Anda di halaman 1dari 22

1

MODUL PERKULIAHAN

P322130002 –
Perencanaan
Pajak
Sewa Guna Usaha

Abstrak Sub-CPMK

Pertemuan ini berisi tentang Sub-CPMK 5.3 – Sewa Guna Usaha


perencanaan pajak atas menurut standar akuntansi, Sewa
sewa guna usaha Guna Usaha dalam ketentuan pajak,
perencanaan pajak Sewa Guna Usaha

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi


13 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP.
Pendahuluan
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor (pemilik aset) memberikan hak kepada
lessee (penyewa) untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama periode
waktu yang disepakati. Mengendalikan penggunaan artinya suatu entitas menentukan
suatu aset digunakan tetapi mungkin tidak menggunakan secara langsung. Standar
akuntansi yang berlaku untuk sewa adalah PSAK 73 yang mengadopsi IFRS 16 tentang
sewa, dan menggantikan PSAK 30 tentang sewa, ISAK 23 tentang sewa operasi, dan
ISAK 25 tentang hak atas tanah. Secara umum, sewa diklasifikasikan menjadi 1) sewa
operasi (operating lease) dan sewa pembiayaan (capital lease).
A. Sewa Operasi
Ciri-ciri dari sewa operasi antara lain:
1) Masa sewa dalam jangka pendek
2) Aset dapat digunakan oleh penyewa namun tetap dimiliki oleh yang menyewakan
3) Tidak ada / tidak terjadi transfer kepemilikan pada akhir sewa
4) Pemeliharaan aset yang disewakan biasanya oleh pihak yang menyewakan
5) Penyajian dalam laporan keuangan diakui dan disajikan sebagai beban sewa
dalam laporan laba rugi dan tidak disajikan dalam neraca baik aset, utang maupun
beban operasi (off balance sheet)

Ada beberapa keuntungan sewa operasi, antara lain:


1) Memperoleh pendanaan dengan rate tetap
2) Untuk aset yang cepat sekali berubah teknologinya akan tepat karena
investasinya lebih murah dan fleksibel.
3) Keuntungan dari pajak (beban menjadi lebih besar)
4) Tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan sebagai aset dan utang (off
balance sheet). Rasio keunangan lebih bagus: rasio efisiensi (sales/total aset;
sales/aset tetap) rasio leverage (debt/equity; laba operasi/interest)
5) Entitas tidak perlu memelihara aset karena seringkali maintenance dilakukan
oleh pihak yang menyewakan.
6) Menghemat kas dan pendanaan di masa sekarang karena biaya yang
dikeluarkan sebesar biaya sewa.

Sedangkan beberapa kerugian sewa operasi, antara lain:


1) Entitas tidak memiliki aset untuk operasi yang disajikan dalam laporan
keuangan

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
2) Keberlanjutan entitas dapat terganggu jika sewa di masa akan datang tidak
diperoleh & untuk aset utama entitas cukup berisiko jika menggunakan sewa
operasi
3) Untuk alat-alat khusus sulit diperoleh
4) Seringkali lebih mahal daripada membeli aset
5) Tidak dapat dimanfaatkan optimal jika cepat terjadi perubahan teknologi
6) Penggunaan terbatas & tergantung perjanjian sewa
7) Tidak dapat dijadikan jaminan bank

Pada sewa operasi, pembayaran sewa oleh lessee diakui sebagai beban dengan
dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat
lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna.
Sedangkan pada sewa operasi, Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di
neraca sesuai sifat aset tersebut. Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai
pendapatan dengan garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain
yang lebih mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan aset menurun. Biaya
langsung awal yg dikeluarkan oleh lessor ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan
dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan
pendapatan sewa. Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan
kebijakan penyusutan normal untuk aset sejenis, dan dihitung sesuai PSAK 16 dan PSAK
19 (par 50).

B. Sewa Pembiayaan
Sewa pembiayaan / capital lease / finance lease merupakan bentuk pendanaan
jangka panjang atau pembelian secara angsuran. Sewa pembiayaan merupakan transfer
risiko dan manfaat aset kepada pihak leasse (kriteria umum sesuai dengan PSAK 30:
sewa dan ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa, dalam PSAK 73 masih digunakan
dari sisi Pesewa / Lessor).
Pada sewa pembiayaan, lesse mengakui atau melakukan pencatatan aset dan
amortisasi, serta melakukan pengakuan utang dan beban bunga. Sedangkan pada
pengakuan awal, lessor tidak lagi mengakui aset, dan mengakui piutang dan pendapatan
bunga.
Investasi sewa neto adalah investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan tingkat
bunga implisit dalam sewa. Investasi sewa bruto adalah penjumlahan agregat dari
pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor, dan Nilai residu yang tidak
dijamin, yang menjadi hak lessor.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Investasi sewa neto = PV (MLP + unguaranteed residual value).
Nilai investasi sewa neto ini biasanya sama dengan nilai wajar aktiva pada awal
sewa (inception of the lease). Selisih antara nilai Investasi sewa bruto dan nilai Investasi
sewa neto adalah Penghasilan pembiayaan tangguhan (unearned finance income).
Setelah penagkuan awal, penerimaan pembayaran dari piutang sewa diperlakukan
sebagai pembayaran pokok dan penghasilan pembiayaan oleh lessor. Pengakuan
penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat
pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa
pembiayaan.

