Anda di halaman 1dari 43

AKUNTANSI PERPAJAKAN

Sewa guna usaha (LEASING)

PKN STAN 2017


Definisi dan Jenis Leasing

PSAK :
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Leasing

Capital /Financial
Operating Leasing
Leasing
Aset yang diperoleh lessee seolah sudah Perusahaan bisa mendapatkan aset dengan
merupakan miliknya sendiri, bukan milik lessor. skala besar tanpa memunculkan ekses utang pada
Lessee mencatat aset tersebut pada neraca dengan neraca untuk tahun-tahun berikutnya. Fungsinya
menambah jumlah aktiva (IAS 17 dan PSAK 30). sebagai off balance sheet financing.
PKN STAN 2017
Kebijakan Akuntansi Leasing mendatang
1 Januari 2019, istilah off balance sheet financing tidak diberlakukan terutama di negara-negara yang
menggunakan IFRS 16 tentang Leasing, termasuk Indonesia. Pemberlakuannya di Indonesia lebih lama
setahun, yakni mulai 1 Januari 2020 seiring penerapan PSAK. 73 tentang Sewa. Berakhirnya fungsi off
balance sheet financing itu terjadi karena dengan ketentuan baru IFRS tersebut nilai operating lease yang
dahulu tidak muncul pada neraca, kini harus dimunculkan dengan keterangan ‘hak untuk menggunakan
aset lease’ (right on use of asset) yang sekaligus dicatat sebagai utang/ kewajiban lease (lease liability)

Perubahan mendasar ini disebabkan oleh perubahan kebijakan yang menganggap semua leasing
adalah capital/ financial leasing karena lessee tidak diperbolehkan lagi menggunakan skema operating
leasse. Tidak ada lagi pengelompokan operating leasing dan capital/ finance leasing, sehingga pilihan
yang tersisa hanyalah leasing atau sewa.

Syarat terpenuhinya Leasing :


IFRS 16  Aset yang ditransaksikan dapat diidentifikasi, dapat ditelusuri
keberadaannya, wujudnya, letaknya, dan pemiliknya.
 Perusahaan atau lessee yang akan menggunakan aset hasil sewa guna
usaha itu dapat memanfaatkannya secara langsung.
Jika dahulu pada skema operating lease
ada biaya operating leasing, maka karena
 Apabila jangka waktunya lebih dari 12 bulan dan nilainya material atau
operating lease kini dianggap sebagai cukup besar, maka kontraknya akan dianggap sebagai leasing. Jika
finance/capital leasing, biaya yang jangka waktu dan nilainya tidak memenuhi ketentuan itu, kontraknya
muncul PKN
adalahSTAN
biaya 2017
penyusutan dan dianggap sebagai sewa-menyewa biasa.
biaya bunga
Definisi Leasing
(KMK Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 Nopember 1991

SGU adalah suatu kegiatan pembiayaan dalam


bentuk penyediaan barang modal baik secara SGU
dengan hak opsi (financial lease) maupun SGU
tanpa hak opsi (operating lease) untuk
dipergunakan oleh lesse selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala

PKN STAN 2017


KMK No. 1169/KMK.01/1991
FINANCIAL LEASE OPERATING LEASE
Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai
dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut : sewa guna usaha tanpa hak opsi apabila
1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna memenuhi semua kriteria berikut :
usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, 1. Jumlah pembayaran sewa gunausaha selama
harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan masa sewa guna usaha pertama tidak dapat
keuntungan lessor; menutupi harga perolehan barang modal
2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 yang disewa guna usahakan ditambah
(dua) tahun untuk barang modal Golongan I, 3 (tiga) tahun keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun 2. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat
untuk Golongan bangunan; ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai
opsi bagi lessee.

