Anda di halaman 1dari 8

1.

3 Pengakuan

Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut timbul akibat
transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Dengan mengutip Sterling, Belkaoui
( 1993, hlm. 194-195 ) menunjukkan kondisi perlu (necesarry) dan kondisi cukup (sufficient)
yang merupakan penguji (tests) yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu :

1. Deteksi adanya aset (detection of existence test).


2. Sumber ekonomik dan kewajiban(ecomic resources and obligation test).
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test).
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test).
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test).
6. Verifikasi (verification test).

Apa yang dikemukakan tersebut merupakan suatu Kaidah Pengakuan(recognition rules) yang
merupakan petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan FASB
yaitu definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena
kriteria pengakuan sifatnya konseptual dan umum.

Beban Tangguhan

Untuk beberapa kasus, pelaksanaan kaidah menjadi pelik karena karakteristik unik kos yang
terlibat menyebabkan keraguan. Diperlakukan sebagai aset meragukan karena manfaat
ekonomik masa depan tidak cukup pasti, sementara kalau diperlakukan sebagai biaya atau
dibebankan ke pendapatan tahun terjadi nya juga tidak pas karena asosiasi dengan pendapatan
sulit untuk ditentukan Diperlakukan sebagai rugi juga tidak tepat karena kos merepresentasi
upaya yang sah dan wajar. Kesulitan semacam ini menimbulkan praktik bahwa kos-kos semacam
itu (kos organisasi, riset dan pengembangan, dan semacamnya) ditampung dalam satu pos yang
disebut beban tangguhan (deferred charges).

Sewaguna

Sewaguna (lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuan aset karena di Amerika pada
mulanya sewaguna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset tetap atau fasilitas fisis tanpa
harus menunjukkan utang yang timbul dari pemerolehan tersebut. Dengan kata lain, sewaguna
diperlakukan sebagai sewa menyewa biasa sehingga jumlah rupiah sewa yang dibayarkan
diperlakukan sebagai biaya sewa. Praktik semacam ini, disebut dengan pendanaan lepas-neraca
(off-balance-sheet financing), dipandang tidak sehat dari segi pelaporan keuangan karena
terdapat utang yang cukup besar yang tidak dilaporkan dalam neraca.

Oleh karena itu, dengan konsep dasar substansi di atas bentuk (substance over form), FASB
mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang timbul dari sewaguna dan
mengakui (mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna sebagai aset perusahaan kalau secara
substantif perjanjian sewaguna tersebut seb enamya merupakan pembelian angsuran. Yang
menjadi masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat
dinyatakan sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini (SFAS No.
13, prg. 7) :

1. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau properitas
(property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.
2. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli pada
tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang ditetapkan dan
harga tersebut cukup murah, sehingga dapatdipastikan di muka bahwa tersewaguna
akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal semacam ini disebut bargain
purchase option.
3. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik taksiran properitas
sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur ekonomik mulai dari
penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur ekonomik total, kriteria ini tidak
berlaku.
4. Pada saat penandatanganan kontrak sewaguna, nilai sekarang semua pembayaran
sewaguna minimun selama hangka sewaguna adalah sama atau lebih besar dari 90%
nilai wajar bersih bagi pesewaguna (lessor)

IAI mengeluarkan standar untuk mengkapitalisasi Sewaguna. kriteria yang diajukan adalah
(PSAK No. 30, Bab II, prg. 3) yaitu :
a) Penyewa guna usaha memiiiki hak opsi untuk membeli aset yang disewagunausahakan
pada akhir masa masa sewa guna usaha dengan harga yang disetujui bersama pada saat
dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan

nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang


disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewaguna usaha
(full payout lease).
c) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.

Kos Bunga

Telah disebutkan bahwa kos suatu aset adalah semua pengeluaran (menjadi unsur kos) yang
diperlukan untuk menyiapkan aset tersebut sampai siap dipakai atau dikonsumsi sebagaimana
direncanakan (intend use). FASB menyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga adalah
untuk mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling merefleksi investasi total kesatuan
usaha dalam aset dan untuk membebankan suatu kos yang berkaitan dengan pemerolehan
suatu sumber ekonomik yang akan memberi manfaat di masa datang untuk ditandingkan
dengan pendapatan yang dihasilkan oleh manfaat tersebut. Tujuan akhir dimaksudkan agar
terjadi penandingan yang tepat terutama bila waktu pembangunan atau periode pemerolehan
(acquisition period) cukup lama.

Argumen Pendukung

Beberapa argumen diajukan untuk mendukung kapitalisasi kos bunga. Argumen tersebut adalah
:

1. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan (readyness for intended use) sebagai

batas kegiatan pengukuran kos aset, kos binga jelas merupakan unsur kos aset.
2. la kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis bersangkutan, penghargaan
sepakatan sebagai kos pemerolehan pada umumnya termasuk pula bunga yang harus
dibayar oleh kontraktor selama pembangunannya.
3. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi (periode
pemerolehan) akan mendistorsi laba terutama kalau konstruksi didanai dari pinjaman
khusus untuk keperluan tersebut.
4. Kos bunga selama masa pembangungan bukan merupakan kos pendanaan (financing
cost) karena kalau pembangunan didanau dari penerbitan ekuitas baru, kos pendanaan
secara konseptual tetap terjadi dan digeser ke pemegang saham dalam bentuk dividen
yang pembayarannya mungkin ditunda sampai pembangunan selesai.

Argumen Penolak

Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan tersebut didasarkan atas


argumen-argumen berikut:

1. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur kos aset karena perusahaan
sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih alternatif pendanaan
dengan ekuitas.
2. Dengan konsep nilai setara tunai (cash equivalent) atau nilai sekarang aliran kas diskunan
(discounted future cash outflows) dalam mengukur kos suatu aset, kos pemerolehan
suatu fasilitas fisis seharusnya tidak dipengaruhi oleh kebijakan pemilihan cara
pendanaan pembangunannya.
3. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba (setara
dengan dividen) daripada sebagai Upaya (effort) untuk memperoleh pendapatan.
Mengakui bunga sebagai kos fasilitas fisis sama saja dengan penyangkalan konsep
kesatuan usaha itu dan sama saja dengan pengakuan kos hipotetis karena
mengkapitaliaasi bunga (setara dividen) seperti itu sama saja dengan mengkapitalisasi
dividen yang telah dibayarkan sebagai aset.
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan aset, alokasi

kos bunga ke semua aset nonmoneter hanya akan kecil pengaruhnya terhadap laba
periodik karena jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu periode akan dikompensasi
dengan amortisasi bunga yang dikapitalisasi pqda periode-periode sebelumnya.

Alternatif Perlakuan
Berbagai argumen yang mendukung dan menolak tersebut menghasilkan berbagai
kemungkinan perlakuan kos bunga selama masa pembangunan. Beberapa alternatif perlakuan
adalah :

1. Bunga tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai biaya periode.


2. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai bagian dari kos fasilitas fisis yang dibangun
sendiri. Jumlah yang dikapitalisasi dapat sebesar:
a. Jumlah rupiah seluruh bunga yang sesungguhnya dibayar atau terjadi untuk dana
yang khusus dipinjam untuk pembangunan.
b. Jumlah rupiah semua bunga yang sesungguhnya dibayar atau terjadi untuk semua
dana pinjaman yang ada. Ini dilakukan apabila tidak ada dana khusus yang
disediakan untuk pembangunan aset bersangkutan.
c. Bunga dikapitalisasi sebesar jumlah rupiah bunga implisit dana yang tertanam dalam
perusahaan tanpa memperhatikan sumbernya.
3. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen kos fasilitas fisis yang

dibangun sendiri. Besarnya bunga yang dikapitalisasi dapat didasarkan pada perhitungan
seperti pada alternatif 2.

Standar Yang Mengatur

Standar akuntansi menentukan aset yang memenuhi syarat (cukup disebut aset memenuhi)
untuk dilekati kos bunga (qualifying assets) yang dalam PSAK No. 26 disebut aset tertentu. FASB
(SFAS No. 34, prg. 9) menetapkan bahwa kapitalisasi bunga hendaknya dilakukan hanya untuk
aset yang memenuhi syarat:

1. Aset. yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan
(termasuk aset yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain atas pesanan perusahaan
untuk digunakan sendiri oleh perusahaan dan untuk pesanan/kontrak tersebut
perusahaan melakukan pembayaran uang muka atau pembayaran bertahap atas dasar
kemajuan pekerjaan pembangunan aset bersangkutan).
2. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai suatu unit atau projek
yang berdiri sendiri terpisah dari kegiatan operasi lainnya (misalnya kapal, kawasan
industri, estat real, jembatan, atau semacamnya).
3. Investasi jangka panjang (ekuitas, pinjaman, dan penanaman kas) yang diperlakukan
dengan metoda ekuitas sementara terinvestasi (investee) sedang melaksanakan kegiatan
pembangunan fasilitas fisis asalkan kegiatan tersebut mengamalkan dana investasi itu
untuk memperoleh fasilitas fisis tersebut.

karakteristik lain suatu aset yang tidak dapat menjadi objek kapitalisasi adalah :

1. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan
penggunaan dalam operasi menghasilkan pendapatan.
2. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan perusahaan dan
juga tidak mengalami penyelesaian/perbaikan atau kegiatan lain yang diperlukan untuk
menjadikan aset tersebut siap digunakan dalam operasi.
3. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasian perusahaan induk dan
perusahan-perusahaan anaknya.
4. Investasi yang diperlakukan dengan metoda ekuitas setelah kegiatan operasi utama yang
direncanakan oleh terinvestasi dimulai.
5. Investasi dalam perusahaan regulasian (regulated investees) yang mengkapitalisasi baik
kos utang maupun ekuitas (cost of debt and equity capital)
6. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang dibatasi penggunaannya oleh
penghadiah atau penghibah semata-mata untuk pemerolehan aset tersebut.

Besarnya Kapitalisasi Bunga

Secara teknis, jumlah rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu periode akuntansi selama
periode pemerolehan adalah tingkat bunga atau tarif kapitalisasi (capitalization rate) dikalikan
dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi selama periode akuntansi tersebut. Jumlah
rupiah bunga total yang dikapitalisasi tentu saja tidak boleh melebihi jumlah rupiah bunga total
yang terjadi dalam periode tersebut.

Tingkat bunga pinjaman yang khusus digunakan untuk pembangunan aset dapat digunakan
sebagai tarif kapitalisasi kalau dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi
dana pinjaman khusus tersebut. Kalau dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi melebihi
jumlah dana pinjaman khusus untuk konstruksi, tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang
tertanam tersebut adalah rata-rata berbobot ( weighted average) tingkat bunga sumber dana
lainnya.

Periode Kapitalisasi

Kapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk periode pemerolehan (acquisition period) sehingga
periode tersebut menjadi periode kapitalisasi. Periode kapitalisasi dimulai ketika tiga kondisi
berikut dipenuhi:

1. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.


2. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan sampai siap
dipakai masih berlangsung.
3. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan berjalannya
pembangunan aset.

Pengungkapan

Hal-hal berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelasan statemen keuangan:

1. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama periode dan
dibebankan sebagai biaya periode tersebut.
2. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian yang
dikapitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai