PSAK :
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Leasing
Capital /Financial
Operating Leasing
Leasing
Aset yang diperoleh lessee seolah sudah Perusahaan bisa mendapatkan aset dengan
merupakan miliknya sendiri, bukan milik lessor. skala besar tanpa memunculkan ekses utang pada
Lessee mencatat aset tersebut pada neraca dengan neraca untuk tahun-tahun berikutnya. Fungsinya
menambah jumlah aktiva (IAS 17 dan PSAK 30). sebagai off balance sheet financing.
PKN STAN 2017
Kebijakan Akuntansi Leasing mendatang
1 Januari 2019, istilah off balance sheet financing tidak diberlakukan terutama di negara-negara yang
menggunakan IFRS 16 tentang Leasing, termasuk Indonesia. Pemberlakuannya di Indonesia lebih lama
setahun, yakni mulai 1 Januari 2020 seiring penerapan PSAK. 73 tentang Sewa. Berakhirnya fungsi off
balance sheet financing itu terjadi karena dengan ketentuan baru IFRS tersebut nilai operating lease yang
dahulu tidak muncul pada neraca, kini harus dimunculkan dengan keterangan ‘hak untuk menggunakan
aset lease’ (right on use of asset) yang sekaligus dicatat sebagai utang/ kewajiban lease (lease liability)
Perubahan mendasar ini disebabkan oleh perubahan kebijakan yang menganggap semua leasing
adalah capital/ financial leasing karena lessee tidak diperbolehkan lagi menggunakan skema operating
leasse. Tidak ada lagi pengelompokan operating leasing dan capital/ finance leasing, sehingga pilihan
yang tersisa hanyalah leasing atau sewa.
Pasal 16 ayat (2) : “Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang
dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi (capital/finance lease)”.
Pasal 17 ayat (2) huruf b: “Lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-
usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan (operating lease) atau terutang kepada lessor.” Perlakuan PPN-nya
diatur Pasal 15: “Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari lessor kepada
lessee, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.”
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSOR
1) Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran
sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;
2) LESSOR TIDAK BOLEH MENYUSUTKAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA GUNA
USAHAKAN DENGAN HAK OPSI;
3) Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3
Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan
pihak lessor;
4) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah
persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak
opsi.
5) Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah
dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan;
6) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai
penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan
bruto.
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSEE
1) SELAMA MASA SEWA GUNA USAHA, LESSEE TIDAK BOLEH MELAKUKAN
PENYUSUTAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA GUNA USAHA, SAMPAI
SAAT LESSEE MENGGUNAKAN HAK OPSI UNTUK MEMBELI;
2) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan;
3) PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG OLEH
LESSEE KECUALI PEMBEBANAN ATAS TANAH, MERUPAKAN BIAYA YANG
DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO LESSEE SEPANJANG
TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA TERSEBUT MEMENUHI KRITERIA SEWA
GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI;
4) Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan
dalam kriteria sewa guna usaha dengan hak opsi (Pasal 3 KMK
No.1169/KMK.01/1991), Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya sewa guna usaha.
Pembayaran Angsuran SGU (pokok + Deductible Expenses; kecuali pembebanan tanah Angsuran adalah Obyek Pajak
bunga) WP tidak memungut PPh Pasal 23
Penyusutan Tidak dapat menyusutkan, sampai saat lessee Tidak dapat menyusutkan
menggunakan hak opsi untuk membeli. Setelah (karena statusnya sudah
lessee menggunakan hak opsi untuk membeli dijual)
barang tsb,lessee dapat menyusutkan dan dasar
penyusutan menggunakan Residual Value barang
modal yang bersangkutan.
PKN STAN 2017
CAPITAL/FINANCIAL LEASE
1. Obyek PPh =Seluruh Pembayaran Sewa – Angsuran Pokok;
2. Lessor TIDAK berhak menyusutkan;
3. Lessor DAPAT membentuk cadangan piutang tak tertagih yang dikurangkan dari penghasilan
bruto setinggi-tinginya 2,5% dari rata-rata Saldo Awal danSaldo Piutang;
4. Lessor tidak terutang PPN;
5. Transaksi sewa dengan SGU dari Lessor ke Lessee TIDAK dikenakan PPN;
6. PPh Pasal 25 = Jumlah PPh Terutang per triwulan dibagi 12;
7. Lessee TIDAK boleh melakukan penyusutan atas barang modaql yang disewa guna usaha sampai
saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli;
8. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan
penyusutan dan dsar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;
9. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna
usaha tersebut memenuhi ketentuan;
10. Lessee TIDAK memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi;
11. Dalam hal masa sewa lebih pendek dari yang ditentukan, Dirjen Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya sewa;
Reimburstment PPN
Pembayaran + PPN
Non-Obyek PPN
FP Non – PPh 23
“Lessor QQ SUPPLIER/ Obyek PPN
Lessee”
DEALER
PKN STAN 2017
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG BERAKHIR MENJADI
LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA USAHA YANG DISYARATKAN
Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh Lessor = Obyek PPh
Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa guna usahakan,
sedangkan Lesse tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa guna
usahakan.