Pasal 16 ayat (2) : “Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-usaha yang
dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa-guna-usaha dengan hak opsi (capital/finance lease)”.
Pasal 17 ayat (2) huruf b: “Lessee wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran sewa-guna-
usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan (operating lease) atau terutang kepada lessor.” Perlakuan PPN-nya
diatur Pasal 15: “Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi dari lessor kepada
lessee, dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.”
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSOR
1) Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran
sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha;
2) LESSOR TIDAK BOLEH MENYUSUTKAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA GUNA
USAHAKAN DENGAN HAK OPSI;
3) Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam Pasal 3
Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan
pihak lessor;
4) Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua setengah
persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa-guna-usaha dengan hak
opsi.
5) Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah
dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan;
6) Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak
sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung sebagai
penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka
kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan
bruto.
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN BAGI LESSEE
1) SELAMA MASA SEWA GUNA USAHA, LESSEE TIDAK BOLEH MELAKUKAN
PENYUSUTAN ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA GUNA USAHA, SAMPAI
SAAT LESSEE MENGGUNAKAN HAK OPSI UNTUK MEMBELI;
2) Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa
(residual value) barang modal yang bersangkutan;
3) PEMBAYARAN SEWA GUNA USAHA YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG OLEH
LESSEE KECUALI PEMBEBANAN ATAS TANAH, MERUPAKAN BIAYA YANG
DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO LESSEE SEPANJANG
TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA TERSEBUT MEMENUHI KRITERIA SEWA
GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI;
4) Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan
dalam kriteria sewa guna usaha dengan hak opsi (Pasal 3 KMK
No.1169/KMK.01/1991), Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya sewa guna usaha.

PKN STAN 2017


Hak Opsi
Hak Lesse untuk membeli barang modal (aktiva
tetap) yang di SGU-kan atau memperpanjang
jangka waktu SGU.

PKN STAN 2017


Pasal 3 KMK No. 1169/KMK.01/1991
Syarat untuk Financial Lease
a. Jumlah pembayaran selama masa SGU pertama ditambah
dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutupi harga
perolehan barang modal dan keuntungan penyedia jasa (lessor);
b. Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang
modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan
III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan; dan
c. Perjanjian SGU memuat adanya ketentuan mengenai opsi bagi
lessee.
Apabila salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka transaksi
dalam ketentuan perpajakan tidak dapat dikategorikan sebagai
financial lease.

PKN STAN 2017


Pasal 4 KMK No. 1169/KMK.01/1991
Syarat untuk Operating Lease
a. Jumlah pembayaran selama masa SGU pertama tidak dapat
menutupi harga perolehan barang modal yang
disewagunausahakan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor;dan
b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan
mengenai opsi bagi lessee.

Apabila salah satu kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka


transaksi dalam ketentuan perpajakan tidak dapat dikategorikan
sebagai operating lease.

PKN STAN 2017


Jenis-jenis Leasing & Pengenaan Pajak
Operating Leasing Lessee Lessor
Pembayaran SGU Deductible Expenses dari Penghasilan Obyek PPh
Bruto;
WP memungut PPh Pasal 23 atau Pasal 4
ayat 2 (PP Nomor 5 Tahun 2002) yang
terutang kepada Lessor
Penyusutan Tidak dapat menyusutkan Dapat menyusutkan (masih
milik Lessor)

Financial Leasing Lessee Lessor

Pembayaran Angsuran SGU (pokok + Deductible Expenses; kecuali pembebanan tanah Angsuran adalah Obyek Pajak
bunga) WP tidak memungut PPh Pasal 23
Penyusutan Tidak dapat menyusutkan, sampai saat lessee Tidak dapat menyusutkan
menggunakan hak opsi untuk membeli. Setelah (karena statusnya sudah
lessee menggunakan hak opsi untuk membeli dijual)
barang tsb,lessee dapat menyusutkan dan dasar
penyusutan menggunakan Residual Value barang
modal yang bersangkutan.
PKN STAN 2017
CAPITAL/FINANCIAL LEASE
1. Obyek PPh =Seluruh Pembayaran Sewa – Angsuran Pokok;
2. Lessor TIDAK berhak menyusutkan;
3. Lessor DAPAT membentuk cadangan piutang tak tertagih yang dikurangkan dari penghasilan
bruto setinggi-tinginya 2,5% dari rata-rata Saldo Awal danSaldo Piutang;
4. Lessor tidak terutang PPN;
5. Transaksi sewa dengan SGU dari Lessor ke Lessee TIDAK dikenakan PPN;
6. PPh Pasal 25 = Jumlah PPh Terutang per triwulan dibagi 12;
7. Lessee TIDAK boleh melakukan penyusutan atas barang modaql yang disewa guna usaha sampai
saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli;
8. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan
penyusutan dan dsar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan;
9. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa guna
usaha tersebut memenuhi ketentuan;
10. Lessee TIDAK memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi;
11. Dalam hal masa sewa lebih pendek dari yang ditentukan, Dirjen Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya sewa;

PKN STAN 2017


CAPITAL/FINANCIAL LEASE
Mekanisme pengenaan PPN :
a. Supplier harus memungut PPN dan membuat faktur pajak
b. Kolom Identitas pembeli BKP diisi dengan nama Lessor
“q.q” Nama Lesse, diikuti dengan alamat dan NPWP Lesse.
Yang berhak mengkereditkan PPN yang dibayar tersebut
adalah Lesse.