Standar Akuntansi
PSAK 73 diterbitkan dengan mengadopsi IFRS 16 Leases, dan menggantikan
PSAK 30 terkait dengan sewa, ISAK 8, ISAK 23 Sewa Operasi, ISAK 24, dan ISAK 25
Hak atas Tanah. Tanggal efektif 1 Januari 2020, dengan penerapan dini diperkenankan
hanya jika menerapkan PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan.
Tujuan standar PSAK 73 adalah untuk menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi
tunggal khususnya untuk penyewa. Dan pokok pengaturannya adalah tentang penyewa
yang disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna (right-of-use assets) dan liabilitas sewa,
kecuali untuk sewa jangka-pendek dan sewa yang aset pendasarnya (underlying assets)
bernilai-rendah. Pesewa mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa operasi atau sewa
pembiayaan dan mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda.
Ruang lingkup PSAK 73 mengatur seluruh sewa termasuk sewa aset hak-guna
dalam subsewa masuk dalam ruang lingkup PSAK 73, kecuali:
 Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam, dan
sumber daya serupa yang tidak dapat diperbarui, (PSAK 64);
 Sewa aset biologis (PSAK 69);
 Perjanjian konsesi jasa (ISAK 16);
 Lisensi kekayaan intelektual (PSAK 72)
 Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi (PSAK 19) untuk item
seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip, hak paten dan hak cipta.

Penyewa dapat memilih untuk tidak menerapkan persyaratan dalam paragraf 22–49
untuk sewa jangka-pendek dan sewa yang aset pendasarnya bernilai-rendah. Jika

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
menerapkan opsi pengecualian maka beban sewa diakui sebagai beban baik dengan
dasar garis lurus, atau sitematik lain yang merepresentasikan pola manfaat penyewa.
Entitas mencatat sewa sebagai sewa jangka pendek, penyewa mempertimbangkan
sebagai sewa baru jika:
• Terdapat modifikasi sewa; atau
• Terdapat perubahan masa sewa

Pemilihan sewa jangka-pendek dibuat berdasarkan kelas aset pendasar yang terkait
dengan hak guna. Kelas aset pendasar adalah pengelompokan aset pendasar dengan
sifat dan penggunaan yang serupa dalam operasi entitas. Pemilihan untuk sewa yang
aset pendasarnya bernilai rendah dapat dilakukan atas dasar sewa-per-sewa.
Sewa jangka pendek jika masa sewa kurang dari 12 bulan dan tidak mengandung
opsi beli, sedangkan sewa aset bernilai rendah jika aset pendasar tidak memiliki
ketergantungan atau interalasi dengan aset lain, rendah secara absolut tanpa
memperhatikan materialitas. Ketika aset baru bernilai material, maka penilaian dari aset
baru. Jika aset disubsewakan maka tidak memenuhi aset bernilai rendah, contoh laptop,
HP, furniture.
Dalam identifikasi sewa dijelaskan bahwa suatu kontrak merupakan, atau
mengandung, sewa jika kontrak tersebut memberikan hak untuk mengendalikan
penggunaan aset identifikasian selama suatu jangka waktu untuk dipertukarkan dengan
imbalan. Jangka waktu dapat dideskripsikan sebagai jumlah penggunaan aset misal unit
produksi. Entitas menilai kembali kontrak jika syarat dan ketentuan kontrak berubah.
Dengan kata lain, sewa dapat teridentifikasi jika:
a. Aset identifikasian ditetapkan secara eksplisit atau secara implisit, Pemasok
(supplier tidak memiliki hak substitusi substantive), dan bagian kapasitas aset
secara fisik dapat dibedakan.
b. Penyewa secara substantial mendapat manfaat ekonomik dari penggunaan aset,
dan Penyewa mengarahkan penggunaan aset
c. Kontrak mengandung sewa

Entitas menentukan masa sewa sebagai periode sewa yang tidak dapat dibatalkan,
dan juga:
(a) Periode yang dicakup oleh opsi untuk memperpanjang sewa jika penyewa cukup
pasti untuk mengeksekusi opsi tersebut; dan
(b) Periode yang dicakup oleh opsi untuk menghentikan sewa jika penyewa cukup pasti
untuk tidak mengeksekusi opsi tersebut.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sewa tidak lagi dapat dipaksakan ketika penyewa dan pesewa masing-masing
memiliki hak untuk menghentikan sewa tanpa izin dari pihak lain dengan denda yang tidak
signifikan.
 Jika hanya penyewa yang memiliki hak untuk menghentikan sewa, maka hak
tersebut dipertimbangkan sebagai opsi untuk menghentikan sewa yang tersedia
untuk dipertimbangkan ketika menentukan masa sewa.
 Jika hanya pesewa yang memiliki hak untuk menghentikan sewa, maka periode
sewa meliputi periode yang tercakup oleh opsi untuk menghentikan sewa tersebut.

Masa sewa dimulai pada tanggal permulaan dan meliputi periode sewa cuma-cuma
yang diberikan pesewa kepada penyewa. Entitas merevisi masa sewa jika terdapat
perubahan dalam periode sewa yang tidak dapat dibatalkan. Sebagai contoh, periode
sewa akan berubah jika:
• Penyewa mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan
masa sewa;
• Penyewa tidak mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam penentuan
masa sewa;
• Suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual mewajibkan penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewa;
atau
• Suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual membatasi penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam menentuan masa sewa.

