MAKALAH
OLEH.
i
\
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kita dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Macam – Macam Shalat
Sunnah”. Penulisan makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Fiqih pada
semester 1 tahun ajaran 2019.
1. Bapak Jasuri selaku pengampu mata kuliah Ilmu Fiqih 2019 yang selalu membimbing dalam
pembuatan makalah ini.
2. Teman kelompok yang telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat
selesai tepat waktu.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca.
Penulis
i
\
DAFTAR ISI
ii
\
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat itu
merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan menentukan berdiri
atau tidaknya agama dalam diri masing-masing umat muslim. Shalat merupakan
kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan bagi umat muslim yang sudah mukallaf. Dalam
syariat islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang pertama shalat wajib yakni
shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik laki-laki ataupun perempuan untuk
mendirikannya dan yang kedua shalat sunnah. Shalat sunnah pun dibagi menjadi dua
macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu muakkad. Muakkad
artinya dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk dilaksanakan setiap
muslim, ada juga shalat sunnah yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi
sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan tidak
apa-apa. Walaupun demikian kita sebagai umat muslim tentu ingin meningkatkan amalan
ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut merupakan rahmat dari Allah SWT kepada para
hambanya karena Allah mensyariatkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis agar
orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan perkara yang sunnah, dan
menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-kewajiban mungkin
yang kurang.
Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat sunnah sengaja
disyariatkan untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-shalat
fardhu, maka perlu disempurnakan dengan shalat sunnah. Selain itu juga karena shalat
sunnah mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani kita. Dengan demikian
banyak kita mengerjakan shalat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan
menambah amalan kita dihadapan Allah Swt.
B. RUMUSAN MASALAH
1
\
C. TUJUAN
2
\
BAB II PEMBAHASAN
Shalat sunnah atau shalat nawafil (jamak: nafilah) adalah shalat yang dianjurkan
untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan
tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.
Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad adalah
sebagai berikut:
1) Tidak didahului adzan dan iqomah
2) Diaksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah idain
3) Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4) Dilaksanakan dengan dua rakaat-salam
5) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
6) Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha dan shalat sunnah rawatib
dan ada yang dibaca jahr (keras): shalat sunnah idain
3
\
Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad. Untuk
shalat sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja. Imam nawawi
berkata: “Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa rakaat
yang akan dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat, lalu
bersalam dan boleh pula menambahnya menjadi dua, tiga, seratus, seribu rakaat, dan
seterusnya”. Adapun shalat sunnah muqoyyad itu terbagi atas dua macam:
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu dan inilah
yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.
4
\
Artinya: Dari Aiyah Ra. berkata : “Sesungguhnya Nabi Saw, tidak ada pernah
meninggalkan empat rakaat sebelum Dzuhur (dua rakaat sunnah muakkad dan dua
rakaat sunnah ghairu muakkad) dan dua rakaat sebelum shalat fajar”. (HR.Bukhari)
Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena shalat Jum’at merupakan
ganti dari shalat Dzuhur.
َﺪ
ﻫﺎ َْ
ﺑﻌََ
ًﺎ و
ﺑﻌ َر
َْ َة
ِ ا ْﻌ
ُﻤ ْ َ
اﻟﺠ َب
ْﻞ َِّ
ِﻰ ق
ﻠ ﻳص ُْ
ُ ﻪَنِﻰَ هللاُ ﻋَض ْد
ٍ ر َ َ
مسْﻌ
ُﻮ ﺑﻦ ََّ
ْن ا ا
[4](ارﺑﻌﺎ (رواﻩ اﻟﺘﺮمذى ً َ َْ
Artinya: ”Sesungguhnya Ibnu Mas’ud melakukan shalat empat rakaat sebelum dan
setelah shalat Jum’at”. (HR At Tirmidzi)
ُْ
ِل هللا َسُﻮ
ل رََﺎ ق,ْﺎﻟتَ َ
هﺎ ق َْ
َن َض
ِﻰَ هللاُ ﻋ ة رََ
ْب َب
ِﻴ ُم
ِّ ح
ِ ْ ا َﻦﻋ
َ
ْﻞ َب
َﺎتٍ ق َﻌ
َكَ ر
ﺑع َر
َْ ﻠﻰ ا ََّ
ْ صمﻦَ : َ َََّس
ﻠم ِ وْﻪ ََ
ﻠﻴ ﻠﻰ هللاُ ﻋ ََّ
ص
ِ )رواﻩ َّﺎر
َﻠﻰ اﻟنَﻪ هللاُ ﻋ ََّ
ُمَﺮ ﻫﺎ ح َْ
َﺪ ﺑﻌَ ًﺎ َْ
ﺑﻌ َ
َارِ و هﺮُّْ
اﻟظ
(اﻟﺘﺮمذى
Artinya: Dari Umi Habibah Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa
shalat empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, maka Allah
mengharamkannya masuk neraka”. (HR At Tirmidzi).
Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas adalah dua rakaat sunnah
muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad.
A. Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat
isya’ hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat
dan paling banyak sebelas rakaat.Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat
malam.
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat sunnah witir itu adalah sesudah shalat isya’
dan terus berlangsung sampai tiba fajar.[8]Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Mas’ud al-Anshari r.a berkata:
ِّل اﻟﻠﻴﻞ اوسطﻪ ِّ
وسﻠم ﻳﻮﺗﺮ او كﺎن رسﻮل هللا صﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ
ٍ رواﻩ احﻤﺪ ﺑسنﺪ صحﻴح.وأﺧﺮﻩ
5
\
Artinya: “Rasulullah saw. itu mengerjakan shalat witir pada awal malam. Kadang-
kadang pula dipertengahan malam dan kadang-kadang pula pada penghabisan malam
itu.” (HR Ahmad dengan sanad yang shahih)”
Dan disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi seseorang
yang khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi seorang yang
mampu bangun pada akhir malam, maka disunnahkan mengerjakan witir itu di akhir
malam.
Tidak ada dua kali witir dalam semalam. Seseorang yang telah mengerjakan shalat
witir, lalu ingin shalat sunnah lagi, keadaan seperti ini boleh dilakukan. Akan tetapi,
jangan mengulangi lagi shalat witir untuk kedua kalinya.Hal ini berdasarkan riwayat Abu
Daud, Nasa’I, dan Tirmidzi yang menganggapnya hasan, Ali.r.a berkata:
الوﺗﺮان ﻓﻰ:ِّم ﻳقﻮل ِّ سﻤﻌت رسﻮل هللا
صﻠﻰ هللا ﻋﻠﻴﻪ وسﻠ
ٌ
َّة َ
َة و
َسُن ْف َن
ِﻴ ِﻰ ح َْ
ﺪ أﺑ ِن ٌ
َة ﻋ
َاجِب
ِ و ِْ
ﺗﺮ ة اﻟﻮ ٍُ صالﻟﻴﻠة
ِ
ِﻩ َﻴ
ْﺮ َْ
ﺪ غِنٌ ﻋ
ﺪة َك
ََّ ُ
مؤ
Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah muakkadah
sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.
Syafi’i 1 rakaat -
B. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu yang
paling baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat isya’ sepertiga malam
yang terakhir.Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan paling banyak
tidak terbatas. Allah berfirman: surat al-isra’: 79 yang Artinya: “dan pada sebahagian
malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”
Dalam melaksanakan shalat tahajjud, maka seseorang disunnahkan untuk melakukan hal-
hal berikut:
a. Niat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajjud ketika akan tidur
b. Menghilangkan kantuk dengan bersuci dan melihat ke langit sambil berdo’a
c. Sebaiknya dimulai dengan shalat iftitah sebelum shalat tahajjud
d. Hendaklah membangunkan keluarganya untuk bersama-sama mengerjakan perbuatan
mulia tsb.
e. Tidak memaksakan diri, bila mengantuk hendaklah tidur terlebih dahulu kemudian
melanjutkan kembali
Tentang waktunya, shalat malam boleh dikerjakan dipermulaan, pertengahan, atau
penghabisan malam, dengan syarat sudah melakukan shalat isya’. Dan dikatakan
bahwasannya ada waktu-waktu utama dalam melaksanakan shalat tahajjud ini, yaitu:
pada sepertiga malam yang akhir sudah tiba.
C. Shalat tarawih
6
\
Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, pada
bulan ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh.
Bilangan rakaat shalat tarawih
Madzhab Bilangan Alasan
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh
Hanafi 20 Khalifah Umar bin Khatab dalam
rangka mensyiarkan malam
Hambali 20 ramadhan
Melihat penduduk Madinah
Maliki 39 melakukan shalat tarawih 39 rakaat
disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat
hadits malam pada bulan ramadhan
11
Aisyah maupun selain ramadhan hanya
sebanyak 11 rakaat
Perbedaan pendapat tentang hal ini tidak perlu menjadi bahan pertentangan karena
tarawih itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya tidak
terbatas.Semua itu untuk menghidupkan malam ramadhan yang banyak berkahnya.Jika
shalat tarawih dilaksanakan empat rakaat maka tidak diselingi dengan tasyahud awal
Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha, yaitu:
Madzhab Hukum
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat jum’at
Hanafi tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut maka akan
menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah
Kedua shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata caranya, kecuali
niat dan waktunya yang berbeda. Jumlah rekaat keduanya juga sama, yaitu dua rekaat.