PKN STAN 2017


PERPAJAKAN CAPITAL/FINANCIAL LEASE
FP
“Lessor QQ
Lessee”

Reimburstment PPN

Kontrak Leasing Dengan Hak Opsi


LESSOR LESSEE

Angsuran = pokok + bunga


BKP

Pembayaran + PPN
 Non-Obyek PPN
FP  Non – PPh 23
“Lessor QQ SUPPLIER/ Obyek PPN
Lessee”
DEALER
PKN STAN 2017
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI YANG BERAKHIR MENJADI
LEBIH SINGKAT DARI MASA SEWA GUNA USAHA YANG DISYARATKAN

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/Pj.42/1994

DALAM PELAKSANAANNYA SUATU PERJANJIAN SGU DENGAN HAK OPSI


KADANG-KADANG TERPUTUS, SEHINGGA MASA SEWA GUNA USAHA
MENJADI LEBIH PENDEK DARI MASA YANG SEMULA DISEPAKATI.

HAL INI DAPAT TERJADI KARENA BEBERAPA HAL :


a) FORCE MAJEUR, YAITU PUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA
BENCANA ALAM SEPERTI KEBAKARAN DAN LAIN-LAIN, SEHINGGA
BARANG MODAL YANG DIPEROLEH SECARA FINANCE LEASE
MENGALAMI RUSAK BERAT DAN TIDAK DAPAT DIPAKAI LAGI.
b) DEFAULT, YAITU TERPUTUSNYA TRANSAKSI SGU KARENA LESSEE
TIDAK DAPAT MEMENUHI PEMBAYARAN LEASE PAYMENT SERTA
KEWAJIBAN LAINNYA SEHINGGA KONTRAK FINANCE LEASE BERAKHIR
LEBIH CEPAT.
c) SEBAB EKONOMIS, YAITU LESSEE MENGAKHIRI MASA LEASE
SEBELUM WAKTUNYA KARENA PERTIMBANGAN EKONOMIS SEMATA-
MATA, DENGAN MEMBAYAR SEKALIGUS KEWAJIBAN YANG TERSISA.
PKN STAN 2017
 Dalam hal terjadi force majeur, maka Pajak Masukan yang telah
dikreditkan oleh lesse tidak wajib dibayar kembali oleh lessee.
 Apabila barang tersebut diasuransikan dan penggantian asuransi
berupa uang tunai, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan
oleh lessee wajib dibayar kembali, kecuali penggantian asuransi
tersebut berupa barang modal baru atau bagian barang modal
baru, maka Pajak Masukan yang telah dikreditkan dari barang
modal lama tidak wajib dibayar kembali dan Pajak Masukan dari
barang modal baru atau bagian dari barang modal baru tersebut
tidak dapat dikreditkan.
PKN STAN 2017
OPERATING LEASE
Syarat-syarat (KMK No. 1169) :
a. Jumlah angsuran SGU selama masa SGU pertama<Harga perolehan aktiva
SGU+Keuntungan [lessor
b. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan opsi bagi lesse.
Jasa sewa guna usaha tanpa hak opsi merupakan JKP, sehingga harga sewa yang
dibayar atau yang seharusnya dibayar oleh lesse harus dipungut PPN oleh lessor,
dengan menerbitkan faktur pajak. Lesse berhak mengkereditkan PM yang dibayar
atas SGU tanpa hak opsi, sepanjang aktiva tersebut berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha.

 Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh Lessor = Obyek PPh
 Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa guna usahakan,
sedangkan Lesse tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang disewa guna
usahakan.
 Pembayaran SGU oleh Lesse adalah Deductible Exepenses /Lessee harus memotong PPh
Pasal 23
 Penghitungan PPh Pasal 25 triwulanan yang disetahunkan tidak berlaku (SE-29/PJ.4/1992)
 Bagi Lessor terutang PPN.
PKN STAN 2017
PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK OPERATING LEASE

Lessee Lessor
1. Lessee tidak boleh melakukan 1. Seluruh pembayaran sewa guna usaha
penyusutan atas barang modal yang diterima atau diperoleh merupakan
yang disewa guna usahakan. obyek PPh Pasal23.
2. Pembayaran sewa guna usaha yang 2. Berhak menyusutkan barang yang disewa
dibayarkan atau yang terutang guna usahakan dimulai pada tahun pajak
adalah biaya yang dapat barang modal yang bersangkutan
dikurangkan dari penghasilan disewa-guna-usahakan
bruto. 3. Lessor tidak diperkenankan membentuk
3. Lesse memotong PPh Pasal 23 cadangan penghapusan piutang ragu-
setiap kali membayar sewa kepada ragu.
Lessor dengan dasar perhitungan 4. Lessor memungut pajak pertambahan
pemotongan PPh Pasal 23 nilai nilai (PPN) jasa sewa yang diberikan

PKN STAN 2017


Skema Pajak Operating
Operating Lease Lease
Penjual

LESSEE

4
Barang modal Barang modal

LESSOR
Uang sewa 2
3
1
Pembelian

PKN STAN 2017


Kredit – Financial Lease – Operating Lease
Keterangan Kredit Non Financial Lease Operating Lease
Leasing
Biaya angsuran / sewa Bukan komponen biaya Deductible Expense Deductible Expense
Tidak terutang PPh Pembayaran sewa Pembayaran sewa
Pasal 23 merupakan Non Taxable merupakan Taxable
Income (PPh Pasal 23) Income (PPh Pasal 23)

Depresiasi Deductible Expense Lessee tidak boleh Lessee tidak boleh


menurut fiskal menyusutkan barang menyusutkan barang
modal sampai lessee modal yang disewa guna
menggunakan hak opsi usahakan.
untuk membeli barang
modal tersebut.

PKN STAN 2017


Lessor di Luar Negeri
 Jika lessor yang berkedudukan di LN tidak menyerahkan Surat
Keterangan Domisili (SKD) yang dikeluarkan oleh otoritas di negara asal,
maka dikenakan PPh Pasal 26. Tarif pajak yang digunakan sebesar 20%
dari total bunga yang dibayarkan. Ketentuan ini juga berlaku apabila yang
meminjamkan dana adalah bank yang berkedudukan di LN;
 Jika lessor yang berkedudukan di LN dapat menyerahkan SKD, maka
ketentuan yang berlaku adalah tax treaty antara Indonesia dengan negara
dimana lessor berkedudukan;
 Obyek pajak yang wajib dipotong oleh WPDN adalah bunga yang
dibayarkan. Pada umumnya tarif pajak yang diberlakukan dalam tax treaty
untuk bunga sebesar 10%.

PKN STAN 2017


Contoh 1 - Capital Lease
PT. ABC (lessor) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang dealer
kendaraan bermotor roda empat. Awal Januari 2017 perusahaan membeli truk
(termasuk Golongan 1) dengan harga Rp 100.000.000. Kendaraan selanjutnya
dileasingkan ke PT. XYZ (lesse) melalui Capital Leasing. Uang Muka sebesar Rp
25.000.000 dan sisanya dilunasi dengan 4x angsuran dan dibayarkan setiap akhir
tahun mulai tahun 2017. Tingkat bunga sebesar 10% per tahun.Kendaraan
memiliki nilai sisa dianggap nol.

Tanggal Pelunasan Tingkat Bunga Selisih Saldo


1 -1-2017 - - - 100.000.000

1-1-2017 25.000.000 - (25.000.000) 75.000.000

31-12-2017 25.000.000 7.500.000 (17.500.000) 57.500.000

31-12-2018 25.000.000 5.750.000 (19.250.000) 38.250.000

31-12-2019 25.000.000 3.825.000 (21.175.000) 17.075.000

31-12-2020 25.000.000 7.925.000 (17.075.000) 0

125.000.000 25.000.000 100.000.000 -


PKN STAN 2017
Jurnal Entries - Lessee
1. Jurnal saat pencatatan leasing (1 Januari 2017)