Penyewa menilai kembali apakah cukup pasti untuk mengeksekusi opsi


perpanjangan, atau untuk tidak mengeksekusi opsi penghentian, pada saat terjadinya
peristiwa signifikan atau perubahan signifikan dalam kondisi yang:
 Berada dalam pengendalian penyewa; dan
 Mempengaruhi apakah penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi opsi yang
sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewa, atau untuk tidak
mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam penentuan masa sewa

Lessee / Penyewa
Pada tanggal permulaan, penyewa mengakui aset hak-guna dan liabilitas sewa.
Pada tanggal permulaan, penyewa mengukur aset hak-guna pada biaya perolehan. Biaya
perolehan aset hak guna, antara lain sebagai berikut:

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Jumlah pengukuran awal liabilitas sewa, (par 26);
 Pembayaran sewa yang dilakukan pada atau sebelum tanggal permulaan, dikurangi
dengan insentif sewa yang diterima;
 Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh penyewa; dan
 Estimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh penyewa dalam membongkar dan
memindahkan aset pendasar, merestorasi tempat di mana aset berada atau
merestorasi aset pendasar ke kondisi yang disyaratkan oleh syarat dan ketentuan
sewa, kecuali biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk menghasilkan persediaan.
Penyewa dikenai kewajiban atas biaya-biaya tersebut baik pada tanggal permulaan
atau sebagai konsekuensi dari telah menggunakan aset pendasar selama periode
tertentu.

Estimasi Biaya pembongkaran, antara lain sebagai berikut:


 Penyewa mengakui estimasi biaya pembongkaran sebagai bagian dari biaya
perolehan aset hak-guna ketika timbul kewajiban atas biaya-biaya tersebut.
 Penyewa menerapkan PSAK 14: Persediaan untuk biaya yang dikeluarkan selama
periode tertentu sebagai konsekuensi dari telah menggunakan aset hak-guna untuk
menghasilkan persediaan selama periode tersebut.
 Kewajiban atas biaya yang dicatat dengan menerapkan Pernyataan ini atau PSAK
14, diakui dan diukur dengan menerapkan PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
dan Aset Kontinjensi.

Pada tanggal permulaan, penyewa mengukur liabilitas sewa pada nilai kini
pembayaran sewa yang belum dibayar pada tanggal tersebut. Pembayaran sewa
didiskontokan dengan menggunakan suku bunga implisit dalam sewa, jika suku bunga
tersebut dapat ditentukan. Jika suku bunga tersebut tidak dapat ditentukan, maka
penyewa menggunakan suku bunga pinjaman inkremental penyewa.
Pembayaran dapat berupa: sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku
bunga acuan, pembayaran bervariasi yang merefleksikan harga sewa pasar. Pembayaran
sewa meliputi:
 Pembayaran tetap (termasuk pembayaran tetap secara-substansi sebagaimana
dideskripsikan dalam paragraf PP42), dikurangi dengan piutang insentif sewa;
 Pembayaran sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku bunga yang
pada awalnya diukur dengan menggunakan indeks atau suku bunga pada tanggal
permulaan (sebagaimana dideskripsikan dalam paragraf 28);

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Jumlah yang diperkirakan akan dibayarkan oleh penyewa dalam jaminan nilai
residual;
 Harga eksekusi opsi beli jika penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi opsi
tersebut
 Pembayaran penalti karena penghentian sewa, jika masa sewa merefleksikan
penyewa mengeksekusi opsi untuk menghentikan sewa.

Setelah tanggal permulaan, penyewa mengukur aset hak-guna dengan menerapkan


model biaya, kecuali entitas menerapkan model pengukuran lain.
Jika pengukuran sewa dilakukan dengan Model Biaya, maka:
1) Penyewa mengukur aset hak-guna pada biaya perolehan:
• Dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan
nilai;
• Disesuaikan dengan pengukuran kembali liabilitas sewa.
2) Penyewa menerapkan persyaratan penyusutan dalam PSAK 16 dalam
menyusutkan aset hak-guna, dengan mempertimbangkan persyaratan:
• Jika sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada penyewa pada akhir masa
sewa atau jika biaya perolehan merefleksikan penyewa akan mengeksekusi opsi
beli, maka penyewa menyusutkan aset hak-guna dari tanggal permulaan hingga
akhir umur manfaat aset pendasar.
• Jika tidak, maka penyewa menyusutkan aset hak-guna dari tanggal permulaan
hingga tanggal yang lebih awal antara akhir umur manfaat aset hak-guna atau
akhir masa sewa.
3) Penyewa menerapkan PSAK 48 untuk menentukan apakah aset hak-guna
mengalami penurunan nilai dan mencatat kerugian penurunan nilai.

Jika penyewa menerapkan model nilai wajar sesuai PSAK 13: untuk aset properti
investasinya, maka penyewa juga menerapkan model nilai wajar untuk aset hak-guna
yang memenuhi definisi properti investasi dalam PSAK 13: Properti Investasi. Jika aset
hak-guna terkait dengan kelas aset tetap di mana penyewa menerapkan model revaluasi
sesuai PSAK 16: Aset Tetap, maka penyewa dapat memilih untuk menerapkan model
revaluasi tersebut untuk seluruh aset hak-guna yang terkait dengan kelas aset tetap
tersebut.

Setelah tanggal permulaan, penyewa mengukur liabilitas sewa dengan:


• Meningkatkan jumlah tercatat untuk merefleksikan bunga atas liabilitas sewa;

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Mengurangi jumlah tercatat untuk merefleksikan sewa yang telah dibayar; dan
• Mengukur kembali jumlah tercatat untuk merefleksikan penilaian kembali atau
modifikasi sewa yang ditetapkan dalam paragraf 39–46, atau untuk merefleksikan
pembayaran sewa tetap secara-substansi revisian.

Bunga atas liabilitas sewa pada masing-masing periode adalah jumlah yang
menghasilkan suku bunga periodik yang konstan atas sisa saldo liabilitas sewa. Penyewa
mengakui dalam laba rugi, kecuali biaya tersebut sudah termasuk dalam jumlah tercatat
aset lain dengan menerapkan Pernyataan lain yang relevan:
• Bunga atas liabilitas sewa; dan
• Pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa
pada periode di mana kejadian atau kondisi yang memicu pembayaran tersebut
terjadi.

Penyewa mengakui jumlah pengukuran kembali liabilitas sewa sebagai


penyesuaian terhadap aset hak-guna. Jika jumlah tercatat aset hak-guna berkurang
menjadi nol dan masih terdapat pengurangan dalam pengukuran liabilitas sewa, maka
penyewa mengakui sisa jumlah pengukuran kembali dalam laba rugi.
Penyewa mengukur kembali liabilitas sewa dengan mendiskontokan pembayaran
sewa revisian menggunakan tingkat diskonto revisian, jika:
• Terdapat perubahan masa sewa, sebagaimana dideskripsikan dalam paragraf 20–
21. Penyewa menentukan pembayaran sewa revision berdasarkan masa sewa
revisian; atau
• Terdapat perubahan pada penilaian atas opsi untuk membeli aset pendasar, dinilai
dengan mempertimbangkan kejadian dan keadaan yang dideskripsikan dalam
paragraf 20–21 dalam konteks opsi beli. Penyewa menentukan pembayaran sewa
revisian untuk merefleksikan perubahan dalam jumlah terutang dalam opsi beli.

Penyewa menentukan tingkat diskonto revisian sebagai suku bunga implisit dalam
sewa untuk sisa masa sewa, jika tingkat diskonto revisian tersebut dapat ditentukan; atau
suku bunga pinjaman inkremental penyewa pada tanggal penilaian kembali, jika suku
bunga implisit dalam sewa tidak dapat ditentukan.
Penyewa mengukur kembali liabilitas sewa dengan mendiskontokan pembayaran
sewa revisian, jika:
• Terdapat perubahan dalam jumlah yang diperkirakan akan dibayar dalam jaminan
nilai residual.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Terdapat perubahan pembayaran sewa masa depan sebagai akibat dari perubahan
indeks atau suku bunga yang digunakan untuk menentukan pembayaran tersebut.
Penyewa mengukur kembali liabilitas sewa untuk merefleksikan pembayaran sewa
revisian tersebut hanya ketika terdapat perubahan dalam arus kas (yaitu ketika
terdapat penyesuaian pembayaran sewa). Penyewa menentukan pembayaran sewa
revision untuk sisa masa sewa berdasarkan pembayaran kontraktual revisian.

Penyewa menggunakan tingkat diskonto yang tidak berubah, kecuali perubahan


pembayaran sewa berasal dari perubahan dalam suku bunga mengambang. Dalam hal
tersebut, penyewa menggunakan tingkat diskonto revisian yang merefleksikan perubahan
dalam suku bunga.
Penyewa menyajikan dalam laporan posisi keuangannya, atau mengungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangannya:
• Aset hak-guna secara terpisah dari aset lainnya.
• Jika penyewa tidak menyajikan aset hak-guna secara terpisah dalam laporan posisi
keuangan, maka penyewa:
o Menyajikan aset hak-guna dalam pos yang sama dengan pos yang digunakan
untuk menyajikan aset pendasar serupa jika aset tersebut dimiliki; dan
o Mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi keuangan yang mencakup
o Aset hak-guna tersebut.
• Liabilitas sewa secara terpisah dari liabilitas lain.
• Jika penyewa tidak menyajikan liabilitas sewa secara terpisah dalam laporan posisi
keuangan, maka penyewa mengungkapkan pos mana dalam laporan posisi
keuangan yang mencakup liabilitas tersebut.

Persyaratan penyajian aset hak guna terpisah tidak diterapkan pada aset hakguna
yang memenuhi definisi properti investasi, yang disajikan dalam laporan posisi keuangan
sebagai properti investasi. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain,
disajikan:
• Beban bunga atas liabilitas sewa
• Beban penyusutan untuk aset hak-guna.
• Beban bunga atas liabilitas sewa merupakan komponen biaya keuangan, di mana
PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan paragraf 82(b) mensyaratkan untuk disajikan
secara terpisah

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam laporan arus kas, penyewa mengklasifikasikan:
• Pembayaran kas untuk bagian pokok liabilitas sewa dalam aktivitas pendanaan;
• Pembayaran kas untuk bagian bunga liabilitas sewa dengan menerapkan
persyaratan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas untuk pembayaran bunga; dan
• Pembayaran sewa jangka-pendek, pembayaran sewa aset bernilai rendah, dan
pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam pengukuran liabilitas sewa
dalam aktivitas operasi.

Tujuan pengungkapan adalah agar penyewa dapat mengungkapkan informasi


dalam catatan atas laporan keuangan, serta informasi yang diberikan dalam laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, yang memberikan dasar bagi
pengguna laporan keuangan untuk menilai dampak sewa terhadap posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas penyewa.
Penyewa mengungkapkan informasi tentang sewanya dalam catatan atas laporan
keuangan atau bagian terpisah dalam laporan keuangannya. Penyewa tidak perlu
menduplikasi informasi yang telah disajikan di bagian lain dalam laporan keuangan, jika
informasi tersebut telah tercakup melalui referensi silang dalam catatan tunggal atau
bagian terpisah tentang sewa.
Penyewa mengungkapkan jumlah berikut ini untuk periode pelaporan:
1) Beban penyusutan untuk aset hak-guna berdasarkan kelas aset pendasar;
2) Beban bunga atas liabilitas sewa;
3) Beban yang terkait dengan sewa jangka-pendek yang dicatat dengan menerapkan
paragraf 06. Beban ini tidak termasuk beban yang terkait dengan sewa dengan
masa sewa 1 bulan atau kurang;
4) Beban yang terkait dengan sewa aset bernilai-rendah yang dicatat dengan
menerapkan paragraf 06. Beban ini tidak termasuk beban yang terkait dengan sewa
jangka-pendek atas aset bernilai-rendah yang ada dalam paragraf 53(c);
5) Beban yang terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam
pengukuran liabilitas sewa;
6) Pendapatan dari mensubsewakan aset hak-guna;
7) Total pengeluaran kas untuk sewa;
8) Penambahan aset hak-guna;
9) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan sewabalik; dan
10) Jumlah tercatat aset hak-guna pada akhir periode pelaporan berdasarkan kelas aset
pendasar.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Penyewa memberikan pengungkapan dalam format tabel, kecuali format lain lebih
tepat. Jumlah yang diungkapkan meliputi biaya yang telah penyewa masukkan dalam
jumlah tercatat aset lain selama periode pelaporan. Penyewa mengungkapan jumlah
komitmen sewa untuk sewa jangka-pendek yang dicatat dengan menerapkan paragraf 06
Jika aset hak-guna memenuhi definisi properti investasi, maka penyewa
menerapkan persyaratan pengungkapan dalam PSAK 13. Dalam hal tersebut, penyewa
tidak disyaratkan untuk memberikan pengungkapan dalam paragraph 53(a), (f), (h), atau
(j) untuk aset hak-guna tersebut.
Jika penyewa mengukur aset hak-guna pada jumlah revaluasian dengan
menerapkan PSAK 16: Aset Tetap, maka penyewa mengungkapkan informasi yang
disyaratkan oleh PSAK 16: Aset Tetap paragraf 77 untuk aset hak-guna tersebut.
Penyewa mengungkapkan analisis jatuh tempo atas liabilitas sewa dengan
menerapkan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan paragraph 39 dan PP11
secara terpisah dari analisis jatuh tempo liabilitas keuangan lain.
Sebagai tambahan, penyewa mengungkapkan informasi kualitatif dan kuantitatif
tambahan tentang aktivitas sewanya, Informasi tambahan ini dapat meliputi, namun tidak
terbatas pada informasi yang dapat membantu pengguna laporan keuangan untuk
menilai:
a. Sifat aktivitas sewa penyewa;
b. Pengeluaran kas masa depan yang berpotensi memberikan dampak kepada
penyewa yang tidak terefleksikan dalam pengukuran liabilitas sewa. Ini termasuk
dampak yang timbul dari:
o Pembayaran sewa variabel;
o Opsi perpanjangan dan opsi penghentian;
o Jaminan nilai residual;
o Sewa yang belum dimulai oleh penyewa yang telah berkomitmen.
c. Pembatasan atau perjanjian yang timbul dari sewa; dan d. transaksi jual dan sewa-
balik

Penyewa yang mencatat sewa jangka-pendek atau sewa aset bernilai- rendah
dengan menerapkan paragraf 06 mengungkapkan fakta tersebut.

Lessor / Pesewa
Pesewa mengklasifikasi masing-masing sewanya baik sebagai sewa operasi atau
sewa pembiayaan. Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
pendasar. Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tersebut tidak
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset pendasar.
Apakah suatu sewa merupakan sewa pembiayaan atau sewa operasi bergantung
pada substansi transaksi daripada bentuk kontraknya.
Contoh situasi yang secara individual atau gabungan yang akan menyebabkan
sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
a) Sewa mengalihkan kepemilikan aset pendasar kepada penyewa pada akhir masa
sewa;
b) Penyewa memiliki opsi untuk membeli aset pendasar pada harga yang diperkirakan
cukup rendah dari nilai wajar pada tanggal opsi tersebut mulai dapat dieksekusi
sehingga menjadi cukup pasti, pada tanggal insepsi, bahwa opsi tersebut akan
dieksekusi;
c) Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomik dari aset pendasar meski hak
kepemilikan tidak dialihkan;
d) Pada tanggal insepsi, nilai kini dari pembayaran sewa setidaknya mencakup secara
substansial seluruh nilai wajar aset pendasar; dan
e) Aset pendasar bersifat khusus sehingga hanya penyewa yang dapat
menggunakannya tanpa modifikasi signifikan.