Pembayaran SGU oleh Lesse adalah Deductible Exepenses /Lessee harus memotong PPh
Pasal 23
Penghitungan PPh Pasal 25 triwulanan yang disetahunkan tidak berlaku (SE-29/PJ.4/1992)
Bagi Lessor terutang PPN.
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK OPERATING LEASE
Lessee Lessor
1. Lessee tidak boleh melakukan 1. Seluruh pembayaran sewa guna usaha
penyusutan atas barang modal yang diterima atau diperoleh merupakan
yang disewa guna usahakan. obyek PPh Pasal23.
2. Pembayaran sewa guna usaha yang 2. Berhak menyusutkan barang yang disewa
dibayarkan atau yang terutang guna usahakan dimulai pada tahun pajak
adalah biaya yang dapat barang modal yang bersangkutan
dikurangkan dari penghasilan disewa-guna-usahakan
bruto. 3. Lessor tidak diperkenankan membentuk
3. Lesse memotong PPh Pasal 23 cadangan penghapusan piutang ragu-
setiap kali membayar sewa kepada ragu.
Lessor dengan dasar perhitungan 4. Lessor memungut pajak pertambahan
pemotongan PPh Pasal 23 nilai nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan
LESSEE
4
Barang modal Barang modal
LESSOR
Uang sewa 2
3
1
Pembelian
Kas/Bank 25.000.000
Kas/Bank 25.000.000
Kas/Bank 25.000.000
Kas/Bank 25.000.000
Kas/Bank 25.000.000
Kas/Bank 10.800.000
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas transaksi itu terjadi
pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera.
Jika harga jual di bawah nilai wajar, laba atau rugi harus diakui segera, kecuali rugi
tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah
dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara
proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan aset tersebut.
Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan
diamortisasi selama periode penggunaan aset .
Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada transaksi jual dan sewa kembali lebih
rendah daripada nilai tercatatnya, rugi sebesar selisih antara nilai tercatat dan nilai
wajar harus diakui segera.
PKN STAN 2017
Contoh 1: Sale & Leaseback Transactions
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT. BUANA menjual sebuah
mesin dengan nilai buku sebesar Rp 750.000.000 kepada PT
UTAMA dengan harga jual Rp 950.000.000 dan menyewa
kembali aset yang dijual itu dengan beberapa kondisi
sebagai berikut:
1) Masa sewa selama 10 tahun, Uang muka sebesar Rp
200.000.000 dan pembayaran angsuran leasing setiap awal
tahun sebesar Rp 107.107.000. Tingkat suku bunga
sebesar 10%.
2) Mesin itu memiliki nilai wajar sebesar Rp 950.000.000 pada
tgl 1 Januari 2016 dan estimasi masa manfaat 20 tahun.
Metode penyusutan adalah garis lurus.
3) PT. BUANA memiliki opsi untuk memperbarui leasing
untuk sisa masa leasing 10 tahun dengan pembayaran
angsuran leasing sebesar Rp 100.000.000 per tahun.
PKN STAN 2017
Kepemilikan mesin akan beralih pada akhir masa leasing.
Jurnal : Sale & Leaseback Transactions
LESSOR LESSE
2. Penyerahan hak atas harta yang dijual (transaksi sale) termasuk dalam pengertian
penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
terutang PPN jika memenuhi syarat Ps.16-D UU PPN.
1)Penyerahan hak atas alat berat (BKP) yang dijual oleh PT. ABC
kepada perusahaan leasing (transaksi sale termasuk dalam
pengertian penyerahan BKP, dengan sepanjang Pajak Masukan atas
perolehan alat berat tersebut oleh PT. ABC dapat dikreditkan,
dikenakan PPN ;