Akuntansi Aktiva – Capital Leasing 100.000.000


Utang – Capital Leasing 100.000.000

Fiskal Aktiva – Capital Leasing 100.000.000


Utang – Capital Leasing 100.000.000

PKN STAN 2017


2. Jurnal saat pembayaran Uang Muka (1 Januari 2017)

Akuntansi Utang – Capital Leasing 25.000.000

Kas/Bank 25.000.000

Fiskal Utang – Capital Leasing 25.000.000

Kas/Bank 25.000.000

3. Jurnal saat pembayaran leasing (31 Desember 2017)

Akuntansi Utang – Capital Leasing 17.500.000


Biaya Bunga 7.500.000
Kas/Bank 25.000.000

Biaya Penyusutan 25.000.000 (0,25x100)


Akumulasi Penyusutan 25.000.000

PKN STAN 2017


Fiskal Utang – Capital Leasing 17.500.000
Biaya Bunga 7.500.000
Kas/Bank 25.000.000

Biaya – Capital Leasing 25.000.000 (0,25x100)


Akumulasi Biaya – Capital Leasing 25.000.000

Jurnal Rekonsiliasi Ikhtisar Laba Rugi 25.000.000


Biaya – Capital Leasing 25.000.000

PKN STAN 2017


Neraca
Aktiva Utang

Akuntansi Aktiva Tetap Utang Lancar

Aktiva – Capital Leasing 100.000.000 Utang – Capital Leasing 100.000.000

Fiskal Aktiva Lain-lain Utang Lancar

Aktiva - Capital Leasing 100.000.000 Utang - Capital Leasing 100.000.000

PKN STAN 2017


Jurnal Entries - Lessor
1. Jurnal saat pencatatan leasing dan pendapatan bunga (1 Januari 2017)

Keterangan Debit Kredit

Piutang – Capital Leasing 125.000.000

Pendapatan Bunga yang Belum Diakui 25.000.000

Aktiva – Capital Leasing 100.000.000

2. Jurnal saat membayar uang muka (1 Januari 2017)

Keterangan Debit Kredit

Kas/Bank 25.000.000

Piutang – Capital Leasing 25.000.000

PKN STAN 2017


3. Jurnal saat pembayaran (31 Desember 2017)

Keterangan Debit Kredit

Kas/Bank 25.000.000

Pendapatan Bunga yang Belum Diakui 7.500.000

Pendapatan Bunga 7.500.000

Piutang – Capital Leasing 25.000.000

Jurnal saat pembayaran Capital Leasing (31 Desember 2018)

Keterangan Debit Kredit

Kas/Bank 25.000.000

Pendapatan Bunga yang Belum Diakui 5.750.000

Pendapatan Bunga 5.750.000

Piutang – Capital Leasing 25.000.000

PKN STAN 2017


4. Jurnal saat pembayaran Capital Leasing (31 Desember 2019)

Keterangan Debit Kredit


Kas 25.000.000
Pendapatan Bunga yang Belum Diakui 3.825.000
Pendapatan Bunga 3.825.000
Piutang – Capital Leasing 25.000.000

PKN STAN 2017


Contoh 2 - Operating Lease

PT. ABC (lessor) membeli mesin seharga Rp 50.000.000 dan memiliki


umur ekonomis selama 5 tahun tanpa ada nilai sisa. Tanggal 1 Mei
2017 di Operating Leasing-kan kepada PT. DEF (lessee) dengan
persyaratan dengan harga leasing sebesar Rp 10.000.000 per tahun
selama 5 tahun.

Jurnal oleh Lessor :


1. Saat penerimaan pembayaran ( 1 Mei 2017)

Keterangan Debit Kredit


Kas/Bank 10.800.000
Uang Muka PPh Pasal 23 200.000
Pendapatan Operating Leasing 10.000.000
Pajak Keluaran 1.000.000

PKN STAN 2017


2. Saat pencatatan depresiasi aktiva

Keterangan Debit Kredit

Beban Depresiasi Aktiva – Operating Leasing 10.000.000

Akumulasi Depresiasi Aktiva - Operating Leasing 10.000.000


(50.000.000 / 5 tahun)

PKN STAN 2017


Jurnal oleh Lessee :

