Anda di halaman 1dari 13

TEORI AKUNTANSI

ASET (ASSET)

NAMA : ANINDYA NURFITRIJANI


NPM : 14430159
KELAS : AKUNTANSI - G
ASET
PENGERTIAN
Aset merupakan elemen neraca pembentuk informasi
semantik berupa posisi keuangan dan merepresentasi potensi
jasa fisis dan nonfisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa. ASET adalah manfaat
ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang
diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil
transaksi atau kejadian masa lalu.
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat beberapa karakteristik utama yaitu:
1) Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung
manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti (probable). Ini
mengisyaratkan bahwa manfaat tersebut terukur dan dapat dikaitkan
dengan kemampuannya untuk mendatangkan pendapatan atau aliran
kas di masa datang. Atau Manfaat ekonomik aset ditunjukkan oleh potensi
jasa atau utilitas yang melekat padanya yaitu sumber daya atau kapasitas
langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi, dan pertukaran.
2) Dikuasai oleh Entitas
Atas dasar konsep substansi daripada bentuk, suatu objek cukup dikuasai
dan tidak perlu dimiliki oleh kesatuan usaha untuk dapat disebut sebagai
aset kesatuan usaha. Penguasaan dapat diperoleh melalui pembelian,
pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, pertukaran, peminjaman,
penjaminan, pengkonsignaan (leasing), dan berbagai transaksi komersial lainnya.
3) Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. Bahwa
aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria
untuk memenuhi definisi tetapi bukan criteria untuk pengakuan. Manfaat
ekonomik dan penguasaan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk
memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via
statemen keuangan (neraca). Kriteria pengakuan yang lain harus dipenuhi
(keterandalan, keberpautan, dan keterukuran). Jadi, definisi aset harus dibedakan
dengan pengakuan aset. Definisi hanya merupakan salah satu criteria pengakuan.
Beberapa KARAKTERISTIK MERUPAKAN PENDUKUNG yang meyakinkan
adanya aset. Karakteristik tersebut adalah:
(1) Melibatkan kos
(2) Berwujud
(3) Tertukarkan
(4) Terpisahkan, dan
(5) Penegasan atau kekuatan secara legal.
Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya
aset tetapi tidak harus dipenuhi untuk memasukkan suatu objek sebagai aset.
Penentuan kos suatu objek pada saat pemerolehan merupakan hal yang sangat
kritis karena penentuan ini akan mempengaruhi pengukuran aset dan biaya selanjutnya
khususnya pada tahap pembebanan. Pengukur aset pada saat pemerolehan yang paling
objektif adalah penghargaan sepakatan. Penghargaan sepakatan merupakan
estimator terbaik nilai sebenarnya (true value). Penghargaan sepakataan
menghindari adanya transaksi sepihak dan menjamin bahwa kos merupakan
nilai wajar pada saat transaksi. Keobjektifan dapat dicapai khususnya untuk barang-
barang yang standar yang mudah dijumpai dipasar bebas.

Kos yang melekat pada suatu aset ditentukan oleh batas kegiatan pemerolehan
dan jenis penghargaan. Secara konseptual, pembentuk kos suatu aset adalah semua
pengeluaran (pengorbanan sumber ekonomik) yang terjadi atau yang diperlukan akibat
kegiatan pemerolehan suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap pakai atau
berfungsi sesuai dengan tujuan pemerolehannya. Pengeluaran selama periode
pemerolehan masuk sebagai unsur kos aset.
Jenis Penghargaan Kos:
1) Bila transaksi terjadi dalam pemerolehan mekanisma pasar bebas
anatara pihak independen, kos tunai adalah adalah pengukuran aset yang
paling valid dan objektif.
2) Bila kos barang atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran dengan barang
atau jasa lain (nonkas), KOS merupakan jumlah tunai yang secara implisit
melekat pada nilai jual barang atau jasa yang diserahkan dalam pertukaran
tersebut. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara tunai atau kos tunai
terkandung atau implisit dari wujud penghargaann yang diserahkan oleh
pemeroleh aset.
3) Bila aset tanpa penghargaan (misalnya hadiah), kos aset ditentukan atas
dasar setara tunai atau kos tunai terkandung aset yang diterima pada
saat transaksi atau kejadian. Cara penentuan kos adalah unik untuk berbagai
jenis transaksi: barter, saham sebagai penghargaan, reorganisasi, hadiah/hibah,
temuan dan pembelian kredit.
PENGUKURAN ASET
Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan kriteria
pengakuan aset. Yang dimaksud dengan pengukuran dalam pembahasan disini adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat
terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Dengan konsep kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap
perlakuan sejalan dengan aliran fisis kegiatan usaha yaitu:
1) Tahap Pemerolehan (acquisition)
2) Tahap Pengolahan (processing)
3) Tahap Penjualan/Penyerahan (Sales/Delivery).

Secara aliran informasi, aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus direpresentasi
dalam kos sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan
representasi kuantitatif suatu objek. Oleh karena itu, kos juga mengalami tiga tahap akuntansi
mengikuti aliran fisis, yaitu:
1) Pengukuran (Measurement)
2) Penelusuran (Tracing)
3) Pembebanan (Charging)
PENILAIAN ASET
Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan makna
ekonomiknya di masa lalu, sekarang, atau mendatang. Penilaian biasanya digunakan
untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen
atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.

TUJUAN PENILAIAN ASET


Tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Dasar
penilaian aset akan relevan kalau penilaian tersebut dikaitkan dengan aliran kas ke badan
usaha. Aliran kas bersih ke badan usaha dapat diprediksi melalui informasi semantik
berupa: posisi keuangan, profitabilitas, likuiditas, dan solvensi yang penentuannya
melibatkan penilaian aset.
KONSEP DAN BASIS PENILAIAN ASET
Karena aset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu, basis
pengukuran untuk menilai aset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau
nilai pertukaran (exchange prices atau values). Nilai pertukaran dijadikan basis
karena dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan (reliability)
informasi.
Penilaian dapat didasarkan pada nilai masukan atau keluaran bergantung pada tujuan
menrepresentasi aset. Secara umum nilai masukan terdiri dari:
1. kos historis,
2. kos pengganti, dan
3. kos harapan
Sedangkan nilai keluaran terdiri atas:
1. harga jual masa lalu,
2. harga jual sekarang, dan
3. nilai terealisasi harapan.
PENILAIAN ASET MENURUT FASB
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat
dipresentasi dalam berbagai atribut penilaian aset, yaitu sebagai
berikut ini:
a. Historical Cost,
b. Current (replacement) Cost,
c. Current Market Value,
d. Net Realizable Value, dan
e. Present (or discounted) Value of Future Cash Flows.
PENYAJIAN ASET
Pengakuan dan penyajian aset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang
mengatur tiap pos-pos aset. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan
biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos atau jumlah rupiah yang
terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.
Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan
pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset diasajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang).
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi: Perekayasaan
Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai