Anda di halaman 1dari 16

\

MACAM – MACAM SHALAT SUNNAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Ilmu Fiqih

Dosen Pengampu : Drs. H. Jasuri

OLEH.

IRFAN FAJAR MAULANA (1908066040)


YUSUF ARIFIN (1908066041)
AGHISNI BITAQWAYA (1908066042)
RAFIKA RIZKI A (1908066043)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019

i
\

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kita dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Macam – Macam Shalat
Sunnah”. Penulisan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Fiqih pada
semester 1 tahun ajaran 2019.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Jasuri selaku pengampu mata kuliah Ilmu Fiqih 2019 yang selalu membimbing dalam
pembuatan makalah ini.
2. Teman kelompok yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat
selesai tepat waktu.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.

Semarang, 20 September 2019

Penulis

i
\

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------------i


DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------------ 1
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------------1
B. Rumusan Masalah -------------------------------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan Penulisan---------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN ------------------------------------------------------------------------------------- 3
A. Pengertian Sholat Sunnah -----------------------------------------------------------------------3
B. Pembagian Sholat Sunnah -----------------------------------------------------------------------4
C. Macam-macam Sholat Sunnah------------------------------------------------------------------4
D. Keutamaan Sholat Sunnah -------------------------------------------------------------------- 10

BAB III PENUTUP ----------------------------------------------------------------------------------------- 12


A. Simpulan --------------------------------------------------------------------------------------- 12

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------------------------------- 13

ii
\

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat itu
merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan menentukan berdiri
atau tidaknya agama dalam diri masing-masing umat muslim. Shalat merupakan
kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan bagi umat muslim yang sudah mukallaf. Dalam
syariat islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang pertama shalat wajib yakni
shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik laki-laki ataupun perempuan untuk
mendirikannya dan yang kedua shalat sunnah. Shalat sunnah pun dibagi menjadi dua
macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu muakkad. Muakkad
artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk dilaksanakan setiap
muslim, ada juga shalat sunnah yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi
sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan tidak
apa-apa. Walaupun demikian kita sebagai umat muslim tentu ingin meningkatkan amalan
ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut merupakan rahmat dari Allah SWT kepada para
hambanya karena Allah mensyariatkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis agar
orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan perkara yang sunnah, dan
menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-kewajiban mungkin
yang kurang.
Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat sunnah sengaja
disyariatkan untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-shalat
fardhu, maka perlu disempurnakan dengan shalat sunnah. Selain itu juga karena shalat
sunnah mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani kita. Dengan demikian
banyak kita mengerjakan shalat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan
menambah amalan kita dihadapan Allah Swt.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian sholat sunnah ?


b. Bagaimana Pembagian sholat sunnah ?
c. Bagaimana macam-macam sholat sunnah ?
d. Apa keutamaan sholat sunnah?

1
\

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengetian sholat sunnah


b. Untuk mengetahui Pembagian sholat sunnah
c. Untuk mengetahui macam-macam sholat sunnah
d. Untuk mengetahui keutamaan sholat sunnah

2
\

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Sunnah

Shalat sunnah atau shalat nawafil (jamak: nafilah) adalah shalat yang dianjurkan
untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan
tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.
Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:

a.) Shalat Sunnah Muakkad


Shalat sunnah muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah
yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad adalah
sebagai berikut:
1) Tidak didahului adzan dan iqomah
2) Diaksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah idain
3) Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4) Dilaksanakan dengan dua rakaat-salam
5) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
6) Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha dan shalat sunnah rawatib
dan ada yang dibaca jahr (keras): shalat sunnah idain

b.) Shalat Sunnah Ghoiru Muakkad


Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang tidak dikuatkan (kadang
dikerjakan Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya). Maksudnya adalah sholat sunnah
yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Dari pengertian diatas,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sholat sunnah yang termasuk
dalam sunnah ghoiru muakkad, yaitu:
a. Tidak didahului adzan dan iqomah
b. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian)
c. Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
d. Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
e. Bacaan tidak di nyaringkan
f. Memulai shalat di awali dengan niatnya masing-masing

3
\

B. Pembagian sholat sunnah

Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad. Untuk
shalat sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja. Imam nawawi
berkata: “Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa rakaat
yang akan dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat, lalu
bersalam dan boleh pula menambahnya menjadi dua, tiga, seratus, seribu rakaat, dan
seterusnya”. Adapun shalat sunnah muqoyyad itu terbagi atas dua macam:

a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu dan inilah
yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.

C. Macam-macam Sholat Sunnah


a) Macam-macam shalat sunnah muakad
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sholat sunnah muakkad adalah
sholat sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah sehingga rasulullah berat untuk
meninggalkannya. Adapun macam-macam dari sholat sunnah muakkad adalah sebagai
berikut:

