shaghani berkata: Hadits dilunakkan bagi Abi

Daud sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud.

8. Adz Dzahabi menuturkan:Abu Daud dengan keimamannya

dalam hadits dan ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli

fiqih yang besar,maka kitabnya As Sunan telah jelas

menunjukkan hal tersebut.

Sifat kitab sunan Abi Daud

Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Prioritas

penysusnan kitabnya adalah masalah hukum, jadi kumpulan

haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang hukum.

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh as Suyuthi bahwasannya Abu

Daud hanya membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang

berkaitan dengan hukum saja.

Abu Bakar bin Dasah menuturkan; aku mendengar Abu Daud

berkata: Aku menulis dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

sebanyak lima ratus ribu hadits, kemudian aku pilah-pilah dari

hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta aku letakkan dalam

38
kitabku ini sebanyak empat ribu delapan ratus Hadits. Aku sebutkan

yang shahih, yang serupa dengannya dan yang mendekati kepada

ke shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk menjaga agamanya

dengan berpegangan terhadap empat hadits, yaitu; yang

pertama;'segala perbuatan harus di sertai dengan niat,' yang

kedua; 'indikasi baik islamnya seseorang adalah meninggalkan

perkara yang tidak bermanfaat baginya.' Yang ketiga; 'tidaklah

seorang mu'min menjadi mu'min yang hakiki, sehingga dia rela

untuk saudaranya sebagaimana dia rela untuk dirinya sendiri.' Dan

yang kelima; 'yang halal itu sudah jelas..'

Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita

adalah;

1) As Sunan

2) Al marasil

3) Al Masa'il

4) Ijabaatuhu 'an su'alaati Abi 'Ubaid al Ajuri

5) Risalatuhu ila ahli Makkah

6) Tasmiyyatu al Ikhwah alladziina rowaa 'anhum al hadits

7) Kitab az zuhd

Adapun kitab beliau yang hilang dari peredaran adalah;

a. Ar Radd 'ala ahli al qadar

b. An Nasikh wal Mansukh

c. At Tafarrud

d. Fadla'ilu al anshar

39
e. Musnad Hadits Malik

f. Dala'ilu an nubuwwah

g. Ad du'aa'

h. Ibtidaa'u al wahyi

i. Akhbaru al Khawarij

j. Ma'rifatu al awqaat

Wafatnya beliau

Abu 'Ubaid al Ajuri menuturkan; 'Imam abu daud meninggal

pada hari jum'at tanggal 16 bulan syawwal tahun 275 hijriah,

berumur 73 tahun. Beliau meninggal di Busrah. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmatNya dan meridlai beliau.

4. Biografi Tirmizi

Nama lengkap Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin adl

Dlahhak22 Kunyah beliau: Abu 'Isa

Nasab beliau:

As Sulami; yaitu nisbah kepada satu kabilah yang yang di

jadikan sebagai afiliasi beliau, dan nisbah ini merupakan nisbah

kearaban

At Tirmidzi; nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan

(Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan dari sungai

Jaihun, bagian selatan Iran.

Tanggal lahir: para pakar sejarah tidak menyebutkan tahun

kelahiran beliau secara pasti, akan tetapi sebagian yang lain

22
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis, h. 45.

40
memperkirakan bahwa kelahiran beliau pada tahun 209 hijriah.

Sedang Adz Dzahabi berpendapat dalam kisaran tahun 210 hijriah.

Ada satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di

lahirkan dalam keadaan buta, padahal berita yang akurat adalah,

bahwa beliau mengalami kebutaan di masa tua, setelah

mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu

yang beliau miliki.

Beliau tumbuh di daerah Tirmidzi, mendengar ilmu di daerah

ini sebelum memulai rihlah ilmiah beliau. Dan beliau pernah

menceritakan bahwa kakeknya adalah orang marwa, kemudian

berpindah dari Marwa menuju ke tirmidzi, dengan ini menunjukkan

bahwa beliau lahir di Tirmidzi.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Berbagai literatur-literatur yang ada tidak menyebutkan

dengan pasti kapan imam Tirmidzi memulai mencari ilmu, akan

tetapi yang tersirat ketika kita memperhatikan biografi beliau,

bahwa beliau memulai aktifitas mencari ilmunya setelah menginjak

usia dua puluh tahun. Maka dengan demikian, beliau kehilangan

kesempatan untuk mendengar hadits dari sejumlah tokoh-tokoh

ulama hadits yang kenamaan, meski tahun periode beliau

memungkinkan untuk mendengar hadits dari mereka, tetapi beliau

mendengar hadits mereka melalui perantara orang lain. Yang

nampak adalah bahwa beliau memulai rihlah pada tahun 234

hijriah.

41
Beliau memiliki kelebihan; hafalan yang begitu kuat dan otak

encer yang cepat menangkap pelajaran. Sebagai permisalan yang

dapat menggambarkan kecerdasan dan kekuatan hafalan beliau

adalah, satu kisah perjalan beliau meuju Makkah, yaitu pada saat

aku dalam perjalanan menuju Makkah, ketika itu aku telah menulis

dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang syaikh.

Kebetulan Syaikh tersebut berpapasan dengan kami. Maka aku

bertanya kepadanya, dan saat itu aku mengira bahwa "dua jilid

kitab" yang aku tulis itu bersamaku. Tetapi yang kubawa bukanlah

dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang masih putih bersih

belum ada tulisannya. aku memohon kepadanya untuk

menperdengarkan hadits kepadaku, dan ia mengabulkan

permohonanku itu. Kemudian ia membacakan hadits dari lafazhnya

kepadaku. Di sela-sela pembacaan itu ia melihat kepadaku dan

melihat bahwa kertas yang kupegang putih bersih. Maka dia

menegurku: 'Tidakkah engkau malu kepadaku?' maka aku pun

memberitahuka kepadanya perkaraku, dan aku berkata aku telah

mengahafal semuanya." Maka syaikh tersebut berkata; 'bacalah!'.

Maka aku pun membacakan kepadanya seluruhnya, tetapi dia tidak

mempercayaiku, maka dia bertanya: 'Apakah telah engkau

hafalkan sebelum datang kepadaku?' 'Tidak,' jawabku. Kemudian

aku meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun

kemudian membacakan empat puluh buah hadits, lalu berkata:

42
'Coba ulangi apa yang kubacakan tadi,' Lalu aku membacakannya

dari pertama sampai selesai tanpa salah satu huruf pun."

Rihlah beliau

Imam At Tirmidzi keluar dari negrinya menuju ke Khurasan,

Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu. Di sana beliau

mendengar ilmu dari kalangan ulama yang beliau temui, sehingga

dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya. Akan tetapi

sangat di sayangkan beliau tidak masuk ke daerah Syam dan

Mesir, sehingga hadits-hadits yang beliau riwayatkan dari ulama

kalangan Syam dan Mesir harus melalui perantara, kalau sekiranya

beliau mengadakan perjalanan ke Syam dan Mesir, niscaya beliau

akan mendengar langsung dari ulama-ulama tersebut, seperti

Hisyam bin 'Ammar dan semisalnya.

Para pakar sejarah berbeda pendapat tentang masuknya

imam At Tirmidzi ke daerah Baghdad, sehingga mereka berkata;

“kalau sekiranya dia masuk ke Baghdad, niscaya dia akan

mendengar dari Ahmad bin Hanbal. Al Khathib tidak menyebutkan

at Timidzi (masuk ke Baghdad) di dalam tarikhnya, sedangkan Ibnu

Nuqthah dan yang lainnya menyebutkan bahwa beliau masuk ke

Baghdad. Ibnu Nuqthah menyebutkan bahwasanya beliau pernah

mendengar di Baghdad dari beberapa ulama, diantaranya adalah;

Al Hasan bin AshShabbah, Ahmad bin Mani' dan Muhammad bin

Ishaq Ash shaghani.

43
Dengan ini bisa di prediksi bahwa beliau masuk ke Baghdad

setelah meninggalnya Imam Ahmad bin Hanbal, dan ulama-ulama

yang di sebutkan oleh Ibnu Nuqthah meninggal setelah imam

Ahmad. Sedangkan pendapat Al Khathib yang tidak

menyebutkannya, itu tidak berarti bahwa beliau tidak pernah

memasuki kota Baghdad sama sekali, sebab banyak sekali dari

kalangan ulama yang tidak di sebutkan Al Khathib di dalam

tarikhnya, padahal mereka memasuki Baghdad.

Setelah pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke

negrinya, kemudian beliau masuk Bukhara dan Naisapur, dan beliau

tinggal di Bukhara beberapa saat.

Negri-negri yang pernah beliau masuki adalah;

1. Khurasan

2. Bashrah

3. Kufah

4. Wasith

5. Baghdad

6. Makkah

7. Madinah

8. Ar Ray

Guru-guru beliau

Imam at Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits

dari ulama-ulama kenamaan. Di antara mereka adalah

1) Qutaibah bin Sa'id

44
2) Ishaq bin Rahuyah

3) Muhammad bin 'Amru As Sawwaq al Balkhi

4) Mahmud bin Ghailan

5) Isma'il bin Musa al Fazari

6) Ahmad bin Mani'

7) Abu Mush'ab Az Zuhri

8) Basyr bin Mu'adz al Aqadi

9) Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib

10) Abi 'Ammar Al Husain bin Harits

11) Abdullah bin Mu'awiyyah al Jumahi

12) 'Abdul Jabbar bin al 'Ala`

13) Abu Kuraib

14) 'Ali bin Hujr

15) 'Ali bin sa'id bin Masruq al Kindi

16) 'Amru bin 'Ali al Fallas

17) 'Imran bin Musa al Qazzaz

18) Muhammad bin aban al Mustamli

19) Muhammad bin Humaid Ar Razi

20) Muhammad bin 'Abdul A'la

21) Muhammad bin Rafi'

22) Imam Bukhari

23) Imam Muslim

24) Abu Dawud

25) Muhammad bin Yahya al 'Adani

45
26) Hannad bin as Sari

27) Yahya bin Aktsum

28) Yahya bun Hubaib

29) Muhammad bin 'Abdul Malik bin Abi Asy Syawarib

30) Suwaid bin Nashr al Marwazi

31) Ishaq bin Musa Al Khathami

32) Harun al Hammal.

Murid-murid beliau

Kumpulan hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi

banyak yang meriwayatkan, diantaranya adalah

a) Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As Samarqandi

b) Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi

c) Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah al Muqri`

d) Ahmad bin Yusuf An Nasafi

e) Ahmad bin Hamduyah an Nasafi

f) Al Husain bin Yusuf Al Farabri

g) Hammad bin Syair Al Warraq

h) Daud bin Nashr bin Suhail Al Bazdawi

i) Ar Rabi' bin Hayyan Al Bahili

j) Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi

k) 'Abd bin Muhammad bin Mahmud An Safi

l) 'Ali bin 'Umar bin Kultsum as Samarqandi

m) Al Fadhl bin 'Ammar Ash Sharram

n) Abu al 'Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub

46
o) Abu Ja'far Muhammad bin Ahmad An Nasafi

p) Abu Ja'far Muhammad bin sufyan bin An Nadlr An Nasafi al

Amin

q) Muhammad bin Muhammad bin Yahya Al Harawi al Qirab

r) Muhammad bin Mahmud bin 'Ambar An Nasafi

s) Muhammad bin Makki bin Nuh An Nasafai

t) Musbih bin Abi Musa Al Kajiri

u) Makhul bin al Fadhl An Nasafi

v) Makki bin Nuh

w) Nashr bin Muhammad bi Sabrah

x) Al Haitsam bin Kulaib

Persaksian para ulama terhadap keilmuan dan kecerdasan

imam Tirmidzi sangatlah banyak, diantaranya adalah;

Imam Bukhari berkata kepada imam At Tirmidzi; “ilmu

yang aku ambil manfaatnya darimu itu lebih banyak ketimbang ilmu

yang engkau ambil manfaatnya dariku."

Al Hafiz 'Umar bin 'Alak menuturkan; “Bukhari meninggal,

dan dia tidak meninggalkan di Khurasan orang yang seperti Abu 'Isa

dalam hal ilmu, hafalan, wara' dan zuhud."

Ibnu Hibban menuturkan; “Abu 'Isa adalah sosok ulama

yang mengumpulkan hadits, membukukan, menghafal dan

mengadakan diskusi dalam hal hadits."

47
Abu Ya'la al Khalili menuturkan; “Muhammad bin 'Isa at

Tirmidzi adalah seorang yang tsiqah menurut kesepatan para

ulama, terkenal dengan amanah dandan keilmuannya.

Abu Sa'd al Idrisi menuturkan; “Imam Tirmidzi adalah salah

seorang imam yang di ikuti dalam hal ilmu hadits, beliau telah

menyusun kitab al jami', tarikh dan 'ilal dengan cara yang

menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang alim yang kapabel.

Beliau adalah seorang ulama yang menjadi contoh dalam hal

hafalan."

Al Mubarak bin al Atsram menuturkan; “Imam Tirmidzi

merupakan salah seorang imam hafizh dan tokoh."

Al Hafizh al Mizzi menuturkan Imam Tirmidzi adalah salah

seorang imam yang menonjol, dan termasuk orang yang Allah

jadikan kaum muslimin mengambil manfaat darinya.

Adz Dzahabi menuturkan; Imam Tirmidzi adalah seorang

hafizh, alim, imam yang kapabel

Ibnu Katsir menuturkan: Imam Tirmidzi adalah salah seorang

imam dalam bidangnya pada zaman beliau."

Keteledoran Ibnu Hazm;

Dalam hal ini Ibnu Hazm melakukan kesalahan yang sangat

fatal, sebab dia mengira bahwa At Tirmidzi adalah seorang yang

tidak dikenal, maka serta merta para ulama membantah

setatemennya ini, mereka berkata; “Ibnu Hazm telah

menghukumi dirinya sendiri dengan keminimannya dalam hal

48
penelaahan, sebenarnya kapabalitas Imam Tirmidzi tidak

terpengaruh sekali dengan statemen Ibnu Hazm tersebut, bahkan

kapabilitas Ibnu Hazm sendiri yang menjadi tercoreng karena dia

tidak mengenali seorang imam yang telah tersebar

kemampuannya. Dan ini bukan pertama kali kesalahan yang dia

lakukan, sebab banyak dari kalangan ulama hafizh lagi tsiqah yang

terkenal yang tidak dia ketahui."

Semua ini kami paparkan dengan tidak sedikitpun

mengurangi rasa hormat dan pengakuan kami terhadap keutamaan

dan keilmuannya, akan tetapi agar tidak terpedaya dengan

statemen-statemen yang nyeleneh darinya.

Hasil karya beliau

Imam Tirmizi menitipkan ilmunya di dalam hasil karya beliau,

diantara buku-buku beliau ada yang sampai kepada kita dan ada

juga yang tidak sampai. Di antara hasil karya beliau yang sampai

kepada kita adalah:

a. Kitab Al Jami', terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi.

b. Kitab Al 'Ilal

c. Kitab Asy Syama'il an Nabawiyyah.

d. Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu 'alaihi wa

sallam.

Adapun karangan beliau yang tidak sampai kepada kita

adalah;

a) Kitab At-Tarikh.

49
b) Kitab Az Zuhd.

c) Kitab Al Asma` wa al kuna.

Wafatnya beliau:

Di akhir kehidupannya, imam at Tirmidzi mengalami

kebutaan, beberapa tahun beliau hidup sebagai tuna netra, setelah

itu imam atTirmidzi meninggal dunia. Beliau wafat di Tirmidz pada

malam Senin 13 Rajab tahun 279 H bertepatan dengan 8 Oktober

892, dalam usia beliau pada saat itu 70 tahun.

5. Biografi Al-Nasai

Nama lengkap Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr23

Kuniyah beliau: Abu Abdirrahman, tanggal lahir tahun 215

hijriah

Nasab beliau: An Nasa`i dan An Nasawi, yaitu nisbah kepada

negri asal beliau, tempat beliau di lahirkan. Satu kota bagian

dari Khurasan.

Sifat-sifat beliau: An Nasa`i merupakan seorang lelaki yang

ganteng, berwajah bersih dan segar, wajahnya seakan-akan lampu

yang menyala. Beliau adalah sosok yang karismatik dan tenang,

berpenampilan yang sangat menarik. Kondisi itu karena beberapa

faktor, diantaranya; dia sangat memperhatikan keseimbangan

dirinya dari segi makanan, pakaian, dan kesenangan, minum sari

buah yang halal dan banyak makan ayam.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

23
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis. H. 48.

50
Imam Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, karena beliau

mengadakan perjalanan ke Qutaibah bin Sa’id pada tahun 230

hijriah, pada saat itu beliau berumur 15 tahun. Beliau tinggal di

samping Qutaibah di negrinya Baghlan selama setahun dua bulan,

sehingga beliau dapat menimba ilmu darinya begitu banyak dan

dapat meriwayatkan hadits-haditsnya.

Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang

jarang di miliki oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana

beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat mendalam.

maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama

kibar, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya,

sehingga beliau dapat menghafal banyak hadits,

mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya beliau

memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.

Beliau telah menulis hadits-hadits dla’if, sebagaimana

beliaupun telah menulis hadis-hadis shahih, padahal pekerjaan ini

hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i

mampu untuk melakukan pekerjaan ini, bahkan beliau memiliki

kekuatan kritik yang detail dan akurat, sebagaimana yang di

gambarkan oleh al Hafizh Abu Thalib Ahmad bin Sazhr; ‘ siapa yang

dapat bersabar sebagaimana kesabaran An Nasa`i? dia memiliki

hadits Ibnu Lahi’ah dengan terperinci - yaitu dari Qutaibah dari Ibnu

Lahi’ah-, maka dia tidak meriwayatkan hadits darinya.’ Maksudnya

karena kondisi Ibnu Lahi’ah yang dla’if.

51
Dengan ini menunjukkan, bahwa tendensi beliau bukan hanya

memperbanyak riwayat hadits semata, akan tetapi beliau

berkeinginan untuk memberikan nasehat dan menseterilkan

syarea’at (dari bid’ah dan hal-hal yang diada-adakan) Sebagaimana

imam Nasa`i selalu berhati-hati dalam mendengar hadits dan selalu

selektif dalam meriwayatkannya. Maka ketika beliau mendengar

dari Al Harits bin Miskin, dan banyak meriwayatkan darinya, akan

tetapi beliau tidak mengatakan; ‘telah menceritakan kepada kami,’

atau ‘telah mengabarkan kepada kami,’ secara serampangan, akan

tetapi dia selalu berkata; ‘dengan cara membacakan kepadanya

dan aku mendengar.’ Para ulama menyebutkan, bahwa faktor imam

Nasa`i melakukan hal tersebut karena terdapat kerenggangan

antara imam Nasa`i dengan Al Harits, dan tidak memungkinkan

baginya untuk menghadiri majlis Al Harits, kecuali beliau

mendengar dari belakang pintu atau lokasi yang memungkinkan

baginya untuk mendengar bacaan qari` dan beliau tidak dapat

melihatnya.

Rihlah beliau

Imam Nasa`i mempunyai lawatan ilmiah cukup luas, beliau

berkeliling kenegri-negri Islam, baik di timur maupun di barat,

sehingga beliau dapat mendengar dari banyak orang yang

mendengar hadits dari para hafizh dan syaikh.

Diantara negri yang beliau kunjungi adalah sebagai berikut;

1. Khurasan

52
2. Iraq; Baghdad, Kufah dan Bashrah

3. Al Jazirah; yaitu Haran, Maushil dan sekitarnya.

4. Syam

5. Perbatasan; yaitu perbatasan wilayah negri islam dengan

kekuasaan Ramawi

6. Hijaz

7. Mesir

Guru-guru beliau

Kemampuan intelektual Imam Nasa’i menjadi matang dan

berisi dalam masa lawatan ilmiahnya. Namun demikian, awal proses

pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu

saja, karena di daerah inilah, beliau mengalami proses

pembentukan intelektual, sementara masa lawatan ilmiahnya dinilai

sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.

Diantara guru-guru beliau, yang teradapat didalam kitab

sunannya adalah sebagai berikut;

1) Qutaibah bin Sa’id

2) Ishaq bin Ibrahim

3) Hisyam bin ‘Ammar

4) Suwaid bin Nashr

5) Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi

6) Abu Thahir bin as Sarh

7) Yusuf bin ‘Isa Az Zuhri

8) Ishaq bin Rahawaih

53
9) Al Harits bin Miskin

10) Ali bin Kasyram

11) Imam Abu Dawud

12) Imam Abu Isa at Tirmidzi

Murid-murid beliau

Murid-murid yang mendengarkan majlis beliau dan pelajaran

hadits beliau adalah;

a. Abu al Qasim al Thabarani

b. Ahmad bin Muhammad bin Isma’il An Nahhas an Nahwi

c. Hamzah bin Muhammad Al Kinani

d. Muhammad bin Ahmad bin Al Haddad asy Syafi’i

e. Al Hasan bin Rasyiq

f. Muhmmad bin Abdullah bin Hayuyah An Naisaburi

g. Abu Ja’far al Thahawi

h. Al Hasan bin al Khadir Al Asyuti

i. Muhammad bin Muawiyah bin al Ahmar al Andalusi

j. Abu Basyar ad Dulabi

k. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as Sunni.

Persaksian para ulama terhadap beliau

Dari kalangan ulama seperiode beliau dan murid-muridnya

banyak yang memberikan pujian dan sanjungan kepada beliau,

diantara mereka yang memberikan pujian kepada beliau adalah;

a) Abu ‘Ali An Naisaburi menuturkan; ‘beliau adalah tergolong

dari kalangan imam kaum muslimin.’ Sekali waktu dia

54
menuturkan; beliau adalah imam dalam bidang hadits dengan

tidak ada pertentangan.’

b) Abu Bakr Al Haddad Asy Syafi’I menuturkan; ‘aku ridla dia

sebagai hujjah antara aku dengan Allah Ta’ala.’

c) Manshur bin Isma’il dan At Thahawi menuturkan; ‘beliau

adalah salah seorang imam kaum muslimin.’

d) Abu Sa’id bin yunus menuturkan; ‘ beliau adalah seorang

imam dalam bidang hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.’

e) Al Qasim Al Muththarriz menuturkan; ‘beliau adalah seorang

imam, atau berhak mendapat gelar imam.’

f) Ad Daruquthni menuturkan; ‘Abu Abdirrahman lebih di

dahulukan dari semua orang yang di sebutkan dalam disiplin

ilmu ini pada masanya.’

g) Al Khalili menuturkan; ‘beliau adalah seorang hafizh yang

kapabel, di ridlai oleh para hafidzh, para ulama sepakat atas

kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan perkataannya bisa

dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.’

h) Ibnu Nuqthah menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam

dalam disiplin ilmu ini.’

i) Al Mizzi menuturkan; ‘beliau adalah seorang imam yang

menonjol, dari kalangan para hafizh, dan para tokoh yang

terkenal.’

Imam Nasa`i mempunyai beberapa hasil karya, diantaranya

adalah;

55
1. As Sunan Ash Shughra

2. As Sunan Al Kubra

3. Al Kuna

4. Khasha`isu ‘Ali

5. ‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah

6. At Tafsir

7. Adl Dlu’afa wa al Matrukin

8. Tasmiyatu Fuqaha`i Al Amshar

9. Tasmiyatu man lam yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid

10. Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah

11. Musnad ‘Ali bin Abi Thalib

12. Musnad Hadits Malik

13. Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum

14. Al Ikhwah

15. Al Ighrab

16. Musnad Manshur bin Zadzan

17. Al Jarhu wa ta’dil

Wafatnya beliau

Setahun menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari

Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama

tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni mengatakan, beliau

di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah. Pendapat

yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah

al-’Uqbi al-Mishri.

56
6. Biografi Ibnu Majah

Nama lengkap Muhammad bin Yazid bin Majah al Qazwini.

Nama yang lebih familier adalah Ibnu Mâjah yaitu laqab

bapaknya (Yazîd). Bukan nama kakek beliau. Kuniyah beliau:

Abu ‘Abdullâh

Nasab beliau:

Ar Rib’I; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu

kabilah arab. Al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah

kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.

Tanggal lahir: Ibnu Majah menuturkan tentang dirinya; "aku

dilahirkan pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada

tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di

lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin.

Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.24

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri

tempat tinggalnya Qazwin. Akan tetapi sekali lagi referensi-

referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan beliau

memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru kepada Ali

bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah,

berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak

menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar

24
‘Abdul Kari@@@@@@@@@@@@@@m bin Muh}ammad bin Mans}u>r
al-Tami@mi@ al-Sam’a>ni@al-Marwaz\i@ Abu> Sa’ad, al-Tah}bi@r Fi@ Mu’jam
al-Kabi@r juz I (Cet. I; Bagda>d: Ria>sah Di@wa>n al-Auqa>f, 1975), h. 396.

57
dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233

hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di

tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu

adalah ketika dia berumur dua puluh tahunan.

Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak

puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun

mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan

dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri

tersebut.

Rihlah beliau

Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu

mengadakan rihlah dalam rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun

keluar meninggalkan negrinya untuk mendengar hadits dan

menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam yang

menyimpan mutiara hadits. Bakat dan minatnya di bidang Hadis

makin besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke

beberapa daerah dan negri guna mencari, mengumpulkan, dan

menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain:

1. Khurasan; Naisabur dan yang lainnya

2. Ar Ray

3. Iraq; Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah

4. Hijaz; Makkah dan Madinah

5. Syam; damasqus dan Himsh

6. Mesir

58
Guru-guru beliau

Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits

lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekalia.

Diantara guru beliau adalah;

1) ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî

2) Jabbarah bin AL Mughallas

3) 2. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair

4) 3. Suwaid bin Sa’îd

5) 4. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî

6) 5. Muhammad bin Ramh

7) Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi

8) Muhammad bin Abdullah bin Numair

9) Abu Bakr bin Abi Syaibah

10) Hisyam bin ‘Ammar

11) Abu Sa’id Al Asyaj

Murid-murid beliau

Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang

haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka

sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, diantara

mereka adalah;

a. Muhammad bin ‘Isa al Abharî

b. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî

c. Sulaiman bin Yazid al Fami

d. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan

59
e. Ishaq bin Muhammad

f. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar

g. ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari

h. Ibnu Sibuyah

i. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm

Persaksian para ulama terhadap beliau

Al HafizhAl Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang

yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah,

memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan

hafalan.” Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; "(Ibnu Majah) adalah

seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir." Al Mizzi

menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as

sunan dan beberapa hasil karya yang bermanfa’at.” Ibnu Katsîr

menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang

Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan

pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya

terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang

Hasil karya beliau

Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil

karya beliau cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan,

bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita. Adapun diantara

hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:

a) Kitab as-Sunan yang masyhur

b) Tafsir al Qur’an al-Karim

60
c) Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-

Shahâbah sampai masa beliau.

Wafatnya beliau

Beliau meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu

ramadlan tahun dua ratus tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok

harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat

dan keridlaan-Nya kepada beliau.

7. Biografi Imam Ahmad

Nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin

Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin

'Auf bin Qasithi bin Marin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin

Uqbah bin Sha'ab bin Ali bin Bakar bin Wail.

Kuniyah: Abu Abdillah

Nasab beliau: Bapak dan ibu beliau adalah orang arab,

keduanya anak Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah, seorang arab asli.

Bahkan nasab beliau bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa

sallam di Nazar.

Kelahiran beliau: Imam Ahmad dilahirkan di kota Baghdad 25.

Ada yang berpendapat bahwa di Marwa, kemudian di bawa ke

Baghdad ketika beliau masih dalam penyusuan. Hari lahir beliau

pada tanggal dua puluh Rabi'ul awwal tahun 164 hijriah.

Abu ‘Abdillah Muh}ammad bin Sa’ad bin Muni@’ al-Ha>syami@, al-


25

T{abaqa>h al-Kubra> juz VII (Cet. I; Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiah, 1990), h.
253.

61
Ayah Imam Ahmad dan kakeknya meninggal ketika beliau

lahir, sehingga semenjak kecil ia hanya mendapatkan pengawasan

dan kasih sayang ibunya saja. Jadi, beliau tidak hanya sama dengan

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah nasab saja, akan

tetapi beliau juga sama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

dalam masalah yatim.

Meskipun imam Ahmad tidak mewaritsi harta dari ayah dan

kakeknya, tetapi beliau telah mewaritsi dari kakeknya kemulian

nasab dan kedudukan, sedang dari ayahnya telah mewaritsi

kecintaan terhadap jihad dan keberanian. Ayah beliau, Muhammad

bin Hambal menemui ajalnya ketika sedang berada di medan jihad,

sedang kakeknya, Hambal bin Hilal adalah seorang penguasa

daerah Sarkhas, pada saat kekhilafahan Umawiyyah.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Permulaan imam Ahmad dalam rangka menuntut ilmu pada

tahun 179 hijriah, pada saat itu beliau berusia empat belas tahu,

beliau menuturkan tentang dirinya; ' ketika aku masih anak-anak,

aku modar-mandir menghadiri sekolah menulis, kemudian aku

bolak-balik datang keperpustakaan ketika aku berumur empat belas

tahun.'

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota

Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban

dunia Islam, yang penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan.

Di sana tinggal para qari', ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof,

62
dan sebagainya. Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari

ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau

melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut

ilmu dengan penuh semangat yang tinggi dan tidak mudah putus

asa.

Keteguhan dalam mencari ilmu telah mengantarkan imam

Ahmad menjadi ulama besar dan disegani, baik dari kalangan

masyarakat awwam, terpelajar maupun dari kalangan penguasa.

Dalam rihlah ilmiyyah yang beliau jalani, ada satu pelajaran yang

patut kita conth, setiap kali bekalnya habis, beliau selalu

mendermakan dirinya untuk bekerja guna melanjutkan

perjalanannya. Ia tidak mau menerima uang ataupun materi lainnya

selain dari hasil kerja keras dan hasil keringatnya sendiri.

Rihlah beliau

Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya,

setiap kali mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela

menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba

ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan

beliau rela tak menikah dalam usia muda. Beliau baru menikah

setelah usia 40 tahun.

diantara negri yang beliau kunjungi adalah:

Bashrah; beliau kunjungi pada tahun 186 hijriah, kedua

kalinya beliau mengunjungi pada tahun 190 hijriah, yang ketiga

63
beliau kunjungi pada tahun 194 hijriah, dan yang keempat beliau

mengunjungi pada tahun 200 hijriah.

Kufah; beliau mengunjunginya pada tahun 183 hijriah, dan

keluar darinya pada tahun yang sama, dan ini merupakan rihlah

beliau yang pertama kali setelah keluar dari Baghdad.

Makkah; beliau memasukinya pada tahun 187 hijriah, di sana

berjumpa dengan imam Syafi'i. kemudian beliau mengunjunginya

lagi pada tahun 196 hijriah, dan beliau juga pernah tinggal di

Makkah pada tahun 197, pada tahun itu bertemu dengan

Abdurrazzaq. Kemudian pada tahun 199 hijriah beliau keluar dari

Makkah.

Yaman; beliau meninggalkan Makkah menuju Yaman dengan

berjalan kaki pada tahun 199 hijriah. Tinggal di depan pintu Ibrahim

bin 'Uqail selama dua hari dan dapat menulis hadits dari

Adurrazzaq.

Tharsus; Abdullah menceritakan; ' ayahku keluar menuju

Tharsus dengan berjalan kaki.

Wasith; Imam Ahmad menuturkan tentang perjalanan beliau;

' aku pernah tinggal di tempat Yahya bin Sa'id Al Qaththan,

kemudian keluar menuju Wasith.'

Ar Riqqah; Imam Ahmad menuturkan; 'Di Riqqah aku tidak

menemukan seseorang yang lebih utama ketimbang Fayyadl bin

Muhammad bin Sinan.'

64
Ibadan; beliau mengunjunginya pada tahun 186 hijriah, di

sana tinggal Abu Ar Rabi' dan beliau dapat menulis hadits darinya.

Mesir; beliau berjanji kepada imam Syafi'I untuk

mengunjunginya di Mesir, akan tetapi dirham tidak menopangnya

mengunjungi imam Syafi'I di sana.

Guru-guru beliau

Semenjak kecil imam Ahmad memulai untuk belajar, banyak

sekali guru-guru beliau, diantaranya;

1. Husyaim bin Basyir, imam Ahmad berguru kepadanya selama

lima tahun di kota Baghdad.

2. Sufyan bin Uyainah

3. Ibrahim bin Sa'ad

4. Yahya bin Sa'id al Qaththân

5. Walîd bin Muslim

6. Ismail bin 'Ulaiyah

7. Al Imam Asy Syafi'i

8. Al Qadli Abu Yusuf

9. Ali bin Hasyim bin al Barid

10. Mu'tamar bin Sulaiman

11. Waki' bin Al Jarrah

12. 'Amru bin Muhamad bin Ukh asy Syura

13. Ibnu Numair

14. Abu Bakar Bin Iyas

15. Muhamad bin Ubaid ath Thanafusi

65
16. Yahya bin Abi Zaidah

17. Abdul Rahman bin Mahdi

18. Yazid bin Harun

19. Abdurrazzaq bin Hammam Ash Shan'ani

20. Muhammad bin Ja'far

Murid-murid beliau

Tidak hanya ahli hadits dari kalangan murid-murid beliau saja

yang meriwayatkan dari beliau, tetapi guru-guru beliau dan ulama-

ulama besar pada masanyapun tidak ketinggalan untuk

meriwayatkan dari beliau. Dengan ini ada klasifikasi tersendiri

dalam kategori murid beliau, diantaranya;

Guru beliau yang meriwayatkan hadits dari beliau;

1) Abdurrazzaq

2) Abdurrahman bin Mahdi

3) Waki' bin Al Jarrah

4) Al Imam Asy Syafi'i

5) Yahya bin Adam

6) Al Hasan bin Musa al Asy-yab

Sedangkan dari ulama-ulama besar pada masanya yang

meriwayatkan dari beliau adalah;

a. Al Imam Al Bukhari

b. Al Imam Muslim bin Hajjaj

c. Al Imam Abu Daud

d. Al Imam At Tirmidzi

66
e. Al Imam Ibnu Majah

f. Al Imam An Nasa`i

Dan murid-murid beliau yang meriwayatkan dari beliau

adalah;

a) Ali bin Al Madini

b) Yahya bin Ma'in

c) Dahim Asy Syami

d) Ahmad bin Abi Al Hawari

e) Ahmad bin Shalih Al Mishri

Persaksian para ulama terhadap beliau

Qutaibah menuturkan; sebaik-baik penduduk pada zaman kita

adalah Ibnu Al Mubarak, kemudian pemuda ini (Ahmad bin Hambal),

dan apabila kamu melihat seseorang mencintai Ahmad, maka

ketahuilah bahwa dia adalah pengikut sunnah. Sekiranya dia

berbarengan dengan masa Ats Tsauri dan al Auza'I serta Al Laits,

niscaya Ahmad akan lebih di dahulukan ketimbang mereka. Ketika

di tanyakan kepada Qutaibah; apakah anda menggabungkan

Ahmad dalam kategori Tabi'in? maka dia menjawab; bahkan kibaru

at tabi'in. dan dia berkata; 'kalau bukan karena Ats Tsauri, wara'

akan sirnah. Dan kalau bukan karena Ahmad, dien akan mati.'

Asy Syafi'I menuturkan; aku melihat seorang pemuda di

Baghdad, apabila dia berkata; 'telah meriwayatkan kepada kami,'

maka orang-orang semuanya berkata; 'dia benar'. Maka

67
ditanakanlah kepadanya; 'siapakah dia?' dia menjawab; 'Ahmad bin

Hambal.'

Ali bin Al Madini menuturkan; sesungghunya Allah

memuliakan agama ini dengan perantaraan Abu Bakar pada saat

timbul fitnah murtad, dan dengan perantaraan Ahmad bin Hambal

pada saat fitnah Al qur`an makhluk.'

Abu 'Ubaidah menuturkan; 'ilmu kembali kepada empat

orang' kemudian dia menyebutkan Ahmad bin Hmabal, dan dia

berkata; 'dia adalah orang yang paling fakih diantara mereka.'

Abu Ja'far An Nufaili menuturkan; 'Ahmad bin Hambal

termasuk dari tokoh agama.'

Yahya bin Ma'in menuturkan; 'Aku tidak pernah melihat

seseorang yang meriwayatkan hadits karena Allah kecuali tiga

orang; Ya'la bin 'Ubaid, Al Qa'nabi, Ahmad bin Hambal.'

Ibrahim berkata; 'orang 'alim pada zamannya adalah Sa'id

bin Al Musayyab, Sufyan Ats Tsaur di zamannya, Ahmad bin Hambal

di zamannya.'

Ibnu bi Hatim menuturkan; 'Aku bertanya kepada ayahku

tentang 'ali bin Al Madini dan Ahmad bin Hambal, siapa diantara

kedunya yang paling hafizh?' maka ayahku menjawab; ' keduanya

didalam hafalan saling mendekat, tetapi Ahmad adalah yang paling

fakih.'

Imam Syafi'i masuk menemui Imam Ahmad dan

berkata,“Engkau lebih tahu tentang hadits dan perawi-perawinya.

68
Jika ada hadits shahih (yang engkau tahu), maka beri tahulah aku.

Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi

mendatanginya jika memang shahih. Ini menunjukkan

kesempurnaan agama dan akal Imam Syafi'i karena mau

mengembalikan ilmu kepada ahlinya.

Hasil karya beliau

Diantara hasil karya Imam Bukhari adalah sebagai berikut :

1. Al Musnad

2. Al 'Ilal

3. An Nasikh wa al Mansukh

4. Az Zuhd

5. Al Asyribah

6. Al Iman

7. Al Fadla`il

8. Al Fara`idl

9. Al Manasik

10. Tha'atu ar Rasul

11. Al Muqaddam wa al mu`akhkhar

12. Jawwabaatu al qur`an

13. Haditsu Syu'bah

14. Nafyu at tasybih

15. Al Imamah

16. Kitabu al fitan

17. Kitabu fadla`ili ahli al bait

69
18. Musnad ahli al bait

19. Al asmaa` wa al kunaa

20. Kitabu at tarikh

Masih ada lagi buku-buku yang di nisbahkan kepada imam

Ahmad, diantaranya;

At tafsir. Adz Dzahabi berpendapat bahwa buku tersebut tidak

ada, Ar Risalah fi ash shalah, Ar Radd 'ala al jahmiyyah.

Ada lagi beberapa hasil karya beliau yang di kumpulkan oleh

Abu Bakar al Khallal, diantaranya Kitabu al 'illal, Kitabu al 'ilmi,

Kitabu as sunnah.

Wafatnya beliau

Pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun

241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajalnya di

Baghdad. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak

sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai

beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada

pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang

mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya.

Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang

hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan

kecintaan mereka kepada beliau.

8. Biografi Malik

Nama: Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amru bin Al

Harits bin ghailan bin Hasyat bin Amru bin Harits.

70
Kunyah beliau: Abu Adbillah

Nasab beliau Al Ashbuhi; adalah nisbah yang di tujukan kepada

dzi ashbuh, dari Humair, Al Madani; nisbah kepada Madinah,

negri tempat beliau tinggal.

Beliau dilahirkan di Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan

tahun meninggalnya sahabat yang mulia Anas bin Malik. Ibunya

mengandung dia selama tiga tahun.

Sifat-sifat imam Malik: beliau adalah sosok yang tinggi besar,

bermata biru, botak, berjenggot lebat, rambut dan jenggotnya

putih, tidak memakai semir rambut, dan beliau menipiskan

kumisnya. Beliau senang mengenakan pakaian bersih, tipis dan

putih, sebagaimana beliaupun sering bergonta-ganti pakaian.

Memakai serban, dan meletakkan bagian sorban yang berlebih di

bawah dagunya.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Imam Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan,

hidup dilingkungan keluarga yang mencintai ilmu, dikota Darul

Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan para alim

ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al

Qur`an, menghapal Sunah Rasulullah, menghadiri majlis para ulama

dan berguru kepada salah seorang ulama besar pada masanya

yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.

Kakek dan ayahnya adalah ulama hadits terpandang di

Madinah. Maka semenjak kecil, Imam Malik tidak meninggalkan

71
Madinah untuk mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota

dengan sumber ilmu yang berlimpah dengan kehadiran ulama-

ulama besar.

Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun

menekuni pelajaran hadits kepada ayah dan paman-pamannya.

Disamping itu beliau pernah juga berguru kepada para ulama

terkenal lainnya

Dalam usia yang terbilang muda, Imam Malik telah

menguasai banyak disiplin ilmu. Kecintaannya kepada ilmu

menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk memperoleh

ilmu.

Rihlah beliau

Meskipun Imam Malik memiliki kelebihan dalam hafalan dan

kekuatan pengetahuannya, akan tetapi beliau tidak mengadakan

rihlah ilmiah dalam rangka mencari hadits, karena beliau

beranggapan cukup dengan ilmu yang ada di sekitar Hijaz. Meski

beliau tidak pernah mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau

telah menyangdang gelar seorang ulama, yang dapat memberikan

fatwa dalam permasalahan ummat, dan beliau pun membentuk

satu majlis di masjid Nabawi pada saat beliau menginjak dua puluh

satu tahun, dan pada saat itu guru beliau Nafi’ hiudp. Semua itu

agar dapat mentransfer pengetahuannya kepada kaum muslimin

serta kaum muslimin dapat mengambil manfaat dari pelajaran yang

di sampaikan sang imam

72
Guru-guru beliau

Imam Malik berjumpa dengan sekelompok kalangan tabi’in

yang telah menimba ilmu dari para sahabat Rasulullah shallallahu

‘alaihi wasallam. Dan yang paling menonjol dari mereka adalah

Nafi’ mantan budak Abdullah bin ‘Umar. Malik berkata; ‘Nafi’ telah

menyebarkan ilmu yang banyak dari Ibnu ‘Umar, lebih banyak dari

apa yang telah disebarkan oleh anak-anak Ibnu Umar,’

Guru-guru imam Malik, selain Nafi’, yang telah beliau

riwayatkan haditsnya adalah;

1. Abu Az Zanad Abdullah bin Zakwan

2. Hisyam bin ‘Urwah bin Az Zubair

3. Yahya bin Sa’id Al Anshari

4. Abdullah bin Dinar

5. Zaid bin Aslam, mantan budak Umar

6. Muhammad bin Muslim bin Syihab AzZuhri

7. Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm

8. Sa’id bin Abi Sa’id Al Maqburi

9. Sami mantan budak Abu Bakar

Murid-murid beliau

Banyak sekali para penuntut ilmu meriwayatkan hadits dari

imam Malik ketika beliau masih muda belia. Disini kita kategorikan

beberapa kelompok yang meriwayatkan hadits dari beliau,

diantaranya;

73
Guru-guru beliau yang meriwayatkan dari imam Malik,

diantaranya;

Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zahrani, Yahya bin SA’id

Al Anshar, Paman beliau, Abu Sahl Nafi’ bin Malik

Dari kalangan teman sejawat beliau adalah;

1) Ma’mar bin Rasyid

2) Abdul Malik bin Juraij

3) Imam Abu Hanifah, An Nu’man bin Tsabit

4) Syu’bah bin al Hajaj

5) Sufyan bin Sa’id Ats Tsauri

6) Al Laits bin Sa’d

Orang-orang yang meriwayatkan dari imam Malik setelah

mereka adalah;

a. Yahya Bin Sa’id Al Qaththan

b. Abdullah bin Al Mubarak

c. Abdurrahman bin Mahdi

d. Waki’ bin al Jarrah

e. Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i.

Sedangkan yang meriwayatkan Al Muwaththa` banyak sekali,

diantaranya;

a) Abdullah bin Yusuf At Tunisi

b) Abdullah bin Maslamah Al Qa’nabi

c) Abdullah bin Wahb al Mishri

d) Yahya bin Yahya Al Laitsi

74
e) Abu Mush’ab Az Zuhri

Persaksian para ulama terhadap beliau

1. Imam malik menerangkan tentang dirinya; ‘aku tidak

berfatwa sehingga tujuh puluh orang bersaksi bahwa diriku ahli

dalam masalah tersebut.

2. Sufyan bin ‘Uyainah menuturkan; “Malik merupakan orang

alim penduduk Hijaz, dan dia merupakan hujjah pada masanya.”

3. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: “Malik adalah

pengajarku, dan darinya aku menimba ilmu.” Dan dia juga

menuturkan; ” apabila ulama di sebutkan, maka Malik adalah

bintang.”

4. Muhammad bin idris asy syafi`i menuturkan: “saya tidak

mengetahui kitab ilmu yang lebih banyak benarnya dibanding kitab

Imam Malik” dan imam Syafi’I berkata: “tidak ada diatas bumi ini

kitab setelah kitabullah yang lebih sahih dari kitab Imam Malik”.

5. Abdurrahman bin Mahdi menuturkan; “aku tidak akan

mengedepankan seseorang dalam masalah shahihnya sebuah

hadits dari pada Malik.”

6. Al Auza’I apabila menyebut Imam Malik, dia berkata; ”

‘Alimul ‘ulama, dan mufti haramain.”

7. Yahya bin Sa’id al Qaththan menuturkan; “Malik merupakan

imam yang patut untuk di contoh.”

8. Yahya bin Ma’in menuturkan; ” malik merupakan hujjah

Allah terhadap makhluk-Nya.”

75
Hasil karya beliau

Muwaththa` merupakan hasil karya imam Malik yang paling

spektakuler, dan disana masih ada beberapa karya beliau yang

tersebar, diantaranya;

1) Risalah fi al qadar

2) Risalah fi an nujum wa manazili al qamar

3) Risalah fi al aqdliyyah

4) Risalah ila abi Ghassan Muhammad bin Mutharrif

5) Risalah ila al Laits bin Sa’d fi ijma’i ahli al madinah

6) Juz`un fi at tafsir

7) Kitabu as sirr

8) Risalatu ila Ar Rasyid.

Wafatnya beliau

Beliau meninggal dunia pada malam hari tanggal 14 safar 179

H pada usia yang ke 85 tahun dan dimakamkan di Baqî` Madinah

munawwarah.

9. Biografi al-Darimi

Nama: Beliau adalah Abdullah bin Abdurrahman bin al Fadhl bin

Bahram bin Abdush Shamad.