Indikator situasi yang secara individual atau gabungan juga dapat menyebabkan
sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan adalah:
a) Jika penyewa dapat membatalkan sewa, maka kerugian pesewa yang terkait
dengan pembatalan tersebut ditanggung oleh penyewa;
b) Keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residual terutang pada penyewa
(sebagai contoh, dalam bentuk potongan harga rental yang sama dengan sebagian
besar hasil penjualan pada akhir sewa); dan
c) Penyewa memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua pada
harga rental yang secara substansial lebih rendah daripada rental pasar.

Pada tanggal permulaan, pesewa mengakui aset yang dimiliki dalam sewa
pembiayaan dalam laporan posisi keuangan dan menyajikannya sebagai piutang pada
jumlah yang sama dengan investasi neto sewa.
Pesewa menggunakan suku bunga implisit dalam sewa untuk mengukur investasi
neto sewa. Jika suku bunga implisit dalam subsewa tidak dapat ditentukan, maka
pesewa- antara dapat menggunakan tingkat diskonto yang digunakan dalam sewa utama

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
(disesuaikan dengan biaya langsung awal yang terkait dengan subsewa) untuk mengukur
investasi neto dalam subsewa. Biaya langsung awal, selain yang ditimbulkan oleh pesewa
pabrikan atau diler, dimasukkan dalam pengukuran awal investasi neto sewa dan
mengurangi jumlah penghasilan yang diakui sepanjang masa sewa.
Pembayaran sewa yang termasuk dalam pengukuran investasi neto sewa meliputi
pembayaran atas hak untuk menggunakan aset pendasar selama masa sewa yang belum
diterima pada tanggal permulaan sebagai berikut:
a) Pembayaran tetap (termasuk pembayaran tetap secara-substansi), dikurangi
dengan insentif sewa terutang;
b) Pembayaran sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku bunga, yang
pada awalnya diukur dengan menggunakan indeks atau suku bunga pada tanggal
permulaan;
c) Jaminan nilai residual yang diberikan kepada pesewa oleh penyewa, pihak yang
terkait dengan penyewa, atau pihak ketiga yang tidak terkait dengan pesewa yang
secara finansial mampu melaksanakan kewajibannya dalam jaminan tersebut;
d) Harga eksekusi opsi beli jika penyewa cukup yakin untuk mengeksekusi opsi
tersebut, dan
e) Pembayaran penalti karena menghentikan sewa, jika penyewa akan mengeksekusi
opsi untuk menghentikan sewa.

Pesewa mengakui penghasilan keuangan sepanjang masa sewa, berdasarkan


suatu pola yang merefleksikan tingkat imbalan periodik yang konstan atas investasi neto
sewa pesewa.
Pesewa mengalokasikan penghasilan keuangan sepanjang masa sewa dengan
dasar yang sistematik dan rasional. Pesewa menerapkan pembayaran sewa terkait
dengan periode tersebut untuk mengurangi pokok dan penghasilan keuangan yang belum
diterima.
Pesewa menerapkan penghentian pengakuan dan penurunan nilai dalam PSAK 71.
Pesewa meninjau ulang secara reguler nilai residual takterjamin estimasian yang
digunakan dalam menghitung investasi bruto sewa. Jika terdapat pengurangan nilai
residual takterjamin estimasian, maka pesewa merevisi alokasi penghasilan selama masa
sewa dan segera mengakui setiap pengurangan jumlah yang terutang.
Pesewa yang mengklasifikasikan aset dalam sewa pembiayaan sebagai dikuasai
untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dikuasai untuk dijual) dengan menerapkan PSAK 58.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pesewa mengakui pembayaran sewa dari sewa operasi sebagai penghasilan
dengan dasar garis lurus atau dasar sistematik lain. Pesewa menerapkan dasar
sistematik lain jika dasar tersebut lebih merepresentasikan pola manfaat dari penggunaan
aset pendasar yang menurun.
Pesewa mengakui biaya, termasuk penyusutan, yang timbul dalam mendapatkan
penghasilan sewa sebagai beban. Pesewa menambahkan biaya langsung awal yang
timbul dalam mendapatkan sewa operasi pada jumlah tercatat aset pendasar dan
mengakui biaya tersebut sebagai beban sepanjang masa sewa atas dasar yang sama
dengan penghasilan sewa.
Kebijakan penyusutan atas aset pendasar yang dapat disusutkan untuk sewa
operasi konsisten dengan kebijakan penyusutan normal pesewa untuk aset serupa sesuai
PSAK 16 dan PSAK 19: Aset Tak berwujud.
Pesewa menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset untuk menentukan apakah
aset pendasar untuk sewa operasi mengalami penurunan nilai. Pesewa pabrikan atau
diler tidak mengakui laba penjualan dalam sewa operasi karena hal tersebut tidak
ekuivalen dengan penjualan.
Pesewa menyajikan aset pendasar sewa operasi dalam laporan posisi keuangan
sesuai dengan sifat aset pendasar tersebut. Tujuan pengungkapan adalah agar pesewa
mengungkapkan informasi dalam catatan atas laporan keuangan, serta informasi yang
ada dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, yang
memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai dampak sewa
terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas pesewa. Paragraf 90–97
menetapkan persyaratan bagaimana tujuan ini dapat tercapai.