1) Shalat sunnah rawatib


Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu baik dikerjakan
sebelum shalat fardhu ataupun sesudahnya. Yang sering disebut shalat qobliyah
(sebelum), shalat ba’diyah (sesudah)[2]. Dari beberapa macam sholat sunnah qobliyah
dan ba’diyah yang ada, ada beberapa yang termasuk dalam sholat sunnah rawatib
muakkad, yaitu sholat rawatib yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk shalat sunnah rawatib muakkad menurut kesepakatan semua
ulama adalah yang memiliki ketentuan sebagi berikut:

a) Dua rakaat sebelum shalat subuh


Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai berikut:
‫ﻋﻟﻰ ﺸﻴﺊ ﻤﻥ ﺍﻠﻧﻮﺍ ﻓﻞ‬.‫ﻡ ﻠﻡ ﻳﻜﻦ‬.‫ﻋﻦ ﻋﺎﺌﺸﻪ ﺍﻠﻧﺑﻲ ﺺ‬
‫ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ‬. ‫ﺃﺸﺪ ﻤﻧﻪ ﺗﻌﺎﻫﺪﺍﻋﻠﻰ ﺮﻜﻌﺘﻰ ﺍﻠﻓﺠﺮ‬
Artinya: dari Aisyah r.a.. “tidak ada shalat sunnah yang dipentingkan oleh Nabi SAW
selain dua rakaat sebelum subuh (shalat fajar).” (H.R. Al-Bukhari: 1093)
b) Empat rakaat sebelum shalat dzuhur

ُ‫َﻠﻰَّ هللا‬ ‫َّب‬


‫ِﻰَّ ص‬ ‫ن اﻟن‬ََّ‫ ا‬: ْ َ َ
‫ﺎﻟت‬‫هﺎ ق‬ َْ
‫َن‬ ‫َض‬
‫ِﻰَ هللاُ ﻋ‬ ََ‫ِﺸ‬
‫ة ر‬ ‫ْ ﻋ‬
‫َﺎئ‬ ‫َﻦ‬
‫ﻋ‬
ِ‫ْﻦ‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫َر‬‫ِ و‬
‫هﺮ‬ ُّ
ْ‫ْﻞ اﻟظ‬َ َ
‫ًﺎ قب‬ َْ
‫ﺑﻌ‬ َ
‫ُ ار‬ َ
‫ﻳﺪع‬ َ
َ ‫َ ال‬ َّ
‫َسَﻠم‬ ‫ْﻪ‬
‫ِ و‬ َ
‫َﻠﻴ‬‫ﻋ‬
([3]‫ِ (رواﻩ اﻟبخﺎرى‬ َ َ ْ
‫ْﻞ اﻟغﺪاة‬ َ َ
‫قب‬

4
\

Artinya: Dari Aiyah Ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi Saw, tidak ada pernah
meninggalkan empat rakaat sebelum Dzuhur (dua rakaat sunnah muakkad dan dua
rakaat sunnah ghairu muakkad) dan dua rakaat sebelum shalat fajar”. (HR.Bukhari)
Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena shalat Jum’at merupakan
ganti dari shalat Dzuhur.
َ‫ﺪ‬
‫ﻫﺎ‬ َْ
‫ﺑﻌ‬ََ
‫ًﺎ و‬
‫ﺑﻌ‬ ‫َر‬
َْ ‫َة‬
‫ِ ا‬ ‫ْﻌ‬
‫ُﻤ‬ ْ َ
‫اﻟﺠ‬ ‫َب‬
‫ْﻞ‬ َِّ
‫ِﻰ ق‬
‫ﻠ‬ ‫ﻳص‬ ُْ
ُ ‫ﻪ‬‫َن‬‫ِﻰَ هللاُ ﻋ‬‫َض‬ ‫ْد‬
‫ٍ ر‬ َ َ
‫مسْﻌ‬
‫ُﻮ‬ ‫ﺑﻦ‬ ََّ
ْ‫ن ا‬ ‫ا‬
[4](‫ارﺑﻌﺎ (رواﻩ اﻟﺘﺮمذى‬ ً َ َْ
Artinya: ”Sesungguhnya Ibnu Mas’ud melakukan shalat empat rakaat sebelum dan
setelah shalat Jum’at”. (HR At Tirmidzi)

c) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur

ُْ
ِ‫ل هللا‬ ‫َسُﻮ‬
‫ل ر‬َ‫َﺎ‬‫ ق‬,ْ‫ﺎﻟت‬َ َ
‫هﺎ ق‬ َْ
‫َن‬ ‫َض‬
‫ِﻰَ هللاُ ﻋ‬ ‫ة ر‬ََ
‫ْب‬ ‫َب‬
‫ِﻴ‬ ‫ُم‬
‫ِّ ح‬
ِ ‫ْ ا‬ ‫َﻦ‬‫ﻋ‬
َ
‫ْﻞ‬ ‫َب‬
‫َﺎتٍ ق‬ ‫َﻌ‬
‫َك‬‫َ ر‬
‫ﺑع‬ ‫َر‬
َْ ‫ﻠﻰ ا‬ ََّ
‫ْ ص‬‫مﻦ‬َ : َ ََّ‫َس‬
‫ﻠم‬ ‫ِ و‬‫ْﻪ‬ ََ
‫ﻠﻴ‬ ‫ﻠﻰ هللاُ ﻋ‬ ََّ
‫ص‬
‫ِ )رواﻩ‬ ‫َّﺎر‬
‫َﻠﻰ اﻟن‬َ‫ﻪ هللاُ ﻋ‬ ََّ
ُ‫م‬‫َﺮ‬ ‫ﻫﺎ ح‬ َْ
َ‫ﺪ‬ ‫ﺑﻌ‬َ ‫ًﺎ‬ َْ
‫ﺑﻌ‬ َ
‫َار‬‫ِ و‬ ‫هﺮ‬ُّْ
‫اﻟظ‬
(‫اﻟﺘﺮمذى‬
Artinya: Dari Umi Habibah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa
shalat empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah
mengharamkannya masuk neraka”. (HR At Tirmidzi).
Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas adalah dua rakaat sunnah
muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad.

d) Dua rakaat sesudah shalat maghrib


e) Dua rakaat sesudah shalat isya’
ْ
‫َﻦ‬‫ً ﻋ‬ ‫ْت‬
‫ِظ‬‫َف‬
‫ ح‬:‫ل‬ َ‫َﺎ‬
‫ﻪ ق‬ ُْ
‫َن‬ ‫َض‬
‫ِﻰَ هللاُ ﻋ‬ ‫َ ر‬ ‫َﺮ‬‫ُﻤ‬‫ﻋ‬ ِ‫ﺑﻦ‬ْ ِ‫ِ هللا‬
‫ْﺪ‬‫َب‬‫َﻦِ ﻋ‬‫ﻋ‬
‫هﺮ‬
ِ ُّ
ْ‫َ اﻟظ‬ ‫ْﻞ‬ َ
‫ْﻦِ قب‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫ ر‬,َ َّ
‫َسَﻠم‬ ‫ِ و‬‫ْﻪ‬‫َﻠﻴ‬َ‫ﻋ‬ َّ
ُ‫َﻠﻰ هللا‬ ‫ِ هللاِ ص‬ ‫َسُﻮ‬
‫ْل‬ ‫ر‬
ِ‫ِب‬ ْ
‫َغﺮ‬ ْ
‫ﺪ اﻟﻤ‬ َْ َ ِ‫ْﻦ‬
‫ﺑﻌ‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫َر‬‫ و‬,ِ ُّ
ْ‫اﻟظ‬
‫هﺮ‬ َْ
‫ﺪ‬‫ﺑﻌ‬َ ِ‫ْﻦ‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫َر‬
‫و‬
ِ‫ﺪا‬
‫ء‬ َ ْ
َ‫ْﻞ اﻟغ‬ َ َ
‫ْﻦِ قب‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫ء ور‬ َ
ِ‫ِﺸﺎ‬‫اﻟﻌ‬ْ َْ
‫ﺪ‬‫ﺑﻌ‬َ ِ‫ْﻦ‬ َ
‫َﺘﻴ‬ ْ
‫َكﻌ‬‫َر‬
‫و‬
([6]‫ومسﻠم‬ ‫(رواﻩ اﻟبخﺎرى‬
Artinya: Dari Abdullab bin Umar Ra. berkata : “Saya hafal dari Rasulullah Saw. dua
rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudah Dzuhur, dua rakaat sesudah Maghrib,
dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).

2.) Shalat sunnah malam


Shalat sunnah malam adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah
shalat isya’ sampai terlihat fajar. Karena begitu pentingnya shalat malam ini hampir-
hampir Rasulullah saw. mewajibkan shalat sunnah ini di setiap malamnya.
Macam-macam shalat sunnah malam

A. Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat
isya’ hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat
dan paling banyak sebelas rakaat.Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat
malam.
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat sunnah witir itu adalah sesudah shalat isya’
dan terus berlangsung sampai tiba fajar.[8]Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Mas’ud al-Anshari r.a berkata:
‫ِّل اﻟﻠﻴﻞ اوسطﻪ‬ ِّ
‫وسﻠم ﻳﻮﺗﺮ او‬ ‫كﺎن رسﻮل هللا صﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ‬
ٍ‫ رواﻩ احﻤﺪ ﺑسنﺪ صحﻴح‬.‫وأﺧﺮﻩ‬

5
\

Artinya: “Rasulullah saw. itu mengerjakan shalat witir pada awal malam. Kadang-
kadang pula dipertengahan malam dan kadang-kadang pula pada penghabisan malam
itu.” (HR Ahmad dengan sanad yang shahih)”
Dan disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi seseorang
yang khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi seorang yang
mampu bangun pada akhir malam, maka disunnahkan mengerjakan witir itu di akhir
malam.
Tidak ada dua kali witir dalam semalam. Seseorang yang telah mengerjakan shalat
witir, lalu ingin shalat sunnah lagi, keadaan seperti ini boleh dilakukan. Akan tetapi,
jangan mengulangi lagi shalat witir untuk kedua kalinya.Hal ini berdasarkan riwayat Abu
Daud, Nasa’I, dan Tirmidzi yang menganggapnya hasan, Ali.r.a berkata:
‫ الوﺗﺮان ﻓﻰ‬:‫ِّم ﻳقﻮل‬ ِّ ‫سﻤﻌت رسﻮل هللا‬
‫صﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ وسﻠ‬
ٌ
‫َّة‬ َ
‫َة و‬
‫َسُن‬ ‫ْف‬ ‫َن‬
‫ِﻴ‬ ‫ِﻰ ح‬ َْ
‫ﺪ أﺑ‬ ‫ِن‬ ٌ
‫َة ﻋ‬
‫َاجِب‬
‫ِ و‬ ِْ
‫ﺗﺮ‬ ‫ة اﻟﻮ‬ ُ‫ٍ صال‬‫ﻟﻴﻠة‬
ِ
‫ِﻩ‬ ‫َﻴ‬
‫ْﺮ‬ َْ
‫ﺪ غ‬‫ِن‬‫ٌ ﻋ‬
‫ﺪة‬ ‫َك‬
ََّ ُ
‫مؤ‬
Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah muakkadah
sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.

Cara pelaksanaan shalat witir[10]


a. Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat salam.
b. Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak usah membaca tasyahud awal

Madzhab Jumlah Keterangan


Maliki 3 rakaat dipisah dengan satu salam

Hanafi 3 rakaat Tanpa dipisah dengan salam

Syafi’i 1 rakaat -

B. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu yang
paling baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat isya’ sepertiga malam
yang terakhir.Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan paling banyak
tidak terbatas. Allah berfirman: surat al-isra’: 79 yang Artinya: “dan pada sebahagian
malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”
Dalam melaksanakan shalat tahajjud, maka seseorang disunnahkan untuk melakukan hal-
hal berikut:
a. Niat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajjud ketika akan tidur
b. Menghilangkan kantuk dengan bersuci dan melihat ke langit sambil berdo’a
c. Sebaiknya dimulai dengan shalat iftitah sebelum shalat tahajjud
d. Hendaklah membangunkan keluarganya untuk bersama-sama mengerjakan perbuatan
mulia tsb.
e. Tidak memaksakan diri, bila mengantuk hendaklah tidur terlebih dahulu kemudian
melanjutkan kembali
Tentang waktunya, shalat malam boleh dikerjakan dipermulaan, pertengahan, atau
penghabisan malam, dengan syarat sudah melakukan shalat isya’. Dan dikatakan
bahwasannya ada waktu-waktu utama dalam melaksanakan shalat tahajjud ini, yaitu:
pada sepertiga malam yang akhir sudah tiba.

C. Shalat tarawih

6
\

Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, pada
bulan ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh.
Bilangan rakaat shalat tarawih
Madzhab Bilangan Alasan
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh
Hanafi 20 Khalifah Umar bin Khatab dalam
rangka mensyiarkan malam
Hambali 20 ramadhan
Melihat penduduk Madinah
Maliki 39 melakukan shalat tarawih 39 rakaat
disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat
hadits malam pada bulan ramadhan
11
Aisyah maupun selain ramadhan hanya
sebanyak 11 rakaat
Perbedaan pendapat tentang hal ini tidak perlu menjadi bahan pertentangan karena
tarawih itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya tidak
terbatas.Semua itu untuk menghidupkan malam ramadhan yang banyak berkahnya.Jika
shalat tarawih dilaksanakan empat rakaat maka tidak diselingi dengan tasyahud awal

3) Shalat Sunnah Idain


Kata idain berarti dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha.
Shalat idain adalah shalat sunnah yang dilakukan karena datangnya hari raya idul fitri
atau idul adha. Shalat idul fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal, sedangkan shalat
idul adha di laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah.Shalat idain disyariatkan pada tahun
pertama hijriyah.Dan dianjurkan dilaksanakan di lapangan dan berjama’ah.
Hukum melaksanakan kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah muakkadah (yang
dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id ini, Rasulullah Saw.tidak
pernah meninggalkannya. Allah berfirman dalam surat al-Kautsar (108) ayat 1-2 yang
artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (hai Muhammad) nikmat
yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS. al-
Kautsar (108): 1-2).

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha, yaitu:
Madzhab Hukum
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat jum’at
Hanafi tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut maka akan
menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah

Kedua shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata caranya, kecuali
niat dan waktunya yang berbeda. Jumlah rekaat keduanya juga sama, yaitu dua rekaat.
Waktu melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit matahari sampai tergelincir
matahari.Akan tetapi, shalat ‘Idul Fitri lebih baik diakhirkan sedikit daripada shalat ‘Idul
Adha yang disunnahkan lebih pagi.

Waktu pelaksanaan shalat ied menurut imam madzhab, yaitu:

7
\

Madzhab Waktu shalat


Hambali Sejak naiknya matahari setombak sampai waktu zawal
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari
Syafi’i (waktu zawal)

Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari


Imamiyah (waktu zawal)

Setelah selesai melakukan shalat ‘Idain ini disusul dengan khutbah. Nabi dan para
shahabatnya melakukan shalat ‘Idain sebelum khutbah seperti yang dijelaskan oleh Ibnu
‘Umar:

ِّ
‫ﻳصﻠﻮن‬ ِّ
‫وسﻠم و أﺑﻮ ﺑﻜﺮ وﻋﻤﺮ‬ ‫كﺎن رسﻮل هللا صﻠﻰِّ هللا ﻋﻠﻴﻪ‬
.)‫اﻟﻌﻴﺪﻳﻦ قبﻞ اﻟخطبة (رواﻩ اﻟﺠﻤﺎﻋة‬
Artinya: Adalah Rasulullah Saw., Abu Bakar, dan ‘Umar melakukan shalat ‘Idain
sebelum khutbah (HR. Jama’ah ahli hadits).

Berikut adalah tata cara shalat ied menurut madzab-madzhab:


Madzhab Tata cara
Niat, mengucapkan takbiratul ihram, mengucapkan takbir 3 kali
diselingi dengan diam sejenak sekadar bacaan 3 kali atau juga
boleh mengucapkan ‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬
Hanafi Kemudian ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬acabmem setelah itu membaca
alfatihah dan surat, lalu ruku’ dan sujud. Rakaat kedua,
membaca alfatihah, surat, takbir 3 kali, ruku’, sujud,
menyempurnakan shalat hingga selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, membaca doa iftihah, kemudian
takbir tujuh kali, tiap-tiap 2 takbir di
selingi‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬Secara perlahan,
kemudian membaca ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬kemudian membaca
alfatihah, surat Qaf, ruku’, sujud. Rakaat kedua, membaca
Syafi’i
takbir yang kemudian di tambah 5 kali takbir lagi, diantara 2
takbir diselingi
membaca‫ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ‬Kemudian membaca
alfatihah dan surat iqtarobat kemudian menyempurnakan
hingga selesai.
Membaca doa iftitah, membaca takbir 6 kali, yang diantara 2
takbir itu membaca:
‫ﺍﷲﺍﻜﺑﺮﻜﺑﻴﺮﺍﻮﺍﻟﺤﻤﺪﷲﻜﺛﻴﺮﺍﻮﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﺑﻜﺮﺓﺃﺻﻴﻼﻮﺻﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻰﻣﺤﻣﺩﻮﺍﻠﻪﻮﺴﻠﻢﺘﺴﻠﻴﻣﺎ‬
kemudian membaca ‫ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ‬dan basmalah, lalu
Hambali
membaca al-fatihah dan surat al-a’la. Rakaat kedua, membaca
takbir 5 kali dan tiap-tiap dua takbir diselingi dengan ucapan
yang sama pada rakaat pertama. Kemudian membaca alfatihah
dan surat al-ghasyiyah, lalu ruku’ sampai selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, takbir 6 kali, lalu membaca al-
fatihah dan surat al-a’la, ruku’, dan sujud. Bangkit Rakaat
Maliki kedua sambil membaca takbir, ditambah dengan 5 takbir
sesudahnya, lalu membaca al-fatihah dan surat as-
syamsikemudian shala hingga selesai.[12]

Hal-hal yang di sunnahkan dalam shalat ied


a. Membaca takbir.
b. Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus, dan memakai wangi-wangian.
c. Makan sebelum shalat idul fitri, sedangkan untuk idul adha makannya sesudah
pulang dari shalat ied.

8
\

d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda.

Hal-hal yang di sunnahkan pada waktu shalat ied


a. Dilaksanakan secara berjamaah
b. Takbir tujuh kali setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca surat alfatihah pada
rakaat pertama. Pada rakaat kedua takbir lima rakaat sebelum membaca surat al-fatihah
selain dari takbir pada waktu berdiri.
c. Mengangkat tangan setiap kali takbir
d. Membaca tasbih di antara beberapa takbir
e. Membaca surat Al-A’la setelah surat Al-fatihah pada rakaat pertama dan surat Al-
ghasyiyah.

b) Macam-macam sholat sunnah ghoiru muakkad


Sebagaimana pengertian di atas dan ciri yang disebutkan di atas, maka adapun macam-
macam dari sholat sunnah ghoiru muakkad adalah sebagi berikut:

1. Shalat Tahiyatul Masjid


Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul masjid berarti shalat
yang dikerjakan untuk menghormati masjid. Masjid adalah tempat manusia bersemabah
sujud kepada Allah, semua kegiatan di masjid menggunakan nama Allah oleh karena itu
masjid disebut Baitullah. Demikian mulianya sehingga islam mensyariatkan shalat
tahiyatul masjid, Rasulullah bersabda:
‫ ﺭﻮﺍﻩﺃﺑﻮ ﺪﺍﻮﺪ‬.‫ﺇﺬﺍ ﺟﺎﺀ ﺍﺤﺪﻜﻢ ﺍﻠﻤﺴﺟﺪ ﻓﻠﻴﺻﻞ ﺴﺟﺪﺗﻳﻥ ﻣﻥ ﻗﺑﻞ ﺍﻥ ﻴﺟﻟﺱ‬
Artinya: “Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid, hendaklah ia shalat dua
rakaat sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud dari Abi Qatadah : 395)

Tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai berikut :


1. Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
3. Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, ditambah satu lagi yakni
dilakukan di masjid. Tidak sah jika dilakukan diluar masjid.
4. Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk melaksanakan shalat fardu maupun
ketika akan beri’tikaf.
5. Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, hanya niatnya saja
yang berbeda
6. Urutannya secara garis besarnya :
a. Berniat shalat Tahiyatul Masjid, contoh lafadznya :
‫سنَّةً ﺗ َِﺤﻴَّةَ ْﺍﻟ َﻤﺴ ِْج ِﺪ َﺭ ْﻛعَﺘَﻴ ِْﻦ هللِ ﺗَعَﺎﻟﻰ‬ َ ُ‫ﺃ‬
ُ ‫ﺻ ِﻠِّي‬
:Artinya“Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
b. Takbiratul ihram
c. Shalat dua rakaat seperti biasa.
d. Salam.
Tujuan dari pelaksanaan shalat dua rakaat ini adalah untuk menghormati
masjid.Karena masjid memiliki kehormatan dan kedudukan mulia yang harus dijaga oleh
orang yang memasukinya.Yaitu dengan tidak duduk sehingga melaksanakan shalat
tahiyatul masjid ini.Karena pentingnya shalat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam tetap memerintahkan seorang sahabatnya – Sulaik al-Ghaathafani – yang
langsung duduk shalat memasuki masjid untuk mendengarkan khutbah dari lisannya.Ya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membiarkannya duduk walaupun untuk
mendengarkan khutbah dari lisannya, maka selayaknya kita memperhatikan shalat ini.
Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum masuk masjid
adalah mandub (sunnah) dan tidak wajib.[15]

2. Shalat sunnah rawatib


Ada beberapa shalat sunnah rawatib yang merupakan sunnah ghairu muakkad, yaitu:

9
\

a. Dua rakaat sebelum Dzuhur


b. Empat rakaat sesudah Dzuhur
c. Empat rakaat sebelum Ashar.
d. Dua rakaat sebelum Maghrib.
e. Dua rakaat sebelum Isya’.
Namun menurut madzhab Hanafi dan Syafi’I yang termasuk dalam sholat sunnah
rawatib ghoiru muakkada adalah sebagi berikut:
MADZHAB RAKAAT
Hanafi 4 rakaat sebelum dan sesudah dhuhur
Syafi’i dan 4 rakaat sebelum ashar

3. Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari
sudah naik, yaitu kira-kira setinggi tombak sampai matahari tergelincir yaitu menjelang
waktu dhuhur. Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki
keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah menganjurkan para sahabat
dan seluruh kaum muslim untuk melaksanakannya.
Bilangan rakaat shalat dhuha.Shalat dhuha dikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat
dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat.
Tata Cara Shalat Dhuha
Tata cara shalat dhuha sama dengan shalat lainnya. Hanya saja pada rakaat pertama
dianjurkan membaca surat Al-fatihah kemudian surat Asy-Syams sedangkan rakaat surat
Al-fatihah lalu surat ad-dhuha. Jika belum hafal boleh menggunakan surat apa saja

D. Keutamaan sholat sunnah

1. Akan Menutupi Kekurangan Pada Shalat Wajib

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َُ‫َّال‬
‫ة‬ ‫ُ اﻟص‬ ‫ِم‬ ِ‫َﺎ‬
‫ﻟه‬ ‫ْﻤ‬‫َﻋ‬
‫ْ أ‬ ‫ِﻦ‬‫ِ م‬ ‫مة‬َ‫َﺎ‬‫ِﻴ‬
‫اﻟق‬ْ َ ‫ْم‬
‫ﻳﻮ‬َ ِ ‫َّﺎسُ ﺑ‬
‫ِﻪ‬ ‫ُ اﻟن‬ ‫َﺎسَب‬‫ﻳح‬ُ ‫مﺎ‬ َ ‫ل‬ ‫َو‬
ََّ ‫ن أ‬َِّ
‫« إ‬
‫َالَة‬
ِ ‫ِﻰ ص‬ ‫ُوا ﻓ‬ ُ ْ
‫ُ اﻧظﺮ‬ َ
‫ْﻠم‬ َ
‫َ أﻋ‬ ‫ﻫﻮ‬َُ
‫ِ و‬ ‫ِﻪ‬َ
‫ِﻜﺘ‬‫َالَئ‬
‫ﻟﻤ‬ َّ
ِ ‫َز‬ ‫َّ و‬
‫َﻋ‬ ‫َﻞ‬‫َﺎ ج‬ َُّ
‫ﺑن‬ ‫ل ر‬ ُ
ُ‫ﻳقﻮ‬ َ ‫ل‬َ‫قﺎ‬ َ
َ‫َﺎ‬ ً‫ﺎم‬ ُ‫ْ َﻟ‬ ً‫ﺎم‬ َ َ ‫َص‬ َ ْ َ َ
‫ن‬ ‫ن ك‬ ِْ‫َإ‬
‫ة و‬ َّ ‫ﺗ‬َ ‫ﻪ‬ ‫َت‬ ‫ِب‬‫ُﺘ‬
‫ة ك‬ َ ْ
َّ ‫ﺗ‬ ‫ﺎﻧت‬ ‫ن ك‬ْ‫إ‬ َِ
‫هﺎ ﻓ‬ ََ ‫ﻧق‬ ‫هﺎ أم‬ ََّ
‫ﺗﻤ‬َ‫ِى أ‬ ‫ْﺪ‬‫َب‬‫ﻋ‬
َ
ُ‫ن ﻟ‬
‫ﻪ‬ َ‫َﺎ‬‫ن ك‬ َِ
ْ‫إ‬ ‫ٍ ﻓ‬ ‫ُّع‬َ
‫ﺗطﻮ‬ َ ْ
‫ِﻦ‬ ‫ِى م‬ ‫َب‬
‫ْﺪ‬ ‫ﻟﻌ‬ِ ْ َ ‫ُوا‬
‫ﻫﻞ‬ ‫ُﺮ‬ ْ
‫ل اﻧظ‬ َ
َ‫ْﺌﺎ قﺎ‬ ً ‫هﺎ شَﻴ‬ َْ‫ِن‬ َ
‫َقﺺَ م‬ ْ
‫اﻧﺘ‬
‫ﻠﻰ‬ََ‫ل ﻋ‬ ُ‫َﺎ‬‫ْﻤ‬ َ
‫ذ األﻋ‬ َُ
‫ْﺧ‬ ‫ﺗؤ‬ُ َّ
‫ثم‬ ُ ِ‫ِﻪ‬ ‫َﻮ‬
‫ُّﻋ‬ ‫ﺗط‬َ ْ‫ِﻦ‬
‫ﻪ م‬ َُ‫َﺘ‬
‫ِﻳض‬ ‫َﺮ‬
‫ِى ﻓ‬ ‫َب‬
‫ْﺪ‬ ‫ﻟﻌ‬ِ ‫ُّﻮا‬ ‫ِﻤ‬ َ
‫ل أﺗ‬ َ‫َﺎ‬ ‫ٌ ق‬ ‫َﻮ‬
‫ُّع‬ ‫ﺗط‬َ
.» ْ ‫َاك‬
‫ُم‬ ‫ذ‬
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah
pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna,
maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit
kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika
hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada
pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan
seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)

2. Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat

Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas
budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah
padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan
10
\

berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.”
Ketika ditanya, Tsauban malah diam.

Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata,
‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau bersabda,

َِ
‫هﺎ‬ َّ َ‫َك‬
‫اّلِلُ ﺑ‬ ‫َﻌ‬
‫َﻓ‬‫ِالَّ ر‬ ً‫ﺪ‬
‫ة إ‬ َْ
‫ّلِلِ سَﺠ‬
َِّ ‫ﺪ‬ُُ َ َ‫ﻧكَ ال‬
‫ﺗسْﺠ‬ َّ‫إ‬
َِ َِّ ِ
‫ّلِلِ ﻓ‬ ‫ُﻮد‬ ‫َة‬
‫ِ اﻟسُّﺠ‬ ‫ْﺮ‬
‫َث‬ ‫ْكَ ﺑ‬
‫ِﻜ‬ ‫ﻠﻴ‬ََ
‫ﻋ‬
ًَ
‫ة‬ ‫ِﻴﺌ‬‫َط‬
‫هﺎ ﺧ‬ َِ‫ْكَ ﺑ‬
‫َن‬‫َّ ﻋ‬‫َط‬‫َح‬ ًَ
‫ة و‬ ‫َج‬ َ
‫در‬
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan
menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan
bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini
adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud
dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan
memperbanyak shalat sunnah.

3. Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga

Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami –radhiyallahu ‘anhu– dia berkata,

ِ‫ِﻪ‬‫ُﻮئ‬
‫َض‬ ‫ِﻮ‬
‫ﻪ ﺑ‬ُُ ‫ْﺘ‬
‫ﺗﻴ‬ََ
‫َأ‬‫َ ﻓ‬
‫ﻠم‬ََّ‫َس‬
‫ِ و‬‫ْﻪ‬
‫ﻠﻴ‬ََ َّ ‫ﻠﻰ‬
‫اّلِلُ ﻋ‬ ََّ َّ ِ
‫اّلِلِ ص‬ ‫َسُﻮل‬
‫َ ر‬ َ ُ
‫مع‬ ‫ِﻴت‬‫َﺑ‬
‫ُ أ‬‫ْت‬‫ُن‬
‫ك‬
َْ
‫ل أو‬ َ‫َﺎ‬ ‫ِ ق‬‫َّة‬
‫َن‬ ْ ‫ِﻲ‬
‫اﻟﺠ‬ ‫َكَ ﻓ‬ ‫َﺘ‬
‫َق‬‫َاﻓ‬
‫مﺮ‬ َ َ
ُ َ‫ُ أسْأُﻟك‬ ‫ﻠت‬ُْ
‫َق‬ ‫ْ ﻓ‬
‫ِﻲ سَﻞ‬ َ‫َﺎ‬
‫ل ﻟ‬ ‫َق‬
‫ِ ﻓ‬‫ِﻪ‬‫َﺘ‬
‫َﺎج‬‫َح‬‫و‬
ِ
‫ُﻮد‬‫ِ اﻟسُّﺠ‬‫َة‬ ‫ْﺮ‬
‫َث‬‫ِﻜ‬ ‫ْس‬
‫ِكَ ﺑ‬ ‫ﻧف‬ َ ‫ﻠﻰ‬ََ
‫ِﻲ ﻋ‬ ِّ
‫ِن‬ ‫َﻋ‬‫َأ‬‫ل ﻓ‬َ‫َﺎ‬ ‫َ ق‬ ‫َاك‬
‫َ ذ‬ ُ ُ
‫ﻫﻮ‬ ُْ
‫ﻠت‬‫ِكَ ق‬‫َﻟ‬
‫َ ذ‬‫ْﺮ‬‫َﻴ‬
‫غ‬
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan
air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.”
Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau
menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud
(memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no. 489)

4. Shalat adalah sebaik-baik amalan

Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫َال‬ َُ‫َّال‬
‫ة و‬ ‫ُم‬
‫ُ اﻟص‬ ِ‫َﺎ‬
‫ﻟﻜ‬ ‫ْﻤ‬‫َﻋ‬
‫َ أ‬‫ْﺮ‬‫َﻴ‬ ََّ
‫ن ﺧ‬ ‫ُﻮا أ‬ َْ
‫ﻠﻤ‬‫َاﻋ‬‫ُﻮا و‬‫ْص‬
‫ﺗح‬ ‫ََﻟﻦ‬
ُ ْ ‫ُﻮا و‬ ‫َق‬
‫ِﻴﻤ‬ ‫اسْﺘ‬
ٌ
‫ِﻦ‬‫ْم‬
‫مؤ‬ُ َّ‫ِال‬ ِ‫ُﻮ‬
‫ء إ‬ ‫ُض‬ ْ ‫ﻠﻰ‬
‫اﻟﻮ‬ ََ
‫ُ ﻋ‬
‫ِظ‬‫َﺎﻓ‬
‫ﻳح‬ُ