Kuniyah beliau; Abu Muhammad

Nasab beliau:

At Tamimi; adalah nisbah yang ditujukan kepada satu

qabilah Tamim.

76
Ad Darimi; adalah nisbah kepada Darim bin Malik dari

kalangan at Tamimi. Dengan nisbah ini beliau terkenal.

As Samarqandi; yaitu nisbah kepada negri tempat tinggal

beliau. Ia di lahirkan pada taun 181 H, sebagaimana yang di

terangkan oleh imam Ad Darimi sendiri, beliau menuturkan; 'aku

dilahirkan pada tahun meninggalnya Abdullah bin al Mubarak, yaitu

tahun seratus delapan puluh satu.

Ada juga yang berpendapat bahwa beliau lahir pada tahun

seratus delapan puluh dua hijriah.

Aktifitas beliau dalam menimba ilmu

Allah menganugerahkan kepada iama Ad Darimi kecerdasan,

pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewa

dalam menghafal hadits. Beliau berjumpa dengan para masyayikh

dan mendengar ilmu dari mereka. Akan tetapi sampai sekarang

kami tidak mendapatkan secara pasti sejarah beliau dalam memulai

menuntut ilmu

Beliau adalah sosok yang tawadldlu' dalam hal pengambilan

ilmu, mendengar hadits dari kibarul ulama dan shigharul ulama,

sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadits dari

kalangan teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang

sangat selektif dan berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits

dari orang-orang yang terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak

meriwayatkan hadits dari setiap orang.

77
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang

sangat mencolok dan sifat yang paling menonjol dari tabiat para

ahlul hadits, karena terpencarnya para pengusung sunnah dan

atsar di berbagai belahan negri islam yang sangat luas. Maka Imam

ad Darimi pun tidak ketinggalan dengan meniti jalan pakar disiplin

ilmu ini.

Diantara negri yang pernah beliau singgahi adalah;

1. Khurasan

2. Iraq

3. Baghdad

4. Kufah

5. Wasith

6. Bashrah

7. Syam; Damasqus, Himash dan Shur.

8. Jazirah

9. Hijaz; Makkah dan Madinah.

Guru-guru imam Ad Darimi yang telah beliau riwayatkan

haditsnya adalah;

1) Yazid bin Harun

2) Ya'la bin 'Ubaid

3) Ja'far bin 'Aun

4) Basyr bin 'Umar az Zahrani

5) 'Ubaidullah bin Abdul Hamid al Hanafi

6) Hasyim bin al Qasim

78
7) 'Utsman bin 'Umar bin Faris

8) Sa'id bin 'Amir adl Dluba'i

9) Abu 'Ashim

10) 'ubaidullah bin Musa

11) Abu al Mughirah al Khaulani

12) Abu al Mushir al Ghassani

13) Muhammad bin Yusuf al Firyabi

14) Abu Nu'aim

15) Khalifah bin Khayyath

16) Ahmad bin Hmabal

17) Yahya bin Ma'in

18) Ali bin Al Madini

Murid-murid beliau

Sebagaimana kebiasaan ahlul hadits, ketika mereka

mengetahui bahwa seorang alim mengetahui banyak hadits, maka

mereka berbondong-bondong mendatangi alim tersebut, guna

menimba ilmu yang ada pada diri si 'alim. Begitu juga dengan Imam

Ad Darimi, ketika para penuntut ilmu mengetahui kapabaliti dalam

bidang hadits yang dimiliki imam, maka berbondong-bondong

penuntut ilmu mendatanginya, diantara mereka itu adalah;

a. Imam Muslim bin Hajaj

b. Imam Abu Daud

c. Imam Abu 'Isa At Tirmidzi

d. 'Abd bin Humaid

79
e. Raja` bin Murji

f. Al Hasan bin Ash Shabbah al Bazzar

g. Muhammad bin Basysyar (Bundar)

h. Muhammad bin Yahya

i. Baqi bin Makhlad

j. Abu Zur'ah

k. Abu Hatim

l. Shalih bin Muhammad Jazzarah

m. Ja'far al Firyabi

n. Muhammad bin An Nadlr al Jarudi

Persaksian para ulama terhadap beliau

Imam Ahmad menuturkan; (Ad Darimi) imam.

Muhammad bin Basysyar Bundar menuturkan; penghafal

dunia ada empat: Abu Zur'ah di ar Ray, Muslim di an Nasaiburi,

Abdullah bin Abdurrahman di Samarqandi dan Muhamad bin Ismail

di Bukhara".

Abu Sa'id al Asyaj menuturkan; 'Abdullah bin Abdirrahman

adalah imam kami.'

Muhammad bin Abdullah al Makhrami berkata; 'wahai

penduduk Khurasan, selagi Abdullah bin Abdurrahman di tengah-

tengah kalian, maka janganlah kalian menyibukkan diri dengan

selain dirinya.'

80
Raja` bin Murji menuturkan; 'aku telah melihat Ibnu Hambal,

Ishaq bin Rahuyah, Ibnu al Madini dan Asy Syadzakuni, tetapi aku

tidak pernah melihat orang yang lebih hafizh dari Abdullah.

Abu Hatim berkata; Muhammad bin Isma'il adalah orang yang

paling berilmu yang memasuki Iraq, Muhammad bin Yahya adalah

orang yang paling berilmu yang berada di Khurasan pada hari ini,

Muhammad bin Aslam adalah orang yang paling wara' di antara

mereka, dan Abdullah bin Abdurrahman orang yang paling tsabit

diantara mereka.

Ad Daruquthni menuturkan; ' tsiqatun masyhur.

Muhammad bin Ibrahim bin Manshur as Sairazi menuturkan;

"Abdullah adalah puncak kecerdasan dan konsistensi beragama, di

antara orang yang menjadi teladan dalam kesantunan, keilmuan,

hafalan, ibadah dan zuhud".

Hasil karya beliau

a) Sunan ad Darimi.

b) Tsulutsiyat (kitab hadits)

c) al Jami'

d) Tafsir

Wafatnya beliau

Beliau meninggal dunia pada hari Kamis bertepatan dengan

hari tarwiyyah, 8 Dzulhidjah, setelah ashar tahun 255 H, dalam usia

75 tahun. Dan dikuburkan keesokan harinya, Jumat (hari Arafah).

81
Adapun petunjuk yang ditemukan dengan metode salah satu

lafal matan hadis dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al-

Mufahras li Alfa>z} al-H}adi@s\ al-Nabawiy adalah sebagai berikut:

26
‫ خرى‬
21 ‫ فضائل القرآن‬:‫خ‬
2 ‫ فضائل القرآن‬:‫دى‬
15 ‫ ثواب القرآن‬:‫ت‬
16 ‫ مقد مة‬:‫جه‬
27
‫ عمل‬
**21 ‫ فضائل القرآن‬:‫خ‬
**15 ‫ ثواب القرآن‬:‫ت‬
**2 ‫ فضائل القرآن‬:‫دى‬
.41،15،19 ‫ وتر‬:‫د‬
.16 ‫ مقدمة‬:‫جه‬
.1،57،58،69،153 :‫مح‬
Berdasarkan kutipan hadis di atas disertai dengan kode

potongan hadis, dapat dijelaskan dengan:

: ‫ خ‬S{ah}i>h Bukh>ari
: ‫ دى‬Sunan Da>rimi

: ‫ ت‬Sunan Tirmiz}i

: ‫ جه‬Sunan Ibn Ma>jah

26
A. J Wensick, Mu’jam al-Mufahras al-H}adi>s\ al-Nabawi>, Madinah: Maktabah
Bari>l, 1936, Juz 2 hal. 97
27
A. J Wensick, Mu’jam al-Mufahras al-H}adi>s\ al-Nabawi>, Madinah: Maktabah
Bari>l, 1936, Juz 4 hal. 327

82
‫ د‬: Sunan Abu> Da>wud
‫ مح‬: Musnad Ah}mad Bin Hanbal
** : Lambang Bintang pada petunjuk tersebut berarti adanya

hadis yang

berulang, pada Bab atau Juz yang sama

Metode Takhri>j al-h}adi>s\ dengan menggunakan

lafal pertama matan hadis

Hal yang perlu diperhatikan dalam mentakhri>j hadis dengan

menggunakan metode ini adalah mengetahui dengan pasti awal

matan sebuah hadis. Banyak orang yang lebih mengunggulkan

metode ini karena menganggap lebih praktis dan cepat. Takhrij> al-

h}adi>s\ dengan metode ini dapat ditelusuri dengan menggunakan

kitab al-Ja>mi’ al-s}agi>r minh}adi>s\ al-basyi>r al-naz}}i>r 28, al-

Fath al-kabi>r fi d}am al-ziya>dah ila> al-ja>mi’ al-s}agi>r, Jam’u

28
Kitab ini dikarang oleh al-H}afi>z} Jala>l al-Di>n Abu>> al-Fad}l ‘‘Abd
al-Rah}ma>n bin Abi> Bakr Muh}ammad al-Khud}airi> al-Suyu>t}i> al-Syafi>’i
atau lebih dikenal dengan Imam al-Suyu>t}i. Dalam mentakhri>j suatu h}adi>s\,
dalam kitab ini diatur menurut urutan huruf hijaiyah agar pencarian lebih mudah.
Kemudian dengan lafal pertama (awal) dari matan h}adi>s\ dengan pasti. Dalam
kitab ini tidak menuliskan keterangan-keterangan h}adi>s\ secara lengkap,
tetapi disingkat lalu digunakan kode-kode tertentu: ‫حص‬ berarti ‫ ح‬,‫حصيح‬
berarti ‫ ض‬,‫حسن‬ ‫ضعيف‬
berarti . Kode-kode yang dipakai oleh penyusun kitab ini
tercantum dalam muqaddimahnya, berikut keterangan maksud kode-kode
tersebut, diantaranya: ‫ ﺥ‬berarti Imam Bukha>ri> dalam S}ah}i>hnya, ‫ ﻡ‬berarti
Imam Muslim dalam S}ah}i>hnya, ‫ ﻕ‬berarti H}adis\ muttafaq ‘alaih (Imam
Bukha>ri> dan Muslim dalam kedua s}ah}i>hnya), ‫ ﺩ‬berarti Imam Abu>>
Da>wud dalam sunannya, ‫ ﺕ‬berarti Imam Turmuz\iy dalam sunannya, ‫ ﻥ‬berarti
Imam Nasa>‘i> dalam sunannya, ‫ ﻩ‬berarti Ibnu Ma>jah dalam sunannya, ٤ berarti
H}adis\ yang diriwayatkan oleh empat ulama h}adis\ dalam sunan mereka
(Abu>> Da>wud, Turmuz\i, Nasa>‘i dan Ibnu Ma>jah), ٣ berarti diriwayatkan
oleh Abu>> Da>wud, Turmuz\i dan Nasa>‘I, ‫ ﺣﻢ‬berarti Imam Ah}mad dalam
musnadnya.

83
al-Jawa>mi’29, dan al-Ja>mi’ al-azha>r min h}adi>s\ al-nabi> al-

anwar. Metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. 30 Selain

kitab diatas, masih ada kitab yang disusun berdasarkan metode

pertama (lafal awal) diantaranya:

a. Kitab Hidayah al-Bary ila> Tartib ‘Ahdits al- Bukhary, karya

as-Sayyid ‘Abdur-Rahman bin ‘Anbar ath-Thahthawy

b. Kitab Kunu>z al-Haqo’iq Fi> H}adi>s\ Khair al-Khala’il, karya

‘Abdu ar-Rauf al-Manawi

c. Kitab al-Maqa>s}id al-H}asanah Fi> Baya>n Kas\i>r min al-

Ah}a>dis\ al-Musytahirah ‘ala al-Alsinah, karya al-H{a>fiz}

Syamsuddin Abu> al-Khair Muh}ammad bin ‘Abdu al-Rahman

al-Sakhowy. wafat pada tahun 905 H.

d. Kitab Tamyiz al-Thayyib Min al-Khabits Fi> Ma> Yadu>ru ‘Ala

Alsinati an-Na>s min al-H}adi>s\, karya Imam ‘Abdu al-

Rahman bin Ali terkenal dengan Ibnu al-Diiba’, murid al-

H}afiz} al-Sakhowi.

29
Kitab ini diklasifikasikan dalam dua kelompok, yakni h}adis\ perkataan
(qauliy), dan h}adis\ perbuatan (fi’liy) diklasifikasikan dalam tempatnya
tersendiri. Sistematik yang digunakan dalam penyusunan h}adis\-h}adis\ perkata
sama halnya dengan urutan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada huruf
pertama dan seterusnya dari matan h}adis\. Adapun h}adis\ fi‘li> disusun
menurut nama-nama sahabat. Penyusun menuliskan nama setiap sahabat
kemudian menulis h}adis\-h}adis\ yang diriwayatkan oleh masing-masing
mereka, baik berupa perbuatan Rasul yang dilihatnya atau perbuatan sendiri.
30
Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar penelitian akan
dengan cepat menemukan hadis-hadis yang dimaksud. Hanya saja bila terdapat
kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun akan sulit menemukan hadis. Lihat
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir diterjemahkan S. Agil Husin
Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar, Metode Takhrij Hadits, hal. 17.

84
e. Kitab Kasyf al-Kahafa wa Muziil al-Ilbas Amma Asytahara min

al-H}adis\ Ala Alsinahan-Naas, karya Syeikh Isma’il bin

Muh}ammad bin ‘Abdu al-Hady al-Jiraahy Al’ajluny ad-

Dimasyqy, wafat pada tahun 1162.

Adapun petunjuk yang ditemukan dengan metode lafal

pertama pertama matan hadis dengan menggunakan kitab

Mausu>’at al-At}ra>f al-H{adi@\s\ :

:‫خرىمك‬
:2 :‫ – يم‬79,58 :1 : ‫ – مح‬211 :‫ – هـ‬2907-2908 :‫ ت‬-- 1452 :‫د‬: 236:6- ‫خ‬
437
31
3 :168 , 1173 ‫حصيحه‬
Berdasarkan petunjuk di atas, maka hadis tentang

mengamalkan dan mengajarkan al-qur’an ini terdapat di beberapa

sumber, yaitu S}ah}i@h} al-Bukha>riy,Sunan Da>rimi,Sunan

Tirmiz}i,Sunan Ibn Ma>jah,Sunan Abu> Da>wud,Musnad Ah}mad

Bin Hanbal.

Metode takhri@j al-H{adi@s\ dengan menggunakan

rawi pertama atau sanad terkahir

Metode ini dimulai dengan meneliti sahabat yang

meriwayatkan hadis yang hendak ditakhri@j. Sebagai langkah

Abu> Hajar Muh}ammad al-Sa’i@d Ibn Bayu>ni@ Zaglu>l, Mausu>’at al-


31

At}ra>f al-H{adi@\s\ al-Nabawi@ al-Syari@f (Beirut: Libanon: Da>r al-Kutub


al-‘Alamiyah, t.th.), hal. 662. Adapun penjelasan seputar kode-kode yang terdapat
‫خ‬ ‫د‬ ‫ت‬
dalam potongan hadis di atas adalah: ( ) Bukha>ri, ( ) Abu Daud, ( ) Tirmi{dzi{,
‫هـ‬ ‫مح‬ ‫يم‬
( ) Ibnu Ma>jah, ( ) Ahmad bin Hanbal, ( ) Da>rim}i.

85
pertama dalam metode ini mengenal lebih awal periwayat

pertama dari setiap hadis yang ditelusuri melalui kitab-kitabnya,

selanjutnya mencari nama periwayat pertama dalam kitab-kitab

itu kemudian mencari hadis yang ditakhrij diantara hadis-hadis

yang tertera dibawah nama perawi pertamanya itu. Maka akan

diketahui pula ulama hadis yang meriwayatkannya. Metode ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. 32

Kitab yang digunakan untuk melakukan takhri>j metode

melihat ra>wi> pertama adalah Tuhfah al-asyra>f bi ma’rifah al-

at}ra>f karya Jama>l al-Di>n Abu> al-H}ajja>j Yu>su>f bin ‘Abd

al-Rah}ma>n al-Mizzi>. Kitab Syawa>hir al-Mawa>ris fi ala

Mawa>dhi> al-Hadi>s\ oleh Ima>m Alla>mah Abd al-Gha>ni bin

Isma>’il al-Hana>fi>a al-Dimisyqi>.

Adapun petunjuk yang ditemukan melalui metode rawi

pertama (rawi a’la) dengan menggunakan kitab Tuhfah al-asyra>f

bi ma’rifah al-at}ra>f 33 yaitu sabagai berikut


:
10)15:4( ‫ ت فض ئل القرآن‬. )‫ حديث (خريمك من تعمل القرآن وعلمه‬10299

32
Adapun kelebihan metode ini 1) memperpendek masa proses takhri@j
dan diperkenalnya ulama hadis yang neriwatyatkannya beserta kitab-kitabnya 2)
memberikan manfaat diantaranya memberikan kesempatan melakukan
persanad. Sedangkan kekurangan 1) Tidak dapat digunakan dengan baik tanpa
mengetahui terlebih dahulu periwayat pertama dari hadis tersebut 2)
terdapatnya kesulitan –kesulitan mencari hadi diantaranya didasarkan perawi-
perawinya yang dapat menyulitkan maksud tersebut.
33
Metode melalui kitab ini terlebih dahulu diketahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis tersebut, bila sahabat tersebut termasuk banyak
meriwayatkan hadis maka dituntut ntuk mengetahui tabin yang meriwayatkan
dirinya. Jika nama tabiin tidak dituntut diketahui namanya sebagai periwayat
hadis diatas , pada bagian tertentu pentahqiq kitab mencantumkan nama
pertama dan akhir sahabat-sahabat yang terdapat padanya.

86
‫ت‬
‫ وق ال‬. ‫ عن ه ب ه‬،‫ عن عب د ال رمحن بن احساق‬،‫ عن عب د الواح د بن زاىد‬،‫عت قتىب ة‬
‫التعرفه من حدىث عىل الا من حديث عىل الا من حدىث عبد الرمحن بن احساق‬ 34

Berdasarkan hadis diatas, maka hadis tentang belajar dan

mengajarkan Al-qur’an dapat di temukan di kitab ( ‫ ) ت‬Sunan Al-


tirm<idzi bab fadha<’ilul Qur’ani(15:4).

Metode Takhri>j al-h}adi>s\ dengan metode bi al-

Maudhu’ (tematik)

Sebagaian ahli mengatakan bahwa takhri@j al-H{adi@s\

dengan pendekatan tema merupakan cara terbaik dalam mencari

hadis. Pelacakan hadis dengan metode ini merujuk kepada tema

atau topik masalah sebuah hadis. Disamping memiliki kelebihan

dan kekurangan.35

Kitab yang dipakai adalah Kanz al-‘Umma>l fi> Sunan al-

Aqwa>l wa al-Af‘a>l karangan Syeikh Imam ‘A<lim Kabi>r

Muh}addis\ ‘Ali> ibn H{isa>m al-Di>n ‘Abd al-Malik ibn Qa>d}i>

Khan, terkenal dengan sebutan Imam al-Muttaqi, Kitab Bulu>ghu al-

Mara>m min Ja>mi' Adillati al-Ahkam oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar,

34
Jama>l al-Di>n Abu> al-H}ajja>j Yu>su>f bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-Mizzi>>,
Tuhfah al-Asyra>f bi Ma’rifah al-At}ra>f ma’a al-Nukt al-Z}ira>f ‘ala> al-At}ra>f,
Maktabah al-Isla>mi>, Juz 7, hal. 453.
35
Adapun kelebihan metode ini ialah 1) Tidak membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan lain diluar hadis, melainkan pengetahuan akan kandungan hadis, 2)
Mendidik ketajaman pemahaman hadis pada peneliti, seorang peneliti setelah
menggunakan metode beberapa kali akan memiliki kemampuan terhadap tema
dan maksud hadis 3) Memperkenalkan kepada peneliti maksud hadis yang
dicarinya dan hadis-hadis yang senada dengannya. Sedangakan kekurangan
adalah 1) terkadang kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti
hingga tidak dapat menentukan temanya, 2) Terkadang pemahaman peneliti
tidak sesuai dengan pemahaman penyusun kitab.

87
kitab al-Durru al-Mantsu>r Fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’tsu>r oleh al-

Hafidz Jalaluddin al-Suyu>t}i, kitab Kifa>yah al-Tha>lib Fii

Khasha>’ish al-Habi>b, oleh al-H}afidz Jalaluddin al-Suyu>t}iy,

kitab Mifta>hu Khunu>zi as-Sunnah, yang disusun oleh AJ.

Wensinck. kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut

ada 14 buah kitab.36

Adapun petunjuk yang ditemukan dalam kitab Kanz al-‘Umma>l

fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l, adalah sebagai berikut :

2351
)‫خريمك من تعمّل َالقرآن وعلّم ُه (كرعن عامثن‬ُ
.‫خيارمك وأفاض ِلمك من تعمّل َ القرآ ِن وعل َمه (كر) عن عامثن‬
ِ ‫ إن من‬-2352
ِ ‫ كفض ل‬.‫ و فض ُل الق رآن عىل س ا ئ رالالكم‬،‫خريمك من تع َمل القرآن وعلمه‬
‫هللا‬ ُ -2353
37
.‫ (ابن الرضيس هب ) عن عامثن‬.‫عىل خل ِق ِه وذكل أنه منه‬
Dalam kitab ini diperoleh 3 jenis potongan hadis tentang

belajar dan mengajarkan Al-qur’an dengan penekanan kemuliaan

belajar dan mengajarkan Al-qur’an.

Metode takhri@j berdasarkan status hadis

Metode ini adalah metode yang mengetetangahkan pelacakan

hadis dengan berdasarkan status hadis, seperti hadis mutawatir,

36
S}ah}i>h al-Bukha>riy>, S}ah}i>h Muslim, Sunan Turmudz|i>y, Sunan
Abu>> Da>wud, Sunan Nasa>’I, Sunan Ibnu Ma>jah, Sunan al-Da>rimi>y,
Muwaththa’ Ma>lik, Musnad Imam Ah}mad, Musnad al-Thayalisi, Musnad Zaid bin
‘Ali bin Husein bin ‘Ali bin Thalib yang wafat pada tahun 122 H, al-Thabaqat al-
Kubra, karangan al-H}afizh al-S|iqah Muh}ammad bin Sa‘ad wafat tahun 230 H,
Sirah Ibnu Hisyam, al-Maghazy, karangan Muh}ammad bin Umar al-Waqidy,
wafat tahun 207 H.
37
Ala> al-Di@n ‘Aliy al-Muttaqiy bin Hisa>m al-Di@n al-Hindiy al-Burha>n Fauriy,
Kanz al-‘Umma>l, juz 1 (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1989), hal. 525

88
hadis-hadis qudsi, maudu, hadis mursal, masyhur, dan lain-lain.

Adapun kitab-kitab yang dipakai yaitu Kitab S{ah}i>h} wa D{a‘i>f

al-Ja>mi‘ al-S{agi>r wa Ziya>datuh al-Fath} al-Kabi>r oleh

Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Ba>ni>., Kitab al-Mara>sil,

karangan Abu> Daud38, Kita>b al-Ittih}a>fa>t al-Saniyyah fi> al-

Ah}a>di>s\ al-Qudsiyyah karangan Syaikh Muh}ammad bin

Mah}mu>d bin S{a>lih} bin H{asan al-T{arbizu>ni 39>, Kitab al-

Azha>r al-Mutana>tsirah fi> al-Akhba>r al-Mutawa>tirah karangan

al-H{afiz} Imam Jalal al-Di>n al-Suyu>t}iy40.

Salah satu kitab yang digunakan untuk melakukan takhri>j al-

h}adi>s\ pada metode ini adalah kitab S}ah}i@h} al-Ja>mi’ al-

S{agi@r wa Ziya>dati adalah sebagai berikut:

)ُ‫ ( ِخىارمكم من تعمَّل َ ال ُقرآن وعلَّمه‬-3268


‫(هــ) عن سعد‬
38
Kitab ini memuat h}adi>s\-h}adi>s\ yang mursal, h}adi>s\-h}adi>s\
disusun berdasarkan tema, dan untuk mentakri>j h}adi>s\ dalam kitab ini harus
mencari melalui temanya. Untuk mencari h}adi>s\ dalam kitab ini, terlebih
dahulu harus mengetahui status h}adi>s\ dari segi kualitasnya. Kemudian
melakukan penelusuran matan h}adi>s\ mulai dari nomor urut pertama karena
h}adi>s\-h}adi>s\ yang dimuat dalam kitab ini disusun berdasarkan alphabet
huruf hijaiyyah.
39
Kitab-kitab ini memuat h}adi>s\-h}adi>s\ qudsi. Untuk mengfungsikan
kitab ini terlebih dahulu yang perlu diketahui secara pasti adalah bahwa h}adi>s\
tersebut adalah h}adi>s\ qudsi, kemudian merujuk kepada kitab-kitab yang
ditujukan dan mengeluarkan takhri>j.
40
Kitab ini menghimpun h}adi>s\-h}adi>s\ yang memuat syarat-syarat
mutawatir, yaitu dengan perawi-perawi pada setiap tingkatannya sepuluh orang
atau lebih. Al-Suyu>t}iy menyebutkan sanad-sanad secara lengkap dari ulama
yang mengeluarkan hingga tingkatan sahabat. Untuk mengfungsikan kitab ini
terlebih dahulu harus diketahui secara pasti bahwa h}adi>s\ yang akan di
takhri>j adalah mutawatir. Dalam kitab al-Azhar al-Suyu>t}iy mencantumkan
ulama yang mengeluarkannya, untuk itu harus merujuk pada kitab-kitab mereka
dan menjelaskan posisi h}adi>s\ pada masing-masing kitabnya.

89
.‫ ابن أيب شيبة – عامثن‬.‫ ابن ايب شيبة – عيل‬,‫ مح‬.‫ ادلاريم – سعد‬: 1171 ‫الصحىحة‬
41

)ُ‫(خرىمك من تعمَّل َ القرآن وعلَّمه‬


ُ -3319
)‫(حصيح‬
.‫هـ) عن عامثن‬,‫ت‬,‫د‬,‫ (مح‬،‫ت) عن عيل‬,‫(خ‬
,‫ ابن نرص‬,‫ ادلارىم‬,‫ خ‬.‫ ادلارىم عن عىل‬:1173,1172 ‫ الص حىحة‬,55 ‫ال روض النض ري‬
42
2109 ‫ املشاكة‬,‫الطىا لس عن عامثن‬
Pengumpulan Hadis Berdasarkan Kitab Sumber

Setelah melakukan penelusuran di beberapa kitab takhri>j

melalui lima metode, maka ditemukan beberapa riwayat pada al-

Kutub al-Tis’ah.

Adapun redaksi dari hadis yang telah penulis dapatkan dari

kutub al-Tis’ah adalah sebagai berikut:

a. Dalam kitab Al-ja>mi’ Shah}ih lil Bukha>ri pada bab 21

fadha>’ilul qur’a>n juz 3 adalah sebagai berikut:

‫ َحدَّ ثَنَا َح َّج ُاج ْب ُن ِمهْن َالٍ َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة قَ ا َل َأ ْخرَب َ يِن عَلْ َق َم ُة ْب ُن َم ْرثَ ٍد مَس ِ ْع ُت َس ْعدَ ْب َن ُع َب ْي دَ َة‬-5027
ْ ‫السلَ ِم ّ ِي َع ْن ُعثْ َم َان َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ قَ ا َل َخرْي ُ مُك‬
ُّ ‫َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬

41
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i@, Yu>suf al-Nabha>niy, Muh}ammad al-Na>s}ir al-
Di@n al-Alba>niy, Tarti@b Ah}a>di@s\ S}ah}i@h} al-Ja>mi’ al-S{agi@r wa
Ziya>dati, jilid 1 (Cet. I; Riya>d: Maktabah al-Ma’arif, 1406 H), hal. 620.
42
Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i@, Yu>suf al-Nabha>niy, Muh}ammad al-Na>s}ir al-
Di@n al-Alba>niy, Tarti@b Ah}a>di@s\ S}ah}i@h} al-Ja>mi’ al-S{agi@r wa
Ziya>dati, jilid 1 (Cet. I; Riya>d: Maktabah al-Ma’arif, 1406 H), hal. 626-627

90
َ‫َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه قَ ا َل َوَأ ْق َرَأ َأب ُ و َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن يِف ْم َر ِة ُعثْ َم َان َحىَّت اَك َن الْ َح َّج ُاج قَ ا َل َو َذاك‬
‫ِإ‬
‫اذَّل ِ ي َأ ْق َعدَ يِن َم ْق َع ِدي هَذا‬
43 َ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Hajja>j ibnu Minha>l

berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah berkata

mengabarkan kepada ‘Alqamah ibnu Mars\ad telah mendengarkan

Sa’ad ibn Ubaidah dari Abi< Abdu Rahman As-Sulamiy dari

Us\ma>n R.A dari Rasulullah SAW berkata “Sebaik-baik kalian

adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya” Abdu

Rahman membacakan Al-Qur’an pada masa Us\ma>n hingga

Hajja>j pun berkata “dan hal itulah yang menjadikanku duduk di

tempat duduk ini.(HR.Bukha>ri.5027)

b. Dalam Sunan Abu> Da>ud kitab shalat, bab fi{ tsawa>bul

qira>’atul qur’a>n, juz 2 adalah sebagai berikut:

‫ َحدَّ ثَنَا َح ْف ُص ْب ُن مُع َ َر َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْي دَ َة َع ْن َأيِب َع ْب ِد‬-1452


‫َّالرمْح َ ِن َع ْن ُعثْ َم َان َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َم ُه‬
44 َّ

Artinya:

43
Muh{ammad Ibn Isma>’il Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ry> al-Ju’fiy>, al-
Ja>mi’S}ah{i@h} lil Bukha>ri@, Juz 3 (Kairo: al-Mit}ba’at al-Salafiyah wa
Maktabatuha>, t.th), hal. 427.
Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asyias\ al-Sajasta>ni@ al-Azdi@, Suna>n Abu>
44

Da>ud juz 2 (Cet. I; Beiru>t: Da>r Ibn H{az\m, 1997), h. 99.

91
Telah menceritakan kepada kami Hafs\ ibn ‘Amr

berkata,telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari

Alqamah ibn Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdu

Rahman dari Us\ma>n dari Rasulullah SAW berkata “Sebaik-

baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya”(HR.Abu Daud.1452)

c. Dalam Sunan al-Tirmi@z\i terdapat beberapa riwayat pada

bab ma> ja>’a fi{ ta’li{mil Qur’a>ni, terletak pada kitab

fadha>’ilul qur’a>n, bab 15 adalah sebagai berikut:

‫ َأ ْخرَب َ يِن عَلْ َق َم ُة ْب ُن‬:‫ َأنْ َبَأاَن ُش ْع َب ُة قَ ا َل‬:‫ َحدَّ ثَنَا َأب ُ و د َُاو َد قَ ا َل‬:‫ قَا َل‬،‫ َحدَّ ثَنَا َم ْح ُمو ُد ْب ُن غَ ْي َال َن‬- 2907
‫ َأ َّن َر ُسو َل‬،‫ َع ْن ُعثْ َم َان ْب ِن َعفَّ َان‬،‫ حُي َ ِّد ُث َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬،َ‫ مَس ِ ْع ُت َس ْعدَ ْب َن ُع َب ْيدَ ة‬:‫ قَا َل‬،‫َم ْرثَ ٍد‬
‫ فَ َذاكَ اذَّل ِ ي‬:‫ َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه قَ ا َل َأب ُ و َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن‬:‫هللا َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ قَ ا َل‬
ِ
.‫وس َف‬ ُ ُ‫ َوعَمَّل َ ال ُق ْرآ َن يِف َز َم ِن ُعثْ َم َان َحىَّت بَلَ َغ احل َ َّج َاج ْب َن ي‬،‫َأ ْق َعدَ يِن َم ْق َع ِدي ه ََذا‬
45
.‫يث َح َس ٌن حَص ِ ٌيح‬
ٌ ‫ه ََذا َح ِد‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin G}aila>n

berkata telah menceritakan kepada kami Abu daud berkata

mengatakan kepada kami Syu’bah berkata, mengabarkan kepadaku

45
Abu I<sa> Muhammad bin I<sa> bin Sau>rah, al-Ja>mi’ al-S}ah}ih} Sunan al-
Tirmizi, juz 5 (Cet.II;, (Da>r Ih}ya’ al-Tura>s\, Beirut, 1975), h. 173.

92
Alqamah ibn Mars\ad berkata,saya telah mendengarkan Sa’ad bin

Ubaidah dari Abdu Rahman dari Us\ma>n berkata,sesungguhnya

Rasulullah SAW berkata “Sebaik-baik kalian adalah orang yang

belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya”.(HR.Tirmizi 2907)

‫ َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن‬،‫ َحدَّ ثَنَا ُس ْف َي ُان‬:‫ قَا َل‬،‫ َحدَّ ثَنَا ِبرْش ُ ْب ُن الرَّس ِ ِ ّي‬:‫ قَا َل‬،‫ َحدَّ ثَنَا َم ْح ُمو ُد ْب ُن غَ ْي َال َن‬-2908
‫هللا َص ىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَ ا َل َر ُس‬:‫ قَ ا َل‬،‫ َع ْن ُعثْ َم َان ْب ِن َعفَّ َان‬،‫السلَ ِم ّ ِي‬ ُّ ‫ َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬،‫َم ْرثَ ٍد‬
.ُ‫ َأ ْو َأفْضَ لُمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َمه‬،ْ ‫ َخرْي ُ مُك‬: َ ‫َو َسمَّل‬
.‫يث َح َس ٌن حَص ِ ٌيح‬
ٌ ‫ه ََذا َح ِد‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin G}aila>n

berkata telah menceritakan kepada kami Bisyr ibn Sariyy, berkata

telah menceritakan kepada kami Sufya>n dari Alqamah ibn Mars\ad

dari Abdu Rahman dari Us\ma>n berkata,berkata Rasulullah SAW

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya”.(HR.Tirmizi 2908)

93
‫ َع ِن النُّ ْع َم ِان‬،‫ َع ْن َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن ْب ِن حْس ََاق‬،‫ َحدَّ ثَنَا َع ْبدُ َالوا ِح ِد ْب ُن ِزاَي ٍد‬:‫ قَا َل‬،‫ َحدَّ ثَنَا قُتَ ْي َب ُة‬- 2909
‫ِإ‬
‫مُك‬
َ ‫ َخرْي ُ ْ َم ْن تَ َعمَّل‬: َ ‫هللا َص ىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس مَّل‬
ِ ‫ول‬ُ ‫ قَ ا َل َر ُس‬:‫ قَ ا َل‬،‫ َع ْن عَيِل ِ ّ ْب ِن َأيِب َط ا ِل ٍب‬،‫ْب ِن َس ْع ٍد‬
.ُ‫ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َمه‬
ِ ‫يث عَيِل ٍ ّ َع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ الَّ ِم ْن َح ِد‬
‫يث َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن‬ ِ ‫ َال ن َ ْع ِرفُ ُه ِم ْن َح ِد‬،‫يث‬ٌ ‫َه َذا َح ِد‬
‫ِإ‬
46
.‫ْب ِن حْس ََاق‬
‫ِإ‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abdul Wa>hid bin Ziya>d

dari Abdu Rahman bin Ishaq dari Abdu Rahman bin Isha>q dari An-

Nu’man dari Ali bin Abi Tha>lib, berkata: berkata Rasulullah SAW

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya”.(HR.Tirmizi 2909)

d. Dalam Sunan Ibn Ma>jah terdapat beberapa hadis yang

didapat pada kitab muqaddimah bab f{i fadhlu man ta’allama

qur’a>n wa ‘allamahu> adalah sebagai berikut:

،‫ َح دَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة‬:‫ َح دَّ ثَنَا حَي ْ ىَي ْب ُن َس ِعي ٍد الْ َق َّط ُان قَ ا َل‬:‫) حصيح( َحدَّ ثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن بَشَّ ٍار قَ ا َل‬- 211
ُّ ‫ َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬،َ‫ َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْيدَ ة‬،‫ َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد‬،‫َو ُس ْف َي ُان‬
‫ َع ْن ُعثْ َم َان ْب ِن‬،‫الس لَ ِم ّ ِي‬

46
Abu I<sa> Muhammad bin I<sa> bin Sau>rah, al-Ja>mi’ al-S}ah}ih} Sunan al-
Tirmizi, juz 5 (Cet.II;, (Da>r Ih}ya’ al-Tura>s\, Beirut, 1975), h. 174.

94
ْ ‫ «§َأفْ َض لُمُك‬،‫ قَ ا َل ُش ْع َب ُة « َخرْي ُ مُك ْ» َوقَ ا َل ُس ْف َي ُان‬: َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬
ُ ‫ول اهَّلل ِ َصىَّل‬
ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫َعفَّ َان‬
»ُ‫َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َمه‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Basya>r,

berkata Yahya ibn Sa’id Al-Qatt}a>n berkata, telah menceritakan

kepada kami Syu’bah dan Sufya>n dari

Alqamah ibn Mars\ad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abdu Rahman As-

Sulamiyy dari Us\ma>n berkata: berkata Rasulullah SAW berkata

Syu’bah (sebaik-baiknya) dan Sufya>n berkata, “Sesungguhnya

orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-

Qur`an dan mengajarkannya”.(HR.Ibn Ma>jah 211)

،‫ َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد‬،‫ َحدَّ ثَنَا ُس ْف َي ُان‬:‫ َحدَّ ثَنَا َو ِكي ٌع قَا َل‬:‫) حصيح( َحدَّ ثَنَا عَيِل ُّ ْب ُن ُم َح َّم ٍد قَا َل‬- 212
: َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل‬
ُ ‫ول اهَّلل ِ َص ىَّل‬ ُ ‫ قَ ا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن ُعثْ َم َان ْب ِن َعفَّ َان‬،‫السلَ ِم ّ ِي‬ ُّ ‫َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬
»ُ‫«§َأفْضَ لُمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َمه‬
‫ َح دَّ ثَنَا عَامِص ُ ا ْب ُن‬:‫ َحدَّ ثَنَا الْ َح ِار ُث ْب ُن نَهْب َ َان قَا َل‬:‫ حسن) حصيح( َحدَّ ثَنَا َأ ْزه َُر ْب ُن َم ْر َو َان قَا َل‬-213
‫ «§ ِخ َي ُارمُك ْ َم ْن‬: َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬
ُ ‫ول اهَّلل ِ َصىَّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،‫ َع ْن َأبِي ِه‬،‫ َع ْن ُم ْص َع ِب ْب ِن َس ْع ٍد‬، َ ‫هَب ْدَ ةَل‬
47
» ُ‫ فََأ ْق َعدَ يِن َم ْق َع ِدي ه ََذا ُأ ْقرِئ‬،‫ َ«وَأخ ََذ ِب َي ِدي‬:‫ قَا َل‬، »ُ‫تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َمه‬

Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad bin Yazi>d al-Quzwaini>, Sunan Ibn Ma>jah,


47

Saudi ‘Arabiyyah: Da>r Ihya> al-Kutub al-‘Arabiyyah, muqaddimah hal. 54.

95
‫‪e. Dalam‬‬ ‫‪Musnad Ah}mad‬‬ ‫‪ditemukan‬‬ ‫‪beberapa riwayat,‬‬

‫‪adalah sebagai berikut:‬‬

‫‪-Pada bagian Musnad Usma>n bin Affa>n Rad}iyalla>hu‬‬

‫‪‘anhu, juz 1:‬‬

‫‪َ - 412‬حدَّ ثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن َج ْع َف ٍر‪َ ،‬وهَب ْ ٌز‪َ ،‬و َح َّج ٌاج‪ ،‬قَالُوا‪َ :‬حدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة‪ ،‬قَ ا َل‪ :‬مَس ِ ْع ُت عَلْ َق َم َة ْب َن َم ْرثَ ٍد‬
‫السلَ ِم ّ ِي‬
‫حُي َ ِّد ُث َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْيدَ ةَ‪َ ،‬ع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن ُّ‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ‪َ ،‬أن َّ ُه قَا َل‪َّ " :‬ن َخرْي َ مُك ْ َم ْن عَمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َأ ْو تَ َعل َّ َم ُه‬
‫َع ْن ُعثْ َم َان ْب ِن َعفَّ َان‪َ ،‬ع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل ُ‬
‫ِإ‬
‫"‪ .‬قَا َل ُم َح َّمدُ ْب ُن َج ْع َف ٍر َو َح َّج ٌاج‪ :‬قال‪ :‬فَ َقا َل َأبُو َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‪ :‬فَ َذاكَ اذَّل ِ ي َأ ْق َعدَ يِن ه ََذا الْ َم ْق َعدَ ‪.‬‬
‫هللا‪َ ،‬ولَ ِك ْن قَدْ مَس ِ َع ِم ْن‬
‫قَا َل َح َّج ٌاج‪ :‬قَا َل ُش ْع َب ُة‪َ :‬ول َ ْم ي َْس َم ْع َأبُو َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن ِم ْن ُعثْ َم َان َواَل ِم ْن َع ْب ِد ِ‬
‫عَيِل ٍ ّ َريِض َ ُ‬
‫هللا َع ْنهُ‪.‬‬
‫قَ ا َل َأيِب ‪َ :‬وقَ ا َل هَب ْ ٌز‪َ :‬ع ْن ُش ْع َب َة قَ ا َل‪ :‬عَلْ َق َم ُة ْب ُن َم ْرثَ ٍد َأ ْخرَب َ يِن ‪َ ،‬وقَ ا َل‪َ " :‬خرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن‬
‫َّ ‪48‬‬
‫َوعَل َمهُ"‬

‫‪َ - 500‬حدَّ ثَنَا حَي ْ ىَي ْب ُن َس ِعي ٍد‪َ ،‬ع ْن ُس ْف َي َان َو ُش ْع َب َة‪َ ،‬ع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد‪َ ،‬ع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْي دَ ةَ‪َ ،‬ع ْن‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ ؛ قَ ا َل ُس ْف َي ُان‪َ " :‬أفْ َض لُمُك ْ "‪َ ،‬وقَ ا َل‬
‫َأيِب َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن َع ْن ُعثْ َم َان‪َ ،‬ع ِن النَّيِب ِ ّ َص ىَّل ُ‬
‫‪49‬‬
‫ُش ْع َب ُة‪َ " :‬خرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه "‬
‫‪48‬‬
‫‪Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H}ambal al-Syaiba>ni, Musnad‬‬
‫‪Ahmad, Cet: I: Kairo: Muassasah al-Risalah, juz 2 hal. 471-472‬‬
‫‪49‬‬
‫‪Abdullah bin ‘Abd al-Rah}ma>n Abu> Muh}ammad al-Da>rimiy, Sunan al-‬‬
‫‪Da>rimiy (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Arabiy, 1407), h.530‬‬

‫‪96‬‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Sa’id,dari

Sufya>n dan Syu’bah,dari Alqamah ibn Mars\ad dari Sa’ad bin

Ubaidah, dari Abi Abdu Rahman As-Sulamiyy dari Us\ma>n dari

Rasulullah SAW,berkata Sufya<n: “yang paling utama” dan berkata

Syu’bah Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an

dan mengajarkannya”.(HR.Ahmad bin Hanbal 500)

-Pada bagian Musnad A<li bin Ab}i Tha>lib Rad}iyalla>hu

‘anhu, juz 2:

‫ َو َح دَّ ثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن ُع َب ْي ِد ْب ِن‬، ِ ‫ َح دَّ ثَنَا َأب ُ و اَك ِم ٍل فُ َض ْي ُل ْب ُن الْ ُح َس نْي‬،‫هللا‬
ِ ُ‫ – َحدَّ ثَنَا َع ْب د‬1318 *
‫ َع ِن النُّ ْع َم ِان ْب ِن َس ْعد‬،‫ َحدَّ ثَنَا َع ْب دُ ال َّرمْح َ ِن ْب ُن حْس ََاق‬،‫ َحدَّ ثَنَا َع ْبدُ الْ َوا ِح ِد ْب ُن ِزاَي ٍد‬:‫ قَا َل‬،‫ِح َس ٍاب‬
‫ِإ‬
‫ " ِخ َي ُارمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن‬: َ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل‬
ُ ‫هللا َصىَّل‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬،ُ‫هللا َع ْنه‬ ُ َ ‫ َريِض‬، ّ ٍ ‫ َع ْن عَيِل‬،ٍ
50
" ‫َوعَل َّ َم ُه‬
Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah

menceritakan kepada kami Abu Ka>mil Fudail ibnu Husain, dan

telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn Ubaid bin Hisa>b,

berkata: telah menceritakan kepada kami Abdul Wa>hd bin Ziya>d,

Abu> ‘Abdilla>h Ah}mad bin Muh}ammad bin H}ambal al-Syaiba>ni, Musnad


50

Ahmad, Cet: I: Kairo: Muassasah al-Risalah, juz 2 hal. 437.

97
telah menceritakan kepada kami Abdu Rahman bin Isha>q,dari

Nu’man bin Sa’id dari Ali R.A berkata: berkata Rasulullah Saw

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya”.(HR.Ahmad bin Hanbal 1318)

f. Adapun Sunan al-Da>rimiy dalam kitab fadha>’ilil qur’a>ni

pada bab khiya>rukum man ta’allamal qur’an wa ‘allamah{u

kami menemukan satu riwayat, adalah sebagai berikut:

‫ َح دَّ ثَنَا‬،‫ َح دَّ ثَنَا َع ْب دُ ال َّرمْح َ ِن ْب ُن حْس ََاق‬،‫ َح دَّ ثَنَا َع ْب دُ الْ َوا ِح ِد‬،‫ َأ ْخرَب َ اَن ُم ْس مِل ُ ْب ُن ْب َرا ِه َمي‬- 3380
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ْ ‫مُك‬ ِ ُ ‫ول اهَّلل ِ َصىَّل‬
‫ «§ َخرْي ُ ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن‬: َ ‫هللا عَلَ ْي ه َو َس مَّل‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫ قَا َل‬، ّ ٍ ‫ َع ْن عَيِل‬،‫النُّ ْع َم ُان ْب ُن َس ْع ٍد‬
51 َّ
»ُ‫َوعَل َمه‬
Artinya:

Telah mengabarkan kepada kami Muslim bin Ibra>him, telah

mengatakan kepada kami Abdul Wa>hid, telah menceritakan

kepada kami Abdu Rahman bin Ishaq, telah menceritakan kepada

kami Nu’man bin Sa’ad dari Ali R.A, berkata: berkata Rasulullah

SAW “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan

mengajarkannya” (HR,Ad-Darimi 3380)

c) I’tiba>r Sanad

Setelah melakukan kegiatan takhri@j sebagai langkah awal

penelitian untuk hadis yang diteliti, dan menghimpun semua hadis

beserta sanadnya, maka selanjutnya akan dilakukan kegiatan

Abdullah bin ‘Abd al-Rah}ma>n Abu> Muh}ammad al-Da>rimiy, Sunan al-


51

Da>rimiy (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Arabiy, 1407), h.2102-2103.

98
I’tibar52. Melalui i’tiba>r, akan terlihat dengan jelas seluruh sanad

hadis yang diteliti demikian juga nama-nama periwayatnya serta

metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing

periwayat yang bersangkutan, dan untuk mengetahui keadaan

sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidaknya pendukung

berupa periwayat yang berstatus sya>hid atau muta>bi’53.

Jika mengacu pada hadis yang menjadi objek kajian dalam

al-Kutub al-tis’ah, antara lain Sunan al-Tirmiz\i terdapat 3 jalur,

Sunan Abu> Da>ud terdapat 1 jalur, Shahih Bukha>ri terdapat 1

jalur, Sunan Ibn Ma>jah terdapat 3 jalur, Musnad Ahmad bin

Hanbal 3 jalur, dan Sunan Ad-Da>rimi{ 1 jalur. Jadi jumlahnya

secara keseluruhan adalah 12 jalur periwayatan.

Dari 12 jalur periwayatan tersebut semuanya sya>hid karena

pada level sahabat ada 2 orang sahabat yang meriwayatkan hadis,

yaitu Utsma>n bin Affa>n dan Ali< bin Abi Tha>lib.

52
Kata i’tiba>r merupakan bentuk masdar dari kata i’tabara. Menurut Ibn
Fa>ris, kata ini berakar dari huruf ‘ayn, ba>’, dan ra’yang berarti (menembus dan
melewati sesuatu). Lihat: Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya> al-Qazwainiy al-
Ra>ziy Abu> al-H{usainiy, Mu’jam Maqa>yi@s al-Lugah, Juz 4 (t.tp.: Da>r al-Fikr,
1399 H/ 1979 M), hal. 207. Mahmud al-T}ah}h{a>n dalam kitabnya, Taisi@@r al-
Must}alah al-H}adi@s\, al-i’tiba>r menurut bahasa berarti memperhatikan
sesuatu untuk mengetahui sesuatu yang lain yang sejenis dengannya. Sedangkan
dari segi istilah, menuru Ibn al-S}alah, i’tiba>r berarti menyertakan sanad-sanad
yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya
tampak hanya terdapat seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-
sanad yan lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain
ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud. Lihat:
Muhammad Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Cet. II; Bandung: Angkasa,
1994), hal. 51.
53
Sya>h}id adalah periwayat yang berstatus pendukung yang
berkedudukan sebagai sahabat Nabi, sedangkan muta>bi’ adalah periwayat
pendukung pada periwayat yang bukan sahabat Nabi.

99
Selanjutnya untuk memperjelas keterangan di atas, maka

dapat dilihat pada skema sanad hadis yang dikaji, sebagai berikut:

100
101
102
103
104
105
106
107
108
Kritik Sanad (Naqd al-Sanad)

Naqd yang jika diartikan secara harfiah adalah kritik yang

berasal dari bahasa latin. Kritik itu sendiri berarti menghakimi,

membanding, menimbang. Sedangkan sanad menurut bahasa

memiliki kesamaan arti kata ‫طريق‬ yaitu jalan atau sandaran.54

Menurut istilah hadis, sanad adalah jalan yang menyampaikan

kepada matan hadis.55 Jadi, Naqd al-Sanad itu bisa berarti kritik atau
kajian atau penelitian sanad. Dan yang dimaksud dengan kritik

atau kajian sanad adalah mempelajari mata rantai para perawi yang

ada dalam sanad hadis.56 Kritik ekstern57 atau penelitian sanad

dalam kajian hadis Nabi saw. merupakan kegiatan yang sangat

urgen dalam rangka penentuan status kehujjahan hadis Nabi saw.

Adapun awal terbentuknya istilah kritik sanad ini, karena

terbunuhnya Umar bin Khattab pada tahun 24 H tidak banyak

54
Dalam kamus bahasa Arab ‫ طريق‬bermakna jalan, melalui, menempuh.
55
Bustamin, Metodologi Kritik Hadis (Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 5.
56
Manna’ al-Qathtthan, Pengantar Studi Hadis (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-
Kausar, 2009), h. 192. Sanad dan rawi merupakan unsur-unsur hadis, sanad
berarti rangkaian sedang periwayat dalam bahasa Arab disebut rawi, berarti
orang yang meriwayatkan hadis atau melakukan kegiatan periwayatan hadis.
Sedang dalam ilmu hadis riwayat adalah penerimaan dan penyampaian hadis
serta penyandaran hadis itu kepada rangkaian para periwayatnya dengan
bentuk-bentuk tertentu. Lihat Wajidi Sayadi, Ulum al-Hadis (Cet. I; Pontianak:
Stain Pontianak Press, 2013), h. 28.
57
Syahraeni, Kritik Sanad Dalam Perspektif Sejarah (Cet. I; Makassar:
Alauddin Press, 2011), h. 8, kritik ekstern’(penelitian sanad) yang diteliti adalah
kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periwayat yang terlibat dalam
sanad, istilah yang diperkenalkan Arifuddin Ah}mad, yang berarti kritik sanad
bersama term kritik matan yang disebut sebagai ‘kritik intern’. Istilah ini menjadi
sebuah kontribusi dalam pembaruan dalam kajian h}adi>s\ kontemporer, di
samping istilah ‘kaidah mayor’ dan ‘kaidah minor’ dalam kaidah kes}ah}i>h}an
sanad dan matan h}adi>s\.

109
mempengaruhi perkembangan ilmu kritik hadis, namun

terbunuhnya Usman bin Affan pada tahun 36 H juga terbunuhnya

Husein bin Ali pada tahun 61 H, juga diiringi lahirnya kelompo-

kelompok politik dalam tubuh umat Islam, sangat berpengaruh

terhadap perkembangan ilmu kritik hadis. Karena untuk

memperoleh legitimasinya masing-masing kelompok itu mencari

dukungan dari hadis Nabi saw. apabila hadiis yang dicarinya tidak

ditemukan, mereka kemudian membuat-buat hadis palsu.

Maka sejak saat itu para ulama kritiks hadis dalam

menyeleksi hadis tidak hanya mengkritiknya dari segi matan

melainkan juga meneliti identitas periwayat hadis tersebut, imam

Muhammad bin Sirin (33-110 H) menuturkan, pada mulanya kaum

muslimin tidak pernah menanyakan sanad (transmisi hadis).

Namun setelah terjadi fitnah terbunuhnya Usman, apabila

mendengar hadis mereka selalu menanyakan dari siapa hadis itu

diperoleh. Apabila diperoleh dari ahlu sunah, hadis itu diterima

sebagai dalil dalam agama. Namun apabila diperoleh dari orang-

orang penyebar bidah, maka hadis itu ditolak.58

Sanad hadis (sebagaimana disebutkan) terdiri dari rangkaian

nama-nama periwayat yang berawal dari sahabat sampai ke

mukharrij59. Rangkaian periwayat tersebutlah yang kemudian dalam

proses penelitian yang menjadi objeknya.

58
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis (Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.
5-6.
Zainal Abidin Munawwir, Kamus Arab Indonesia al-Munawwir
59
(Cet.XIV;
Surabaya: Pustaka Progressif), h. 330. Mukharrij adalah menampakan.

110
Metode kritik sanad memiliki beberapa tujuan, yakni antara

lain pengujian tentang proses ketersambungan periwayatan hadis

dengan mengamati dan mencermati berbagai silsilah antara guru

dengan murid yang ditandai dengan s}igah al-tah}ammul (lambang

penerimaan hadis), menguji integritas perawi (al-‘ada>lah) dan

intelegensiannya (al-d}abt}) dan jaminan aman dari syuz\uz\ dan

‘illah.

Jika dalam penelitian rawi terjadi perbedaan penilaian ulama

terhadap seorang perawi, peneliti kemudian memberlakukan

kaedah-kaedah al-jarh{ wa al-ta‘di>l dengan berusaha

membandingkan penilaian tersebut kemudian menerapkan kaedah

berikut:

1. ‫التعديل‬ ‫( اجلرح مقدم عىل‬Penilaian cacat didahulukan dari pada


penilian adil)

Penilaian jarh}/cacat didahulukan dari pada penilaian ta‘di>l

jika terdapat unsur-unsur berikut:

a. Jika al-jarh} dan al-ta‘di>l sama-sama samar/tidak dijelaskan

kecacatan atau keadilan perawi dan jumlahnya sama, karena

pengetahuan orang yang menilai cacat lebih kuat dari pada orang

yang menilainya adil. Di samping itu, hadis yang menjadi sumber

ajaran Islam tidak bisa didasarkan pada hadis yang diragukan.60

Abu> Luba>bah H{usain, al-Jarh} wa al-Ta‘di>l (Cet. I; al-Riya>d}: Da>r


60

al-Liwa>’, 1399 H./1979 M.), h. 138. Secara etimologi al-jarh adalah bentuk
masdar dari jaraha yajrihu, jika ia menimbulkan luka didalamnya. Sedang secara
terminologi al-jarh adalah nampaknya atau munculnya satu sifat dalam seorang
perawi yang dapat merusak, keadilannya, atau merusak hafalan dan ke
dhabitannya.

111
b. Jika al-jarh{ dijelaskan, sedangkan al-ta‘di>l tidak dijelaskan,

meskipun jumlah al-mu‘addil (orang yang menilainya adil) lebih

banyak, karena orang yang menilai cacat lebih banyak

pengetahuannya terhadap perawi yang dinilai dibanding orang

yang menilainya adil.

c. Jika al-jarh{ dan al-ta‘di>l sama-sama dijelaskan sebab-sebab

cacat atau keadilannya, kecuali jika al-mu‘addil menjelaskan

bahwa kecacatan tersebut telah hilang atau belum terjadi saat

hadis tersebut diriwayatkan atau kecacatannya tidak terkait

dengan hadis yang diriwayatkan.61

2.‫اجلرح‬ ‫( التعديل مقدم عىل‬Penilaian adil didahulukan dari pada


penilian cacat)

Sebaliknya, penilaian al-ta‘di>l didahulukan dari pada

penilaian jarh/cacat jika terdapat unsur-unsur berikut:

1) Jika al-ta‘dil dijelaskan sementara al-jarh} tidak, karena

pengetahuan orang yang menilainya adil jauh lebih kuat dari

pada orang yang menilainya cacat, meskipun al-ja>rih/orang

yang menilainya cacat lebih banyak.

2) Jika al-jarh} dan al-ta‘dil sama-sama tidak dijelaskan, akan

tetapi orang yang menilainya adil lebih banyak jumlahnya,

Hal tersebut diungkapkan Muh{ammad ibn S}a>lih} al-‘Us\aimi>n,


61

Mus}at}alah} al-h}adi>s\ (Cet. IV; al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-Sa‘u>diyah:


Wiza>rah al-Ta‘li>m al-‘A<li>, 1410 H.), h. 34. Lihat juga: Arifuddin Ahmad,
Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Cet. I: Jakarta: Renaisan, 2005 M.), h. 97.

112
karena jumlah orang yang menilainya adil mengindikasikan

bahwa perawi tersebut adil dan jujur.62

Dalam meneliti Sanad, ada beberapa standar tentang

kes}ah}i>h}an h}adi>s\ dalam kesepakatan jumhur ulama yaitu:

a. Sanad bersambung

b. Periwayat yang ‘a>dil

c. Periwayat yang d}a>bit}

d. Terhindar dari sya>z\

e. Terhindar dari ‘illat.63

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan para perawi dalam

sebuah jalur sanad yang perlu diketahui, antara lain:

a) Biografi termasuk tahun lahir dan tahun wafatnya.

b) Tempat para perawi besar/ tempatnya belajar (h{alaqah)

c) Guru dan murid untuk mengetahui ada tidaknya

ketersambungan sanad.

d) Penilaian atau komentar ulama terhadapnya, termasuk

kekuatan hafalannya. Penilaian ulama adakalanya bersifat

62
‘Abd al-Mahdi> ibn ‘Abd al-Qa>dir ibn ‘Abd al-Ha>di>, ‘Ilm al-Jarh} wa
al-Ta‘di>l Qawa>‘idih wa Aimmatih (Cet. II: Mesir: Ja>mi‘ah al-Azhar, 1419
H./1998 M.), h. 89.
63
Lihat: Ibn al-S{ala>h}, ‘Ulu>m al-H{adi>s\ (al-Madi>nah al-
Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972), h. 10.; Ah}mad ‘Umar Hasyim,
Qawa>‘id Us}u>l al-H{adi>s\ (Beirut: Da>r al-Fikr, [t.th], h. 39. Syaz\ yang
dikemukakan oleh imam Syafi’I adalah apabila suatu hadis yang diriwayatkan
oleh seorang siqah bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang
banyak yang siqah, sedangkan illat adalah suatu sebab yang tersembunyi yang
menyebabkan rusaknya kualitas hadis, dimana hadis itu kelihatannya sahih,
setelah diteliti ternyata tidak sahih. Lihat Muhammad Yahya, Kaedah-kaedah
Periwayatan Hadis Nabi (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2012), h.
145.

113
positif ataupun negatif terhadap seorang periwayat.

Namun semua penilaian tersebut tetap disampaikan

dengan bahasa yang baik dan sopan.

Adapun periwayat yang akan diteliti pada hadis dibawah ini:

‫َح َّدثَنَا َح ْف ُص ْب ُن مُع َ َر َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْيدَ َة َع ْن َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬
‫َع ْن ُعثْ َم َان َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬
‫))رواه أبو داود‬

‫رسول هللا‬

‫ُعثْ َم َان بن عفان‬

‫السلَ ِم ّ ِي‬
ُّ ‫َأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن‬
‫َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْيدَ َة‬

‫عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد‬

‫ُش ْع َب ُة‬

‫َح ْف ُص ْب ُن مُع َ َر‬

‫أبو داود‬
Dalam rangkaian sanad hadis di atas, terdapat beberapa

periwayat yang menjadi objek kajian untuk mendapatkan

114
keterangan terkait kualitas pribadi dan kapasitas intektual masing-

masing, serta kemungkinan adanya ketersambungan periwayatan

dalam sanad tersebut. Pada hadis diatas dikeluarkan oleh ‘Utsma>n

bin Affa>n. Adapun periwayat yang akan diteliti sesuai yang digaris

bawahi pada hadis diatas yaitu adalah Abu> Da>ud, Hafsh bin

‘Amr, Syu’bah, Al-qamah bin Martsad, Sa’ad bin ‘Ubaidah, ‘Abdu

Rahma>n As-Sulami{y> dan ‘Utsma>n bin Affa>n.

No Nama Periway

. at

1. ‘Utsma>n bin Affa>n I

2. Abdu Rahman As-Sulami{y II

3. Sa’ad bin ‘Ubaidah III

4. ‘Al-qamah bin Martsad, IV

5. Syu’bah V

6. Hafsh bin ‘Amr VI

7. Abu> Da>ud VII

Keterangan:

1. Tabaqat sahabat

2. Tabaqat tabi’in

3. Tabaqat tabi’in tabi’in

4. Tabaqat tabi’in tabi’in

5. Tabaqat tabi’in tabi’in

6. Tabaqat tabi’in tabi’in

115
7. Abu> Da>ud sebagai periwayat yang ke 7, juga disebut

mukharrij. Yaitu orang yang telah mencatat hadis

tersebut dalam kitabnya, lalu mengeluarkan atau

menyampaikannya kepada muridnya atau kepada

generasi sesudahnya akhirnya sampai kepada kita

sekarang dengan menyebutkan rangkaian sanadnya.

1) Abu> Da>ud

Nama lengkapnya yakni Abu> Da>ud bin Sulaima>n bin

al-‘Asy’as al-Sijista>ni,64 dalam kitab Syarah al-Tabsi>r al-

Taz\ki>rah, dijelaskan bahwa beliau lahir pada tahun 202H 65 dan

bermukim di Bashrah serta mengajarkan hadis kepada umat islam

sampai ia wafat pada tanggal 16 Syawal tahun 275H pada usia 73

tahun.66 Abu da>wud adalah sahabat Ah}mad bin H{anbal.67

64
Muhammad bin Ish{a>q bin Muhammad bin Munduh, Fadl al-Akhba>r
wa Syarah Maz\a>hib Ahl A<s\ar wa H{aqi>qah al-Sunan. Juz I, (Cet. I; Riya>dh:
Da>r al-Musli>m, 1414H./1993M.) h. 42.
65
Al-H{a>fiz\ al-‘Ara>qi, Syarah al-Tabsi>r al-Taz\ki>rah, Juz I, (Maktabah
al-Masya>kah, t.th) h. 228. Lihat juga Abu> al-Abbas Syams al-Di>n, Ahmad bin
Muhammad bin Ibrahi>m bin Abi> Bakr al-Irba>li, Wafaya>h al-A’ya>n, Juz II,
(Cet. I; Beiru>t: Da>r Sa>dr, 1415H./1994M.) h. 405.
66
Abu> Isha>q al-Syaira>zy, T{abaqa>t al-Fuqaha>’, Juz I, (Cet. I;
Beiru>t: Da>r al-Ra>’id, 1970M.) h. 171. Lihat juga Muhammad bin Ah}mad bin
Us\ma>n al-Qa>imaz al-Zaha>bi Abu> Abdullah, al-Mu’i>n fi T{abaqa>t al
Muh}addis\i>n, Juz I, (Cet. I; al-Arda>n: Da>r al-Furqa>n, 1404H./1984M.) h. 25.
Lihat juga Aslam bin Sahl bin Aslam bin H{abi>b al-Raza>z al-Wa>sity, Abu> al-
H{asan, Ta>rikh al-Wasi>t, Juz I, (Cet. I; Beiru>t: Da>r al-Kutub, 1406H./1986M.)
h. 280. Lihat juga al-Muba>rak bin Ah}mad bin Muba>rak bin Muwahhab al-
Irba>li, Ta>rikh al-Irba>l, Juz II, (Cet. II; ‘Ira>q
: Da>r al-Ra>syid Linnasyri, 1401H./1980M.) h. 731.
67
Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n Abu> al-H{ajja>j al-Mizziy,
Tahz\i>b al-Kama>l, Juz. XXXII . . . h. 67.

116
Beliau juga salah satu pengarang kitab Sunan.68 Abu> H{atim

bin H{ibba>n berkata Abu> Da>wud adalah salah seorang Imam

dunia dalam bidang Fiqh, Ilmu, Hafalan dan Ibadat. Beliau telah

mengumpulkan h}adi>s\-h}adi>s\ hukum dan tegak

mempertahankan sunah.

Abu> Da>ud melakukan perjalan ke Ira>q, Khurasa>n,

Sya>m, Mesi>r, dan Jazi>rah.69 Diantara guru-gurunya ialah Ahmad

bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi, Muhammad

bin Kas\ir al-‘Abdi>, Musaddad bin Musarhad, dan Mu’adz bin

Asaddi.70

Selain guru-guru diatas, ternyata Abu> Da>wud menuntut

ilmu kepada banyak syekh, diantaranya adalah Ibra>hi>m bin

Basysya>r al-Rama>di>, Ibra>hi>m bin al-H{asan al-Mas}i>s}i>,

Ibra>hi>m bin H{amzah al-Zubairi>, Ibra>hi>m bin al-Ramli>,

Abi> S|au>r Ibra>hi>m bin Kha>lid al-Kila>bi>, Ibra>hi>m bin

Ziya>d Sabla>n, Ibra>hi>m bin Sa‘i>d al-Jauhari>, Ibra>hi>m bin

al-‘Ula>’I al-Zabi>di>, Ibra>hi>m bin Abi> Mu‘a>wiyah

Muh}ammad bin Kha>zim al-D{ari>r, Ibra>hi>m bin Muhammad

al-Taimi> al-Qa>d}i>, Ibra>hi>m bin Mukhallid al-T{a>liqa>ni>,

Ibra>hi>m bin Marwa>n bin Muh}ammad al-T{a>t}a>ri>,

68
Abu> Muhammad Mah}mu>d bin Ahmad bin Mu>sa> bin Ahmad bin
H{usai>n, Mugni> al-Akhya>r, Juz V, . . . . h. 330.
69
Abu> al-Abbas Syams al-Di>n, Ahmad bin Muhammad bin Ibrahi>m bin
Abi> Bakr al-Irba>li, Wafaya>h al-A’ya>n, Juz II, . . . . . h. 404.
70
Syam al-Di>n Abu> Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Us\ma>n bin
Qaimaza al-Zahabi, Siya>r al-‘A’lam al-Nubala> Juz XII, (Kairo: Da>r al-H{adi>s\,
1427H./2006M.) h. 203.

117
Ibra>hi>m bin al-Mustamir al-‘Aru>qi>, Ibra>hi>m bin Mahdi> al-

Mas}i>s}i>, Ibra>hi>m bin Mu>sa> al-Ra>zi> al-Fara>’I,

Ibra>hi>m bin Ya‘qu>b al-Jauzaja>ni>, ‘Ah}mad bin Ibra>hi>m al-

Mus}ili>, ‘Ah}mad bin ibra>hi>m al-Dauruqi>, ‘Ah}mad bin Sa‘i>d

al-Hamda>ni>, ‘Ah}mad bin Abi> Syu‘ai>b al-H{ara>ni>, ‘Ah}mad

bin S{a>lih} al-Mis}ri>, ‘Ah}mad bin ‘Abdillah bin Yu>nus al-

yarbu>‘I, Abi> al-T{a>hir ‘Ah}mad bin ‘Amr bin al-Sirh al-Mis}ri>,

‘Ah}mad bin Muh}ammad bin H{anbal, ‘Ah}mad bin Mani>‘ al-

Bugawi>, Ish}a>q bin Ibra>him al-Fara>di>si>, Ish}a>q bin

Ra>hawiyyah, Isma>‘i>l bin Bisyr bin Mans}u>r al-Sulai>mi>,

‘Ayyu>b bin Muh}ammad al-Waza>n, Bisyr bin A>dam al-Bas}ri>,

Bisyr bin ‘Amma>r al-Qahsata>ni>, Bisyr bin Hila>l al-S{awa>fi>,

Abi> Bisyr bin Bakr bin Khalf, Tami>m bin al-Muntas}ir, ja‘far bin

Musa>fir al-Tani>si>, H{a>mid bin Yah}ya> al-Balkhi>, H{ajja>j

bin al-Sya>‘ir, al-H{asan bin ‘Ah}mad bin ‘Abi> Syu‘aib al-

H{ara>ni>, Al-H{asan bin al-Rabi>‘ al-Baura>ni>, Al-H{asan bin

‘Ali> al-Khila>l, Al-H{asan bin ‘i>sa> al-Bust}a>mi>, Abi> ‘Umar

H{afs} bin ‘Umar al-H{aud}i>, Abi> ‘Umar H{afs} bin ‘Umar al-

D{ari>ri>, al-H{akam bin Mu>sa> al-Qant{ari>, H{aki>m bin

Sai>f al-Raqqi>, H{amzah bin Nas}i>r al-Mis}ri>, H{ami>d bin

Mas‘adah, H{ayawah bin Syari>h} al-H{ams}i>, Khasyi>sy bin

As}ra>m al-Nasa>’I, Khalf bin Hisya>m al-Bazza>r, Da>wud bin

Rasyi>d, Abi> al-Jama>hir Muh}ammad bin ‘Us\ma>n al-

Tanaukhi>, Sulaima>n bin Ibnu H{arb ‘Us\ma>n bin Abi> Syaibah,

118
al-Qa’nabi>, Abu> Wa>lid al-T{aya>lisi>.71 Dan masih banyak lagi

syaikh tempat beliau berguru.

Diantara murid-murid beliau adalah al-Tirmiz\i>,72 Ibra>hi>m

bin H{amma>d bin Ibra>hi>m bin Yu>nus al-‘A>qu>li>, Abu> al-

T{ayyi>b ‘Ah{mad bin Ibra>hi>m bin ‘Abd. Al-Rah}ma>n bin

al-‘Asyna>ni> al-Bagda>di>, Abu> H{a>mid ‘Ah}mad bin Ja‘far

al-‘Asy‘ari> al-‘As}baha>ni>, Abu> Bakr ‘Ah}mad Bin Salma>n al-

Naja>di> al-Faqi>hi>, Abu> ‘Amr Ah}mad bin ‘Ali> bin al-H{asan

al-Bas}ri>, ‘Ah}mad bin Muh}ammad bin Da>wud bin Sali>m,

Abu> Sa‘i>d ‘Ah}mad Bin Muh}ammad bin Ziya>d Ibn. al-A‘rabi>,

Abu> Bakr ‘Ah}mad bin Muh}ammad bin Ha>ru>n al-Khala>l al-

H{anbali>, Abu> ‘I>sa> ‘Ish}a>q bin Mu>sa> bin Sa‘i>d al-

Ramli>, Isma>‘i>l bin Muh}ammad al-S{afa>ri al-Bagda>di>,

H{arb bin Isma>‘i>l al-Karama>ni>.

Banyak sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh

terkemuka kalangan imam dan ulama hadits dan disiplin ilmu

lainnya yang mengalir kepada imam Abu Daud Rahimahullah,

diantaranya adalah;

Abdurrahman bin Abi Hatim berkata : Abu daud Tsiqah, Imam

Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Daud adalah imam yang

dikedepankan pada zamannya, Ibnu Hibban berkata: Abu Daud

merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan fiqih,

Musa bin Harun menuturkan: Abu Daud diciptakan di dunia untuk


71
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, h. 243.
72
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, h. 243.

119
hadits dan di akhirat untuk Syurga, dan aku tidak melihat

seorangpun lebih utama daripada dirinya. Al Hakim berkata: Abu

Daud adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada keraguan,

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi menuturkan: Para

ulama telah sepakat memuji Abu Daud dan mensifatinya dengan

ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara', agama (kesholehan)

dan kuat pemahamannya dalam hadits dan yang lainnya, Abu Bakr

Ash Shaghani berkata: Hadits dilunakkan bagi Abi Daud

sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud, Adz Dzahabi

menuturkan:Abu Daud dengan keimamannya dalam hadits dan

ilmu-ilmu yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka

kitabnya As Sunan telah jelas menunjukkan hal tersebut.73

2) Hafsh bin ‘Amr

Nama lengkapnya Hafsh bin ‘Amr bin al-Ha>rits bin Sakhbarah

Kuniyah Abu ‘amr

Penilaian ulama:Abu> thalib dari Ahmad bin Hanbal menilai

“terbukti terbukti baik, tidak mengambil ataupun menambah satu

huruf pun”,Abdu Rahman bin Abi Ha>tim dari bapaknya menilai

s}a>du>q

Adapun gurunya diantaranya, Ibra>him Sa’ad Al-

Zuhri>,Azwar bin ‘Iyad{,Abu< Hamzah Isha>q,Tsawa>b bin

‘Utbah,Ja>mi’ bin Mat{hari>,Hasan bin Ibrahim,Hasan Abu>

73
Abu> Muh]ammad ‘Abdirrah}ma>n bin Abu> Ha>tim Muh}ammad bin
Idri@ bin Manz\ur al-Tami@mi@ al-H{unz\li@ al-Ra>z\@, al-Jarh wa Ta’di@l juz I
(t.c, Mesir: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiah, 1952), h. 102.

120
ja’far,Hammad bin Ziya>d,Khalid bin ‘Abdulla>h,Syu’bah bin Al-

hajja>j,D}ahak bin Yasa>r,Abdullah bin Hasan,Abdul Aziz bin

Muslim,Adi> Ibn Fadl,’Umar Ibn Fadl,Muba>rak bin

Fud}a>lah,Muharir bin Qa’na>b,Muhammad bin Rasyid,Abu> Hallal

Muhammd bin Sali>m,Marji bin Raja<’,Munzi>r bin

Ta’labah,Hisyam al-Dastawa>’i,Hamma>m bin Yahya,Yazid bin

Ibra>him Tastari>,Yusuf bin Ya’qub74.

Adapun muridnya diantaranya Bukha>ri,Abu> daud,Ibrahim

bin Abdullah bin Junaid,Abu Muslim Ibra>him,Ibrahim bin

Muhammad,Ibrahim bin Ya’kub Al-Jauzja>ni,Ahmad bin

Ishaq,Ahmad bin Da>ud al-Makki,Abu ‘Abba>s Ahmad bin

Ahmad,Isma>’il bin Ishaq,Isma>’il bin ‘Abdullah,Ha>mid bin

Sahl,Abu Da>ud bin Sulaiman bin Saif,dll75.

Dengan demikian, riwayat Abu> Da>ud dari Hafsh bin ‘Amr

dengan s}i>ghat haddas\ana> dapat dibuktikan dengan alasan

sebagai berikut:

a) Dalam daftar nama-nama guru dan murid masing-masing

terdapat namanya Abu> da>ud dengan Hafsh bin ‘Amr.

b) Peneliti menilai bahwa keduanya adalah rawi yang adil dan

dha>bit (s\iqah) dengan melihat beberapa penilaian ulama

kritikus hadis yang menggunakan ungkapan s\iqah, s}adu>q,

dan yang lain. karena dengan menggunakan beberapa


74
Abu> al-Fad{l Ahmad bin Ali> bin Muhammad bin Ahmad Al-Asqala>ni al-
Sya>fi’i@, Tahz\i@b al-Tahz\i@b, h. 453, lihat juga Al-Mizzy, Tahzib al-Kama>l,
juz 7, h. 26.
75
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l fi>
Asma>’ al-Rija>l, Juz I, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.28

121
ungkapan di atas itu menunjukkan telah terpenuhinya aspek

keadilan dan kedhabitan rawi.

3) Syu’bah

Nama lengkapnya Syu’bah ibn Hajja>j bin Al-Wardi

Kuniyah Abu Bast}a>m

Negeri semasa hidup di Bas}rah

Penilaian ulama:Abu Bakar ibn Abi al-Aswa>d dari Kha>lid

Abdurrahma>n ibn Mahdi “ami>rul mu’mini>n fi>>>l

hadi>s”,Muhammad bin Minhal Ad-D{ari<r mendengar dari

Yazi>d bin Zari>’ “s{adu>q”,Yahya ibn Mu’i>n “ima>mul

Muttaqi>n”76

Adapun gurunya diantaranya Ubaidillah ibn Umar,Sa’ad bin

Ishaq,Hasa>n ibn Imran,Ibra>him bin Muhammad,Ibra>him bin

muslim, Alqamah ibn Martsa<d, dll77.

Adapun murid-muridnya diantaranya Ibra>him bin Sa’ad al-

Zukhri>,Hajja>j ibn Minha>l,Khalid ibn Kharits,Hafsh bin ‘Amr,

dll78.

Dengan demikian, riwayat Hafsh bin ‘Amr dari Syu’bah ibn

Hajja>j dengan s}i>ghat haddas\ana> dapat dibuktikan dengan

alasan sebagai berikut:

76
Abu> al-Fad{l Ahmad bin Ali> bin Muhammad bin Ahmad Al-Asqala>ni
al-Sya>fi’i@, Tahz\i@b al-Tahz\i@b, h.168-169
77
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz XII, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.480 lihat
juga Al-Mizzy, Tahzib al-Kama>l, juz 2, h.168
78
Abu> al-Fad{l Ahmad bin Ali> bin Muhammad bin Ahmad Al-Asqala>ni
al-Sya>fi’i@, Tahz\i@b al-Tahz\i@b, h.168-169

122
a) Dalam daftar nama-nama murid Syu’bah ibn Hajjaj terdapat

nama Hafsh bin ‘Amr.begitu pula sebaliknya dalam daftar

nama guru-guru Hafsh bin ‘Amr terdapat nama Syu’bah ibn

Hajja>j.

b) Peneliti menilai bahwa keduanya adalah rawi yang adil dan

dha>bit (s\iqah) dengan melihat beberapa penilaian ulama

kritikus hadis yang menggunakan ungkapan s\iqah, karena

dengan menggunakan beberapa ungkapan di atas itu

menunjukkan telah terpenuhinya aspek keadilan dan

kedhabitan rawi.

4) Alqamah ibn Martsad

Nama lengkapnya Alqamah ibn Marstad

Kuniyah Abu> Al-Harits

Negeri semasa hidup kufah dan hudramu>t.

Penilaian ulama: An-Nasa>’i dan Ibn Hibban ”tsi>qah”,

Adapun gurunya diantaranya Hafsh bin Ubaidillah,Sa’ad

bin Ubaidah, Sulaiman bin Buraidah,Abdu Rahman bin

Ubzi{,Abdu Rahman bin Sa>bt,Atha’ bin Abi

Raba>h,Muja>hid bin Ja>bir,Abi Ja’afar Muhammad bin

Ali>,Abdu Rahman As-Sulamiy, dll79.

Adapun muridnya diantaranya Aba>n ibn Taglib,Idris

bin Ya>zid,Ja>bir bin Yahya,Jara>h bin Dahha>k,Ha>san bin

79
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz XV, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.309

123
Sha>lih,Hafsh bin Sulaima>n,Hakim bin Zhuhair,Abu Sunan

Sa’i<d bin Sunan Syaiba>niy,Sufya>n Tsawariy,Syu’bah ibn

Hajja>j,Abu Sina>n Dira>r bin Murrah,’A>’iz ibn Nuza>ir,dll.80

Dengan demikian, riwayat Syu’bah ibn Hajja>j dari

Alqamah ibn Martsad dengan s}i>ghat ‘an dapat dibuktikan

dengan alasan sebagai berikut:

a) Dalam daftar nama-nama murid Alqamah ibn Martsad

terdapat nama Syu’bah ibn Hajja>j.begitu pula sebaliknya

dalam daftar nama guru-guru Syu’bah ibn Hajja>j terdapat

nama Alqamah ibn Martsad.

b) Peneliti menilai bahwa keduanya adalah rawi yang adil

dan dha>bit (s\iqah) dengan melihat beberapa penilaian

ulama kritikus hadis yang menggunakan ungkapan s\iqah,

karena dengan menggunakan beberapa ungkapan di atas

itu menunjukkan telah terpenuhinya aspek keadilan dan

kedhabitan rawi.

5) Sa’ad bin Ubaidah

Nama lengkapnya Sa’ad bin Ubaidah As-Sulamiy

Kuniyah Abu> Hamzah

Negeri semasa hidup Kufah

Penilaian ulama terhadapnya: Ishaq ibn Mans}u>r dari Yahya

ibn Mu’ain mengatakan dia “s\iqah”.

80
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz XV, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.310

124
Adapun gurunya diantaranya Bara’ bin ‘azib,Hibba>n

bin ‘At}iyyah,Abdullah bin Buraidah,Abdullah bin Umar ibn

Khatt}a>b,’Uma>rah bin ‘Umair,Umar bin Sa’a>d,Qais ibn

Saka<n,Muhammad al-Kindi|,Mustaurad bin Ahna>f,Mug|irah

bin Syu’bah, Abdu Rahman As-Sulamiy.81

Adapun muridnya diantaranya Isma>’il ibn

Abdurahma>n As-Sudy|,Ja>bir bin Ziya>d,Ha>san bin

Ubaidillah,Hus|ain bin Abdurrahma>n As-Sulamiy,Hakim bin

‘Utaibah,Zubaid bin Yami|,Sa’id bin Masru>q,Sulaiman al-

A’masy,At|a’ bin Sa>’ib,Alqamah ibn Martsad,Amru ibn

Marrah,dlli.82

Dengan demikian, riwayat Alqamah ibn Martsad dari

Sa’ad bin Ubaidah dengan s}i>ghat ‘an dapat dibuktikan

dengan alasan sebagai berikut:

a) Dalam daftar nama-nama murid Sa’ad bin Ubaidah

terdapat Alqamah ibn Martsad.begitu pula sebaliknya

dalam daftar nama guru-guru Alqamah ibn Martsad

terdapat nama Sa’ad bin Ubaidah.

b) Peneliti menilai bahwa keduanya adalah rawi yang adil

dan dha>bit (s\iqah) dengan melihat beberapa penilaian

ulama kritikus hadis yang menggunakan ungkapan

81
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz X, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.290
82
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz X, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.291

125
s\iqah, karena dengan menggunakan beberapa

ungkapan di atas itu menunjukkan telah terpenuhinya

aspek keadilan dan kedhabitan rawi.

6) ‘Abdu Rahman As-Sulami{y

Nama lengkap ‘Abdullah bin Hab}ib bin Rubayyi’ah

Kuniyah Abu> Abdu Rahman

Negeri semasa hidup Kufah dan wafat 72H

Penilaian ulama terhadapnya: ‘Ijliyyu dan an-Nasa>’i

“s\iqah”83

Adapun gurunya diantaranya Huzaifah ibn

Yama>n,Kha>lid bin Wa>lid,Sa’ad bin Abi Waqqas},Abu>

Mu>sa Abdullah bin Qais,Abdullah bin Mas’u>d,Us{ma>n bin

Affa>n,Ali{ bin Abi Tha>lib,Umar bin Khatt}a>b,Abi

Darda,Abu Hurairah84.

Adapun muridnya diantaranya Ibra>him An-

Nakhai},Isma>’il bin Abdurrahman,Hab{ibi bin Abi

Tsa>bit,Sa’ad bin ‘Ubaidah,Sa’i>d bin Jubair,’Ashim bin

Bahdalah,Abdul ‘Ali< ibn ‘A<mir,Abdul Ma>lik bin

A’yan,Utsma>n bin Mug|hirah,Atha’ bin Sa>’ab,Alqamah ibn

Martsad,Qais bin Wahab,Muslim Bat{in,Abu> Ishaq As-

Sabi<’i,Abu Bakhtari<,Abu> Has}i<n Asadi<.85

83
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l fi>
Asma>’ al-Rija>l, Juz XIV, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.409
84
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l fi>
Asma>’ al-Rija>l, Juz XIV, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.408
85
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz XIV, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.409

126
Dengan demikian, riwayat Sa’ad bin Ubaidah dari ‘Abdu

Rahman As-Sulami{y dengan s}i>ghat ‘an dapat dibuktikan

dengan alasan sebagai berikut:

a) Dalam daftar nama-nama murid ‘Abdu Rahman As-

Sulami{y terdapat Sa’ad bin Ubaidah.begitu pula

sebaliknya dalam daftar nama guru-guru Sa’ad bin

Ubaidah terdapat nama ‘Abdu Rahman As-Sulami{y.

b) Peneliti menilai bahwa keduanya adalah rawi yang adil

dan dha>bit (s\iqah) dengan melihat beberapa penilaian

ulama kritikus hadis yang menggunakan ungkapan

s\iqah, karena dengan menggunakan beberapa ungkapan

di atas itu menunjukkan telah terpenuhinya aspek

keadilan dan kedhabitan rawi.

c) Aspek selanjutnya dilihat dari Negeri semasa hidup

keduanya pernah berada di Kufah,memungkinkan

adanya pertemuan antara keduanya.

7) Us}ma>n bin Affa<n

Nama lengkapnya Us}ma>n bin Affa>n bin Abil ‘As}h

bin Umayyah bin Abdusy Sya>ms bin Abdu Mana>f bin

Qus}ai bin Kila>b bin Murrah bin Ka’a>b bin Luwa>’i bin

Gha>lib bin Fih}r bin Ma>lik bin an-Nadhr bin Kina>nah bin

Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudha>r bin Niza>r bin

Ma’addu bin Adnan.86

Lihat: Ibnu Sa’adalah, ath-Thabaqatul Kubra, 3/53, Ibnu Jarir, Tarikh ar-
86

Rusul wal Muluk, 4/420.

127
Abu ‘Amr, Abu Abdullah2 al-Quraisy, al-Umawi Am<irul

mukmin>in Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan

suami dari dua orang putri Rasulullah SAW 87. Ibu beliau

bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy

Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti

Abdul Muththalib paman Rasulullah SAW88

Beliau r.a adalah seorang yang rupawan, lembut,

mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang,

mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang,

berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo

matang. Dikatakan pada wajah beliau r.a terdapat bekas

cacar.89Dari az-Zuhry berkata, “Beliau berwajah rupawan,

bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar dan

mempunyai kedua telapak kaki lebar.90

Beliau r.a memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu,

dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga

dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang

fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorong mereka


87
Ibnu Kas{ir,Tartib Wa Tahzib kitab Bida<yah Wan Niha>yah, Terj. Abu
Ihsan al-Atsari,Cet.I (Darul Haq,2004) hal.123
88
Beliau mempunyai beberapa kuniyah dan al-Bukhari menyebutkan
dalam Shahlhnya, 7/52-al-Fath hanya dengan kuniyah Abu Amr. Al-Hafizh dalam
al-Fath berkata, “Dan kuniyah ini yang sudah menjadi ketetapan.” Beliau berkata
lagi, “Sebagian yang meremehkan beliau memberi kuniyah dengan Abu Laila
mengisyaratkan kepada kelembutan beliau. Gelar beliau yang termasyhur adalah
Dzun Nurain.”
89
Ibnu Sa’ad ath-Thabaqatul Kubra, 3/58, Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul wal
Muluk, 4/419.
90
Ibnu Jarir, Tarikh ar-Rusul wal Muluk, 4/419.

128
agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada

sesuatu yang fana. Sebagaimana yang telah dilakukan

Rasulullah SAW terkadang beliau memberikan harta kepada

suatu kaum dan tidak member kaum yang lain karena

khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam

neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan

tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang

Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian harta

rampasan perang Hunain.

Imam Ahmad berkata, “Telah mengatakan kepada kami

Isma>’il bin Ibra>him ia berkata, telah mengatakan kepada

kami Yunus yakni Ibnu ‘Ubaid ia berkata, telah mengatakan

kepadaku ‘Atha’ bin Farrarakh Maula Qurasyiyin bahwa

Us}man bin Affan menjual sebidang tanah kepada seseorang

hanya saja orang itu terlambat menerimanya, ketika beliau

bertemu dengannya beliau menanyakan sebabnya, ‘Apa yang

menyebabkan kamu terlambat menerima hartamu?’ Ia

menjawab, ‘Engkau telah menipuku! Setiap aku bertemu

dengan seseorang ia menyesalkan pembelian tanah tersebut.’

Beliau berkata, ‘Apa hanya itu yang membuatmu terlambat?’

Jawabnya, ‘Benar.’ Beliau berkata, ‘Kamu boleh pilih apakah

kamu mau meminta uang itu kembali atau mengambil tanah.’

Kemudian ‘Atha’ bin Farrarakh Maula> Qurasyiy>in

berkata, Rasulullah SAW bersabda:

129
“Allah memasukkan ke dalam surga seorang mempermudah

jual beli, menghukum dan terhukum.”91

Diriwayatkan dari Ibnu Jar<ir bahwa Thalhah r.a datang

menemui Us}man bin Affa>n di luar masjid dan berkata

kepada beliau, “Uang lima puluh ribu yang dulu aku pinjam

sekarang sudah ada, kirimlah utusanmu untuk datang

mengambilnya!” Beliau menjawab, “Uang tersebut sudah

kami hibahkan untukmu karena kepahlawananmu.”

As}-Sham’i berkata, “Ibnu ‘Amir mengangkat Quthn bin

‘Auf al-Hilaly sebagai gubernur di daerah Karman. Maka

datanglah pasukan kaum muslimin yang berkekuatan empat

ribu personil. Ketika itu ada sebuah lembah sedang dialiri air

yang menghalangi perjalanan tentara tersebut. Karena

khawatir mereka terlambat maka ia berkata, “Barangsiapa

yang berhasil melintas sampai ke seberang maka ia akan

mendapat hadiah sebanyak seribu dirham.” Mereka harus

melewati tantangan yang besar ini. Setiap kali orang berhasil

melintasinya Quthn berkata, “Berikan hadiahnya!” Hingga

semua pasukan berhasil melintasi aliran air tersebut,

Jumlahnya sebanyak empat juta dirham, namun lbnu ‘Amir

enggan untuk memberikannya, lantas ia mengirim surat

kepada Utsman bin Affan, beliau menjawab, “Berikanlah


91
Al-Musnad, 1/57, dishahihkan oleh Ahmad Syakir, 410. Dikeluarkan oleh
an-Nasa’i dalam al-MuJtaba dari Sunannya, 2/318, Kitab Buyu’, bab
Bermu’amalah dengan baik dan bersikap lembut dalam meminta atau tidak
bersikap kasar. Ibnu Majah dalam Kitab Perdagangan pada Bab bertoleransi
dalam berdagang, 2/742

130
uangnya karena ia telah membantu kaum muslimin yang

sedang berada di jalan Allah” Mulai hari itu dinamakanlah

hadiah itu dengan nama hadiah penyeberangan lembah.92

Nama-nama murid dari Us\ma>n bin Affa>n

diantaranya Ibnahu Abba>n ibn Us\ma>n,Ahna>f ibn

Qais,Abu Ama>mah As’ad,Anas bin Ma>lik,Yassir ibn

Sa’id,Tsa’labah bin Ma>lik,Tsama>mah bin Huzni Al-

Qasyriy,Hasan Basariy,Abu Sa>sa>na Hud|ain,Maula>hu

Humra>n,Raba>h Al-Kufiy,Ziyad bin S}abit,Ziyad bin

Kha>lid,Maula<hu Zaid,Sa<’ib ibn Yazi<d,Sa’id ibn Ash,Sa’id

ibn Us\ma<n,Sa’id ibn Musayyab,Salmah,Abu> Wa>’il

Syaqi<q,Abu< Ama>mah,Thariq ibn Asyim,Tha>riq ibn

Syiha>b,Abdullah bin Ja’far,Abdullah bin Haris\.Abu> Abdu

Rahman bin Abdullah,Abdullah bin Zubair,Abdullah bin

Syaqi>q,Abdullah bin A<mir,Abdullah bin Abbas,Abdullah bin

Ubaid,Abdullah bin Amr,Abdullah bin Mas’ud,Abdu Rahman

bin Haris\,Abdu Rahman bin Khatta>b,Abdu Rahman bin Abi

Umrah,Abdu Rahman bin Yazid,Ubaidillah bin

Aswad,Ubaidillah bin’Adiy,Us\ma>n bin Abdullah,Atha’ bin Abi

Rabbah,Atha’ bin Faruh,Uqbah bin Shahba>n,Alqamah bin

Qais,Amru> bin Sa’id,Imran bin Hus\ain,Qais bin Abi

Qasim,Marwan bin Hakam,Mugi>rah bin Syu’bah,Abu

92
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asyakir pada Tarikh Kota Damaskus,
11/265.

131
Ubaid,Abu Al-Qamah,Abu Qatadah,Abu Hurairah,Ummul

Muha>jir.93

Setelah melakukan penelitian terhadap sanad hadis yang

menjadi objek kajian dengan mengamati keterangan-keterangan

di atas terkait kualitas pribadi dan kapasitas intektual masing-

masing periwayat, serta kemungkinan adanya ketersambungan

periwayatan dalam jalur sanad tersebut, maka peneliti

menyimpulkan bahwa sanad dari jalur tersebut memenuhi kriteria

hadis s}ah}i>h} yakni, Sanadnya bersambung, Sifat para

periwayatnya memenuhi kriteria ‘Ada>lah dan Para periwayatnya

dinilai d}a>bit}.

B. Kritik Matan

Kata matan atau al-matan ( ‫)املنت‬ menurut bahasa berarti:

keras, kuat, sesuatu yang tampak dan yang asli. Sedangkan

menurut istilah matan adalah:

‫ما ينهتى اليه السند من الالكم‬94

“Sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad”


Definisi lain menyebutkan:

‫الفاظ احلديث الىت تقوم هبا معانيه‬


Beberapa lafal hadi>s} yang membentuk beberapa makna.

Para ulama memberikan berbagai redaksi definisi matan,

tetapi intinya sama, yaitu materi atau isi berita hadi>s} itu sendiri
93
Jama>l al-Di>n Abi> al-H{ajja>j Yu>suf Al-Mizzi>, Tahzi>b al-Kama>l
fi> Asma>’ al-Rija>l, Juz XIX, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1992), hal.442
94
Ah}mad Abu> Ayyu>b Muh}ammad ‘Abdillah al-Qiya>d}, Maba>has
Fi@ al-H{adi@s\ Juz I (Cet. I; Beiru>t: al-Kutub al-I’lmiah, 2007), h. 131.

132
yang datang dari Nabi Saw. Matan hadis ini sangat penting karena

menjadi topik kajian dan kandungan syariat Islam untuk dijadikan

petunjuk dalam beragama. 95

Matan menurut ilmu hadi>s} adalah penghujung sanad, yakni

sabda Nabi Muhammad Saw. yang disebutkan sanad. Matan

hadi>s} adalah isi hadi>s}. matan hadi>s} terbagi tiga yaitu:

ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad Saw. 96 Kritik

matan adalah penelitian terhadap matan hadis atau isi hadis

tersebut sebagai upaya untuk mengetahui dan mendeteksi kualitas

h}adi>s dari segi lafal dan makna yang terkandung dalam h}adi>s

itu, sesudah dilakukan kritik terhadap sanadnya.

Ada tiga alasan mengapa penelitian matan hadis sangat

diperlukan, yakni: 1) keadaan matan hadis tidak dapat dilepaskan

dari pengaruh keadaan sanad; 2) dalam periwayatan matan hadis

dikenal adanya periwayatan secara makna (riwayah bi al-ma’na); 3)

dari segi kandungan hadis, penelitian matan acapkali juga

memerlukan penggunaan pendekatan rasio, sejarah, dan prinsip-

prinsip pokok ajaran Islam.97

95
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadi>s}, (Cet. 2; Jakarta : Amzah, 2013), h.
113-114.
96
Bustamin Salam, Metodologi Kritik Hadis, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2004) h. 59.
97
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi (Cet. I: Jakarta:
Renaisan, 2005 M.), h. 117. Bandingkan dengan Kamaruddin Amin, Menguji
Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis (cet. I; Jakarta: Hikmah, 2009), h. 101.

133
Metode kritik matan meliputi dua hal, yaitu terhindar dari

sya>z\98 dan ‘illah99. M. Syuhudi Ismail menjadikan terhindar dari

kedua hal tersebut sebagai kaidah mayor matan. Tolak ukur untuk

mengetahui sya>z\ matan hadis antara lain:100

1. Sanad hadis bersangkutan menyendiri.

2. Matan hadis bersangkutan bertentangan dengan matan hadis

yang sanadnya lebih kuat.

3. Matan hadis bersangkutan bertentangan dengan al-Qur’an.

4. Matan hadis bersangkutan bertentangan dengan akal.

5. Matan hadis bersangkutan bertentangan dengan fakta

sejarah.

Sedangkan tolok ukur mengetahui ‘illah matan hadis antara

lain adalah sebagai berikut: 101

98
Ulama berbeda pendapat tentang pengertian sya>z\. secara garis besar
adalah tiga pendapat yang yang menonjol. Al-Sya>fi‘i> berpandangan bahwa
sya>z\ adalah suatu hadis yang diriwayatkan seorang s\iqah tetapi bertentangan
dengan hadis yang diriwayatkan orang yang lebih s\iqah atau banyak periwayat
s\iqah. Al-H{a>kim mengatakan bahwa sya>z\ adalah hadis yang diriwayatkan
orang s\iqah dan tidak ada periwayat s\iqah lain yang meriwayatkannya,
sedangkan Abu> Ya‘la> al-Khali>li> berpendapat bahwa sya>z\ adalah hadis
yang sanadnya hanya satu macam, baik periwayatnya bersifat s\iqah maupun
tidak. Lihat: Abu> ‘Amr ‘Us\ma>n ibn ‘Abd al-Rah}ma>n al-Syairu>zi Ibn al-
S}ala>h}, op. cit., h. 48 dan 69. Abu> ‘Abdillah Muh{ammad ibn ‘Abdillah ibn
Muh{ammad al-H{a>kim al-Naisabu>ri>, Ma‘rifah ‘Ulu>m al-H{adi>s\ (Mesir:
Maktabah al-Mutanabbi>, t.th.), h. 119. Namun dalam tesis ini, peneliti
menggunakan definisi al-Sya>fi‘i>.
99
‘Illah adalah sebab-sebab yang samar/tersembunyi yang dapat
menyebabkan kecacatan sebuah hadis yang kelihatannya selamat dari berbagai
kekurangan. Lihat: Muhammad ‘Ajja>j al-Khat}i>b, Us}u>l al-H}adi>s\ (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1409 H./1989 M.), h. 291.
100
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, h. 117.
101
Abu> Sufya>n Mus}t}afa> Ba>ju>, al-‘Illat wa Ajna>suha> ‘ind al-
Muh}addis\i>n (Cet. I; T{ant}a>: Maktabah al-D{iya>’, 1426 H./2005 M.), h. 288-

134
1. Sisipan/idra>j yang dilakukan oleh perawi s\iqah pada matan.

2. Penggabungan matan hadis, baik sebagian atau seluruhnya

pada matan hadis yang lain oleh perawi s\iqah.

3. Ziya>dah yaitu penambahan satu lafal atau kalimat yang

bukan bagian dari hadis yang dilakukan oleh perawi s\iqah.

4. Pembalikan lafal-lafal pada matan hadis/inqila>b.

5. Perubahan huruf atau syakal pada matan hadis (al-tah}ri>f

atau al-tas}h{i>f),

6. Kesalahan lafal dalam periwayatan hadis secara makna.

Menurut Syuhudi, untuk mengetahui terhindar tidaknya

matan hadis dari sya>z\ dan ‘illah dibutuhkan langkah-langkah

metodologis kegiatan penelitian matan yang dapat dikelompokkan

dalam tiga bagian penelitian matan dengan melihat kualitas

sanadnya, penelitian susunan lafal berbagai matan yang semakna

dan penelitian kandungan matan.102

Arifuddin Ahmad menambahkan bahwa penelitian matan

hadis dibutuhkan dalam tiga hal tersebut karena beberapa faktor,

antara lain keadaan matan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

keadaan sanad, terjadi periwayatan makna dalam hadis, dan

penelitian kandungan hadis acapkali memerlukan pendekatan rasio,

sejarah dan prinsip-prinsip dasar Islam.103

397.
102
Syuhudi Ismail, h. 113.
103
Arifuddin Ahmad, Paradigma, h. 109.

135
a) Kualitas Sanad

Dari sanad yang telah diteliti yang merupakan objek kajian,

maka peneliti menemukan bahwa sanad hadis tersebut sahih dari

ketersambungan sanad (ittis}a>l al-sanad), keadilan para perawi

(‘ada>lah al-ruwa>t) dan sempurnanya hafalan rawi (ta>m al-

d}abt}). yang memungkinkan peneliti dapat melanjutkan atau

melangkah ke kritik matan.

b) Penelitian susunan lafal dari berbagai matan.

Setelah mengetahui kualitas sanad hadis yang dikritik, maka

langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah dengan meneliti

susunan lafal dari berbagai matan hadis. Dalam meneliti lafal matan

hadis disini penulis berpacu pada kaidah mayor kesahihan hadis

yaitu terhindar dari ‘illah104 yang mana kaidah minornya adalah

terhindar dari ziya>dah (tambahan), inqila>b (pembalikan lafal),

mudraj (sisipan), naqi>s (pengurangan) dan al-tahri>f/al-tas}h}i>f

(perubahan huruf/syakalnya).

Adapun untuk mempermudah mengetahui ‘illah yang telah

disebutkan pembagiannya di atas, maka peneliti melakukan

Illah ialah suatu penyakit yang samar-samar, yang dapat menodai


104

keshahihan suatu hadis. Lihat Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis, Cet. X
(Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1979.), h. 122.

136
pemotongan lafal disetiap matan hadis, dan pemotongan lafal

hadisnya adalah sebagai berikut;

1) Riwayat Shahih Bukha>r}i :

‫َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬


2) Riwayat Sunan Abu> Da>ud :

‫َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬

3) Riwayat Sunan al-Tirmiz\i :

‫َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬ .i

‫ َأ ْو َأفْضَ لُمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬،ْ ‫َخرْي ُ مُك‬ .ii

‫َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ ال ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬ .iii

4) Riwayat Sunan Ibn Ma>jah :

‫ َأفْضَ لُمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬.i


‫ َأفْضَ لُمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬.ii
‫ ِخ َي ُارمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬.iii
5) Riwayat Ah}mad :

‫ َّن َخرْي َ مُك ْ َم ْن عَمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َأ ْو تَ َعل َّ َم ُه‬.i


‫ِإ‬
‫ َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬.ii
‫ ِخ َي ُارمُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬.iii
6) Riwayat Sunan al-Da>rimiy :

‫َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬


Setelah melakukan perbandingan antara matan yang satu

dengan matan yang lain dari 11 hadis di atas maka ditemukan

beberapa perbedaan. Perbedaan matan hadis secara umum

137
diantarannya ada beberapa riwayat didapat penambahan lafal

berupa kata maupun huruf,begitu pula perbedaan dari segi harakat

dimatan hadis.

Untuk lebih jelasnya, perbedaan diantaranya:

1) Diawal matan hadis terdapat 4 macam redaksi :


ْ ‫َخرْي ُ مُك‬
ْ ‫ِخ َي ُارمُك‬
ْ ‫َّن َخرْي َ مُك‬
ْ ‫ِإَأفْضَ لُمُك‬
2) Pada riwayat Ahma>d bin Hanbal dan Ibn Ma>jah pada

hadits bagian ke-3 didapat kata ْ ‫ ِخ َي ُارمُك‬dan pada hadits yang


lainnya menggunakan ْ ‫ َأفْضَ لُمُك‬ataupun ْ ‫ َخرْي ُ مُك‬.

3) Pada pertengahan matan hadits riwayat Sunan al-Tirmiz\i

bagian ke-2 didapat penambahan kata ْ ‫ َأ ْو َأفْضَ لُمُك‬sedangkan


yang lainnya tidak ada penambahan dipertengahan matan.

4) Pada riwayat Ahma>d bin Hanbal didapat pula

penambahan diawal matan dengan kata ‫َّن‬ yang diriwayat


‫ِإ‬
lain tidak terdapat kata tersebut diawal matan. Begitu pula

dengan kata ْ ‫ َخرْي َ مُك‬yang perbedaannya dengan matan hadits


diriwayat lain menggunakan dhammah ( ُ) yang pada

matan hadits ini huruf ‫ر‬menggunakan fathah ()َ .

Setelah melakukan perbandingan antara matan satu dengan

matan yang lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hadis

138
tersebut diriwayatkan secara al-ma‘na> karena matan-matan

tersebut berbeda satu sama lain meskipun kandungannya sama.


Selanjutnya peneliti akan mencoba meneliti apakah matan
hadis yang penulis teliti benar-benar memenuhi kaidah kesahihan
matan atau tidak. Dikenal istilah kaidah mayor dan kaidah minor
dalam kesahihan matan suatu hadis. Kaidah mayor penelitian hadis
ada dua yaitu terhindar dari syuz\u>z\ dan ‘illah, yang masing-
masing mempunyai kaidah minor.

1) Tidak terjadi maqlub105atau inqilab ialah terjadinya pemutar

balikan lafal matan seperti mengakhirkan lafal yang seharusnya

diawal. Jadi, berdasarkan hadis dari riwayat Abu> da>ud kami

tidak menemukan inqilab.

2) Tidak ada idra>j. Idra>j ialah adanya sisipan dalam matan hadis

yang biasanya terdapat dipertengahan matan hadis, baik itu

perkataan perawi atau hadis lain, yang bersambung dengan

matan hadis tanpa ada keterangan sehingga tidak dapat

dipisahkan. Tambahan seperti itu dapat merusak kualitas matan

Menurut bahasa kata ‘Maqlub’ adalah isim maf’ul dari kata ‘Qalb’ yang
105

berarti memalingkan sesuatu dari satu sisi yang satu kesisi yang lain atau
membalik sesuatu dari bentuk semestinya. Lihat, Abu> al-H{usain Ah}mad ibn
Fa>ris ibn Zakariya, Mu’jam Maqa>yis al-Lug}ah, Juz V (Beirut: Da>r al-Fikr, 1399
H/1979 M), h. 17. Atau Lihat, Syaikh Manna al-Qatt\a>n diterjemahkan Mifdhal
Abdurrrahman, op. cit., h. 156. Jadi, Hadis Maqlub adalah hadis yang terbalik
lafaz\nya pada matan, nama seseorang atau nasabnya dalam sanad. Dengan
demikian perawi mendahulukan apa yang seharusnya diakhirkan dan
mengakhirkan apa yang seharusnya didahulukan, serta meletakkan sesuatu di
tempat yang lain. Jelaslah bahwa pembalikan itu bisa terjadi pada matan,
sebagaimana bisa pula pada sanad. Lihat, Shubhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu
Hadis (Cet. VIII; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), h. 180. judul asli Ulu>m al-
Hadis} wa Mus\talahu (Beirut: Da>r al-‘Ilmi lil-Malayyin, 1997).

139
hadis.106 Dalam hadis tersebut, peneliti tidak menemukan

idra>j.

3) Tidak ada ziya>dah. Ziyadah adalah tambahan dari perkataan

perawi s\iqah yang biasanya terletak di akhir matan. Tambahan

itu berpengaruh terhadap kualitas matan jika dapat merusak

makna matan.107pada hadis diatas, kami tidak menemukan

ziya>dah.

4) Musahhaf/Muharraf perubahan huruf atau syakal pada matan

hadis. Pada hadis ini kami tidak menemukan adanya

Musahhaf/Muharraf.

5) Naqis (mengurangi dari lafal matan hadis sebenarnya).

Begitupula pada bagian ini, kami tidak menemukan adanya

Naqis pada matan hadis tersebut.

c) Meneliti kandungan matan hadis

Penelitian kandungan matan bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam hadis tersebut terdapat Syaz atau tidak. Adapun teks

hadis yang pengkaji teliti ialah:

106
‘Abd al-Rah}i>m bin al-H{usain al-‘Ira>qi>, al-Taqyi>d wa al-I<d}a>h}
Syarh} Muqaddamah Ibn al-S{ala>h} (Cet. I; Beirut: Da>r al-Fikr, 1970), hal. 127,
Lihat juga: Muh}ammad bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-Sakha>>wi>, al-Taud}i>h} al-
Abhar li Taz\kirah Ibn al-Malaqqan fi> ‘Ilm al-As\ar (al-Sa‘u>diyyah: Maktabah
Us}u>l al-Salaf, 1418 H), hal. 56, dan Ibra>hi>m bin Mu>sa> al-Abna>si>, al-
Sya>z\z\ al-Fiya>h} min ‘Ulu>m Ibn al-S{ala>h} (Riya>d}: Maktabah al-Rusyd,
1998 M), hal. 216.
107
Lihat: H{amzah bin ‘Abdillah al-Maliba>ri>, Ziya>dah al-S|iqah fi>
Mus}t}alah} al-H{adi>s\ (t. dt.), hal. 17, ‘Abd. al-Qadi>r bin Mus}t}afa> al-
Muh}ammadi>, al-Sya>z\z\ wa al-Munkar wa Ziya>dah al-S|iqah (Cet. I; Beirut:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005 M), hal. 382. Dan Yu>suf bin Ha>syi>m al-
Lih}ya<ni>, al-Khabr al-S|a>bit, (t. dt.), hal. 35.

140
‫َحدَّ ثَنَا َح ْف ُص ْب ُن مُع َ َر َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة َع ْن عَلْ َق َم َة ْب ِن َم ْرثَ ٍد َع ْن َس ْع ِد ْب ِن ُع َب ْي دَ َة َع ْن َأيِب َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن‬
‫َع ْن ُعثْ َم َان َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َخرْي ُ مُك ْ َم ْن تَ َعمَّل َ الْ ُق ْرآ َن َوعَل َّ َم ُه‬
Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Hafsh ibn ‘Amr berkata, telah

menceritakan kepada kami Syu’bah dari ‘Alqamah ibn Martsad dari

Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdu Rahman As-Sulamiy dari Us{ma>n

bin Affa>n dari Rasulullah SAW berkata Sebaik-baik kalian adalah

orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”(HR.Abu daud)

Selanjutnya untuk membuktikan apakah kandungn hadis

tersebut mengandung syaz\ atau tidak, maka diperlukan langkah-

langkah yang dikenal dengan kaidah minor supaya terhindar dari

syuz\u>z\ yaitu sebagai berikut :

a) Tidak bertentangan dengan al-Qur’an

Hadis diatas sama sekali tidak bertentangan dengan Al-

Qur’an. Bahkan hadis tersebut menyerukan untuk belajar dan

mengajarkan Al-Qur’an. Diantara ayat Al-Qur’an yang

menyerukan sebagaimana yang berkaitan dengan hadis tersebut

sebenarnya banyak sekali. Diantaranya:

      


  
Terjemahnya:

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al

Quran) kepada hamba-Nya,agar Dia menjadi pemberi

141
peringatan kepada seluruh alam(Maksudnya jin dan

manusia).”

         


      
Terjemahnya:

“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu

kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang

dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan

dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.

b) Tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih

Hadis diatas sama sekali tidak bertentangan dengan hadis

yang lebih sahih. Bahkan jikalau kita meneliti lebih lanjut,maka

akan sangat banyak hadis yang mendukung hadis yang kami

teliti ini. Diantara beberapa hadis yang mendukung dari hadis

yang kami teliti adalah sebagai berikut:

‫ حُي َ ِّد ُث َع ْن‬، ‫ مَس ِ ْع ُت ُز َر َار َة ْب َن َأ ْوىَف‬:‫ قَ ا َل‬،ُ‫ َحدَّ ثَنَا قَتَا َدة‬،‫ َحدَّ ثَنَا ُش ْع َب ُة‬،‫ َحدَّ ثَنَا آ َد ُم‬- 4937
،‫ «§ َمث َ ُل اذَّل ِ ي ي َ ْق َرُأ ال ُق ْرآ َن‬:‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَ ا َل‬ ُ ‫ َع ِن النَّيِب ِ ّ َصىَّل‬،‫ َع ْن عَائِشَ َة‬،‫َس ْع ِد ْب ِن ِهشَ ا ٍم‬
ُ ‫ َوه َُو عَلَ ْي ِه َش ِدي ٌد فَهَل‬،‫ َوه َُو ي َ َت َعا َهدُ ُه‬،‫ َو َمث َُل اذَّل ِ ي ي َ ْق َرُأ‬،‫الس َف َر ِة ال ِك َرا ِم الرَب َ َر ِة‬
َّ ‫َوه َُو َحا ِفظٌ هَل ُ َم َع‬
»‫َأ ْج َر ِان‬
Artinya:

Dari ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda , “Orang

yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama malaikat

pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata

142
membaca al Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya),

maka baginya pahala dua kali.” (HR. Bukhari 4937)

:‫ قَ ا َل‬، ّ ٍ ‫ َع ْن ُموىَس ْب ِن عُيَل‬، ٍ ‫ َحدَّ ثَنَا الْ َف ْض ُل ْب ُن ُد َكنْي‬،‫) و َحدَّ ثَنَا َأبُو بَ ْك ِر ْب ُن َأيِب َشيْ َب َة‬803( - 251
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ َوحَن ْ ُن يِف‬
ُ ‫هللا َص ىَّل‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫ َخ َر َج َر ُس‬:‫ قَ ا َل‬،‫ حُي َ ِّد ُث َع ْن ُع ْق َب َة ْب ِن عَ ا ِم ٍر‬، ‫مَس ِ ْع ُت َأيِب‬
‫ فَ َيْأيِت َ ِمنْ ُه ِبنَ اقَتَنْي ِ َك ْو َم َاو ْي ِن‬،‫ َأ ْو ىَل الْ َع ِق ِيق‬،‫ «َأيُّمُك ْ حُي ِ ُّب َأ ْن يَغْدُ َو لُك َّ ي َ ْو ٍم ىَل بُ ْط َح َان‬:‫ فَ َقا َل‬،‫الصفَّ ِة‬
ُّ
‫ِإ‬
‫ «§َأفَاَل ي َ ْغ دُ و َأ َح دُ مُك ْ ىَل‬:‫ قَ ا َل‬، َ ‫هللا حُن ِ ُّب َذكِل‬ ‫ِإ‬
ِ ‫ اَي َر ُس و َل‬:‫ فَ ُقلْنَ ا‬،»‫ َواَل قَ ْط ع ِ َر ِح ٍم؟‬،ٍ ‫يِف غَرْي ِ مْث‬
‫ِإ‬ ِ ‫ َأ ْو ي َ ْق َرُأ آي َ َتنْي ِ ِم ْن ِك َت ِاب‬، ُ ‫الْ َم ْس جِ ِإ ِد فَ َي ْعمَل‬
‫ َوثَاَل ٌث َخرْي ٌ هَل ُ ِم ْن‬، ِ ‫ َخرْي ٌ هَل ُ ِم ْن اَن قَتَنْي‬،‫هللا َع َّز َو َج َّل‬
»‫ َو ِم ْن َأ ْعدَ ا ِد ِه َّن ِم َن ا ب ِِل‬،ٍ‫ َوَأ ْرب َ ٌع َخرْي ٌ هَل ُ ِم ْن َأ ْربَع‬،‫ثَاَل ٍث‬
‫ِإْل‬
Artinya:

Dari Uqbah bin Amir r.a., ia menceritakan, “Rasulullah saw.

Datang menemui kami di shuffah, lalu beliau bertanya, ‘Siapakah

diantara kalian yang suka pergi setiap hari ke pasar Buth-han atau

Aqiq lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta betina dari

jenis yang terbaik tanpa melakukan satu dosa atau memutuskan

tali silaturahmi?’ Kami menjawab, Ya Rasulullah, kami semua

menyukai hal itu.’ Rasululullah saw. Bersabda, ‘Mengapa salah

seorang dari kalian tidak kemasjid lalu mempelajari atau membaca

dua buah ayat al Qur’an (padahal yang demikian itu) lebih baik

baginya dari pada dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik dari

tiga ekor unta betina, dan begitu pula membaca empat ayat lebih

baik baginya daripada empat ekor unta betina, dan seterusnya

sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah yang sama dari

unta-unta.” (Hr. Muslim no.803)

c) Tidak bertentangan dengan sejarah.

143
Sudah umum diketahui oleh manusia bahwa hal-hal yang

berkaitan dengan Al-Qur’an tidak pernah berkontradiksi atau

bertentangan dengan sejarah. Karna menurut kami peneliti, kami

beranggapan “Jika Alquran benar, maka Alquran akan bertahan

dalam setiap pengujian. Tetapi jika Alquran salah, maka lebih

baik mengetahuinya sekarang daripada terus mengimaninya

secara buta.”

Alquran mengatakan dirinya berasal dari Allah, terjaga dari

semua kesalahan, dan hal itu merupakan bukti pewahyuan.

Alquran berani menantang manusia dengan berkata: ” Maka

apakah mereka tidak memperhatikan Alquran, kalau sekiranya

Alquran bukan dari sisi Allah tentulah mereka dapati banyak

pertentangan di dalamnya.”(Qs.4:82).

Konsekuensi dari klaim/pernyataan Alquran ini adalah satu

saja (satu ayat saja yg bertentangan) atau satu kesalahan yg

ditemui dalam Alquran, maka sudahlah cukup untuk

menggugurkan keberadaan Alquran sebagai Wahyu Allah.

d) Tidak bertentangan dengan akal sehat

Bahwasanya Al-qur’an sama sekali tidak bertentangan

dengan akal sehat. Karena bisa dikatakan bahwa Al-qur’an adalah

sumber dari segala ilmu.

144
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan argument-argumen yang telah dipaparkan oleh
penulis diatas, maka dapat disimpulakan bahwa hadis yang menjadi
objek kajian telah memenuhi syarat-syarat dari pada kesahihan
hadis, baik dari segi matannya yang mana telah memenuhi
persyaratan juga yakni terbebas dari sya>z\ dan ‘illat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hadisnya s}ah}i>h}. Dan hadis dari yang
telah kami teliti dapat dijadikan hujjah di kalangan masyarakat
terkhusunya kaum muslimin dalam memahami salah satu
kemuliaan dan keutamaan yang dijanjikan oleh Allah SWT melalui
sabda Rasulullah SAW tentang kategori sebaik-baik manusia yakni
salah satunya adalah mereka yang mau mempelajari al-Qur’an

145
kemudian mampu mengajarkan apa yang dipelajarinya dari pada al-
Qur’an itu sendiri.

B. Implikasi

Dalam hal memahami hadis yang telah diteliti diatas maka


masyarakat pada umumnya dan terlebih khusus bagi pemeluk
agama Islam sudah barang tentu menjadikan pemahaman tentang
hadis diatas menjadi hujjah sekaligus nasihat yang apabila ingin
digolongkan kedalam sebaik-baik ummat maka haruslah memenuhi
syarat atau kriteria dari makna hadis yang menjadi objek penelitian
diatas yaitu yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.
Dengan kata lain pula bahwa hadis ini mengemukakan tentang cirri-
ciri sebaik-baik manusia itu.

Adapun yang menjadi problema dikalangan masyarakat masa

kini adalah kurangnya kesadaran akan kitab suci yang mereka

imani yang mana sudah menjadi kewajiban bagi pemeluk islam

sendiri untuk mempelajari kemudian mengajarkan al-Qur’an

sebagaimana bunyi matan hadis pada objek penelitian yang telah

dijelaskan, kemudian kedudukan as-Sunnah sebagai sumber hukum

landasan kedua dalam mengambil hujjahh-hujjah yang sahih. Maka

dari itulah salah satu tujuan penulis dalam menyajikan makalah ini

yaitu untuk memberikan pencerahan sekaligus pengarahan akan

kesahihan hadis yang diteliti agar dapat dijadikan hujjah dan hal ini

merupakan tanggungjawab bersama, terutama bagi peneliti hadis.

Sehingga diharapkan para peneliti hadis menjadikan kegiatan

146
takhri>j al-Hadi>s\ sebagai bagian dari rutinitas untuk menetapkan

status hadis sebanyak mungkin, agar masyarakat tahu mana hadis

yang dapat diterima untuk diamalkan dan yang menjadi salah satu

diantaranya adalah hadis yang telah diteliti oleh penulis dan mana

pula hadis yang seharusnya ditolak yaitu hadis-hadis yang

berstatus da’if dan bertentangan dengan hukum syaz dan illah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim

Al-Quran al-Karim Departemen Agama RI, Mushaf al-Kamil al-Quran


dan Terjemahannya. T.c, Jakarta: Darus Sunah, 2013.

Al-Quran al-Karim Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahan.


T.c, Jakarta: al-Juma>natul Ali, 2004.

Al-‘Abdi@,Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin Ish}a>q bin


Muh}ammad bin Yah}ya> bin Mandah. Fath} al-Ba>b fii al-

147
Kunni@ wa al-Alqa>b juz I 9. Cet. I; al-Riya>d}: Maktabah al-
Kaus\ar, 1996.

‘Aly, Ibnu Manz}>ur Muhammad Ibnu Mukarrram Ibnu. Lisa>n


al-‘Arab. Cet. Iii; Beiru>t: Da>r S}a>dr, 1414.

Al-‘Ara>qi, Al-H{a>fiz\. Syarah al-Tabsi>r al-Taz\ki>rah. Juz I.


Maktabah al-Masya>kah, t.th.

Al-‘Ira>qi>, Abd al-Rah}i>m bin al-H{usain. Al-Taqyi>d wa al-


I<d}a>h} Syarh} Muqaddamah Ibn al-S{ala>h}. Cet. I;
Beirut: Da>r al-Fikr, 1970.

Al-‘Us\aimi>n, Muh{ammad Ibn S}a>lih}. Mus}at}alah} al-


h}adi>s\. Cet. IV; al-Mamlakah al-‘Arabiyah al-Sa‘u>diyah:
Wiza>rah al-Ta‘li>m al-‘A<li>, 1410 H.

Abdullah, Muhammad bin Ah}mad bin Us\ma>n al-Qa>imaz al-


Zaha>bi Abu>. Al-Mu’i>n fi T{abaqa>t al Muh}addis\i>n. Juz
I. Cet. I; al-Arda>n: Da>r al-Furqa>n, 1404H./1984M.

Al-Abna>si>, Ibra>hi>m bin Mu>sa.> Al-Sya>z\z\ al-Fiya>h} min


‘Ulu>m Ibn al-S{ala>h}. Riya>d}: Maktabah al-Rusyd, 1998
M.

Al-D}a>ri>, Harmy> Sulaima>n. Muh}a>dara>t fi> ‘Ulu>mil


H{adi>s}, t.t, Da>r al-Nafa>is, 2000.

Al-H{asan, Aslam bin Sahl bin Aslam bin H{abi>b al-Raza>z al-
Wa>sity Abu>. Ta>rikh al-Wasi>t. Juz I. Cet. I; Beiru>t: Da>r
al-Kutub, 1406H./1986M.

Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi. Cet. I:


Jakarta: Renaisan, 2005 M.

Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi. Cet. I:


Jakarta: Renaisan, 2005 M.

Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi; Refleksi


Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail.
Cet. II; Ciputat: MSCC, 2005.

Al-Alba>ni, Muh}ammad Nas}i>r al-Di>n. D{ai@f al-Ja>mi’ al-


S{a>gir wa Z|iyadah . Juz II. Cet. III; Beiru>t: al-Isla>mi@,
1408.

Alimi, Ah}mad. Tokoh dan ‘Ulama’ Ilmu Hadis. Cet. I, Jawa Timur:
Mashun, 2008.

148
Amin, Kamaruddin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik
Hadis. Cet. I; Jakarta: Hikmah, 2009.

Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasi@t}, Juz 1. Teheran: Maktabah al-


Islamiyah, t.th.

Al-Annasa>i@, Abu> ‘Abdirrah}man Ah}mad bin Syaeb. Sunan al-


Kubra> al-Nasa>i@. Juz IX. Cet. I; Beiru>t: Muassasah al-
Risa>lah, 2001.

Ans}>ar, Muh}ammad bin Mukram ‘Ali@ Abu> al-Fad}l H{ima>l al-


Di@n Ibn Manz\u>r. Mukhtas}ar Ta>ri@kh Damasyq li Ibn
‘As>r. Juz XXIV. Cet. I; Su>riyah: Da>r al-Fikr Liata>biah,
1984.

Al-Azdi@, Abu> Da>ud Sulaima>n bin al-Asyias\ al-Sajasta>ni@.


Suna>n Abu> Da>ud. Juz V. Cet. I; Beiru>t: Da>r Ibn H{az\m,
1997.

Ba>ju>, Abu> Sufya>n Mus}t}afa>. Al-‘Illat wa Ajna>suha> ‘ind


al-Muh}addis\i>n. Cet. I; T{ant}a>: Maktabah al-D{iya>’,
1426 H./2005 M.

Al-Ba>qiy, Weinsinck terj. Muh}ammad Fua>d ‘Abd. Al-Mu‘jam al-


Mufahras li Alfa>z} al-H}adi>s\ al-Nabawiy. Juz III. Laeden: I.J
Brill, 1955.

Al-Ba>r, Abu> Amr Yu>suf bin Abdullah bin Muhammad Abd. Al-
Isti>ab fi> Ma’rifah al-Asha>b. Cet. I, Beirut; Da>r al-Jai>l,
1992 M.

Al-Baihaqi@, Abu> Bakr Ah}mad bin H{usain. Al-Ja>mi’ al-Syu’aib


al-i@ma>m. Juz VI. Cet. I; al-Riya>d}: maktabah al-Rusyd,
2003.

Bustamin, Metodologi Kritik Hadis. Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2004.

Danarta, Agung. Perempuan Periwayat Hadis. Cet. I; Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2013.

Darwis, Burhanudin. Metodologi Takhrij Hadis. Cet. I; Makassar:


Alauddin University Press, 2013.

Al-Di@nawa>ri@, Ah{mad bin Muh}ammad bin Ish}a>q bin


Asba>t} bin ‘Abdillah bin Ibra>hi@m bin Budaih. ‘Amal al-
Yaum wa al-Lail Ibn Sunni@. Juz I. T.c, Beiru>t Da>r al-
Qabalah lis\aqafah al-Isla>miyah wa Muassasah ‘Ulum al-
Quran, t,th.

149
Fauriy, Ala> al-Di@n ‘Aliy al-Muttaqiy bin Hisa>m al-Di@n al-Hindiy
al-Burha>n. Kanz al-‘Umma>l. Juz II. Cet. V; Beirut:
Mu’assasah al-Risa>lah, 1981.

H{umaid, Sa’ad Ibn ‘Abdullah A@><li. Turuqu Takhri@j al-


H{adi@s\. Cet. I; al-Riya>d: Da>r ‘Ulu>m al Sunnah Linnasyir,
1420 H/ 2000.

H{usain, Abu> Luba>ba. Al-Jarh} wa al-Ta‘di>l. Cet. I; al-Riya>d}:


Da>r al-Liwa>’, 1399 H./1979 M.

Al-H{usainiy, Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn Zakariya> al-Qazwainiy al-


Ra>ziy Abu>. Mu’jam Maqa>yi@s al-Lugah. Juz IV. T.tp.: Da>r
al-Fikr, 1399 H/ 1979 M.

Al-Ha>di>, ‘Abd al-Mahdi> Ibn ‘Abd al-Qa>dir Ibn ‘Abd. ‘Ilm al-Jarh}
wa al-Ta‘di>l Qawa>‘idih wa Aimmatih. Cet. II: Mesir:
Ja>mi‘ah al-Azhar, 1419 H./1998 M.

Al-Ha>di>, Abu Muh}ammad ‘Abdul Mahdsi Ibn ‘Abd al-Qadir ‘Abd.


Thuruq al-Takhri>j al-H{adi>s\ Rasulullah saw, Ter. S. Agil
Husin Munawwar dan Ah}mad Rifqi> Muchtar. Cet Ityf;
Semarang: Dina Utama, 1994.

Al-Ha>syami@, Abu ‘Abdillah Muh}ammad bin Sa’ad bin Muni@’.


Al-T{abaqa>h al-Kubra>. Juz VII. Cet. I; Beiru>t: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiah, 1990.

Al-Ha>symi@, Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin Sa’d Muni@@@’.


Al-T{abaqa>t al-Kubra> . Juz VII. Cet. I; Beiru>t: Da>r al-
Kutub al-‘Ilmiah, 1990.

Hadi, Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul.
Metode Takhrij Hadis. Cet. I; Semarang: Dina Utama/ Toha
Putra Group, 1994.

Hasyim, Ah}mad ‘Umar. Qawa>‘id Us}u>l al-H{adi>s\. Beirut:


Da>r al-Fikr, t.th.

Hibban, Muhammad bin Hibba>n bin Ahmad bin. Al-Ihsa>n fi>


Taqri>b Sh{ah{ih} Ibn Hibba>n. Juz III. Cet II; Beirut:
Muassasah al-Risalah,1993.

Al-Husaini>, Syams al-Di>n. Taz\kir al-Huffaz{ . Cet. I Da>r al-Kutub


al-Ilmiah, 1998 M.

Ilyas, Abustani. Pengantar Ilmu Hadis. Cet. II; Surakarta: Zadahaniva


Publishing, 2013.

150
Al-Irba>li, Abu> al-Abbas Syams al-Di>n Ahmad bin Muhammad bin
Ibrahi>m bin Abi> Bakr. Wafaya>h al-A’ya>n. Juz II. Cet. I;
Beiru>t: Da>r Sa>dr, 1415H./1994M.

Al-Irba>li, Al-Muba>rak bin Ah}mad bin Muba>rak bin Muwahhab.


Ta>rikh al-Irba>l. Juz II.Cet.II;‘Ira>q: Da>r al-Ra>syid
Linnasyri, 1401H./1980M.

Ismail, Muhammad Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadits. Cet. II;


Bandung: Angkasa, 1994.

Ismail, Syuhudi Pengantar Ilmu Hadis Cara Praktis Mencari Hadis.


Cet. II; Angkasa, Bandung, 1994.

Ismail, Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis, Metodologi Penelitian Hadis


Nabi. Cet. I; Bandung: Angkasa, 1994.

Ja’far, Al-Husain bin ‘Ali@ bin Muh}ammad bin. Akhba>r Abi@


H{ani@@fah wa As}ha>bihi. Juz I. Cet. II; Beiru>t: ‘A<lim ‘Al-
Kutub, 1985.

Al-Khat}i>b, Muhammad ‘Ajja>j. Us}u>l al-H}adi>s.\ Beirut: Da>r


al-Fikr, 1409 H./1989 M.

Al-Khatib, ‘Ajja>j. Us}u>l al-H{adi@s\ ‘Ulu>muhu wa


Mus}t}alah{uhu. Beirut: Da>r al-Fikr, 1409 H/1989.

Khon, Abdul Majid. Takhrij dan Metode Memahami Hadis. Cet. I;


Jakarta: Amzah, 2014.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadi>s}. Cet. 2; Jakarta : Amzah, 2013.

Al-Lih}ya<ni>, Yu>suf bin Ha>syi>m. Al-Khabr al-S|a>bit, (t. Dt.

Al-Maliba>ri>, H{amzah bin ‘Abdillah. Ziya>dah al-S|iqah fi>


Mus}t}alah} al-H{adi>s\. T. Dt.

Al-Mizziy, Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n.


Tuh}fat al-Asyra>f li Ma‘rifat al-At}ra>f. Juz I. Cet. II; Beirut:
al-Maktab al-Isla>miy, 1983.

Al-Muh}ammadi>, ‘Abd. al-Qadi>r bin Mus}t}afa.> Al-Sya>z\z\ wa


al-Munkar wa Ziya>dah al-S|iqah. Cet. I; Beirut: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 2005 M.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia.


Cet, XIV; Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

151
Munawwir, Zainal Abidin. Kamus Arab Indonesia al-Munawwir.
Cet.XIV; Surabaya: Pustaka Progressif.

Munduh, Muhammad bin Ish{a>q bin Muhammad bin. Fadl al-


Akhba>r wa Syarah Maz\a>hib Ahl A<s\ar wa H{aqi>qah al-
Sunan. Juz I. Cet. I; Riya>dh: Da>r al-Musli>m,
1414H./1993M.

Al-Muqaddasih, Abu> ‘Abdillah Muh}ammad bin Abdil Wa>h}id. Al-


Aha>di@s\ al-Mukhtara>t. Juz VII. Cet.III; Beiru>t: Da>r
Khadara lit}t}aba>’at wa al-Nasyr al-Tauz\i’, 2000.

Al-Naisabu>ri>, Abu> ‘Abdillah Muh{ammad Ibn ‘Abdillah Ibn


Muh{ammad al-H{a>kim. Ma‘rifah ‘Ulu>m al-H{adi>s\. Mesir:
Maktabah al-Mutanabbi>, t.th.

Al-Nasa>i@, Abu> ‘Abdirrah}ma>n Ah}mad bin Syuaib bin ‘A<lial-


Khurasa>ni@. ‘Amal al-Yaum wa al-Lail. Juz I. Cet. II; Beiru>t:
Muassasah al-Risa>lah, 1406.

Al-Qathtthan, Manna’. Pengantar Studi Hadis. Cet. IV; Jakarta:


Pustaka al-Kausar, 2009.

Al-Qiya>d}, Ah}mad Abu> Ayyu>b Muh}ammad ‘Abdillah.


Maba>has Fi@ al-H{adi@s\. Juz I Cet. I; Beiru>t: al-Kutub al-
I’lmiah, 2007.

Al-Ra>z\@, Abu> Muh]ammad ‘Abdirrah}ma>n bin Abu> Ha>tim


Muh}ammad bin Idri@ bin Manz\ur al-Tami@mi@ al-
H{unz\li.@ Al-Jarh wa Ta’di@l. Juz I. T.c, Mesir: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiah, 1952.

Rahman, Fatchur. Ikhtisar Musthalahul Hadis. Cet. X. Bandung: PT.


Al-Ma’arif, 1979.

Al-S{ala>h}, Ibn. ‘Ulu>m al-H{adi>s\. Al-Madi>nah al-


Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972

Sa’ad, ‘Abdul Kari@@@@@@@@@@@@@@m bin Muh}ammad


bin Mans}u>r. Al-Tami@mi@ al-Sam’a>ni@al-Marwaz\i@
Abu>. al-Tah}bi@r Fi@ Mu’jam al-Kabi@r. Juz I. Cet. I;
Bagda>d: Ria>sah Di@wa>n al-Auqa>f, 1975.

Al-Sakha>>wi>, Muh}ammad bin ‘Abd al-Rah}ma>n. Al-


Taud}i>h} al-Abhar li Taz\kirah Ibn al-Malaqqan fi> ‘Ilm al-
As\ar. Al-Sa‘u>diyyah: Maktabah Us}u>l al-Salaf, 1418 H.

152
Al-Salah, Abu ‘Amr ‘Us\ma>n bin Abd al-Rahman Ibn. Ulu>m al-
H}adi@s\. Al-Madinah al-Munawwarah: al-Maktabah
al-‘Ilmiyyah, 1972.

Salam, Bustamin. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2004.

Sau>rah, Abu I<sa> Muhammad bin I<sa> bin. Al-Ja>mi’ al-


S}ah}ih} Sunan al-Tirmizi. Juz V. Cet.II;, (Da>r Ih}ya’ al-
Tura>s\, Beirut, 1975.

Sayadi, Wajidi. Ulum al-Hadis. Cet. I; Pontianak: Stain Pontianak


Press, 2013\.

Al-Shalih, Shubhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Cet. VIII; Jakarta:


Pustaka Firdaus, 2009.

Al-Shalih, Shubhi. Ulu>m al-Hadis} wa Mus\talahu .Beirut: Da>r


al-‘Ilmi lil-Malayyin, 1997.

Al-Suyu>t}i>, Jala>l al-Di>n Muh}ammad. Fath al-Kabi>r fi>


D{amm al-Ziya>dah Ila> Jami>’ al-S{agi>r. Juz I. Beirut:
Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>.

Al-Sya>fi’i@, Abu> Muh{}ammad al-H{usain bin Mas’ud bin


Muh}ammad bin al-Fara’ al-Bagwi.@ Syarah al-Sunnah. Juz V.
Cet. II; Beiru>t: al-Maktabah al-Isla>mi@, 1983.

Syahraeni, Kritik Sanad Dalam Perspektif Sejarah. Cet. I; Makassar:


Alauddin Press, 2011.

Al-Syaira>zy, Abu> Isha>q. T{abaqa>t al-Fuqaha>’. Juz I. Cet. I;


Beiru>t: Da>r al-Ra>’id, 1970M.

T{ahha>n, Muh}ammad. Us}u>l al-Takhri@j wa Dira>sah al-


Asa>ni@d. Cet. III; Beiru>t: Da>r al-Qur’an al-Kari@m, 1981.

Al-T}aha>n, Mah{mu>d. Us}u>l al-Takhri>j wa Dira>sah al-


Asa>nid. Cet. III; Beirut, Da>r al-Qur’a>n al-Kari>m, 1401 H/
1981.

Yahya, Muhammad. Kaedah-kaedah Periwayatan Hadis Nabi. Cet. I;


Makassar: Alauddin University Press, 2012.

Yaqub, Ali Mustafa. Kritik Hadis. Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus,


1995.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus


Wa Dzurriyyah, t.th.

153
Al-Zahabi, Syam al-Di>n Abu> Abdillah Muhammad bin Ahmad bin
Us\ma>n bin Qaimaza. Siya>r al-‘A’lam al-Nubala>. Juz XII.
Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 1427H./2006M.

Zakariya, Abu> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris ibn. Mu’jam


Maqa>yis al-Lug}ah. Juz V. Beirut: Da>r al-Fikr, 1399 H/1979
M.

Zakariyah, Abu> al-H{usain Ah}mad Ibn Fa>ris Ibn. Mu’jam al-


Maqa>yis al-Lugah, Jilid II. Beirut: Da>r al-Jil, 1411 H/ 1991.

154

Anda mungkin juga menyukai