1. Saat membayar sewa (1 Mei 2017)

Keterangan Debit Kredit

Beban Operating Leasing 10.000.000

Pajak Masukan 1.000.000

Utang PPh Pasal 23 200.000

Kas/Bank 10.800.000

2. Tidak ada jurnal depresiasi aktiva tetap

3. Saat penyetoran PPh

Utang PPh Pasal 23 200.000


Kas / Bank 200.000

PKN STAN 2017


Contoh 3 - Operating Lease
PT. ABC tanggal 1 Mei 2017 menyewa sebanyak 5 unit kendaraan dari PT. DEF
yaitu berupa 3 unit mobil Toyota Avanza sebagai kendaraan operasional untuk
bagian Marketing dengan nilai sewa Rp 4.125.000/unit/bulan dan termasuk
PPN. Selain itu untuk 2 mobil Daihatsu Xenia dengan nilai sewa Rp
3.850.000/unit/bulan dan termasuk PPN. Sewa dilakukan selama jangka waktu
24 bulan.

Jurnal oleh Lessor : Saat penerimaan pembayaran


Toyota Avanza (100/110 x 4.125.000) x 3 unit = 11.250.000
Daihatsu Xenia (100/110 x 3.850.000) x 2 unit = 7.000.000
= 18.250.000
Keterangan Debit Kredit
Kas/Bank 19.710.000
Uang Muka PPh Pasal 23 365.000
Penghasilan Sewa Kendaraan 18.250.000
Pajak Keluaran 1.825.000

PKN STAN 2017


Jurnal oleh Lessee :

Keterangan Debit Kredit


Beban Sewa Kendaraan-Mobil 18.250.000
Pajak Masukan 1.825.000
Utang PPh Pasal 23 365.000
Kas/Bank 19.710.000

Utang PPh Pasal 23 365.000


Kas/Bank 365.000

PKN STAN 2017


Transaksi Jual dan Sewa Kembali
Sale & Lease back Transactions

PKN STAN 2017


Sale & Leaseback Transactions (PSAK No.30)
 Jika suatu transaksi jual dan sewa kembali merupakan sewa pembiayaan, selisih
lebih dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual-
lesee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

 Jika suatu transaksi jual dan sewa balik merupakan sewa operasi dan jelas transaksi itu terjadi
pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera.
 Jika harga jual di bawah nilai wajar, laba atau rugi harus diakui segera, kecuali rugi
tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah
dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara
proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan aset tersebut.
 Jika harga jual di atas nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan
diamortisasi selama periode penggunaan aset .

 Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada transaksi jual dan sewa kembali lebih
rendah daripada nilai tercatatnya, rugi sebesar selisih antara nilai tercatat dan nilai
wajar harus diakui segera.
PKN STAN 2017
Contoh 1: Sale & Leaseback Transactions
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT. BUANA menjual sebuah
mesin dengan nilai buku sebesar Rp 750.000.000 kepada PT
UTAMA dengan harga jual Rp 950.000.000 dan menyewa
kembali aset yang dijual itu dengan beberapa kondisi
sebagai berikut:
1) Masa sewa selama 10 tahun, Uang muka sebesar Rp
200.000.000 dan pembayaran angsuran leasing setiap awal
tahun sebesar Rp 107.107.000. Tingkat suku bunga
sebesar 10%.
2) Mesin itu memiliki nilai wajar sebesar Rp 950.000.000 pada
tgl 1 Januari 2016 dan estimasi masa manfaat 20 tahun.
Metode penyusutan adalah garis lurus.
3) PT. BUANA memiliki opsi untuk memperbarui leasing
untuk sisa masa leasing 10 tahun dengan pembayaran
angsuran leasing sebesar Rp 100.000.000 per tahun.
PKN STAN 2017
Kepemilikan mesin akan beralih pada akhir masa leasing.
Jurnal : Sale & Leaseback Transactions

1 Jan 2016 Cash 950.000


Equipment-net 750.000
Unearned Profit on Sale-Leaseback 200.000
To record original sale of equipment

1 Jan 2016 Leased Equipment 950.000


Obligation under Capital Lease 642.893
Cash 307.107
To record lease of equipment, including down payment & first payment

31 Des 2016 Amortization Expense on Leased Equipment 47.500


Accumulated Depreciation on Leased Equipment 47.500
To record amortization of equipment over 20 year (Rp 950 juta /20)

31 Des 2016 Interest Expense 64.289


Obligation under Capital Lease 42.818
Cash 107.107
To record second lease payment, interest expense (10% X Rp 642.893.000)