Pesewa mengungkapkan jumlah sebagai berikut untuk periode pelaporannya:


a. Untuk sewa pembiayaan:
1) Laba atau rugi penjualan;
2) Penghasilan keuangan atas investasi neto sewa; dan
3) Penghasilan yang terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak
termasuk dalam pengukuran investasi neto sewa.
b. Untuk sewa operasi, penghasilan sewa, secara terpisah mengungkapkan
penghasilan yang terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak bergantung
pada suatu indeks atau suku bunga.
1) Pesewa memberikan pengungkapan yang ditetapkan dalam paragraph 90
dalam bentuk format tabel, kecuali format lain lebih tepat.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


15 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
2) Pesewa mengungkapkan tambahan informasi kualitatif dan kuantitatif mengenai
aktivitas sewa untuk memenuhi tujuan pengungkapan. Informasi tambahan
tersebut termasuk, namun tidak terbatas pada, informasi yang membantu
pengguna laporan keuangan untuk menilai:
• Sifat aktivitas sewa pesewa; dan
• Bagaimana pesewa mengelola risiko yang terkait dengan hak yang
dipertahankan pada aset pendasar. Khususnya, pesewa mengungkapkan
strategi manajemen risiko untuk hak yang dipertahankan pada aset
pendasar, termasuk cara-cara pesewa mengurangi risiko tersebut. Cara
tersebut dapat mencakup, sebagai contoh, perjanjian beli-kembali, jaminan
nilai residual, atau pembayaran sewa variabel untuk penggunaan di atas
batas yang telah ditetapkan.

Pengungkapan pada Sewa Pembiayaan, Pesewa memberikan penjelasan kualitatif


dan kuantitatif atas perubahan signifikan pada jumlah tercatat investasi neto dalam sewa
pembiayaan. Pesewa mengungkapkan analisis jatuh tempo piutang pembayaran sewa,
dengan menunjukkan pembayaran sewa yang tidak didiskontokan yang akan diterima
secara tahunan minimum untuk 5 tahun pertama dan jumlah total untuk sisa tahun.
Pesewa merekonsiliasi pembayaran sewa yang tidak didiskontokan pada investasi neto
sewa. Rekonsiliasi mengidentifikasi penghasilan keuangan yang belum diterima terkait
piutang pembayaran sewa dan nilai residual takterjamin yang didiskontokan.
Pengungkapan pada Sewa Operasi, untuk item aset tetap yang merupakan sewa
operasi, pesewa menerapkan persyaratan pengungkapan yang ada dalam PSAK 16: Aset
Tetap. Pesewa memisahkan tiap-tiap kelas aset tetap ke dalam aset yang merupakan
sewa operasi dan aset yang bukan sewa operasi.
Pesewa memberikan pengungkapan sesuai PSAK 16: Aset Tetap untuk aset yang
merupakan sewa operasi (berdasarkan kelas aset pendasar) secara terpisah dari aset
yang dimiliki sendiri dan digunakan pesewa. Pesewa menerapkan persyaratan
pengungkapan dalam PSAK 13: Properti Investasi, PSAK 19, PSAK 48: Penurunan Nilai
Aset, dan PSAK 69: Agrikultur untuk aset yang merupakan sewa operasi. Pesewa
mengungkapkan analisis jatuh tempo pembayaran sewa yang menunjukkan pembayaran
sewa yang tidak didiskontokan yang akan diterima secara tahunan minimum untuk 5
tahun pertama dan jumlah total untuk sisa tahun.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


16 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ketentuan Pajak
Sehubungan dengan sewa guna usaha, Pasal 2 KMK Nomor 1169 Tahun 1991
menjelaskan terdapat 2 kelompok yaitu: 1) sewa guna usaha dengan hak opsi dan 1)
sewa guna usaha tanpa hak opsi.
Pasal 3 KMK 1169/KMK.01/1991 menambahkan bahwa kegiatan sewa guna usaha
digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria
berikut:
1. Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan. (Penggolongan jenis barang modal
ini ditetapkan berdasarkan ketentuan Pasal 11 UU PPh).
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

Pasal 14 KMK-1169/KMK.01/1991 menjelaskan perlakuan PPh Bagi Lessor Pada


Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi.
1. Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran sewa
guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha.
2. Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan
dengan hak opsi
3. Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa guna usaha yang
seharusnya, DJP melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor
4. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata
saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak opsi. Piutang
sewa-guna-usaha (Lease Receivable) adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-
guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
5. Kerugian yang diderita karena piutang sewa-guna-usaha yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang
telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan
6. Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung
sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


17 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan
bruto.

Pasal 16 KMK-1169/KMK.01/1991 menjelaskan perlakuan PPh Bagi Lessee Pada


Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi.
1. Selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas
barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi
untuk membeli
2. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan
3. Pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut memenuhi
ketentuan untuk digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha dengan hak opsi
4. Dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa sewa guna usaha yang
seharusnya, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya SGU (Ketentuan lebih
lanjut mengenai ketentuan PPh dan PPN nya)
5. Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang
dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi

Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari
lessor kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan PPN (Pasal 15 KMK-
1169/KMK.01/1991). Ketentuan lebih lanjut diatur di SE-129/PJ/2010 Dalam hal BKP
berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal dari pemasok (supplier),
1. BKP tersebut dianggap diserahkan secara langsung oleh PKP pemasok (supplier)
kepada lessee;
2. Lessor tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP karena dianggap hanya menyerahkan
jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai PPN;
3. PKP pemasok wajib menerbitkan Faktur Pajak kepada lessee dengan
menggunakan identitas lessee sebagai pembeli BKPk/penerima JKP (tidak
menggunakan metode qualitate qua (q.q.)).
4. DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah sebesar Harga Jual dari PKP
pemasok.
5. Penggunaan qualitate qua (q.q) pada bagian nama dan/atau NPWP pembeli BKP
atau penerima JKP pada Faktur Pajak yang telah diterbitkan oleh PKP pemasok

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


18 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
(supplier) sebelum diberlakukannya Surat Edaran ini (sebelum tanggal 29
November 2010) dapat dibenarkan dan tidak menjadikan Faktur Pajak tersebut
cacat.