“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5:
276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

5. Menggapai wali Allah yang terdepan

Allah Ta’ala berfirman,

َ
‫ِﻳﻦ‬ َّ )62( ‫ن‬
‫اﻟذ‬ َُ
َ‫ﻧﻮ‬‫ْز‬ َ ْ
‫ﻳح‬ ‫ﻫم‬ُ ‫ََال‬
‫ْ و‬ ‫ْه‬
‫ِم‬ ََ
‫ﻠﻴ‬‫ٌ ﻋ‬ ‫َﻮ‬
‫ْف‬ ‫اّلِلِ َال ﺧ‬
َّ ‫ء‬ َ‫َﺎ‬
‫ﻟﻴ‬ ‫َو‬
ِْ ‫ن أ‬ ‫أََال إ‬
َِّ
)63( ‫ن‬َ‫ُﻮ‬
‫َّق‬‫ﻳﺘ‬ ُ َ
َ ‫ﺎﻧﻮا‬ ‫ُﻮا و‬
‫َك‬ ‫من‬ ََ ‫آ‬

11
\

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

6. Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta
doanya pun mustajab

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫عادهى همن قها هل ّللاه ِإن‬ ‫ب آذهنتُهُ فهقهد هو ِليًّا ِلى ه‬


ِ ‫ ِبال هحر‬، ‫ب هو هما‬ ‫عبدِى ِإلهى ت هقهر ه‬ ‫ع هلي ِه افت ههرضتُ ِمما ِإلهى أ ه هحب ِبشهىء ه‬ ‫ ه‬،
‫عبدِى يهزه ا ُل هو هما‬ ‫ب ه‬ُ ‫ أ ُ ِحبهُ هحتى بِالن هوافِ ِل إِلهى يهتهقهر‬، ‫سمعههُ ُكنتُ حبهبتُهُ هَأ فهإِذها‬‫ بِ ِه يهس هم ُع الذِى ه‬، ُ‫ص هره‬ ‫ص ُر الذِى هوبه ه‬ ِ ‫يُب‬
‫ ِب ِه‬، ُ‫ش التِى هو هيدهه‬ُ ‫ط‬ُ ‫ ِب هها هيمشِى التِى هو ِرجلههُ ِب هها هيب‬، ‫سأ هوإِن‬ ُ ُ
‫ ألع ِطيهنهُ لهنِى هَ ه‬، ‫أل ِعيذهنهُ است ه هعاذهنِى هولهئِ ِن‬
“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang
Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah
sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk
pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya
yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada
sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan,
namun tetap dilaksanakan oleh Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia.
Maka dari itu, bolehlah kita klasifikasikan sholat sunnah menjadi 2, yaitu:

1. Shalat Sunnah Muakkad


Sholat sunnah Muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah yang
selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya.
Adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut:
a. Shalat sunnah rawatib, sholat sunnah rawatib muakkad terdiri dari:
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
2) Dua rakaat sebelum shalat dzuhur
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur

12
\

4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib


5) Dua rakaat sesudah shalat isya’
b. Shalat sunnah malam, sholat sunnah muakkad yang ada dalam shalat malam adalah
sebagai berikut:
1) Shalat tahajjud
2) Shalat sunnah tarawih
3) Shalat witir
c. Shalat Sunnah Idain

2. Shalat Sunnah Ghoiru Muakkad


Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang kadang dikerjakan Rasulullah
dan kadang tidak dikerjakannya. Maksudnya adalah sholat sunnah yang tidak dianjurkan
oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk dalam kategori shalat sunnah ghoiru muakkad adalah:
a. Tahiyatul masjid
b. Shalat sunnah rawatib,
Sebagaimana dalam shalat sunnah muakkad, ada juga shalat rawatib yang terkategorikan
sebagai shalat rawatib yang ghoiru muakkad, diantaranya adalah:
1) Dua rakaat sebelum Dzuhur
2) Dua rakaat sesudah Dzuhur
3) Empat rakaat sebelum Ashar.
4) Dua rakaat sebelum Maghrib.
5) Dua rakaat sebelum Isya’
c. Shalat dhuha
Dan dalam semua macam-macam sholat ini memiliki kesamaan dalam pelaksanaannya
hanya saja berbeda dalam niatnya di setiap sholatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abyan, Amir. (2008). Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang: PT karya Toha Putra.
Mughniyah, Jawad. (2010). Fiqih Lima madzab.Jakarta: Penerbit Lentera.
Darsono, Ibrahim. (2008). Penerapan fikih. Solo: Tiga Serangkai.
Taufiq, Abdurrahman. (2006). Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Azzam.
Bagir, Muhammad. (2008). Fiqh Praktis.Bandung: Penerbit Karisma.
Alhusaini.(2007). Kifayatul Akhyar. Surabaya: Bina Iman Printing.
Sabiq, Sayyid. (2004). Fiqhus Sunnah.Jakarta: Darul Fath

13

Anda mungkin juga menyukai