31 Des 2016 Uearned Profit on Sale-Leaseback 10.000


Revenue Earned on Sale-Leaseback 10.000
To record recognition of revenue over 20 year life in proportion to the amortization
of the leased asset.
PKN STAN 2017
Jurnal Akuntansi-Sale-Lease Back

1 Jan 2016 Equipment 950.000


Cash 950.000
To record purchase of equipment

1 Jan 2016 Cash 307.107


Lease Payments Receivable 642.893
Equipment 950.000
To record direct financing sale -lease back to PT ABC

31 Des 2016 Cash 107.107


Lease Payments Receivable 42.818
Interest Revenue 64.289
To record receipt of second lease payment

PKN STAN 2017


PPN ATAS PERJANJIAN SALE & LEASE BACK TRANSACTIONS
Surat Dirjen Pajak No: S-813/PJ.53/2005

LESSOR LESSE

1. Lesse menjual barang modalnya kepada lessor dalam rangka memperoleh


fresh money untuk menyehatkan likuiditas perusahaaan

2. Penyerahan hak atas harta yang dijual (transaksi sale) termasuk dalam pengertian
penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
terutang PPN jika memenuhi syarat Ps.16-D UU PPN.

3. Barang modal tersebut kemudian di “lease back” dibawah kondisi sewa


guna usaha dengan hak opsi (finance lease), yang berdasarkan Pasal 4A UU
PPN 1984 Jo. Pasal 9 PP No.50/1994, merupakan jasa yang tidak dikenakan
pajak, tetapi untuk transaksi pengalihan harta (transaksi lease back)
merupakan
PKN STAN 2017penyerahan BKP yang terutang PPN.
Contoh 2 : Sale & Leaseback Transactions
 PT ABC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha
jasa penyewaan alat berat. Oleh karena PT. ABC membutuhkan dana
untuk mengembalikan pinjaman/utangnya, maka atas alat berat
tersebut PT. ABC mengadakan perjanjian sale and lease back dengan
hak opsi dengan PT. XYZ, pihak perusahaan leasing.
 Perjanjian Sale ang Lease Back antara lain menyepakati :
 PT. ABC menjual barang modal sebagaimana tercantum dalam Pasal
22.1 kepada PT. XYZ, dan PT. ABC dengan ini mengikat diri untuk
secara serta-merta menyewa guna usaha kembali barang modal
tersebut ;
 PT. ABC mengakui bahwa PT. XYZ adalah pembeli dan oleh karena itu,
terhitung sejak tanggal pencairan fasilitas. PT. XYZ adalah satu-
satunya pemilik barang modal yang di-sale and lease back-kan.
 Pertanyaan:
Apakah atas transaksi sale and lease back yang dilakukan oleh PT. ABC
terutang PPN?
PKN STAN 2017
 Dalam transaksi sale and lease back dengan hak opsi antara PT. ABC
dengan PT. XYZ :

1)Penyerahan hak atas alat berat (BKP) yang dijual oleh PT. ABC
kepada perusahaan leasing (transaksi sale termasuk dalam
pengertian penyerahan BKP, dengan sepanjang Pajak Masukan atas
perolehan alat berat tersebut oleh PT. ABC dapat dikreditkan,
dikenakan PPN ;

2)Penyerahan hak atas alat berat yang telah menjadi milik


perusahaan leasing kepada PT. ABC (transaksi lease back dengan
hak opsi) termasuk dalam pengertian penyerahan BKP yang
terutang PPN, sedangkan penyerahan jasanya ( jasa leasing dengan
hak opsi) bukan merupakan yang dikenakan PPN.

PKN STAN 2017


SALE AND LEASEBACK TRANSACTIONS
SE Dirjen Pajak No.-129/PJ/2010

Dengan Hak Opsi Tanpa Hak Opsi

Penyerahan BKP dari Lessee ke Penyerahan BKP dari Lessee ke


Lessor (sale) merupakan bukan Lessor (sale) merupakan Objek BKP
Objek BKP

Penyerahan jasa pembiayaan dari


Penyerahan jasa pembiayaan dari Lessor Lessor ke Lessee (leaseback)
ke Lessee (leaseback) bukan Objek JKP
merupakan Objek JKP

PKN STAN 2017

Anda mungkin juga menyukai