Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan
karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga pembuatan makalah
tentang Fiqh Zakat dan Wakaf ini dapat penulis selesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan moril
maupun materil. Pada kesempatan kali ini juga penulis menyampaikan banyak
ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan dalam
penyusunan makalah ini.
2. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan doa, materil, serta
fasilitas selama kami penulis makalah ini.
3. Dosen pembimbing/pengajar di bidang mata kuliah Fiqh Zakat dan Wakaf ini
yang telah memberikan pembelajaran bagaimana struktur pembuatan makalah.
4. dan Kepada semua teman-teman yang telah banyak mendukung dalam
membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat diterima dan
memiliki manfaat bagi yang membacanya dan mempelajari isi dari materi
makalah ini.
Bukittinggi, 22 Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI ......................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Pengertian Fiqh, Zakat dan Wakaf ...............................................


Dasar Hukum ..................................................................................
Sejarah dan Eksistensi Zakat dan Wakaf .....................................
Perspektif / Peranan Zakat dan Wakaf dalam Islam ..................
Jenis-jenis Harta yan Wajib dizakatkan dan diwakafkan ..........

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rumusan masalah kali ini, kita mengkaji tentang Fiqh Zakat dan Wakaf.
Yang mana di dalam Islam ini merupakan salah satu dari Rukun Islam, yakni yang
pertama (1) mengucapkan dua kalimat syahadat, (2) menunaikan shalat, (3)
membayar zakat/sedekah (4) puasa pada bulan ramadhan, (5) naik haji bagi yang
mampu. Islam telah mengajarkan semuanya tentang bagaimana hukum
memanfaatkan harta yang kita miliki agar bermanfaat baik di dunia maupun di
akhirat. Karena, bagi siapa orang yang mengeluarkan sebagian hartanya, Allah
akan mengampuni dosa kita, diangkatkan derajat kita, dan ini juga bisa
menyembuhkan kita dari sifat kikir, rajus, egois, dan kapitalis.
Tidak jauh berbeda dengan wakaf, wakaf merupakan menahan harta tertentu yang
dialihkan hak miliknya dari pihak wakif untuk kepentingan umum, tujuan
pemanfaatannya untuk kebajikan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Intinya segala yang telah diperintahkan Allah merupakan kasih sayang Allah
kepada umatnya, agar umatnya selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian Fiqh, Zakat dan Wakaf?
B. Apa dasar hukum Zakat dan Wakaf?
C. Bagaimana sejarah dan eksistensi Zakat dan Wakaf?
D. Bagaimana perspektif/peranan Zakat dan Wakaf dalam Islam?
E. Apa jenis-jenis harta yang wajib dizakatkan dan diwakafkan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Fiqh

Fiqh adalah hukum-hukum syara yang praktis, yang diambil dari dalildalilnya secara terinci atau dengan kata lain, Fiqh adalah hukum-hukum
syarayang bersifat praktis yang diambil dari dalil-dalilnya secara terperinci.1
Menurut Bahasa Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti
ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syara yang berkenaan dengan
amal perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang
mendalami fiqh disebut dengan faqih. Jamanya adalah fuqaha, yakni orang-orang
yang mendalami fiqh.
Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqh mempunyai dua makna,
yakni menurut ahli usul dan ahli fiqh. Masing-masing memiliki pengertian dan
dasar sendiri-sendiri dalam memaknai fiqh.
Menurut ahli usul, Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara
yang bersifat fariyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil
(khusus, terinci dan jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqh adalah
mengetahui fiqh adalah mengetahui hukum dan dalilnya.
Menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah mengetahui hukum-hukum shara
yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf), yaitu: wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah.
Lebih lanjut, Hasan Ahmad khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
fiqh Islam ialah sekumpulan hukum shara yang sudah dibukukan dari berbagai
madzhab yang empat atau madzhab lainnya dan dinukilkan dari fatwa-fatwa
sahabat dan tabiin, baik dari fuqaha yang tujuh di madinah maupun fuqaha
makkah, fuqaha sham, fuqaha mesir, fuqaha Iraq, fuqaha basrah dan lain-lain.
Disimpulkan bahwa pengertian Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukumhukum syari yang bersifat amali (amalan sehari-hari) yang dicari / digali dari
dalil-dalil yang terperinci. Kata syarI adalah aturan-aturan Allah yang telah
berlaku di dalam al-Quran.
2. Definisi Zakat
Segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan
berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. Menurut Lisan al-Arab
arti dasar dari kata zakat, secara bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji.
1 Prof.Abdul Wahhab Khailaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang : Dina Utama), hlm. 1.

Tetapi yang terkuat, menurut Wahidi dan lain-lain, kata dasar Zaka berarti
bertambah dan tumbuh.
Zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak disamping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dari
kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan, demikian
Nawawi mengutip pendapat Wahidi.
Ibnu Taimiyah berkata, Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan
kekayaannya akan bersih pula, bersih dan bertambah maknanya. Arti tumbuh
dan suci tidak dipakaikan hanya buat kekayaan, tetapi lebih dari itu, jiwa orang
yang menzakatkannya, sesuai dengan firman Allah:
Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka
dengannya.2 (QS. At-Taubah : 103)
Definisi zakat lainnya dalam pengertian bahasa Arab, zakat berarti kebersihan,
perkembangan, dan berkah. Dengan kata lain kalimat zakat diartikan bersih, bisa
diartikan bertambah, atau juga bisa diberkahi.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wwa Sallam bersabda,

Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kekayaan. Allah tidak akan
menambahkan pada diri seorang hamba yang telah diampuni kecuali keluhuran,
dan siapapun yang bersikap tawadhu kepada Allah niscaya Allah akan
mengangkat derajatnya. (HR. Muslim).
Sementara menurut istilah Bersumber dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu
sesungguhnya para ulama ahli fikih, zakat adalah menyerahkan harta secara putus

