Anda di halaman 1dari 7

29. Dapatkah sewaguna dikapitalisasi?

Apa saja kriteria FASB untuk mengkapitalisasi


sewaguna? Mengapa bila salah satu kriteria dipenuhi, FASB mewajibkan perusahaan
untuk mengkapitalisasi sewaguna?
Jawab Menurut FASB sewaguna dapat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satu
saja kriteria yang disebutkan dalam SFAS 13 berikut:
a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau
properitas (property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka
sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh memilih untuk
membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga
yang ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapatdipastikan di
muka bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan.
(bargain purchase option)
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik taksiran
properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur
ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur
ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.
d. Pada saat penandatanganan kontrak sewaguna, nilai sekarang semua
pembayaran sewaguna minimum selama jangka sewaguna adalah sama atau
lebih besar dari 90% nilai wajar bersih bagi pesewaguna (lessor). Nilai wajar
bersih bagi pesewaguna adalah nilai wajar dipandang dari sudut pesewaguna
setelah dikurangi dengan kredit pajak investasi (investment tax credit), kalau
ada, yang menjadi hak pesewaguna
Karena masing-masing butir dari kriteria yang diajukan oleh FASB memenuhi
definisi aset (suatu sewaguna untuk dicatat sebagai aset) atau lebih tepatnya dalam
hal ini menjadikan sewaguna secara substantif merupakan pembelian angsuran.
30. Evaluasilah kriteria kapitalisasi sewaguna menurut PSAK No. 30
Jawab Kriteria yang diajukan adalah sebagai berikut;
(a) Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang
disewagunausaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui
bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
(b) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah
dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
disewa gunausaha serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha
(full payout lease).
(c) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.
Evaluasi: Berbeda dengan kapitalisasi menurut FASB yang dengan hanya memenuhi
salah satu kriterianya saja sewaguna sudah dapat dikapitalisasi, menurut PSAK
sewaguna dapat dikapitalisasi ketika semua kriterianya terpenuhi.
Menurut kami, hal ini disebabkan oleh kriteria-kriteria dari FASB yang
masing-masing butirnya telah menjadikan sewaguna secara substantif merupakan
pembelian angsuran, jadi dengan terpenuhinya satu kriteria saja, sewaguna layak
untuk dikapitalisasi. Sedangkan kriteria-kriteria yang diajukan IAI bila dianalisis
secara terpisah, tidak satupun kriteria tersebut menjadikan suatu sewaguna secara
substantif merupakan pembelian angsuran padahal inilah yang seharusnya merupakan
esensi dari tiap kriteria.
Kriteria a hanya menyebutkan hak opsi untuk membeli, tersewaguna dapat
memilih untuk tidak membeli, sehingga sewaguna hanya menjadi sewaguna operasi.
Dengan kata lain, adanya hak opsi membeli tidak menjadikan sewaguna secara
substantif merupakan pembelian angsuran.
Kriteria b secara konseptual tidak valid dan secara intuitif tidak jelas sebagai
penentu kesubstantifan sewaguna sebagai pembelian karena tidak dibandingkan
dengan alternatif bagi tersewaguna untuk membeli tunai. Penggunaan nilai nominal
bukannya nilai sekarang (present value) mengabaikan pembelian tunai sebagai
alternatif atau pembanding untuk menentukan kesubstantifan transaksi sewaguna
sebagai pembelian.
Kriteria c sama sekali tidak mengandung makna kesubstantifan transaksi
sewaguna sebagai transaksi pembelian. Tanpa dikaitkan dengan umur ekonomik
properitas yang disewaguna, angka 2 (tahun) sama sekali tidak dapat dipakai untuk
menentukan apakah suatu transaksi adalah sewa-menyewa atau pembelian.

31 Uraikan sebanyak yang anda ketahui dengan mencari sumber-sumber acuan yang
berpaut tentang masalah kapitalisasi kos yang berkaitan dengan objek berikut ini:
a. Riset dan pengembangan (PSAK 20)
Alokasi biaya riset dan pengembangan pada periode yang berbeda
ditentukan dengan melihat hubungan antara biaya dan manfaat keekonomian yang
diharapkan perusahaan akan diperoleh dari kegiatan riset dan pengembangan
tersebut. Bila besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat
keekonomian masa depan dan biaya tersebut dapat diukur secara andal, maka
biaya-biaya tersebut memenuhi syarat untuk diakui sebagai aktiva. Sifat riset
adalah sedemikian rupa sehingga terdapat ketidakpastian (insufficient certainty)
bahwa manfaat keekonomian masa depan akan direalisasi sebagai hasil dari
pengeluaran riset tertentu. Oleh karena itu, biaya riset diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya. Kegiatan pengembangan merupakan tindak lanjut fase riset
dalam kegiatan riset dan pengembangan. Dalam beberapa hal, perusahaan dapat
menentukan probabilitas penerimaan manfaat keekonomian di masa mendatang.
Oleh karena itu biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria
tertentu yang mengindikasikan bahwa besar kemungkinan biaya-biaya tersebut
akan meningkatkan manfaat keekonomian masa depan.