Dalam hal BKP berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal dari
persediaan yang telah dimiliki oleh lessor:
1. Lessor pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu:
• Penyerahan jasa pembiayaan yang tidak dikenai PPN;dan
• Penyerahan BKP, yang merupakan objek PPN.
2. Lessor harus dikukuhkan sebagai PKP dan harus menerbitkan Faktur Pajak atas
penyerahan BKP tersebut kepada lessee. Pengukuhan lessor sebagai PKP ini
dilakukan dengan tetap memperhatikan batasan Pengusaha Kecil menurut
ketentuan Undang-Undang PPN.
3. DPP yang dicantumkan dalam Faktur Pajak adalah Harga Jual, tidak termasuk
unsur bunga yang diminta atau seharusnya diminta oleh lessor karena jasa
pembiayaan yang diserahkannya.

Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha


dengan hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada
permulaan masa sewa-guna-usaha.
Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang
modal yang disewa-guna-usaha. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka
waktu perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-
usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha. Dalam
hal lessee menggunakan opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai sisa
barang modal.
Pasal 4 KMK 1169/KMK.01/1991 menambahkan bahwa kegiatan sewa guna usaha
digolongkan sebagai sewa guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria
berikut:
1. Jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor (harga perolehan barang
modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh
lessor ≥jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha
pertama )
2. Perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


19 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perlakuan PPh Bagi Lessor Pada Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi (Pasal 17
Ayat (1) KMK-1169/KMK.01/1991):
1. Seluruh pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh
lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan
2. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-
usahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh.

Perlakuan PPh Bagi Lessee Pada Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi (Pasal 17
Ayat (2) KMK-1169/KMK.01/1991):
1. Pembayaran sewa-guna-usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh
lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-
usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.

Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha tanpa hak opsi dari lessor
kepada lessee, terhutang Pajak Pertambahan Nilai. (Pasal 18 KMK-1169/KMK.01/1991)
SE-129/PJ/2010 menjelaskan dalam hal penyewa guna usahaan kembalinya
merupakan sewa guna usaha tanpa hak opsi:
1. Penyerahan BKP dari lessee kepada lessor (sale) dikenai PPN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
2. Penyerahan jasa sewa guna usaha tanpa hak opsi oleh lessor kepada lessee
(leaseback) dikenai PPN sebagaimana kegiatan usaha sewa menyewa pada
umumnya.

Perencanaan Pajak
Dari pembahasan bagaimana standar akuntansi mengakui dan menyajikan sewa
guna usaha baik sewa operasi atau sewa pembiayaan dan bagaimana ketentuan pajak
menjelaskan dampak dari sewa guna usaha dengan hak opsi atau sewa guna usaha
tanpa hak opsi, Wajib Pajak dapat memilih mana yang akan dipilih dan sesuai dengan
perencanaan pajak perusahaan apakah akan membayar pajak di masa kini atau di
kemudian hari sesuai aturan pajak atas sewa guna usaha.
Pajak terkait bukan hanya pemotongan pajak penghasilan (Withholding Tax) saja
namun juga pengakuan biaya-biaya sehubungan dengan aset sewa guna usaha yang

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


20 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
berdampak pada laba rugi penghasilan kena pajak yang menjadi dasar dari pajak
penghasilan pasal 17 di akhir tahun.
Tabel 13.1 Perbedaan Pajak atas Sewa Guna Usaha
No. Hal SGU Hak Opsi SGU Tanpa Hak Opsi
1 Objek PPh Yang menjadi objek adalah Seluruh pembayaran SGU
jasa SGU saja (bukan atas
barang yang diSGUkan)
2 Penyusutan Lessor dan Lessee tidak boleh Lessor membebankan biaya
menyusutkan barang modal, penyusutan atas barang modal
hingga barang sudah dibeli dg
hak opsi baru dapat
disusutkan Lessee dengan
dasar NSB saat pengalihan
3 Pembayaran Merupakan biaya yang dapat Merupakan biaya yang dapat
SGU dikurangkan(kecuali dikurangkan
pembebanan atas tanah)
4 PPh 23 Tidak Ada Ada (Dipotong Lessee)
5 Atas Tidak dikenakan PPN Dikenakan PPN
penyerahan
jasa dalam
transaksi
SGU dari
lessor
kepada
lessee

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


21 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Pohan, C. A. 2013. Manajemen perpajakan. Jakarta. Gramedia
Siswanto, E.H. & Tarmidi, D. 2020. Akuntansi Pajak Teori dan Praktik. Jakarta. Raja
Grafindo
Suandi, E. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta. Salemba Empat
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat.
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta. Salemba Empat.
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Zain, M. 2007. Manajemen Pajak. Jakarta. Salemba Empat

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


22 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai