PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menatap prespektif keilmuan hadits, sungguh pun ajaran hadits telah ikut
mendorong kemajuan umat Islam. Sebab hadits Nabi, sebagaimana Al-Quran
telah memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan. Dengan
demikaian prespektif keilmuan hadits, justru menyebabkan kemajuan umat Islam.
Bahkan suatu kenyataan yang tidak boleh luput dari perhatian, adalah sebabsebab dimana Al-Quran diturunkan. Bertolak dari kenyataan ini, Prof. A.
MuktiAli menyebutkan sebagai metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan,
ajaran atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai
kesatuan mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan
dimana kepercayaan, ajaran dan kejadian itu muncul. Dalam dunia pengetahuan
tentang agama Islam, sebenarnya benih metode sosio-historis telah ada
pengikutsertaan pengetahuan asbab al nuul (sebab-sebab wahyu diturunkan) untuk
m,emahami Quran, dan asbab al wurud (sebab-sebab hadits diucapkan) untuk
memahami al-Sunnah.
B. Tujuan Masalah
Adapun tujuan pembahasan materi ini adalah:
1. Mengetahui apa itu Ilmu Hadist.
2. Mengetahui, bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Hadist.
3. Dan apa-apa saja cabang-cabang dari ilmu hadist itu sendiri.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Imu Hadist?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Hadist?
3. Apa saja cabang-cabang Ilmu Hadist?
BAB II
PEMBAHASAN
pengetahuan
yang
membicarakan
cara-cara
misalnya,
dalam
kitabnya
Marifah
Ulum
Al-Hadist
mengemukakan 25 macam ilmu hadis. Muahammad bin Nasir Al1http://abdullatif16.pengertian-sejarah-dan-cabang-cabang. Dikutip pada
tanggal 28/02/2016 jam 22:59 pm.
lebih
dari
100
macam
yang
masing-masing
dan
demikian
Ulumul
Hadits
adalah
ilmu-ilmu
yang
2 Ikbal Zakaria. Ilmu Hadist. Dikutip pada tanggal 28/02/2016 jam
22.42 pm.
al-fath =
periwayatan
adalah
memindahkan
berita
atau
Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapanucapan dan perbuatan-perbuatan nabi Saw, periwayatannya,
pencatatannya, dan penelitian lafaz-lafaznya.
Namun menurut Itr, definisi ini mendapat sanggahan dari
beberapa
ulama
hadis
lainnya
karena
definisi
ini
tidak
Hadits,
yaitu
dalam
bentuk
dan
mengamalkannya.Sesuai
dengan
firman
Allah
Artinya: Sesungguh nya telah ada pada diri Rrasulullah itu suri
teladan
yang
baik
bagimu,
(yaitu)
bagi
orang
yang
Hadis
dari
seorang
ulama
tanpa
dibacakan
Hadis
tersebut;
oleh
karenanya,
tidak
atau
ke
dhaifan-nya.
Hal
tersebut
dapat
dilihat
dari
adanya
terputus,tersembunyi,tidak
rangkaian
sanad
yang
diketahui
identitasnya
atau
samar.
2) Tsiqat as-sanad,yakni sifat adil,cermat dan kuat serta
terpercaya yang harus dimiliki seorang periwayat.
3) Syadz,yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber dari
sanad.
4) Iilat,yakni cacat yang tersembun yi pada suatu hadis yang
kelihatannya baik atau sempurna.
Kajian terhadap masalah yang menyangkut matan disebut
naqd al-matn (kritik matan) atau kritik intern.disebut demikian
karena yang di bahas nya adalah materi hadis itu sendiri,yakni
perkataan,perbuatan atau ketetapan rasulullah Saw.
islam
sendiri
dengan
motif
pribadi,kelompok,atau
dalam
menerima
riwayat
yang
sampai
kepada
yang
dihadapi.Pada
akhirnya,ilmu
ini
melahirkan
seorang
sahabat
ragu-ragu
menerima
suatu
sahabat
lain
yang
dapat
di
percaya
untuk
ataupun
matan
hadis
semakin
menampakan
yang
disampaikan
oleh
seseorang
kecuali
yang
riwayat
tersebut.Meskipun
demikian,ia
tidak
yang
dilakukan
mereka
bertujuan
memelihara
10
Kitab
Ulumul
hadis
bersifat
umum,dalam
perkembangan
hadits
dan
perawinya.
Akan
tetapi,
pada
masa
11
(405 H/1014 M), Ibnu al-Shalah (643 H/1246 M), dan ulama
kontemporer seperti Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani alThawani (1394 H/1974 M) dan Subhi al-Shalih. Sementara itu,
beberapa ulama yang datang setelah Ibn al-Shalah, seperti
al-Iraqi (806 H/1403 M) dan al-Suyuthi (911 H/1505 M),
menggunakan lafaz mufrad, yaitu Ilmu al-Hadits, di dalam
berbagai karya mereka.