Waktu melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit matahari sampai tergelincir
matahari.Akan tetapi, shalat ‘Idul Fitri lebih baik diakhirkan sedikit daripada shalat ‘Idul
Adha yang disunnahkan lebih pagi.
7
\
Setelah selesai melakukan shalat ‘Idain ini disusul dengan khutbah. Nabi dan para
shahabatnya melakukan shalat ‘Idain sebelum khutbah seperti yang dijelaskan oleh Ibnu
‘Umar:
ِّ
ﻳصﻠﻮن ِّ
وسﻠم و أﺑﻮ ﺑﻜﺮ وﻋﻤﺮ كﺎن رسﻮل هللا صﻠﻰِّ هللا ﻋﻠﻴﻪ
.)اﻟﻌﻴﺪﻳﻦ قبﻞ اﻟخطبة (رواﻩ اﻟﺠﻤﺎﻋة
Artinya: Adalah Rasulullah Saw., Abu Bakar, dan ‘Umar melakukan shalat ‘Idain
sebelum khutbah (HR. Jama’ah ahli hadits).
8
\
d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda.
9
\
3. Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari
sudah naik, yaitu kira-kira setinggi tombak sampai matahari tergelincir yaitu menjelang
waktu dhuhur. Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki
keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah menganjurkan para sahabat
dan seluruh kaum muslim untuk melaksanakannya.
Bilangan rakaat shalat dhuha.Shalat dhuha dikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat
dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat.
Tata Cara Shalat Dhuha
Tata cara shalat dhuha sama dengan shalat lainnya. Hanya saja pada rakaat pertama
dianjurkan membaca surat Al-fatihah kemudian surat Asy-Syams sedangkan rakaat surat
Al-fatihah lalu surat ad-dhuha. Jika belum hafal boleh menggunakan surat apa saja
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ََُّال
ة ُ اﻟص ِم َِﺎ
ﻟه ْﻤَﻋ
ْ أ ِﻦِ م مةََﺎِﻴ
اﻟقْ َ ْم
ﻳﻮَ ِ َّﺎسُ ﺑ
ِﻪ ُ اﻟن َﺎسَبﻳحُ مﺎ َ ل َو
ََّ ن أَِّ
« إ
َالَة
ِ ِﻰ ص ُوا ﻓ ُ ْ
ُ اﻧظﺮ َ
ْﻠم َ
َ أﻋ ﻫﻮَُ
ِ و ِﻪَ
ِﻜﺘَالَئ
ﻟﻤ َّ
ِ َز َّ و
َﻋ َﻞَﺎ ج َُّ
ﺑن ل ر ُ
ُﻳقﻮ َ لَقﺎ َ
ََﺎ ًﺎم ُْ َﻟ ًﺎم َ َ َص َ ْ َ َ
ن ن ك َِْإ
ة و َّ ﺗَ ﻪ َت ِبُﺘ
ة ك َ ْ
َّ ﺗ ﺎﻧت ن كْإ َِ
هﺎ ﻓ ََ ﻧق هﺎ أم ََّ
ﺗﻤَِى أ ْﺪَبﻋ
َ
ُن ﻟ
ﻪ ََﺎن ك َِ
ْإ ٍ ﻓ ُّعَ
ﺗطﻮ َ ْ
ِﻦ ِى م َب
ْﺪ ﻟﻌِ ْ َ ُوا
ﻫﻞ ُﺮ ْ
ل اﻧظ َ
َْﺌﺎ قﺎ ً هﺎ شَﻴ َِْن َ
َقﺺَ م ْ
اﻧﺘ
ﻠﻰََل ﻋ َُﺎْﻤ َ
ذ األﻋ َُ
ْﺧ ﺗؤُ َّ
ثم ُ ِِﻪ َﻮ
ُّﻋ ﺗطَ ِْﻦ
ﻪ م ََُﺘ
ِﻳض َﺮ
ِى ﻓ َب
ْﺪ ﻟﻌِ ُّﻮا ِﻤ َ
ل أﺗ ََﺎ ٌ ق َﻮ
ُّع ﺗطَ
.» ْ َاك
ُم ذ
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah
pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna,
maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit
kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika
hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada
pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan
seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas
budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah
padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan
10
\
berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.”
Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata,
‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau bersabda,
َِ
هﺎ َّ ََك
اّلِلُ ﺑ َﻌ
َﻓِالَّ ر ًﺪ
ة إ َْ
ّلِلِ سَﺠ
َِّ ﺪُُ َ َﻧكَ ال
ﺗسْﺠ َّإ
َِ َِّ ِ
ّلِلِ ﻓ ُﻮد َة
ِ اﻟسُّﺠ ْﺮ
َث ْكَ ﺑ
ِﻜ ﻠﻴََ
ﻋ
ًَ
ة ِﻴﺌَط
هﺎ ﺧ َِْكَ ﺑ
َنَّ ﻋَطَح ًَ
ة و َج َ
در
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan
menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan
bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh
Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini
adalah dorongan untuk memperbanyak sujud dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud
dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan
memperbanyak shalat sunnah.
ِِﻪُﻮئ
َض ِﻮ
ﻪ ﺑُُ ْﺘ
ﺗﻴََ
َأَ ﻓ
ﻠمَََّس
ِ وْﻪ
ﻠﻴََ َّ ﻠﻰ
اّلِلُ ﻋ ََّ َّ ِ
اّلِلِ ص َسُﻮل
َ ر َ ُ
مع ِﻴتَﺑ
ُ أْتُن
ك
َْ
ل أو ََﺎ ِ قَّة
َن ْ ِﻲ
اﻟﺠ َكَ ﻓ َﺘ
َقَاﻓ
مﺮ َ َ
ُ َُ أسْأُﻟك ﻠتُْ
َق ْ ﻓ
ِﻲ سَﻞ ََﺎ
ل ﻟ َق
ِ ﻓِﻪَﺘ
َﺎجَحو
ِ
ُﻮدِ اﻟسُّﺠَة ْﺮ
َثِﻜ ْس
ِكَ ﺑ ﻧف َ ﻠﻰََ
ِﻲ ﻋ ِّ
ِن َﻋَأل ﻓََﺎ َ ق َاك
َ ذ ُ ُ
ﻫﻮ ُْ
ﻠتِكَ قَﻟ
َ ذْﺮَﻴ
غ
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku membawakan
air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.”
Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau
bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau
menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud
(memperbanyak shalat).” (HR. Muslim no. 489)
ََال ََُّال
ة و ُم
ُ اﻟص َِﺎ
ﻟﻜ ْﻤَﻋ
َ أْﺮَﻴ ََّ
ن ﺧ ُﻮا أ َْ
ﻠﻤَاﻋُﻮا وْص
ﺗح ََﻟﻦ
ُ ْ ُﻮا و َق
ِﻴﻤ اسْﺘ
ٌ
ِﻦْم
مؤُ َِّال ُِﻮ
ء إ ُض ْ ﻠﻰ
اﻟﻮ ََ
ُ ﻋ
ِظَﺎﻓ
ﻳحُ
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5:
276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
َ
ِﻳﻦ َّ )62( ن
اﻟذ َُ
َﻧﻮْز َ ْ
ﻳح ﻫمُ ََال
ْ و ْه
ِم ََ
ﻠﻴٌ ﻋ َﻮ
ْف اّلِلِ َال ﺧ
َّ ء ََﺎ
ﻟﻴ َو
ِْ ن أ أََال إ
َِّ
)63( نَُﻮ
َّقﻳﺘ ُ َ
َ ﺎﻧﻮا ُﻮا و
َك من ََ آ
11
\
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
6. Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta
doanya pun mustajab
A. Simpulan
Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. ada
sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan,
namun tetap dilaksanakan oleh Rasulullah sebagai tauladan bagi umat Islam sedunia.
Maka dari itu, bolehlah kita klasifikasikan sholat sunnah menjadi 2, yaitu:
12
\
DAFTAR PUSTAKA
Abyan, Amir. (2008). Pendidikan Agama Islam Fikih. Semarang: PT karya Toha Putra.
Mughniyah, Jawad. (2010). Fiqih Lima madzab.Jakarta: Penerbit Lentera.
Darsono, Ibrahim. (2008). Penerapan fikih. Solo: Tiga Serangkai.
Taufiq, Abdurrahman. (2006). Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Azzam.
Bagir, Muhammad. (2008). Fiqh Praktis.Bandung: Penerbit Karisma.
Alhusaini.(2007). Kifayatul Akhyar. Surabaya: Bina Iman Printing.
Sabiq, Sayyid. (2004). Fiqhus Sunnah.Jakarta: Darul Fath
13