2 Dr. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlm. 3435.

yang telah ditentukan oleh syariat kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Ada yang berpendapat hak Allah Swt yang harus dipenuhi terhadap harta tertentu.3
Berdasarkan kutipan buku lain, bahwa zakat menurut istilah agama Islam
artinya kadar harta yang tertentu yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan beberapa syarat.
Allah Swt berfirman:

dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat hartamu. (QS an-Nisa: 77)


Sabda Rasulullah Saw :

Islam itu ditegakkan atas lima dasar: (1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
hak kecuali Allah, dan bahwasanya Nabi Muhammad itu utussan Allah, (2)
mendirikan shalat lima waktu, (3) membayar zakat, (4) mengerjakan ibadah haji
ke Baitullah, (5) berpuasa dalam bulan Ramadhan. (Sepakat Ahli Hadis).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Telah berkata, seorang yang menyimpan
hartanya, tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka jahannam,
baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan
dahinya, dan seterusnya. (Hadis ini panjang). (Riwayat Ahmad dan Muslim).4
Syarat-syarat Zakat Harta Benda

3 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), hlm. 501-502.
4 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2012), hlm. 192193.

1) Hanafi dan Imamiyah: Berakal dan baligh merupakan syarat diwajibkannya


mengeluarkan zakat. Maka harta orang gila dan harta anak-anak tidak wajib
dizakati.
Maliki, Hambali dan Syafii: Berakal dan baligh tidak menjadi syarat. Maka
dari itu, harta orang gila dan harta anak-anak wajib dizakati, walinya harus
mengeluarkannya.
2) Hanafi, SyafiI dan Hambali: Zakat tidak diwajibkan pada non-muslim. (AlFiqhu ala Al-Madzab Al-Arbaah).
Imamiyah dan Maliki: Bagi non-muslim juga diwajibkan, sebagaimana
diwajibkannya kepada orang muslim, tak ada bedanya.
3) Syarat diwajibkannya zakat adalah milik penuh. Kesimpulan dari semua
definisi yang diungkapkan para ulama mazhab adalah: Orang yang
mempunyai harta itu menguasai sepenuhnya terhadap harta bendanya, dan
dapat mengeluarkannya dengan sekehendaknya. Maka harta yang hilang, tidak
wajib dizakati, juga harta yang dirampas (dibajak) dari pemiliknya, sekalipun
tetap menjadi miliknya.
Kalau hutang, yang merupakan hak milik seseorang, tidak wajib dizakati
kecuali sudah kembali berada dalam genggamannya, seperti mas kawin
seorang istri yang masih belum diserahkan oleh suaminya. Sebab hutang itu
tidak bisa dianggap hak milik secara penuh kecuali setelah berada dalam
genggamannya. Kalau hutang itu ditanggung seseorang, maka hukumnya akan
diterangkan, seperti berikut:
a. Cukup 1 tahun berdasarkan hitungan tahun qomariyah untuk selain bijibijian, buah-buahan dan barang-barang tambang.
b. Sampai kepada nishab (ketentuan wajib zakat), setiap harta yang wajib
dizakati jumlah yang harus dikeluarkan berbeda-beda.
c. Orang yang mempunyai hutang, dan dia mempunyai harta yang sudah
mencapai nishab, apakah hartanya itu wajib dizakati atau tidak? Dengan
kata lain, apakah hutang itu mencegah untuk mengeluarkan zakat?
Imamiyah dan Syafii: Hutang tidak menjadi syarat untuk bebas zakat.
Maka, barangsiapa yang mempunyai hutang, ia wajib mengeluarkan zakat,
walaupun hutang tersebut sekedar cukup sampai jatuhnya nishab, bahkan
Imamiyah berpendapat: kalau ada seseorang yang meminjam harta benda

yang wajib dizakati dan mencapai nishab, serta berada ditangannya selama
satu tahun, maka harta hitungan itu wajib dizakati.
Hambali : Hutang itu mencegah zakat. Maka barangsiapa yang
mempunyai hutang, dan dia mempunyai harta, dia harus membayar hutangnya
mencapai nishab zakat, maka dia harus menzakatinya. Tapi kalau tidak, dia
tidak wajib menzakatinya.
Maliki: hutang itu hanya mencegah zakat bagi emas dan perak, tetapi
tidak untuk biji-bijian, binatang ternak, dan barang tambang. Maka
barangsiapa yang mempunyai hutang, dan dia mempunyai harta yang berupa
emas dan perak yang sudah mencapai nishab, dia harus membayar hutangnya
terlebih dahulu, baru kemudian mengeluarkan zakatnya. Tapi kalau dia
mempunyai hutang, dan harta miliknya selain dari emas dan perak serta sudah
mencapai nishab, maka dia tetap wajib menzakatinya.
Hanafi: kalau hutang tersebut menjadi hak Allah yang harus dilakukan
oleh seseorang, dan tidak ada manusia yang menuntutnya, seperti haji dan
kifarah-kifarah, maka ia tidak dapat mencegah zakat. Tapi kalau hutang
tersebut untuk manusia, atau untuk Allah, dan dia mempunyai tuntutan
(tanggung jawab) seperti zakat sebelumnya yang dituntut oleh seorang Imam,
maka ia tidak wajib mengeluarkan zakat dari semua jenis hartanya, kecuali
zakat tanam-tanaman dan buah-buahan.
Ulama Mazhab sepakat bahwa zakat itu tidak diwajibkan untuk barangbarang hiasan dan permata, juga untuk tempat tinggal (rumah dan sebagainya),
pakaian, alat-alat rumah, kendaraan, senjata dan lain sebagainya yang menjadi
kebutuhan, seperti alat-alat, buku-buku dan perabot-perabot. Imamiyah juga
berpendapat: Harta benda yang sudah dicairkan ke dalam emas dan perak
tidak wajib dizakati.5
3. Definisi Wakaf
Wakaf bila dijamakkan menjadi auqaf dan wuquf, sedangkan kata kerjanya
(fiil) adalah waqaf. Adapun penggunaan kata kerja auqaf, menurut kitab
Tadzkirah karya Allamah Al-Hilli, terbilang langka.
5 Muhammad Jawad Mughniyah, FIQIH Lima Mazhab, (Jakarta: LENTERA, 2012),
hlm. 177-178.

Menurut arti bahasanya, waqafa berarti menahan diri atau mencegah,


misalnya waqaftu anissair Saya menahan diri dari berjalan.
Dalam istilah syara, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu menjadikan manfaatnya
berlaku umum. Yang dimaksud dengan tahjiisul ashal ialah menahan barang yang
diwakafkan itu agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan,
digadaikan,

disewakan,

dipinjamkan,

dan

sejenisnya.

Sedangkan

cara

pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak


pemberi wakaf tanpa imbalan.
Sebagian ulama mazhab mengatakan bahwa, wakaf tidak disyariatkan dalam
Islam, dan bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam kecuali yang berupa
Masjid. Akan tetapi pendapat ini tidak digubris oleh ulama-ulama mazhab.
Berlaku selamanya dan Kontinu
Para ulama mazhab kecuali Maliki, berpendapat bahwa, wakaf tidak
terwujud kecuali bila orang yang mewakafkan bermaksud mewakafkan barangnya
untuk selama-lamanya dan terus-menerus, maka wakaf disebut sebagai shadaqah
jariyah. Jadi kalau orang yang mewakafkan itu membatasi waktunya untuk jangka
waktu tertentu, misalnya mengatakan, Saya wakafkan barang ini untuk waktu
sepuluh tahun, atai bila saya membutuhkannya, atau dengan syarat bisa saya
tarik kembali kapan saja saya mau, bila saya membutuhkannya, atau bila anak
saya membutuhkannya, dan redaksi-redaksiseperti itu, maka apa yang
dilakukannya itu tidak bisa disebut sebagai wakaf dalam pengertiannya yang
benar.
Maliki mengatakan: wakaf tidak disyaratkan berlaku untuk selamanya, tetapi
sah bisa berlaku untuk waktu satu tahun misalnya. Sesudah itu kembali kepada
pemilik semula.
Hanafi mengatakan: Wakaf tersebut sah, dan penggunaannya sesudah itu,
diserahkan kepada fakir miskin.

Hambali mengatakan: Wakaf tersebut sah, tetapi sesudah itu penggunaannya


diserahkan kepada orang yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan
orang yang mewakafkan.
Maliki mengatakan: Wakaf tersebut sah, dan sesudah itu barang tersebut
dikembalikan kepada fakir miskin yang paling dekat hubungan kekerabatannya
dengan orang yang mewakafkan. Kalau mereka semuanya kaya, maka barang itu
kembalikan kepada ashabah.
Imamiyah mengatakan: Wakaf tersebut sah, dan sesudah itu barang tersebut
dikembalikan kepada ahli waris orang yang mewakafkan.
Pemilik dari barang yang diwakafkan yaitu orang yang tidak diragukan sedikit
pun bahwa, sebelum sesuatu barang diwakafkan, ia adalah milik orang yang
mewakafkan. Sebab wakaf tidak bisa dipandang sah kecuali terhadap barang yang
dimiliki. Lalu, kalau wakaf sudah dilaksanakan, apakah esensi pemilikan atas
barang tersebut masih tetap berada di tangan pemiliknya semula, hanya saja bisa
dinisbatkan kepadanya pemanfaatan atas barang tersebut kini terampas darinya,
ataukah pemilikan barang itu berpindah kepada pihak yang diberi wakaf, atau
sudah tidak punya pemilik sama sekali, dan itulah yang disebut dengan kehilangan
kepemilikan.
Beberapa pendapat di kalangan para ulama mahzab. Maliki berpendapat
bahwa, esensi pemilikan atas barang tersebut tetap berada di tangan pemiliknya
semula, tapi sekarang dia tidak diperbolehkan menggunakannya lagi. Hanafi
mengatakan: Barang yang diwakafkan itu sudah tidak ada pemiliknya lagi, dan
pendapat ini juga merupakan pendapat paling kuat di antara beberapa pendapat di
kalangan Syafii. Hambili mengatakan: Barang tersebut berpindah ke tangan
pihak yang diwakafi.
Rukun dari wakaf ada empat:
1) Redaksi Wakaf

10

Seluruh ulama mahzab sepakat bahwa, wakaf terjadi dengan menggunakan


redaksi waqaftu Saya mewakafkan, sebab kalimat ini menunjukkan
pengertian wakaf yang sangat jelas, tanpa perlu adanya petunjuk-petunjuk
tertentu, baik dari segi bahasa, syara, maupun tradisi. Tetapi mereka berbeda
pendapat tentang keabsahannya bila menggunakan redaksi habistu, (saya
tahan hak saya), sabiltu, (saya memberikan jalan), dan abbadtu (saya
menyerahkan selamanya), dan lain-lain, seraya berpanjang kata tentang
masalah tersebut tanpa kata putus.

2) Orang yang mewakafkan (waqif)


Para ulama mahzab sepakat bahwa, sehat akal merupakan syarat bagi
sahnya melakukan wakaf. Dengan demikian, wakaf orang gila tidak sah,
lantaran dia tidak dikenai kewajiban (bukan orang mukallaf), serta tidak
dihukumi maksud, ucapan dan perbuatannya.
Selain itu, mereka juga sepakat bahwa, baligh merupakan persyaratan
lainnya. Dengan demikian, anak kecil-baik yang sudah pinta maupun belumtidak boleh melakukan wakaf. Sedangkan walinya, tidak berhak pula
melakukannya untuk mewakilinya. Demikian pula halnya dengan hakim. Dia
tidak mewakili anak tersebut atau memberinya izin untuk melakukan wakaf.
Sementara itu sebagian ulama Mahzab Imamiyah mengatakan: Wakaf
yang dilakukan oleh anak yang telah berusia sepuluh tahun adalah sah. Tetapi
sebagian besar dari mereka tidak memperbolehkan.
3) Barang yang diwakafkan
Para ulama mahzab sepakat bahwa, disyaratkan untuk barang yang
diwakafkan itu persyaratan-persyaratan yang ada pada barang yang dijual,
yaitu bahwasanya barang itu merupakan sesuatu yang konkret, yang
merupakan milik orang yang mewakafkan. Dengan demikian, tidak sah
mewakafkan hutang atau yang tidak diketahui dengan jelas, misalnya sebidang
tanah dari tanah-tanah milikku. Juga tidak sah mewakafkan sesuatu yang tidak
boleh dimiliki oleh orang Muslim, misalnya babi.
4) Orang yang menerima wakaf

11

Orang yang menerima wakaf ialah orang yang berhak memelihara barang
yang diwakafkan dan memanfaatkannya. Untuknya disyaratkan hal-hal
berikut:
a. Hendaknya orang yang diwakafi tersebut ada ketika wakaf terjadi.
b. Hendaknya orang yang menerima wakaf itu mempunyai kelayakan untuk
memiliki.
c. Hendaknya tidak merupakan maksiat kepada Allah, seperti tempat
pelacuran, perjudian, tempat-tempat minuman keras, dan para perampok.
Adapun wakaf kepada non-muslim, seperti orang dzimmi, disepakati oleh
12 para ulama mazhab sebagai sah, berdasar ayat al-Quran yang
berbunyi:

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. (QS. Al-Mumtahanah: 8)
d. Hendaknya jelas orangnya dan bukan tidak diketahui. Jadi, kalau
seseorang mewakafkan kepada seorang laki-laki atau perempuan (tanpa
disebutkan secara jelas siapa orangnya), batallah wakafnya.6
B. Dasar Hukum
1. Zakat
Zakat adalah salah satu rukun di antara rukun-rukun Islam. Zakat hukumnya
wajib berdasarkan al-Quran, as-Sunnah, dan ijma atau kesepakatan umat Islam.
Di dalam al-Quran, zakat disebut-sebut secara langsung sesudah shalat dalam 82
ayat. Ini menunjukkan betapa pentingnya zakat, sebagaimana shalat. Berikut
adalah contohnya:
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (al-Muzzammil: 20).7
6 Muhammad Jawad Mughniyah., hlm. 635-648.
7 Syaikh Hasan Ayyub., Lo.Cit., hlm. 502.

12

Sebagian ahli mengatakan bahwa kata zakat yang selalu dihubungkan dengan
shalat terdapat 82 tempat di dalam Quran, jumlah ini terlalu dibesar-besarkan,
sehingga tidak sesuai dengan perhitungan yang kita sebutkan tersebut. Tetapi bila
yang dimaksudkan mereka adalah juga kata-kata lain yang sama maksudnya
dengan zakat seperti al-infaq, pemberian, al-Maun, barang-barang kebutuhan,
dan thanam, al-Miskin, memberi makan orang miskin dan lain-lain, maka kita
belum mengetahui jumlahnya secara pasti namun akan berkisar antara 32 sampai
82 tempat.8
Dasar hukum wajibnya zakat secara umum adalah beberapa ayat al-Quran. Di
antaranya adalah firman Allah: Quran At-Taubah:103

ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. (QS. At-Taubah: 103)
Maksudnya, zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang
berlebih-lebihan terhadap harta benda. Dan zakat itu menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Dan beberapa hadits, di antaranya adalah sabda Nabi Saw., kepada Muadz ra.
Ketika beliau mengirimkannya ke Yaman.

Ajarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka memberikan


sedekah yang diambil dari orang-orang kaya mereka, dan diberikan kepada
orang-orang fakir mereka. (HR. Imam Bukhari, Muslim dan lain-lain).9
2. Wakaf
Wakaf hukumnya boleh dengan tiga syarat, sebagai berikut:
1) Harta yang diwakafkan berbentuk barang yang bisa dimanfaatkan dan
keadaannya tetap utuh. Pemanfaatannya juga sesuai dengan ajaran syara.
8 Dr. Yusuf Qardawi., Op.Cit., hlm. 39.
9 Dr. Mustofa Dieb Al Bigha, Fiqih Islam (Surabaya: INSAN AMANAH), hlm. 166.

13

Tidak diperkenankan wakaf berupa alat permainan, atau dirham yang akan
digunakan untuk perhiasan. Bahan makanan dan minyak wangi tidak sah
untuk diwakafkan.
2) Wakaf harus berdasar pokok yang terwujud dan cabang tak putus. Maksudnya,
pihak yang diberi wakaf itu memang jelas ada dan aka nada penerusnya yang
tidak akan terputus.
3) Wakaf hendaknya tidak untuk kepentingan ysng terlarang. Tidak sah wakaf
tanah untuk membangun gereja.
Karena beratnya tanggungan dan hukumnya wakaf, sebaiknya orang yang
akan mewakafkan hartanya berkonsultasi dengan hakim atau imam dahulu
bersama orang yang akan diberi tanggung jawab wakaf.10
Dasar hukum wakaf terdapat di dalam al-Quran:

Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan (QS: al-Hajj:


77)

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum


kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan. Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya (QS: al-Imran: 92).
Dalam Sunnah Rasulullah Saw, yang artinya:
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW, bersabda Apabila anak
Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam),
yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang dimanfaatkan, atau anak
shaleh yang mendoakannya (HR. Muslim)
10 Marzuqi Yahya, Panduan Fiqih Imam SafiI, (Jakarta: Al-Maghfirah, 2012),
hlm.101-102.

14

Dalam sebuah hadits lain disebutkan, yang artinya:


Dari Ibnu Umar, ia berkata: Umar mengatakan kepada Nabi Saw Saya
mempunyai seratus dirham saham di Khabair. Saya belum pernah mendapat
harta yang paling saya kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya.
Nabi Saw mengatakan kepada Umar : Tahanlah (jangan jual, hibahkan dan
wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah.
(HR. Bukhari dan Muslim).
C. Sejarah dan Eksistensi Zakat dan Wakaf
Kewajiban yang dikenal sebagai zakat merupakan salah satu dari lima rukun
Islam. Namun, permasalahan zakat tidak bisa dipisahkan dari usaha dan
penghasilan masyarakat. Demikian juga pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Dalam buku 125 Masalah Zakat karya Al-Furqon Hasbi disebutkan bahwa
awal Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, zakat belum dijalankan. Pada
waktu itu, Nabi SAW, para sahabatnya, dan segenap kaum muhajirin (orang-orang
Islam Quraisy yang hijrah dari Makkah ke Madinah) masih disibukkan dengan
cara menjalankan usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya di tempat baru
tersebut. Selain itu, tidak semua orang mempunyai perekonomian yang cukup -kecuali Utsman bin Affan -- karena semua harta benda dan kekayaan yang mereka
miliki ditinggal di Makkah.
Kalangan anshar (orang-orang Madinah yang menyambut dan membantu Nabi
dan para sahabatnya yang hijrah dari Makkah) memang telah menyambut dengan
bantuan dan keramah-tamahan yang luar biasa. Meskipun demikian, mereka tidak
mau membebani orang lain. Itulah sebabnya mereka bekerja keras demi
kehidupan yang baik. Mereka beranggapan pula bahwa tangan di atas lebih utama
daripada tangan di bawah.
Keahlian orang-orang muhajirin adalah berdagang. Pada suatu hari, Sa'ad bin
Ar-Rabi' menawarkan hartanya kepada Abdurrahman bin Auf, tetapi Abdurrahman
menolaknya. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Di sanalah ia mulai
berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak lama, berkat kecakapannya
berdagang, ia menjadi kaya kembali. Bahkan, sudah mempunyai kafilah-kafilah
yang pergi dan pulang membawa dagangannya.

15

Lain dengan wakaf, mengenai sejarah munculnya istilah wakaf, memang sulit
menetapkan kapan munculnya istilah tersebut, karena dalam buku-buku fiqih
tidak ditemui sumber yang menyebutkan secara tegas. Tetapi secara tidak
langsung dapat dikatakan bahwa sebelum Islam lahir, belum dikenal istilah wakaf.
Begitu juga halnya bahwa orang-orang jahiliyah belum pernah mengenal dan
mengetahui tentang wakaf.
Sejalan dengan itu, Imam SyafiI juga berpendapat bahwa pada zaman
Jahiliyah tidak ditemukan suatu indikasi yang menunjukkan bahwa mereka pernah
melakukannya. Mereka tidak pernah mewakafkan rumahnya atau pun tanahnya
yang saya ketahui, kata Imam SyafiI, Sesungguhnya wakaf itu (habs) itu khusus
milik orang Islam.
Pendapat yang senada juga datang dari An-Nawawi, wakaf itu khusus ada
bagi orang-orang Muslim. Ini artinya pada zaman sebelum Islam datang wakaf
belum dikenal. Sayyid Sabiq, lebih tegas menyatakan munculnya istilah wakaf
setelah Islam datang dan berkembang. Kemudian semakin populer setelah Nabi
Muhammad SAW secara langsung mempraktekannya.
Mayoritas Ulama menyatakan, asal mula di syariatkannya ibadah wakaf dalam
Islam pada masa Umar bin Khattab mendapat sebidang tanah diperkebunan
Khaibar, sebagaimana tergambar dalam hadits. Kepada Rasulullah, Umar meminta
pendapat tentang hartanya itu. Saat itu Rasul menasehatkan, jika Umar suka lebih
baik tanah itu diwakafkan saja dan hasilnya disedekahkan kepada orang yang
memebutuhkan. Tanah tersebut langsung diwakafkan Umar serta hasilnya
disedekahkan kepada fakir miskin, untuk memerdekakan budak dan kepentingan
lainnya di jalan Allah, sedangkan bagi nadzir (orang yang mengurus wakaf itu)
diberi upah sekedarnya.

D. Perspektif / Peranan Zakat dan Wakaf Dalam Islam


Peranan zakat dalam pandangan Islam.
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi: dimensi hablum minalloh
atau

dimensi

vertical

dan

dimensi

hablumminannas

atau

dimensi

horizontal.Ibadah zakat bila ditunaikan dengan baik, akan meningkatkan kualitas

16

keimanan, membersihkan dan menyujikan jiwa, dan mengembangkan serta


memberkahakan harta yang dimiliki. Jika dikelola dengan baik dan amanah serta
mampu meningkatkan etos dan etika kerja umat, serta sebagai institusi pemerataan
ekonomi.
Zakat merupakan bagian dari Rukun Islam yang ketiga dan merupakan suatu
sumber pokok dalam penataan ekonomi di dalam Islam. Ekomomi yang
berintikan zakat akan memunculkan sifat tazkiyah yaitu ekonomi yang dipenuhi
dengan nilai-nilai zakat yaitu nilai kebersihan, kejujuran, keadilan, pertumbuhan,
perkembangan dan penghargaan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia.
Masalah-masalah pokok ekonomi mencakup pilihan-pilihan yang berkaitan
dengan konsumsi, produksi, distribusi dan pertumbuhan sepanjang waktu. Jika
zakat mampu dikelola dengan baik dan di dayagunakan dengan baik dan merata
akan menjadikan sistem ekonomi menjadi adil dan stabil dan akan memperkecil
jurang antara orang kaya dan miskin.
Seiring dengan berkembangnya sektor-sektor perekonomian zaman ini
menjadikan zakat semakin berkembang, bagaiman kita melihat pada sektor
pertanian, sector industri yang mana terus mengalami peningkatan, kemudian
sektor jasa yang sekarang banyak diminati oleh masyarakat.seperti usaha yang
terkait dengan surat berharga dll. Yang mana sektor tersebut akan menjadikan
sumber obyek zakat semakin luas dan meningkat.
Dengan berkembangnya obyek zakat tersebut membuat para pakar ilmu
hukum Islam menawarkan konsep-konsepnya,seperti yang telah di rumuskan oleh
Masdar F Fuadi bahwasannya profesi, perusahaan, surat-surat berharga,
perdagangan mata uang, hewan ternak yang diperdagangkan, investasi properti,
asuransi syariah merupakan obyek yang dikenai zakat.
E. Jenis-jenis Harta yang Wajib Dizakatkan dan Diwakafkan
1. Jenis Harta Benda Yang Wajib Dizakatkan
Zakat yang wajib dikeluarkan adalah sebagai berikut:
1) Hewan Ternak
Hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi (lembu),
dan kambing (domba). Sedangkan hewan seperti kuda dan hewan hasil
asimilasi misalnya antara kambing dengan rusa, tidak dikenakan wajib zakat.
Syarat-syarat wajib zakat hewan ternak ini antara lain:

17

a) Islam atau orang murtad yang hartanya diam tidak berubah jumlahnya.
Maka ketika si murtad tadi kembali masuk Islam, dia harus membayar
kewajiban zakatnya ketika masih murtad. Orang kafir juga tidak wajib
b)
c)
d)
e)

membayar zakat
Merdeka, bukan seorang budak.
Harta milik yang sempurna yang dimiliki secara penuh.
Mencapai satu nisab.
Satu tahun penuh.11 Sabda Rasulullah Saw:

Dari Ibnu Umar. Rasulullah Saw., telah berkata, Tidak ada (wajib) zakat
pada harta seseorang sebelum sampai satu tahun dimilikinya (Riwayat
Daruqutni).12
f) Hewan ternak yang dipelihara namun digembalakan lepas di tanah yang
luas dan diperbolehkan oleh pemilik tanah selama satu tahun penuh.13

Syarat-syarat zakat binatang ternak ada empat perkara:


Nishab Unta:
1. Nishab unta seperti berikut:
a. Kalau jumlahnya 5 ekor, maka wajib mengeluarkan 1 ekor kambing.
b. Kalau jumlahnya 10 ekor, maka wajib mengeluarkan 2 ekor kambing.
c. Kalau jumlahnya 15 ekor, maka wajib mengeluarkan 3 ekor kambing.
11 Marzuqi Yahya., hlm. 61-62
12 H. Sulaiman Rasjid., hlm. 194
13 Marzuqi Yahya, hlm. 62.

18

d. Kalau jumlahnya 20 ekor, maka wajib mengeluarkan 4 ekor kambing,


menurut kesepakatan semua ulama mazhab.
Tapi kalau jumlahnya sebanyak 25 ekor, ada beberapa pendapat.
Imamiyah: wajib mengeluarkan 5 ekor kambing. Empat Mazhab: wajib
mengeluarkan 1 ekor unta yang umurnya lebih dari satu tahun.
Imamiyah: kalau jumlahnya 26 ekor, wajib mengeluarkan 1 ekor unta
yang berumur satu tahun lebih. Dan bila jumlah unta sudahmencapai bilangan
tersebut, ia menjadi satu nishab.
e. Kalau jumlahnya 36 ekor, maka wajib mengeluarkan Bintu Labun secara
sepakat. Bintu Labun adalah anak unta yang berumur 3 tahun.
f. Kalau jumlahnya 46, maka wajib mengeluarkan hunggah secara sepakat.
Hunggah ialah anak unta berumur 4 tahun.
g. Kalau jumlahnya 61, maka wajib mengeluarkan jadaah secara sepakat.
Jadaah ialah unta yang berumur 5 tahun.
h. Kalau jumlahnya 76, maka wajib mengeluarkan dua Bintau Labun secara
sepakat.
i. Kalau jumlah mencapai 91, maka wajib mengeluarkan dua Hunggah
secara sepakat14
Jika jumlah unta melebihi121 ekor, maka jumlah zakat yang dikeluarkan
cukup menghitung jumlah selisihnya dan memasukkan rumusan patokan.15

Nishab Sapi
Bagi pemilik sapi yang jumlahnya mencapai 30 ekor, wajib mengeluarkan satu
ekor tabi atau tabiah. Dan setiap 40 ekor, wajib mengeluarkan satu ekor
musannah. Setiap 60 ekor sapi wajib mengeluarkan dua tabi. Setiap 70 ekor,
wajib mengeluarkan satu musannah dan satu tabi. Setiap 90 ekor, wajib
mengeluarkan tiga tabi. Setiap 100 ekor, wajib mengeluarkan satu ekor

14 Muhammad Jawad Mughniyah., hlm 181.


15 Marzuqi Yahya., hlm. 63.

19

musannah dan satu ekor tabi. Setiap 120 ekor, wajib mengeluarkan tiga ekor
musannah dan empat ekor tabi. Begitulah seterusnya.
Nishab Kambing
Setiap jumlah 40 ekor kambing, wajib mengeluarkan satu ekor kambing.
Setiap 121 ekor, wajib mengeluarkan dua ekor kambing. Dan apabila mencapai
jumlah 201 ekor, wajib mengeluarkan tiga ekor kambing. Ketentuan ini disepakati
semua ulama mazhab.
2. Binatang ternak yang dipelihara secara bebas. Binatang tersebut sepanjang
hari dalam satu tahun mencari makan (rumput) sendiri di tempat-tempat yang
dibolehkan atau memang tempat gembala, dan tidak dibebani pemiliknya
kecuali hanya sekali-kali. Syarat ini disepakati oleh semua ulama mazhab
kecuali Maliki. Maliki berpendapat: Binatang yang dipelihara secara bebas
maupun tidak, tetap wajib dizakati.
3. Binatang tersebut sudah satu tahun. Maksudnya pemiliknya memilikinya
genap satu tahun settelah mencapai nishab.
4. Binatang-binatang itu tidak dipergunakan untuk bekerja, seperti sapi yang
dipergunakan untuk membajak, dan unta untuk mengangkut barang. Maka
kalau kesepakatan semua ulama mazhab selain Maliki tidak wajib dizakati,
bila ada factor-faktor tersebut sekalipun sudah mencapai nishab dan sudah
genap satu tahun.16

2) Emas dan Perak


Benda berharga emas dan perak yang dijelaskan, meliputi semua bentuk, baik
yang masih batangan, lempengan, maupun yang sudah dalam bentuk mata uang.17
Syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib dizakati:
a. Islam
b. Merdeka
c. Milik yang sempurna
16 Muhammad Jawad Mughniyah., hlm. 182-184.
17 Marzuqi Yahya., hlm. 64.

20

d. Sampai satu nisab


e. Samapi satu tahun disimpan
Firman Allah Swt:

dan

orang-rang

yang

menyimpan

emas

dan

perak,

dan

tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,


(bahwa mereka akan mendapat) siksaan yang pedih. (Quran at-Atubah: 34)
Sabda Rasulullah Saw:

Dari Ali k. w. Ia berkata, bahwa Rasulullah Saw. telah berkata,


sesungguhnya saya telah memaafkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya,
maka bayarlah zakat perak, tiap-tiap empat puluh dirham satu dirham, 190
dirham belum wajib zakatnya, dan apabila sampai 200 dirham zakatnya lima
dirham. (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmizi).18
3) Tanam-tanaman dari hasil bumi
Hasil bumi atau makanan pokok yang dimaksud ialah makanan pokok berupa
gandum, padi, palawija sebangsa kacang, jagung dan sebagainya. Syarat-syarat
wajib zakat nya, yaitu:
a. Hasil bumi tersebut adalah yang ditanam manusia.
b. Berupa makanan pokok yang tahan disimpan lama.
c. Telah mencapai ukuran satu nisab bersih, dalam hasil bumi tersebut sudah
dikupas dari kulitnya atau bijinya yang tidak terpakai.
d. Nisabnya adalah 5 ausaq bersih, yaitu diperkirakan 720 kg untuk beras
kering.19
Firman Allah Swt:
18 H. Sulaiman Rasjid., hlm 195
19 Marzuqi Yahya., hlm. 65-66.

21

Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan


zakatnya). (al-Anam: 141).
Syarat bagi pemilik biji-biji makanan yang wajib dizakati, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Islam.
Merdeka.
Milik yang sempurna.
Sampai nisabnya.
Biji makanan itu ditanam oleh manusia.
Biji makanan itu mengenyangkan dan tahan disimpan lama.

Zakat paroan sawah


Zakat hasil paroan sawah diwajibkan atas orang yang punya benih sewaktu
mulai bertanam. Jika yang mengeluarkan benihnya adalah petani yang
mengerjakan sawah itu, maka zakat seluruh hasil sawah yang dikerjakannya itu
wajib atas petani itu; karena pada hakikatnya petanilah yang bertanam, pemilik
tanah hanya mengambil sewa tanahnya, dan penghasilan dari sewaan tidak wajib
dizakati.
Jika benih itu berasal dari yang punya tanah, maka zakat seluruh hasil sawah
itu wajib dibayar oleh pemilik sawah; karena pada hakikatnya dialah yang
bertanam, petani hanya mengambil upah kerja. Penghasilan yang didapat dari
upah tidak wajib dizakati.
4) Buah-buahan
Yang dimaksud dengan buah-buahan yang wajib dizakati hanya kurma dan
anggur, sedangkan buah-buahan yang lainnya tidak.
Sabda Rasulullah Saw:

22

Rasulullah Saw., telah menyuruh supaya menaksir buah anggur itu berapa
banyak buahnya, seperti menaksir buah kurma, dan beliau menyuruh juga
supaya memungut zakat anggur sesudah kering, seperti mengambil zakat
buah kurma, juga sesudah kering. (Riwayat Tirmizi dan ia menilainya
sebagai hadis Hasan).
Syarat bagi pemilik buah-buahan yang wajib dizakati itu adalah:
a.
b.
c.
d.

Islam.
Merdeka.
Milik yang sempurna.
Nisab (sampai satu tahun).20

Nisab hasil bumi atau makanan pokok dan buah-buahan adalah 5 ausaq. Ausaq
merupakan suatu kumpulan atau himpunan yang diperkirakan setara dengan 1600
kati di Irak atau sekitar 1200 kg. Hasil bumi, makanan pokok, dan buah-buahan
tersebut jika pengairannya tanpa mengeluarkan biaya, misalnya dari air hujan, air
embun, salju yang mencair, atau air aliran sungai maka zakat yang harus
dikeluarkan adalah sepersepuluh dari hasil seluruhnya. Namun, apabila disiran air
dengan tenaga hewan atau irigasi yang membutuhhkan biaya, zakat yang wajib
dikeluarkan adalah1/20, sedangkan, tanaman disirami dengan gabungan sistem
pengairan tadi, zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40.21
5) Harta perniagaan
Harta perniagaan wajib dizakati, dengan syarat-syarat seperti yang telah
disebutkan pada zakat emas dan perak.
Sabda Rasulullah Saw:
20 H. Sulaiman Rasjid., hlm.196-197.
21 Marzuqi Yahya., hlm. 66.

23

Kain-kain yang disediakan untuk dijual, wajib dikeluarkan zakatnya.


(Riwayat Hakim).

Dari Samurah, Rasulullah Saw., memerintahkan kepada kami agar kami


mengeluarkan zakat barang yang disediakan untuk dijual. (Riwayat
Daruqutni dan Abu Dawud).
Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Pada tiap-tiap akhir tahun
perniagaan dihitunglah harta perniagaan itu; apabila cukup satu nisab, maka wajib
dibayarkan zakatnya, meskipun di pangkal tahun atau di tengah tahun tidak cukup
satu nisab. Sebaliknya kalau di pangkal tahun cukup satu nisab, tetapi karena rugi
di akhir tahun tidak cukup lagi satu nisab, tidak wajib zakat. Jadi, perhitungan
akhir tahun perniagaan itulah yang menjadi ukuran sampai atau tidaknya satu
nisab. Nisab harta perniagaan adalah menurut pokoknya. Kalau pokoknya emas,
nisabnya seperti emas. Kalau pokoknya perak, nisabnya seperti nisab perak, dan
harta perniagaan hendaklah dihitung dengan harga pokok (emas atau perak), juga
zakatnya sebanyak zakat emas atau perak, yaitu 1/40 = 2 %.22
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra. Dari
Rasulullah Saw., beliau bersabda:
Dalam harta rikaz (zakatnya) seperlima.
Harta rikaz adalah harta pendaman peninggalan zaman jahiliyah yang berupa
emas dan perak. Zakatnya harus dikeluarkan seketika. Barang yang ditemukan
dari harta rikaz, yakni harta pendaman milik orang-orang Jahiliyah, yaitu suatu
keadaan orang Arab yang terjadi sebelum datang agama Islam, akibat
kebodohannya tentang Allah dan Rasul-Nya serta tentang syariat Islam. Harta
rikaz zakatnya 1/5, zakat ini diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya
22 H. Sulaiman Rasjid., hlm.197.

24

menurut pendapat yang masyhur. Menurut pendapat lain 1/5 ini diberikan kepada
mereka yang berhak menerima harta fai.23

2. Jenis Harta Benda Yang Wajib diwakafkan


Jenis harta yang wajib dizakatkan ialah berupa barang, para ulama mazhab
sepakat bahwa,disyaratkan untuk barang yang diwakafkan itu persyaratanpersyaratan yang ada pada barang yang dijual, yaitu bahwasanya barang itu
merupakan sesuatu yang konkret, yang merupakan milik orang yang mewakafkan.
Dengan demikian, tidak sah mewakafkan hutang atau yang tidak diketahui dengan
jelas, misalnya,sebidang tanah dari tanah-tanah milikku. Juga tidak sah
mewakafkan sesuatu yang tidak boleh dimiliki oleh orang Muslim, misalnya babi.
Para ulama mazhab juga sepakat bahwa, dalam wakaf tersebut disyaratkan
adanya kemungkinan memperoleh manfaat dari barang yang diwakafkan tersebut,
dengan catatan bahwa barang itu sendiri tetap adanya. Adapun bila pemanfaatan
itu menyebabkan barang tersebut habis, seperti makanan dan minuman, maka
barang-barang seperti ini tidak sah diwakafkan. Termasuk dalam jenis ini adalah
mewakafkan manfaat suatu barang. Maka barangsiapa yang menyewa rumah atau
tanah untuk waktu tertentu tidak boleh mewakafkan pemanfaatannya. Sebab,
pengertian, penahanan milik dan pengalihan barang (yang diwakafkan) yang
ada dalam istilah wakaf tidak bisa diperoleh dengan jalan itu.
Seterusnya, para ulama mazhab juga sepakat tentang kebolehan wakaf
dengan barang-barang yang tidak bergerak, misalnya tanah, rumah dan kebun.
Mereka juga sepakat, kecuali Hanafi, tentang sahnya wakaf dengan barangbarang bergerak, seperti binatang dan sumber pangan, manakala pemanfaatannya
bisa diperoleh tanpa menghabiskan barang itu sendiri.
Selanjutnya para ulama mazhab sepakat pula tentang keabsahan
mewakafkan sesuatu dengan ukuran yang berlaku di masyarakat, misalnya
sepertiga, separuh, dan seperempat, kecuali pada masjid dan kuburan. Sebab
kedua benda yang disebut belakangan ini tidak bisa dijadikan kongsi.24
23 Dr. Mustofa Dieb Al Bigha., hlm. 178-179.
24 Muhammad Jawad Mughniyah., hlm.645-646.

25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan kali ini, dapat disimpulkan bahwa arti dari Fiqh ialah ilmu
yang menerangkan hukum-hukum syari yang bersifat amali (amalan sehari-hari)
yang dicari / digali dari dalil-dalil yang terperinci. Amalan sehari-hari tersebut
dapat berupa, seperti, shalat, puasa, sedekah/ zakat, dan lain-lain.
Zakat disimpulkan ialah pemberian dari sebuah nama harta tertentu dalam
bentuk khusus atau cara tertentu yang dimanfaatkan untuk sekelompok orang
yang telah ditentukan pula.
Dan wakaf juga dapat disimpulkan, yaitu sebuah rasa menahan harta agar bisa
dimanfaatkan semua bidang yang dapat dirasakan orang-orang secara umum, guna
mencapai kemaslahatan.
Adapun dasar hukum dari pembahasan di dalam makalah ini dapat kita ambil
dalam al-Quran, hadist Rasul dan juga menurut ahli mahzab-mahzab termasyhur.
B. Saran
Saran dari penulis, semoga apa yang kita bahas di dalam makalah ini, agar
dapat mengetahui, betapa pentingnya zakat dalam Islam, begitupun dengan wakaf,
yang mana memberikan manfaat bagi semua orang dan kepentingan umum,
terutama, kita lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti sunnah
Rasul.
Penulis juga mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan sarannya juga
terhadap penyusunan kalimat yang telah penulis susun, agar bisa dimaklumi untuk
dapat juga sebagai pembelajaran bagi penulis dan kawan-kawan lainnya di masa
yang akan datang. Amin.

26

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Khailaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang : Dina Utama.
Qardawi, Yusuf. 2011. Hukum Zakat. Bogor : Pustaka Litera AntarNusa.
Ayyub, Syaikh Hasan. 2993. Fikih Ibadah. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Rasjid,Sulaiman. 2012. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Mughniyah, Muhammad Jawad. 2012. FIQIH Lima Mazhab. Jakarta: LENTERA.
Al Bigha, Mustofa Dieb. Fiqih Islam. Surabaya: INSAN AMANAH.
Yahya, Marzuqi. 2012. Panduan Fiqih Imam SafiI. Jakarta: Al-Maghfirah.

27

Anda mungkin juga menyukai