C. Cabang-cabang Ilmu Hadits
Cabang-cabang Ilmu Hadits dikelompokkan menjadi beberapa,
sebagai berikut:
1. Ilmu Rijal al-Hadits
Ilmu untuk mengetahui para perawi hadist dalam kapasitas mereka sebagai
perawi hadist ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam bidang ilmu hadist,
karena pada saat ini ada dua yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijal al Hadist
memberikan pengertian kepada persoalan khusus persoalan seputar sanad.
Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, dari
tabiin, maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya.
2. Ilmu Jarh wa at-Tadil
Ilmu yang membahas kecacatan rawi, seperti keadilan dan
kedhabitannya. Sehingga dapat ditentukan siapa diantara perawi
itu
yang
dapat
diterima
atau
ditolak
hadsit
yang
ulama
kedalam
ilmu
hadist
yang
pokok
3 Ibid.
12
para
perawi
dan
tentang
pentadilannya
Ilmu
untuk
mengetahui
nama
orang-orang
yang
tidak
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak
nyata, yang dapat merusak hadits.
Misalnya mengatakan muttasil terhadap hadist mungathi,
menyebut marfu terhadap hadist yang mauquf, memasukan
hadist ke dalam hadist lain dan hal-hal lain seperti.
Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi dalam kitabnya Marifah
Ulum Al-Hadist5 menyebutkan bahwa ilmu ilal al-hadist adaalah
ilmu yang berdiri sendiri.
4Ibid.
5Ibid. Hlm. 153.
13
Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam
matan hadist yang sukar diketahui maknanya dan jarang
terpakai oleh umum.
Pada masa sesudahmasa sahabat, yaitu pada abat pertama
dan massaa tabiin sekitar tahun 150 H, bahasa arab yang tinggi
mulai tidak dipahami oleh umum, dan hanya kalangan terbatas
yang memahaminya. Untuk itu, para ahli hadist mengumpulkan
kata-kata yang tidak dipahami oleh umum dan kata-kata yang
jarang terpakai dalam pergaulan sehari-hari.
Menurut sejarah, orang yang mula-mula berusaha untuk
mengumpulkan lafazh yang gharib adlah abu ubaidah mamar
ibn al-mutsanna (w. 210 H), kemudian dikembangakan oleh abdul
hasan al-maazini (w.240 H).6
6. Ilmu Nasikh Al-Mansukh
Nasask secara etimologis
mengutip, menyalin,
berarti
(menghilangkan)
atau
Ilmu
yang
menerangkan
hadits-hadits
yang
sudah
di
yang
membahas
hadist-hadist
yang
yang
saling
sebagai
nasikh
dan
sebagian
lainnya
sebagai
14
dimaksud.
7. Ilmu Talfiq Al-Hadist
Ilmu talfiq al-hadist adalah,
Ilmu yang membahas cara mengumpulkan hadist-hadist yang
berlawanan lahirnya.8
Cara mengumpulkan dalam talfiqal-hadist ini adalah dengan
men-takhsis-kan makna hadist yang amma (umum), men-taqyidkan hadist yang mutlaq, atau melihat berapa banyak hadist itu
terjadi. Para ulama menamai ilmu hadist ini dengan mukhtalifalhadist.
8. Ilmu Tashif wa At-Tahrif
Ilmu tashif wa at-tahrif adalah,
(yang
dinamai
Mushahaf)
dan
bentuknya
yang
dinamai Muharraf.9
15
Diantara kitab dalam ilmu ini adalah kitab al-tashnif wa attahrif, susunan al-daruquthni (w. 385 H) dan abu ahmad al-askari
(w. 283 H).
9. Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadist
Pengertian ilmu asbab al-wurud al-hadist ini adalah,
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menuturkan
sabdanya dan masa-masanya nabi menuturkan itu.10
Ilmu ini sangat penting untuk memahami dan menafsirkan
hadist serta mengetahui hikmah-hikmah yang brkaitan dengan
wurud hadist, sabagaimana pentingnya kedudukan asbad alnuzul dalam memahami al-quran.
10. Ilmu Mushthalah Ahli Hadist
Ilmu mushthalah ahli hadist adalah,
Ilmu
yang
menerangkan
pengertian-pengertian
(istilah-
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat mengetahui
tentang:
1. Apa pengertian Ilmu Hadist.
2. Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Hadist.
3. Apa Cabang-cabang Ilmu Hadist.
Jadi Ilmu Hadist itu sendiri memberikan manfaat yang sangat
baik bagi kita semua.
B. Saran
Saran dari penulis, semoga apa yang kita bahas di dalam makalah ini, agar
dapat mengetahui, betapa pentingnya Ilmu Hadist dalam Islam, begitupun dengan
Sejarahnya Ilmu Hadist, yang mana memberikan pengetahuan bagi kita semua
orang dan kepentingan umum, terutama, kita lebih dapat mendekatkan diri kepada
Allah dan mengikuti sunnah Rasul.
Penulis juga mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan sarannya juga
terhadap penyusunan kalimat yang telah penulis susun, agar bisa dimaklumi untuk
dapat juga sebagai pembelajaran bagi penulis dan kawan-kawan lainnya di masa
yang akan datang. Amin.
17