b. Eksplorasi minyak dan gas bumi (PSAK 29)


Kegiatan eksplorasi meliputi penyelidikan topografi, geologi, geofisika,
pemboran sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi. Perlakuan biaya
eksplorasi dapat menggunakan baik metode Full Cost (FC) maupun Succesful
Efforts (SE).
Menurut metode Full Cost (FC) semua biaya dikapitalisasi sebagai bagian
dari aset minyak dan gas bumi di dalam suatu negara sebagai pusat biaya.
Sedangkan menurut metode Succesful Efforts (SE), semua biaya-biaya eksplorasi,
di luar biaya-biaya yang dialokasikan ke sumur-sumur eksplorasi (termasuk
sumur eksplorasi tipe stratigrafi) yang mempunyai cadangan terbukti,
diperlakukan sebagai beban pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Selanjutnya, kecuali tanah yang mempunyai nilai ekonomis, biaya-pemboran
sumur eksplorasi, baik tak berwujud maupun berwujud, dikapitalisasi kalau
ditemukan cadangan terbukti atau diperlakukan sebagai beban kalau cadangan
terbukti tersebut tidak ditemukan.

c. Selisih kurs valuta asing


Ada tiga standar dan satu interpretasi dalam SAK yang mengatur
akuntansi untuk selisih kurs yaitu PSAK 10, PSAK 11, PSAK 26, dan ISAK 4.
Ketentuan umum akuntansi selisih kurs diatur dalam PSAK No. 10 paragraf 28,
mengatur selisih kurs akibat penjabaran aktiva dan kewajiban moneter dalam
mata uang asing, tanggal neraca, dan laba rugi yang timbul dari transaksi valas
diakui dalam laporan rugi laba periode berjalan.
Namun demikian ada beberapa pengecualian untuk hal-hal tertentu,
yang diatur dalam PSAK 26, PSAK 11 par 32, dan PSAK 10 par 32.
Pengecualian pertama, dalam PSAK 26 tentang biaya pinjaman, terdapat 2
macam perlakuan: 1) langsung dibebankan pada periode terjadinya bila pinjaman
dana untuk memperoleh nonqualifying asset dan tujuan lain, 2) dikapitalisasi
ke dalam nilai asset, bila pinjaman diperoleh untuk memperoleh atau
merekonstruksi dan memproduksi aktiva yang qualifying asset.
Pengecualian kedua dalam PSAK 11 par 32, mengenai investasi neto pada
entitas asing, penjabarannya menimbulkan selisih kurs, selisih kurs langsung
masuk ke ekuitas.
Pengecualian yang ketiga adalah PSAK 10 par 32 dengan interprestasi ISAK 4
yang mengatur perlakuan akuntansi selisih kurs dalam keadaan terjadi depresiasi
luar biasa dan tidak mungkin dilakukan hedging.
d. Sumber daya manusia
Sampai saat ini pengukuran secara kuantitatif untuk menilai SDM dengan
sifat dasar akuntansi dimana pengukuran yang dipakai dalam unit moneter pada
bagiian aset masih menjadi suatu masalah. GAAP juga belum sepakat untuk
memasukkan SDM sebagai suatu elemen dalam balanced sheet. Namun terdapat
beberapa pengukuran yang ditawarkan salah satunya mengacu pada Buku Teori
Akuntansi karya Harahap pada tahun 2007. Dalam pengukuran ASDM terdapat
model penentuan biaya SDM yang memungkinkan untuk selanjutnya
dikapitalisasi.
Human Resource Cost Model (HRCM) merupakan model pengukuran
ASDM ini didasarkan pada biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pencarian,
pengembangan dan penggantian tenaga sebagai sumber daya organisasi. Dalam
HRCM terdapat tiga model pengukuran sebagai berikut.
a. The Historical Cost Model, model yang diperkenalkan oleh Flamholtz untuk
pengukuran dalam ASDM, yang mana mengidentifikasikan biaya awal ASDM
kedalam dua kelompok biaya sebagai berikut.
1) Acquisition Cost, yaitu semua pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan pejabat baru. Biaya langsung seperti biaya rekruitmen, biaya
seleksi, hiring, dan penempatan. Biaya tidak langsung biaya promosi dari
dalam perusahaan.
2) Learning Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melatih pegawai sampai
memiliki kualitas yang diharapkan untuk menduduki jabatan tersebut. Biaya
langsung seperti biaya training, orientasi, on the job training. Sementara biaya
tidak langsung adalah kerugian yang ditimbulkan dari berkurangnya
produktivitas.
b. The Replacement Cost Model. Model penilaian SDM diukur dengan menaksir
besarnya biaya yang akan dikeluarkan untuk mendapatkan pegawai yang sama
kualitasnya dengan yang ada sekarang.
c. The Opportunity Cost Model. Model yang dianjurkan oleh Hekimian dan Jones
(Belkaoi, 1995), dimana SDM diukur dengan proses penawaran yang bersifat
kompetitif yang dilakukan secara intern dengan didasarkan pada konsep
opportunity cost. Dalam model ini, investment center manager menawarkan
pegawai yang dinilai langka sehingga hanya mereka yang menjadi dasar
pengukuran. dan disinilah letak kelemahan model ini, karena pemilihan atau
kriteria ini dinilai bersifat subjektif dan diskriminatif.

32 Sebutkan dan jelaskan argumumen yang mendukung dan menolak kapitalisasi kos
Bunga
Jawab
Argumen Pendukung

beberapa argumen diajukan untuk mendukung kapitalisasi kos bunga.


Argumen-argumen tersebut adalah:

1. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan (readiness for intended use)


sebagai batas kegiatan pengukuran kos asset, kos bunga jelas merupakan
unsur kos asset. Hal ini sejalan dengan argumen yang ditunjukkan FASB
(SFAS no 34, prg. 40) berikut :

…the historical cost off acquiring an asset should include all cost
necessarily incurred to bring it to the condition and location necessary for
its intended use, the Board concluded that, in principle, the cost incurred in
financing expenditures for an asset during a required construction or
development period is itself a part of the asset’s historical acquisition cost.

2. Bilah kesatuan usaha tidak membangun sendiri faslitas fisis bersangkutan,


penghargaan kesepakatan sebagai kos pemerolehan pada umumnya
termasuk pula bunga yang harus dibayar oleh kontraktor selama
pembangunannya.
3. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi
(periode pemerolehan akan mendistorsi laba terutama kalau konstruksi di
danai dari pinjaman khusus untuk keperluan tersebut dengan kata lain,
pembebanan langsung menyimpang dari konsep penandingan yang tepat
(proper matching concept).
4. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos pendanaan
(financing cost) karena kalau pembangunan di danai dari penerbitan ekuitas
baru, kos pedanaan secara konseptual tetap terjadi dan digeser ke
pemegang saham dalam bentuk dividen yang pembyarannya mungkin
ditunda sampai pembangunan selesai.

Argumen Penolak

Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan


tersebut didasar atas argumen-argumen berikut :

1. Bunga lebih merupakan kos pedanaan dari pada unsur kos asset karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih
alternative pedanaan dengan ekuitas. Hal ini dibantah dengan argument
pendukung 4 di atas.
2. Dengan konsep nilai setara tunai (cash equivalent) atau nilai sekarang
aliran kas diskunan dalam mengukur kos suatu asset, kos pemerolehan
suatu fasilitas fisis harusnya tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan
cara pendanaan pembangunannya. Jadi, secara teoritis, kos suatu fasilitas
fisis yang dibangun sendiri oleh suatu kesatuan usaha yang mendanainya
dengan ekuitas seharusnya tidak akan berbeda dengan fasilitas yang sama
yang dibangun perusahaan lain yang mendanainya dengan hutang.
3. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai pembagian
laba (setara dengan deviden) dari pada sebagai upaya untuk memperoleh
pendapatan. Mengakui bunga sebagai kos fasilitas fisis sama saja dengan
penyangkalan konsep kesatuan usaha itu dan sama saja dengan pengakuan
kos hipotetis karena mengkapitalisasi bunga (setara deviden) seperti itu
sama saja dengan mengkapitalisasi deviden yang telah dibayarkan sebagai
asset.
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan
asset, alokasi kos bunga ke semua asset nonmoneter hanya akan kecil
pengaruhnya terhadap laba periodic karena jumlah yang periodic karena
jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu periode akan dikompensasi dengan
amortisasi bunga yang dikapitalisasi pada periode-periode sebelumnya.
Dengan demikian, manfaat informasional tambahan tidak sepadan dengan
kos akuntansi dan administrative tambahan sehingga tidak memenuhi
criteria manfaat lebih besar dari kos dalam karakteristik kualitatif
informasi.

Anda mungkin juga menyukai